BAHU YESUS

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 9:6

5-25-75

 

 

. . . sperti ketika permulaan dari hari-hari terbaik di dalam hidup saudara-saudara, saudara-saudara menantikan sebuah karir atau kuliah, mendirikan sebuah rumah, untuk melakukan yang baik di dalam sebuah pekerjaan, ikutilah kehendak Tuhan di dalam hidup saudara-saudara.

 

Saya menyerahkan kepada hati saya apa yang akan saya beritakan saat ini. Saya sudah menyampaikan banyak sekali khotbah untuk tingkatan sarjana muda. Dan saya sedang memberitakan melalui kitab Yesaya. jadi kelihatannya bagi saya, daripada menyamping dan menyampaikan sebuah ceramah mengenai suatu peristiwa kesarjanaan, bahwa Tuhan Allah mungkin akan lebih merasa senang, jika di dalam kebaktian yang kudus ini, saya mengikuti sebuah pendalaman dari nubuat nabi Yesaya, salah satu kitab yang terhebat di dalam Alkitab, salah satu tulisan yang paling terkenal di dalam pidato manusia.

 

Maka warta untuk kita di pagi hari ini adalah Bahu Yesus. Dan kami menyambut saudara-saudara sekalian melalui siaran radio dan televisi yang sedang mengikuti saat ini bersama-sama dengan kami Gereja Baptis Pertama di kota Dallas dan mendengarkan kepada Pendeta ketika dia menjelaskan dengan lebih terperinci nubuat agung yangtiada bandingannya ini.

 

Kita telah sampai pada pasal yang ke 9 di dalam kitab Yesaya, dan saya tidak membacakan konteksnya, akan tetapi hanya nasnya saja:

 

Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Besar kekuasaan-Nya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaan-Nya, karena Ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.

Kecemburuan Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.

 

Dan nasnya adalah:

 

                        “Lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya”

 

Bahu Yesus. Di saat mempersiapkan warta ini, saya begitu tercengang mempelajari bahwa saudara-saudara dapat mengetahui sebuah kisah dari keseluruhan isi Alkitab dari pandangan seorang manusia.

 

Di dalam kitab Kejadian, kedua anak nabi Nuh, yaitu Sem dan Yafet, menutupi bahu mereka dengan sehelai pakaian dan berjalan membelakangi untuk menutupi ketelanjangan bapa mereka yang sedang mabuk, yaitu nabi Nuh. Ham telah melihat pada yang tak tahu malu, akan tetapi anak-anak yang lain, Sem dan Yafet, menutupi ketelanjangannya dan mabuknya yang memalukan dengan sehelai pakaian dari bahu mereka, untuk mana keturunan Sem dan Yafet mendapatkan berkat untuk selama-lamanya.

 

Di dalam kisah Abraham ketika dia mengusir Hagar dan anaknya Ismail dari rumah, di atas pundak wanita itu diletakkannya air dan roti. Di dalam kisah Eliezer, di Mesopotamia yang mencari pengantin wanita untuk Ishak – dia berdiri di sebuah sumur dan melihat seorang anak dara yang cantik jelita yang datang dengan sebuah buyung air di atas pundaknya.

 

Di dalam kisah keluarnya bangsa Tuhan dari kegelapan tanah Mesir, malam Paskah itu, mereka berdiri dalam keadaan siap sedia, masing-masing membawa sebuah palung remasan di atas bahu mereka. Di dalam Roh Allah yang jatuh menimpa Aholiab dan Bezaleel, dia membuat pakaian yang mulia dan indah untuk imam besar, dan di sisi bahu yang lain dari sebuah batu akik yang diukir dengan anak-anak, suku-suku yang ada pada bangsa Tuhan.

 

Di dalam perintah dari sorga untuk memikul tabut perjanjian yang kudus itu, semua perlengkapan telah diletakkan di atas kereta dan dibawa di atas kereta kecuali Tabut Perjanjian serta Altar Dupa keemasan serta kaki dian bercabang tujuh dan meja emas untuk persembahan. Semuanya itu harus dipikul di atas bahu anak-anak dari Kohath.

 

Apakah saudara-saudara ingat ketika orang-orang Filistin meletakkan tabut itu di atas sebuag kereta dan Uzza menyentuhnya? Amarah Tuhan Allah menghantam dia, karena tabut itu harus dibawa dengan cara yang kudus di atas bahu manusia. Di dalam kisah Kitab Yoshua, ketika mereka masuk ke dalam, sebagai perwakilan dari masing-masing suku di mana sungai Yordan telah membaginya, memungut sebuah batu pada bahunya. Dan memasukkannya ke tanah Kanaan, “Apakah yang dimaksudkan dengan batu-batu itu?” Itu merupakan rahmat dari Tuhan Allah dari sorga, dipikul di atas bahu manusia.

 

Di dalam kisah tentang Samson, salah satu kisah yang paling menyedihkan, yang paling tragis dan yang paling dramatis di dalam hidup, manusia yang perkasa memikul pintu Gaza di atas bahunya, membawa pintu-pintu itu ke Hebron. Dan dengan kedua matanya yang telah dicungkil, menggiling di penggilingan itu, dipersembahkan sebagai sebuah pertunjukan ketidakmampuan Allah Yahwe, di dalam kuil Dagon, dia berdoa, “Tuhan, hanya satu kali ini saja, sertailah aku.” Dan dia membungkukkan bahunya dan merubuhkan kuil allah palsu itu.

 

Samuel dimulai di dalam kisah para raja dengan sebuah perkenalan terhadap raja yang pertama untuk bangsa Israel, yaitu Saul. Dan ketika nabi itu memperkenalkan dia, bangsa itu melihat, dan dia berdiri menaikkan bahunya, lebih tinggi, lebih jangkung dari setiap pria yang ada di Israel. Dan kisah mengenai Daud, dimulai dengan Goliath, yang digambarkan sebagai seorang raksasa yang besar dan sasaran yang terbuat dari kuningan berada di antara bahunya.

 

Demikianlah seterusnya di seluruh isi Alkitab, saudara-saudara dapat mengetahui sebuah kisah melalui bahu dari manusia.

 

Jadi memasuki kitab dari nabi Yesaya, dan terus melewati nas bacaan saya, di dalam pasal yang ke dua puluh dua dari kitab itu, nabi itu diutus untuk menemui Sebna, yang merupakan seorang pengurus istana. Karena kesombongannya serta kejahatannya, Tuhan Allah telah menggulingkan dia dan menjatuhkan dia dari jabatannya. Dia tidak disukai oleh Yang Mahakuasa.

 

Dan Tuhan Allah berfirman, “Aku telah menyerahkan kepemimpinan dari kerajaan itu kepada Elyakim, putra dari Hilkia.” Dan Tuhan Allah berfirman, “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya” – Elyakim yang saleh.

 

Saya membalik-balikkannya di dalam benak saya. Tuhan Allah berkata, ke atas orang yang baik itu, Elyakim, “Aku akan menaruh kunci kerajaan Daud.” Saya menduga di saat itu, pasti ada sesuatu seperti yang telah saya lihat minggu yang lalu, ketika menyampaikan sebuah ceramah pada sat permulaan tahun ajaran di sebuah perguruan tinggi, membuat perbandingan pada sebuah perguruan tinggi. Saya berjalan di depan ketika saya memasuki aula tersebut dengan barisan massa yang indah di belakang saya – saya didahului oleh seorang pemuda dengan sebuah tongkat kebesaran. Tongkat itu merupakan sebuah pertanda akan arti dan martabat serta kekuasaan pada saat itu.

 

Jadi, di sana pasti ada sesuatu yang seperti itu, sebuah pertanda akan kekuasaan serta kewenangan akan kerajaan.  “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya”

 

Oleh karena itu ketika saya sampai kepada nubuat itu – “Sebab seorang Anak telah lahir untuk kita, seorang Putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” – pasti ada suatu arti penting yang di dalamnya. Suatu hari nanti, Tuhan Allah akan meletakkan seluruh pemerintahan dan kepengurusan alam semesta di atas bahu Yesus. Karena seperti yang saudara-saudara ketahui, hal itu merupakan suatu perubahan yang amat besar dari Allah dari dunia ini kepada kepengelolaan serta kedaulatan Kristus.

 

Seperti nubuat yang tertulis di dalam kitab itu pasal yang ke 22, Tuhan Allah mengambil alih kepengurusan itu dari Sebna dan mengalihkannya kepada Elyakim, orang yang baik itu. Jadi, nubuat itu mengakui bahwa suatu hari nanti Tuhan Allah akan mengambil alih pemerintahan alam semesta ini dari allah di dunia ini, yaitu Iblis, dan akan memberikannya kepada Kristus.

 

Betapa menyedihkan gambaran kehidupan dunia ini bagi raja kegelapan untuk berhenti mengudara! Iblis telah menaburi dunia dengan air mata dan penderitaan serta kematian. Dunia tidak lain menjadi sebuah planet besar untuk menguburkan orang-orang hasil ciptaan Tuhan Allah, makhluk-makhluk ciptaan Tuhan Allah.

 

Kematian di mana-mana sebagai pemerintah tertinggi, penderitaan dan pencobaan serta kesedihan dan kekecewaan dan keputusasaan dan luka berada di mana saja – allah dari dunia ini. Akan tetapi nubuat itu mengatakan akan datang hari itu, ketika di sana akan ada pelantikan administrasi dan pemerintahan dunia dari tangan seorang seperti Sebna, dirampas dari genggaman tangan Iblis, dan diberikan ke dalam tangan Tuhan Allah.

 

Kita akan memiliki seorang Raja yang baru, seorang perdana menteri yang baru, sebuah pemerintahan yang baru, sebuah administrasi yang baru, dan semuanya itu akan berada di dalam tangan Tuhan Allah Kristus. Tidak akan ada lagi kematian di sana. Orang-orang yang sudah mati akan dibangkitkan dari tengah-tengah bumi.

 

Kita semua akan dikekalkan, diubah dalam sekejap, dalam sekejapan mata, pasa saat sangkakala yang terakhir ditiupkan, dan Tuhan Allah akan membuat kita sebagai raja-raja dan imam-imam di dalam Tuhan Allah. Ada beberapa karikatur dan gambar-gambar kartun yang telah saya lihat tentang seseorang yang telah berpindah ke kehidupan yang lain. Biasanya, mereka digambarkan berada di atas awan-awan dengan sebuah lingkaran kecil di atas kepala mereka dengan sayap-sayap dan dengan sebuah harpa, hanya duduk di atas awan tersebut. Tidak akan ada hal karikatur atau parodi yang lebih besar tentang kebenaran daripada gambaran yang seperti itu.

 

Tuhan Allah telah menunjukkan kepada kita bahwa di dalam kehidupan yang akan datang nanti, kita akan aktif secara intensif. Seperti yang tertulis di dalam kitab Lukas pasal yang ke sembilan belas, misalnya, Tuhan berkata kepada orang ini, “Karena engkau telah setia, terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Dan kepada orang ini, Karena engkau telah setia, terimalah kekuasaan atas lima kota.” Ketika Tuhan Allah menciptakan kembali seluruh alam semesta ini – semua langit, bidang-bidang yang dienuhi bintang-bintang, sisi riil alam semesta, galaksi Bima Sakti, planet ini – semuanya akan penuh dengan hidup yang paling keras, dan pemerintahannya akan diberikan kepada orang-orang terpilih Tuhan. Rajanya nanti adalah Raja Yesus sendiri, dam kita semua akan menjadi pewaris dan pengurus bersama di bawah Dia. “Lambang pemerintahan ada di atas bahu-Nya”

 

Ibu kota kita adalah Yerusalem Baru, dan dari ibukota itu, kita akan keluar untuk mengelola seluruh ciptaan Tuhan Allah. Dan di ibu kota itulah kita akan tinggal, di kota Yerusalem Baru itu. Seseorang berkata, “Saya mengharapkan untuk berpidato di taman Kemuliaan di sekitar jalan Haleluya di mana saya dapat melihat sang Raja di dalam kemuliaan-Nya keluar dan masuk di depan bangsa-Nya.”

 

Dapatkah hal yang seperti itu terjadi, bahwa kita dapat melihat pada raja yang agung itu? Dapatkah hal yang seperti itu terjadi, bahwa Dia akan mengenali kita, bahwa Dia mau berbicara dengan kita? Dapatkah hal yang seperti itu terjadi, bahwa Dia akan memanggil nama saya langsung – raja dari alam semesta yang agung itu? Ah, ya. Seperti yang saudara-saudara ketahui, Dia adalah Yesus, sahabat kita dan Juru Selamat kita. Mereka adalah satu dan sama. 

 

Matahari keemasan dan Bulan keperakan dan semua bintang yang bersinar

Diciptakan oleh tangan-tangan-Nya Yang Mahakuasa, dan Dia adalah sahabatku. 

Ketika Dia akan datang dengan bunyi sangkakala memimpin barisan penakluk,

Seluruh dunia akan membungkukkan badan di depan kaki-Nya, dan Dia adalah sahabatku.

 

Sungguh tidak terbayangkan bahwa Tuhan Allah dan raja dari seluruh alam semesta sama dengan Tuhan Yesus yang telah mati karena kita. Pemerintahan akan diletakkan di atas bahu-Nya, lencana Raja dari rumah Daud berada di atas bahu-Nya, seorang Pengurus Yang Agung sepanjang masa dan dari seluruh makhluk ciptaan. Tuhan Allah Yang Diurapi – adalah Yesus yang sama yang di atas bahu-Nya diletakkan kayu salib ketika Dia akan mati karena dosa-dosa kita. Yesus yang sama.

 

Bahu yang memikul pemerintahan alam semesta adalah bahu yang memikul kayu salib ke bukit Kalpari untuk mati bagi kita. Bukankah itu hal yang tidak dapat dipercaya? Hati-Nya tidak berubah. Dia tetap sama, apakah pada saat Dia masih menjadi manusia, berjalan-jalan di tengah-tengah kita, atau ketika Dia berada di sana, di atas takhta Allah, Dia tetap sama. Bahu yang memikul pemerintahan alam semesta adalah bahu yang sama yang memikul kayu salib karena dosa-dosa kita.

 

Seperti yang tertulis di dalam kitab Wahyu di dalam pasal yang pertama, di sana ada sebuah penjelasan tentang Kristus yang dikekalkan, yang dipermuliakan. Raut wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian. Dan walaupun demikian, ketika Yohannes tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati, Tuhan menarik tangannya dan meletakkan tangan itu ke atas bahu-Nya.

 

Saya pasti akan berfikir bahwa Tuhan telah ratusan kali melakukan hal yang sama ketika Dia berbicara kepada Yohannes – meletakkan tangan-Nya di atas bahunya, mungkin menunjuk kepada dunia ketika memberikan Upah Besar terhadap pekabaran Injil kepada semua orang, mungkin memberikan dorongan semangat kepada Yohannes di saat-saat kekecewaan dan keputusasaan, mungkin menyentuhnya dengan kasih sayang ketika mereka berjalan melalui ladang gandum atau menyusuri jalan, meletakkan tangan-Nya di atas bahu Yohannes. Adalah Yesus yang sama, dipermuliakan, dikekalkan, dan Dia meletakkan tangan-Nya ke atas bahu Yohannes yang tersungkur seperti orang yang mati. Hati-Nya tidak berubah.

 

Bukan hanya itu saja, akan tetapi rasa simpati-Nya serta perasaan kasih sayang-Nya kepada kita juga masih tetap yang sama. Pemerintahan berada di atas bahu-Nya, Tuhan Allah dari seluruh alam semesta, dan meskipun demikian, di dalam perasaan kasih sayang, bahu-bahu itu adalah bahu yang sama, yang memikul kita di dalam kasih sayang dan di dalam simpati, di dalam pengampunan serta di dalam pengertian.

 

“Bagaimana anda mengetahui semuanya itu, pak Pendeta?”

 

Dia berkata, “Aku adalah Gembala Yang Baik.” Dan Dia berkata, “Ada sembila puluh sembilan ekor yang aman di dalam kandang, dan satu ekor hilang. Dan Dia mencarinya terus sampai pada akhirnya Dia menemukannya, dan ketika Dia menemukan domba yang hilang itu, Dia meletakkannya di atas bahu-Nya sambil bersuikacita. Dan ketika Dia pulang ke rumah, Dia memanggil orang banyak dan berkata, ‘Bersukacitalah, Aku telah menemukan domba-Ku yang hilang.’ Demikian juga, ada sukacita ketika hadirnya para malaikat dari sorga terhadap seorang yang telah berdosa yang telah diselamatkan.”

 

Bukankah itu merupakan sesuatu yang luar biasa? Domba yang telah hilang itu, dan Dia terus mencari sampai Dia menemukannya. Dan ketika Dia menemukannya, Dia bergirang dan mengumpulkan semua sahabat-Nya dan tetangga-Nya bersama-sama dan berkata, “Bersukacitalah dengan-Ku. Lihatlah. Aku telah menemukan domba yang hilang itu.”

 

Mengapa Dia tidak melihat hati-Nya penuh dengan tuduhan dan penghakiman? “Hai, engkau domba yang tidak berperasaan dan bodoh! Engkau binatang yang bersalah dan bodoh. Tidakkah engkau tahu lebih baik daripada menjauhkan diri dari kawanan yang lain? Apakah engkau tidak tahu bahwa engkau akan tersesat di dalam perjalanan seperti ini, dari pembelotan yang seperti ini?”

 

Betapa Tuhan bisa saja mengatakannya, akan tetapi Dia tidak mengatakannya. Tidak ada kebodohan dan tidak ada tuduh menuduh dan tidak ada penghukuman – Dia hanya mencari domba yang hilang itu sampai akhirnya Dia menemukannya, dan Dia meletakkannya di atas bahu-Nya sambil bersukacita. Tidakkah saudara-saudara bergembira?

 

Ketika saya memikirkannya, saya memikirkan betapa berbedanya dengan diri saya, misalnya, ketika orang-orang bertindak bodoh, dan khususnya staf saya. Dan ketika mereka melakukan hal-hal yang gila, dan mereka tidak mengerjakannya dengan benar - oh, saya hanya merasakan ingin menghukum saja.

 

Ya Tuhan kami, sama sekali tidak demikian dengan kami. Hanya bersimpati, penuh dengan kebaikan dan pengertian di dalam pencarian domba yang salah itu, yang bodoh itu, yang tersesat mengembara entah ke mana itu – hanya bersuka cita dan meletakkan domba itu di atas bahu-Nya dan membawanya pulang. Betapa menyedihkan Tuhan Allah bersama kita! Tuhan Allah semesta alam yang Agung yang di atas bahu-Nya diletakkan pemerintahan di sorgam walaupun demikian, bahu itu adalah bahu yang sama yang memikul kita di dalam simpati dan pemahaman yang paling dalam.

 

Seperti yang saudara-saudara ketahui, saya hidup melalui suatu keadaan yang seperti itu, keadaan yang begitu menggerakkan saya.  “Pak Pendeta, anda begitu mudahnya digerakkan.” Saya tahu. Akan tetapi yang ini – izinkanlah saya memberitahukannya kepada saudara-saudara.

 

Saya berbicara kepada anak-anak yang datang ke gereja, berbicara kepada masing-masing anak itu. Dan sebuah perjanjian untuk bertemu telah diadakan, dan sang bapa dan ibu, orang-orang tua itu, membawa anakanak itu kepada saya dan saya berbicara kepada mereka mengenai Tuhan, dan mengenai gereja dan mengenai telah dibaptis, saya berbicara kepada masing-masing mereka. Entah bagaimana, saa tidak tahu, saya tidak menyadari akan anak yang datang ini. Saya tidak diberitahu sebelumnya. Saya tidak tahu.

 

Dan ketika anak itu duduk di samping ibunya dan keluarganya yang lain di sini, saya mulai berbicara kepada anak itu. Dan yang membuat saya merasa menyesal dan marah, anak itu tidak dapat menjawab. Seperti yang saudara-saudara ketahui, kepada anak itu telah diberikan waktu kursus selama enam minggu, dan kepada mereka telah diajarkan tentang jawabannya di dalam buku kecil itu, semua jawaban tentang bergabung dengan gereja ada di dalam buku yang kecil itu. Dan anak kecil ini tersandung dan tidak dapat menjawab.

 

Dan saya berfikir, “Sungguh suatu penyia-nyiaan waktu bahwa mereka mau mengadakan sebuah perjanjian untuk anak itu untuk datang menjumpai saya, dan anak ini tidak bersiap, anak ini tidak dapat menjawab.” Dan sang ibu bergerak mendekati anak itu. Dan dengan cara yang paling indah serta suara yang paling lembut dan sikap yang paling sopan, sang ibu mulai berbicara kepada anak kecil itu mengenai apa yang telah saya tanyakan – roti, roti gandum, oh, roti itu, tubuh Yesus. Buah anggur yang berwarna merah itu, darah dan air.

 

Dan kemudian, saya menyadari bahwa anak itu mengalami keterbelakangan, saya tidak mengetahui akan hal itu. Tetapi dari pada mengatakan, “Kamu, orang pandir yang dungu, engkau idiot, mengapa kamu tidak dapat mengerjakan hal-hal kecil sederhana yang telah ditanyakan oleh Pendeta ini? Mengapa kamu tidakmempersiapkan diri kamu?” dan seterusnya, dan seterusnya. Dengan cara yang paling lembut, paling baik, paling anggun, sang ibu, yang duduk sangat dekat kepada anak itu, berbicara kepada anak kecil itu mengenai segala hal yang telah ditanyakan oleh sang Pendeta. Dan ketika saya melihat hal tersebut, saya tidak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali berfikir, yang pasti itu adalah Roh dari Allah.

 

Di dalam berapa macam cara kita menunjukkan ketidak tahuan diri kita? Akan tetapi Tuhan Allah tidak mencarinya di dalam hati-Nya untuk menghukum. Akan tetapi, di dalam kebaikan, Dia menolong kita serta mendorong semangat kita dan Dia meletakkannya di atas bahu-Nya penuh dengan kasih sayang, penuh dengan kelembutan.

 

Gereja kita memiliki banyak pelayan, memiliki begitu banyak pelayan. Saya selalu kagum akan banyaknya pelayan dari gereja kita. Bolehkah saya memberitahukan salah seorang yang paling baik, salah seorang yang paling berharga kepada saudara-saudara sekalian? Adalah pelayan-pelayan kita kepada orang-orang yang mengalami keterbelakangan mental, mereka yang mengalami sakit penyakit di dalam pikiran, dan mereka tidak normal. Mereka adalah orang-orang pandir. Mereka adalah orang-orang idiot. Mereka terlahir dengan mentalitas yang rendah.

 

Akan tetapi kita mengumpulkannya bersama-sama, dan penyair wanita kita yang paling baik, Ny. Richard Reno, mengajar mereka. Dan dia mengumpulkan beberapa orang staf di sekelilingnya, dan mereka melakukan pelayanan dengan cara yang paling indah kepada anak-anak yang sakit itu.

 

Minggu yang baru lalu, kita mengadakan Sekolah Alkitab Liburan untuk anak-anak yang mengalami keterbelakangan itu. Mereka meminta saya untuk hadir, seperti yang mereka lakukan setiap tahun, dan saya duduk di sana, dan mereka mengucapkan ayat-ayat kecil dari Alkitab. Mereka melakukan hal-hal kecil untuk saya, hal-hal yang sedemikian sabarnya diajarkan kepada mereka.

 

Kemudian wanita itu berkata, “Pak Pendeta, apakah ada yang anda inginkan untuk dilakukan oleh anak-anak ini?”

 

Saya berkata, “Ny. Reno, lihatlah papan tulis yang ada di sana itu. Anda telah mengajarkan sebuah lagu yang telah anda tuliskan kepada mereka. Suruhlah mereka menyanyikan lagu itu untuk saya.”

 

Dan dia menyuruh anak-anak yang terluka itu, anak-anak yang sakit itu untuk menyanyikan sebuah lagu yang telah dituliskannya, sehingga saya boleh mendengarkan ketika mereka bernyanyi untuk saya.

 

Demikianlah Tuhan Allah. Demikianlah apa yang diinginkan oleh Tuhan Allah dari kita untuk kita lakukan. Suatu hari nanti, suatu hari yang penuh dengan keagungan nanti, Dia akan membawa kita pulang ke rumah.