DASAR UNTUK IMAN

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 8:19, 20

9-28-80     10:50 a.m.

 

 

Selama beberapa hari ini – berhari-hari lamanya – berhari-hari selama lebih dari tiga tahun lamanya – di saat kebaktian pagi, kami memberitakan satu rangkaian yang panjang mengenai Doktrin-doktrin Iman Yang Agung, doktrin-doktrin yang ada di dalam Alkitab, dan di malam hari, kami menyampaikan khotbah-khotbah mengenai Masalah-masalah dalam Kehidupan Manusia. 

 

Rangkaian khotbah mengenai Masalah-masalah dalam Kehidupan Manusia akan terus berlangsung sampai dengan saat-saat Natal nanti. Dan khotbah untuk malam hari ini adalah : Dosa Yang Takut Kita Akui. Dan di dalam pelajaran saya serta di dalam persiapan saya untuk warta itu, saya telah diliputi oleh hal-hal yang telah saya pelajari. Maka, pada malam hari ini puluk 07.00, kita akan mendengarkan, “Dosa Yang Takut Kita Akui.”

 

Dan pagi hari tadi merupakan yang kedua di dalam rangkaian mengenai Bibliologi, doktrin-doktrin Alkitab. Warta ini diberi judul Dasar Untuk Iman. Nas kita yang pertama, diambil dari kitab Yesaya 8, dari ayatnya yang ke 19 dan ayat yang ke 20. Kitab dari nabi Yesaya, pasal 8, ayat 19 dan 20:

 

Dan apabila orang berkata kepada kamu: “Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat-kamit,” maka jawablah: “Bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang-orang hidup?”

“Carilah pengajaran dan kesaksian!” Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar.

 

Saudara-saudara tidak akan menemukan fenomena yang lebih ganjil di sepanjang sejarah daripada yang ini: bahwa ketika kesesakan serta krisis mendatangi, begitu banyak orang, mulai dari semula, telah mencari jawaban di dalam ilmu perbintangan serta ilmu pernujuman, dan peramalan. Itu merupakan salah satu dari penyimpangan dari sifat kemanusiaan kita yang telah terjatuh ke dalam dosa, It is just one of the aberrations of our fallen human nature, semua dari yang mana secara mutlak dan secara keseluruhan telah dilarang oleh Firman Allah.

 

Kita tidak boleh mendatangi tukang-tukang ramal atau ahli-ahli nujum – orang-orang yang berbicara kepada orang-orang yang mati, kata mereka – dan tukang-tukang tenung dan ahli-ahli perbintangan. Perbuatan itu merupakan suatu penghinaan kepada Tuhan Allah, dia berkata – dia berkata bahwa di saat-saat kritis, akan kebutuhan, kita seharusnya mencari pengajaran serta kesaksian, yaitu, kepada firman Tuhan, kepada Kitab Suci. Sekarang saya beralih kepada kitab Yesaya 55, dan saya membacakan ayat yang ke 10 dan 11 – kitab Yesaya 55, dari ayatnya yang ke 10 dan 11:

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali lagi ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,

Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku, ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

 

Firman itu asalnya dari dalam keilahian serta pikiran Tuhan Allah yang tidak terbatas, dan firman itu dikirimkan kepada kita di dalam tujuan dan rencana pilihan Tuhan kita. Ada sebuah tujuan, sebuah rencana untuk setiap kehidupan, dan untuk semua hidup hukum kita sebagai sebuah negara, dan firman Tuhan itu dikirimkan dalam rangka mempertahankan kecerdasan serta tujuan surgawi dan keilahian itu. Dan Dia berkata, “ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” [Yesaya 55:11]. Dan Tuhan kita yang baik memberikan sebuah ilustrasi akan hal tersebut dan yang diberikan-Nya adalah ilustrasi yang tajam: “Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali lagi ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan. Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku, ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” [Yesaya 55:10]. Kuasa dari firman Tuhan seperti kekuasaan Tuhan Allah itu sendiri, tidak terbatas.

 

Setiap hari, dengan menggunakan ilustrasi mengenai hujan yang turun itu di sini, setiap hari, di suatu tempat, Tuhan Allah mengubah tetesan air hujan menjadi bunga. Dia mengubah tanah pertanian menjadi ladang-ladang gandum. Dia mengubah bagian-bagian padang rumput yang kering dan tandus menjadi padang rumput yang segar dan menghijau. Dia mengubah sinar matahari menjadi bunga-bunga anggrek dengan buah-buah yang siap untuk dipetik. Dan Tuhan Allah yang sama yang menulis di dalam Kitab Suci ini adalah Tuhan Allah yang saya yang telah mengeluarkan ucapan-ucapan pengakuan dari mulut-Nya. Dan Dia mengatakan bahwa ia akan melaksanakan apa yang dihendaki-Nya dan akan berhasil dalam apa yang telah disuruhkan kepadanya.

 

Seruan lain yang tidak seperti biasanya, seperti yang tertulis di dalam kitab Yeremia pasal yang ke 37, dari ayatnya yang ke 17. Kitab Yeremia 37:17: “Pada suatu kali raja Zedekia menyuruh orang mengambil dia. Lalu dengan diam-diam bertanyalah raja di istananya kepadanya: “Adakah datang firman dari Tuhan?” Jawab Yeremia: “Ada!” Apakah Tuhan Allah berbicara? Apakah Tuhan mengatakan sesuatu? Nabi itu menjawab raja terakhir dari Yehuda itu, Zedekia: “Allah berbicara; Allah memiliki sesuatu untuk dikatakan.” Dan ini merupakan kisah universal Tuhan Allah di seluruh isi dari Kitab Suci. Tuhan Allah berbicara. Tuhan Allah memiliki sesuatu untuk dikatakan. Tuhan Allah berbicara. Dan kepada mereka yang memiliki mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar, serta hati untuk memberikan tanggapan, kita dapat melihat dan mendengar serta menjadi peka terhadap kesaksian akan Allah di mana-mana.

 

Tuhan Allah berbicara melalui penciptaan di sekeliling kita, di atas kita, di bawah kita serta di dalam diri kita. “Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. [Mazmur 19: 2-3] 

 

Kabut tipis di kejauhan kaki langit,

Langit lembut yang tiada berbatas,

Yang sudah matang di ladang jagung kaya akan warna,

Dan angsa-angsa liar berlayar tinggi;

Dan semua melalui negeri di atas dan negeri di bawah

Kharisma dari tongkat keemasan

Beberapa orang berkata mengapa, karena musinm gugur,

Akan tetapi beberapa dari antara kita berkata, inilah Tuhan Allah….

Barisan penjaga sedang bertugas,

Seorang ibu menahan lapar demi anaknya,

Sokrates meminum racun cemara itu,

Dan Yesus berada di jalan;

Dan jutaan orang yang rendah hati serta tidak bernama,

Jalan datar yang sukar ditapaki

Beberapa orang mengatakan, demikianlah pentahbisan,

Akan tetapi beberapa dari antara kita mengatakan, demikianlah Tuhan Allah.

[“Masing-Masing Dengan Bahasanya”; William Herbert Carruth]

 

Bagi mereka yang memiliki telinga untuk mendengar, yang memiliki hati untuk menanggapi, Tuhan Allah berbicara di mana-mana. Tuhan Allah berbicara di dalam sejarah. Tuhan Allah berbicara di dalam penghukuman terhadap bangsa-bangsa. Ketika bangsa Asyur menjadi yang garang dan tangkas, menutup Yehuda dan Yerusalem, menghancurkan Samaria, serta membawa pergi kesepuluh suku dari utara itu, nabi Yesaya bertanya kepada Tuhan Allah, “Ada apa?” Dan Tuhan menjawab, “Asyur yang menjadi cambuk murka-Ku dan yang menjadi tongkat amarah-Ku!” [Yesaya 10:5]. Tuhan Allah berbicara di dalam sejarah.

 

Ketika orang-orang Kasdim yang garang dan tangkas datang untuk menghancurkan Yehuda dan membakar Yerusalem serta Bait Suci itu dengan api, Habakuk nabi itu bertanya kepada Tuhan Allah bagaimana seharusnya orang-orang yang lebih jahat daripada mereka ini diutus. Dan Tuhan Allah menjawab, “Orang-orang Kasdim ini, orang-orang Babel ini, Aku telah menugaskan mereka untuk menjalankan penghukuman serta menetapkan mereka untuk pembenaran” [Habakuk 1:4-12]. 

 

Pasal yang ke dua puluh tiga dari Injil yang pertama Matius melukiskan pemberitahuan Tuhan kita yang pahit terhadap kepemimpinan di Yerusalem dan di Yehuda. Dan pasal yang ke dua puluh tiga itu diikuti oleh pasal yang ke dua puluh empat, yang mana merupakan  ceramah hebat mengenai kewahyuan yang mana memberitahukan, dari Firman Tuhan kita, tentang hancurnya bait suci dan kehancuran kota tersebut dan kehancuran dari negara itu.

 

Tuhan Allah berbicara di dalam sejarah. Dan tidak akan mungkin melarikan diri dari suara penghukuman Tuhan Allah. Setiap negara – termasuk Amerika – yang melanggar perintah serta peraturan dari Yang Mahakuasa akan berhadapan dengan satu hari yang tidak terelakkan untuk pembalasan serta penghukuman.

 

Tuhan Allah berbicara di dalam sejarah; kadang kala, dengan cara yang tragis dan menakutkan. Itulah alasannya sehingga bangsa kita hidup di dalam ancaman yang terus menerus serta peramalan terhadap hari esok, karena kita adalah orang-orang yang jahat, dan semakin tidak dapat diatur dan semakin tidak tahu berterima kasih di dalam hidup kita – secara umum, secara pribadi, secara individu, dari dalam diri sendiri – dengan segala cara, Amerika menjadi semakin Anti terhadap Tuhan Allah serta berpihak kepada keduniawian. Dan di sana terdapat satu hari penghakiman yang akan datang dan kita merasakannya. Itulah suara dari Tuhan Allah . Tuhan Allah berbicara di dalam sejarah.

 

Tuhan Allah berbicara di dalam suara hati. “Hukum Taurat-Nya.” Seperti yang tertulis di dalam kitab Roma 2:15, “Hukum Taurat-Nya,” Alkitab mengatakan, “tertulis di dalam hati kita.” Dan dia mengatakan mereka yang bahkan tidak memiliki satu Alkitab, dan mereka tidak mengenal firman-firman mengenai keselamatan ini, mereka yang berada di luar pengenalan akan Kitab Suci, mereka juga memiliki suara hati yang berbicara kepada mereka, yaitu suara dari Tuhan Allah.

 

Saya tidak dapat berbuat apa-apa lagi begitu tertarik di dalam satu insiden di dalam hidup Charles Darwin yang menyebarluaskan teori evolusi itu. Di dalam sebuah kapal Inggris kecil yang bernama Beagle, dia berkeliling dunia. Dan ketika mereka berlabuh di ujung Amerika Selatan, di sebuah pedesaan yang bernama Tierra del Fuego, Charles Darwin menyaksikan sekelompok suku di sana, di ujung Amerika Selatan itu, yang begitu terbelakang, begitu terpinggir, sehingga dia mengatakan:

 

Mereka tidak memiliki jiwa, dan tidak memiliki kata hati, serta tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang benar dan apa yang keliru, dan mereka adalah mata rantai yang terputus antara hewan dengan homo sapiens – manusia.

 

Itulah yang dikatakan oleh Charles Darwin. Ketika ucapan itu kembali ke kota, Masayarat Misionaris kota London mengirimkan misionaris-misionaris mereka menemui penduduk Tierra del Fuego itu serta memberitakan Injil kepada mereka. Dan mereka telah berubah keyakinan dan berpaling dan menjadi orang-orang Kristen teladan yang mengagumkan. Tidak ada jiwa di sana, tidak ada perikemanusiaan di luar kata hati di dalam mana Tuhan Allah berbicara kepada umat manusia. Tuhan berbicara melalui kata hati.

 

Tuhan Allah berbicara melalui pemeliharaan hidup. Apakah ada kabar dari Tuhan Allah? Yeremia mengatakan ada. Allah berbicara melalui pemeliharaan dalam hidup. Tuhan Allah mengatakan sesuatu kepada kita ketika seorang bayi lahir di dalam rumah. Tuhan Allah mengatakan sesuatu kepada kita di dalam sakit penyakit serta di dalam tekanan. Ada kabar berita dari Allah, dengarkanlah Dia. Tuhan Allah berbicara kepada kita melalui kematian. Ini adalah suara dari Tuhan, Allah berbicara melalui kematian.

 

Satu orang kaya memiliki satu orang anak laki-laki yang meninggal dunia, dan setiap malam dia mengurung dirinya di dalam perpustakaannya membaca Alkitab, dan istrinya, ketika dia sedang bekerja di luar, istrinya masuk ke dalam perpustakaan tersebut dan menurunkan Alkitab suaminya dan membalik-balikkan halaman Alkitab itu untuk melihat apakah gerengan yang dengan sungguh-sungguh dibaca suaminya setiap malam. Dan dia melihat jawabannya: di manapun di dalam buku Tuhan itu, Tuhan Allah mengatakan sesuatu mengenai sorga, pengusaha yang sukses itu menggaris bawahinya dengan sebuah pensil yang berwarna merah.

 

Tuhan Allah berbicara kepada kita melalui Alkitab-Nya dan inilah dasar bagi iman itu. Kitab Ibrani dimulai dengan, “Setelah pada zaman dahulu kala Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” [Ibrani 1:1-2]. Di dalam Perjanjian Lama Tuhan Allah berbicara kepada kita melalui para nabi; Allah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya serta di dalam tugas pelayanan kerasulan dari Perjanjian Baru. Tuhan Allah berbicara kepada kita melalui Alkitab-Nya, dasar untuk iman.

 

Bagi saya, gambaran abadi dari Tuhan kita Yesus Kristus adalah dengan sebuah Alkitab di dalam tangan-Nya. Ketika Dia memulai pelayanan-Nya kepada khalayak ramai di Nazareth – di mana Dia bertumbuh menjadi dewasa, dari tempat mana Dia memulai tugas pelayanan publik-Nya, dibaptis oleh Yohannes Pembaptis di sungai Yordan – memulai tugas pelayanan-Nya secara terbuka di kota Nazareth, kepadanya diberikan gulungan Alkitab, gulungan yang dituliskan oleh nabi Yesaya. Dan Dia memulai dengan sebuah khotbah, sebuah pemberitahuan yang dari Firman Allah. Hidup Tuhan kita yang mendapatkan kemenangan didirikan di atas Firman Allah.

 

Demikian ketika Dia mengalahkan Iblis pada saat tiga kali pencobaan dengan kalimat ini: “Ada firman,” dan mengutip dari satu firman dari Allah, dari Kitab Suci. And demikian ketika Dia menjawab kaum kritikus itu, orang-orang Farisi itu, “Apa yang dikatakan oleh Kitab Suci itu?” Dan demikian ketika Dia menghadapi penderitaan kematian-Nya di kayu salib. Ketika Simon Petrus menghunus pedangnya untuk membela Tuhan, Tuhan berkata, “Masukkanlah. Masukkanlah pedang itu kembali ke sarungnya. Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis di dalam Kitab Suci kecuali Aku harus mati?” Dan ketika Tuhan kita berhadapan – di dalam kepastian dan keselamatan – dengan kematian yang menakutkan di kayu salib, Dia memberitahukan kalimat dari para nabi – seperti yang tertulis di dalam kitab Hosea 6, verse 2:  “Pada hari yang ketiga Aku akan bangkit kembali.” Erngiang-ngiang di telinga-Nya dan terucap dari mulut-Nya adalah janji yang indah dari nabi itu: “Pada hari yang ketiga Aku akan bangkit dari antara orang yang mati.” Dasar Iman, serta kepastian jaminan bahwa Tuhan kita hidup – bahwa Dia telah bangkit dari antara orang yang mati – ditemukan di dalam kesaksian kenabian dan berdasarkan Kitab Suci kepada kemenangan yang mengagumkan itu terhadap dosa, maut serta kematian.

 

Nah, sekarang kita akan menggali lebih dalam bagian yang terakhir dari pasal yang ke dua puluh empat dari kitab Lukas, yang bagi saya merupakan salah satu yang paling mengagumkan dari semua penyajian, dari semua penegasan akan Firman Allah yang dapat ditemukan di dalam seluruh isi Kitab Suci. Saya hanya tidak dapat membayangkan beberapa dari hal-hal ini yang akan kita lihat sekarang ini: Alkitab sebagai dasar untuk iman kepercayaan.

 

Pasal yang ke dua puluh empat dari Injil Lukas – kritikus dari Perancis, Renan, mengatakan bahwa kisah itu merupakan kisah yang paling indah di dunia ini – kisah itu merupakan suatu kisah seperti yang saudara-saudara ketahui, mengenai dua orang murid Tuhan: Kleopas dan seorang murid yang tidak disebutkan namanya, yang sedang berjalan dari kota Yerusalem menuju ke Emaus, dan mereka sedang bersedih. Tuhan, yang mereka harapkan akan menjadi Mesias untuk membebaskan bangsa Israel, Tuhan telah dibunuh dan semua pengharapan mereka dihempaskan sedalam-dalamnya ke tanah. Akan tetapi ada beberapa dari antara mereka yang mendatangi mereka seraya mengatakan bahwa Dia sudah bangkit dari antara orang mati. Akan tetapi mereka tidak dapat mempercayai hal-hal yang seperti itu.

 

Sekarang, ayat yang ke 25: “Lalu Yesus berkata kepada mereka …”  Dia tidak dikenal, mereka tidak mengenali siapa orang asing tersebut. Dia menyatakan diri-Nya sendiri ketika sedang memecah-mecah roti pada saat perjamuan makan malam akan tetapi ketika sedang berjalan-jalan bersama-sama, mereka tidak mengetahui siapakah diri-Nya sebenarnya. Akan tetapi Dia adalah Tuhan Yesus, dan Tuhan Yesus berkata kepada mereka, dan saudara-saudara sudah membacanya dalam keadaan sudah diterjemahkan, “Hai, kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu …” Kata di dalam bahasa Yunaninya merupakan sebuah sisipan huruf alfa, “a,” “a,” noetos, “pikiran, pemahaman”; anoetos,  “Hai, kamu orang yang tidak mengerti, orang yang tidak berfikir.”

 

“Hai, kamu orang yang tidak mengerti, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [Lukas 24:25-27]

 

Apakah saudara-saudara melihatnya? Lihatlah ayat itu dengan teliti. Apakah Dia berkata kepada mereka, “Hai, kamu orang yang tidak mengerti, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya,” apa?  “Hai, kamu yang lamban hati untuk percaya apa yang dikatakan oleh malaikat-malaikat di kubur itu?” Apakah Dia mengatakannya? Tidak. “Hai, kamu yang lamban hati untuk percaya apa yang dikatakan oleh wanita itu ketika mereka berada di kubur itu dan melihat kubur itu kosong,” apakah itu…?  Tidak. “Hai, kamu yang lamban hati untuk percaya apa yang dikatakan oleh Petrus dan apa yang dikatakan oleh Yohannes ketika mereka berlari-lari ke kubur itu dan menemukan bahwa Yesus sudah tidak ada lagi di situ?” Tidak.

 

“Hai, anoetos, Hai, kamu orang yang tidak mengerti, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya,” apa? Untuk percaya “segala seuatu yang telah dikatakan para nabi.” Sebelum malaikat itu mengatakan, “Dia tidak ada di sini, Dia sudah bangkit dari antara orang mati, masuk dan lihatlah tempat di mana Dia dibaringkan”; sebelum perempuan itu memberitahukan, “Kami telah melihat Dia serta menyembah kaki-Nya”; sebelum murid-murid itu menyatakan ke seluruh dunia, “Sesungguhnya Dia telah bangkit!”; sebelum itu semua, kesaksian penegasan yang besar dari Kitab Suci yang mengatakan, “Pada hari yang ketiga, Dia akan bangkit kembali.” Penegasan yang luar biasa akan kebangkitan Tuhan kita merupakan kesaksian dari Alkitab, dari Kitab Suci.

 

Nah, saya supaya saudara-saudara melihat pada hal yang sama di dalam pasal yang sama, kitab Lukas 24, dimulai dari ayatnya yang ke 36: Dan selagi mereka berada di sana, murid-murid itu, berada di kamar bagian atas, tiba-tiba berdiri ditengah-tengah mereka. Salah satu mujizat dari tubuh kita yang telah bangkit kembali adalah berjalan menembus dinding, berjalan menembus pintu. Saya sering kali memikirkan hal tersebut di dunia yang akan datang nanti, di dalam tubuh kita yang telah dibangkitkan, kita dapat mengebut dari satu tempat menuju ke tempat lain dengan kelincahan serta kecepatan pikiran. Saya dapat berfikir, “Sekarang saya berada di kota London,” “Sekarang saya berada di kota Hong Kong,” “Sekarang saya berada di kota Johannesburg, Afrika,” “Sekarang saya berada di kota Bangkok.” Dan di dalam tubuh yang telah dibangkitkan itu, dengan begitu cepat kita dapat pergi dari satu tempat ke tempat yang lain. Segala sesuatu yang di luar imajinasi yang telah dipersiapkan Allah bagi kita yang mencintai Dia.

 

Dan tubuh Yesus yang telah bangkit itu, tiba-tiba Dia sedah berada di sana, dan berkata kepada mereka, “Shalom” - “Damai sejahtera bagi kamu.” Dan mereka menjadi terkejut dan takut, dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Dan Dia berkata, “Mengapa kamu terkejut? Dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-KU: Aku sendirilah ini; rabalah Aku – sentuhlah Aku - dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku …”  Lalu kemudian Dia meminta sesuatu untuk dimakan kepada mereka, dan Dia makan di depan mereka semua. Sekarang saudara-saudara perhatikan pada apa yang dikatakan-Nya:

 

Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.

 

Semua itu adalah tiga pembagian orang-orang Ibrani tentang Alkitab orang-orang Ibrani, dengan kata lain, Kristus merupakan pokok dari Kitab Taurat Musa. Kristus merupakan pokok utama dari kitab nabi-nabi dan Kristus merupakan pokok yang utama dari kitab Mazmur dan tulisan-tulisan. Keseluruhan isi Kitab itu menunjuk kepada Dia!

 

Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. [Lukas 24:36-46]

 

Sekarang, perhatikanlah untuk sesaat. Tuhan sendiri yang berdiri di sana, di hadapan murid-murid itu. Mereka sedang melihat pada Dia, yang telah bangkit dari antara orang mati, dan Dia menunjukkan tangan-Nya serta bekas paku itu kepada mereka, dan menunjukkan kaki-Nya serta luka-luka akibat paku itu di sana. Dan Yohannes berkata, luka yang besar itu ada di lambung-Nya. Dan Dia berkata, “Rabalah Aku dan lihatlah bahwa Aku sendirilah ini.”

 

Dan meskipun telah mengatakan hal itu, Tuhan berkata, “Penegasan yang utama dari kebangkitan tubuh-Ku dari antara orang-orang yang sudah mati, dari kubur adalah demikian, “Ada tertulis demikian di dalam Alkitab.” Semuanya jauh di luar – hal itu berada jauh di luar pemikiran saya, akan tetapi pengertiannya kelihatan dengan jelas. Mata kita mungkin dapat menipu kita. Sentuhan saya mungkin dapat menyesatkan saya, dan telinga saya, bunyi dari suara-Nya, mungkin menjadi sebuah ilusi, akan tetapi Firman Allah itu pasti dan meyakinkan untuk selama-lamanya. Penegasan yang luar biasa dari kebangkitan Tuhan kita, dari Kristus kita yang hidup, bukan karena murid-murid-Nya telah melihat Dia, atau telah mendengar suara-Nya, atau telah menyentuh Dia. Akan tetapi jaminan besar itu adalah bahwa Kitab Suci, para nabi itu mengatakan, “Dia akan bangkit dari antara orang mati.”

 

Itulah sebabnya mengapa barusan saja, saya meminta saudara-saudara membaca bagian ayat ini dari kitab 2 Petrus, pasal yang pertama. Saya hanya hampir tidak dapat percaya apa yang saya baca ketika saya melihat pada Kitab yang diberkati ini. Di dalam potongan ayat yang baru saja saudara-saudara baca itu, Simon Petrus berkata, “Ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus” [2 Petrus 1:18]. Dan kami melihat: “kami adalah saksi mata” [2 Petrus 1:16] – kami melihat keilahian-Nya yang penuh dengan keagungan bersinar.”

 

Alkitab mengatakan bahwa tubuh itu ditutupi oleh keilahian dari Tuhan kita. Dan ketika melukai tubuh-Nya sehingga keilahian-Nya datang. Tubuh itu menjelma, diselubungi keilahian Kristus. Dia hanya kelihatan seperti seorang manusia, berjalan layaknya seorang manusia, berbicara dan makan serta hidup, tidur, merasa letih, merasa jemu layaknya seorang manusia. Tetapi – tetapi tubuh itu diselubungi oleh keilahian Tuhan kita. Dan Simon Petrus mengatakan bahwa, “Kami melihat Dia dipermuliakan di atas gunung, keilahian dari Tuhan kita memancar. Dan kami melihat parousia; datangnya Tuhan kita Yesus Kristus di dalam kemuliaan dan keagungan. Dan bukan hanya itu saja yang kami lihat – ketika kami berada di sana – tetapi kami mendengar suara Bapa Surgawi yang mengatakan, ‘Inilah Anak Yang Ku-kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.’” [2 Petrus 1:17].

 

Nah, Simon Petrus yang menuliskannya, yang menuliskan apa yang baru saja saudara-saudara bacakan, “kami berada di sana. Kami melihat Dia. Kami mendengar suara Allah! Inilah keilahian dari ketuhanan, Yesus, dan inilah parousia; janji akan kedatangan-Nya yang terakhir dan penghabisan. Aku melihatnya.” Dia berkata, “Kami melihatnya,” Petrus, Yakobus dan Yohannes, “dan kami mendengarnya.”

 

Nah, lihatlah pada ayat sesudah ayat yang telah saudara-saudara baca, “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi” [2 Petrus 1:19]. Saksi-saksi besar terhadap keilahian Kristus serta kepada kedatangan-Nya di dalam keagungan serta di dalam kemuliaan bukan karena kedua mata kita melihatnya, atau tangan kita merabanya, atau telinga kita mendengarnya, akan tetapi saksi serta pengakuan besar adalah Firman Allah yang sempurna dan tak tergoyahkan.

 

Hal itu membuat saya kagum serta takjub, tentang apa yang dijelaskan Tuhan Allah mengenai Kitab-Nya – dasar untuk iman percaya. Dan alasannya adalah, dan saya mengulanginya, mungkin apa yang telah saya lihat merupakan sebuah muslihat, mungkin apa yang telah saya rasakan adalan penyesatan, dan mungkin apa yang telah saya dengar adalah sebuah ilusi. Akan tetapi firman Tuhan tidak pernah gugur, tidak pernah menyesatkan, tidak pernah menipu. Firman itu akan diam di dalam kebenaran untuk selama-lamanya. Dan ini merupakan Firman yang oleh Injil menjadi doa kita. Firman ini berasal dari Injil ketika diberitakan kepada saudara-saudara, dasar untuk iman percaya.

 

Satu rasul lain lagi: ketika rasul Paulus berdiri di hadapan raja Agripa – seperti yang tertulis di dalam kitab Kisah Para Rasul pasal yang ke dua puluh enam – dia berdiri di hadapan sang raja beserta seluruh rombongan kerajaannya, dan dia bertanya kepada sang raja, “Raja Agripa sebagai seorang Yahudi,” dia bertanya, “Percayakah engkau, raja Agripa, kepada para nabi?” [Kisah Para Rasul 26:27]. Mengapa dia tidak mengatakan demikian, “Apakah engkau percaya akan kesaksian Simon Petrus? Apakah engkau percaya akan kesaksian Yohannes? Apakah engkau percaya akan kesaksian Yakobus? Saya sendiri telah melihat Dia! Apakah engkau percaya akan kesaksian Paulus, seorang tahanan ini? Tidak. Apa yang dikatakannya adalah, “Percayakah engkau kepada para nabi?” – saksi Alkitab terhadap kebenaran Tuhan Allah. 

 

Dan dia, rasul Paulus menerangkannya semua, seperti yang tertulis di dalam kitab 1 Korintus 15 – keempat ayatnya yang pertama – dia menjelaskan tentang Injil: “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu – aku memberitahukan kepada kamu – akan Injil …yang di dalamnya kamu diselamatkan, yang di dalamnya kamu berdiri teguh” [1 Korintus 15:1]. Apa? “Bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ke tiga, sesuai dengan Kitab Suci” [1 Korintus 15:3-4]. Dan suatu hari nanti, Dia akan datang kembali, sesuai dengan Kitab Suci – dasar akan iman percaya, Firman Allah.

 

Saya ingin mengakhiri dengan apa yang – bagi saya – merupakan salah satu bacaan yang paling menggerakkan yang pernah saya baca. Alasan bahwa – mungkin secara psikologis – alasan sehingga bacaan itu membuat suatu permohonan yang paling menggerakan bagi saya; puisi yang berkenaan dengan seorang penabuh drum dari Ealden, seorang pedagang.

 

Ketika saya masih kecil yang tumbuh menjadi dewasa di suatu tempat yang jauh, begitu jauh tempatnya, mengapa, sesekali datanglah orang yang biasa kami sebut dengan “penabuh drum” Dan dia akan kembali dan mengetuk pintu. Ibu selalu begitu gembira melihat orang itu, seorang “penabuh drum.)” Dan dia akan membuka sebuah koper yang besar. Koper itu memiliki sebuah penutup, anda tahu, dan kita akan melepaskan penutup itu, dan penutup itu terikat bersama oleh dua tali pengikat yang besar disekelilingnya. Baiklah, dia akan melepaskan penutup itu, dan dia akan menunjukkan semua jenis gulungan kain kepada ibu saya. Dia pasti membawa kain belacu, dan kain genggang, dan kain katun, dan kain sutera, dan semua jenis barang-barang. Dan ibu akan membelinya dengan ukuran yard.

 

Lalu kemudian, dia begitu diberkati tangan-tangannya, dan dia akan membuatkan pakaian dari kain yang baru dibelinya itu, dan membuatkan saya kemeja-kemeja kecil serta baju-baju untuk dia, dan yang lainnya. Penabuh drum itu – hal itu merupakan suatu kekaguman untuk saya, untuk berdiri di sana dan melihat semua yang terjadi.

 

Ini adalah seorang penabuh drum. Dia adalah seorang pedagang dari Waldensia, dan dia tinggal di sana, tempat ketika di zaman dahulu di abad pertengahan, ketika Alkitab-Alkitab dibakar, dan bagi mereka yang memilikinya dijadikan menjadi seorang martir di tiang-tiang pancang. Ini adalah seorang pedagang dari Waldensia. Dan dia berada berada di sebuah rumah yang seperti istana, dan dia sedang menunjukkan permata-permatanya, dan kain-kain suteranya, dan kain-kain satinnya, ke hadapan seorang ratu, seorang wanita bangsawan. Jadi, sembari puisi itu bergerak maju, ini adalah akhirnya. Whittier menulis bahwa pedagang dari Waldensia itu berkata, setelah menunjukkan semua barang-barangnya, semua permata-permatanya dan kain-kain suteranya dan kain satinnya, lalu kemudian dia menambahkan,

 

Hai, nyonya cantik, saya memiliki sebuah permata

Yang lebih murni yang kilauannya menghempaskan,

Dari kilau berlian dari mahkota yang bertahtakan permata

Di atas kening mulia raja-raja,

Sebuah permata dengan harga yang menawan,

Yang kebaikannya tidak akan membusuk,

Yang sinarnya akan seperti mantera bagimu

Dan sebuah berkat di dalam perjalananmu!”

Awan akan menjauh dari kening para peziarah,

Seperti sebuah Kitab yang kecil dan tipis,

Tidak dilapisi dengan emas atau permata yang tak ternilai,

Diambilnya dari jubahnya yang terlipat!

Ini, nyonya cantik, mutiara yang mahal,

Semoga dapat membuktikan banyaknya kepadamu!

Tidak, simpanlah emasmu, aku tidak memintanya,

Karena Firman Allah itu tidak dibayar!"

[“Guru Vaudois”; John Greenleaf Whittier,]

 

Sungguh sebuah puisi yang indah! Semua permata yang ada di dunia ini, semua jubah sutera dan satin yang ada di muka bumi ini, semua istana di dalam mana para raja dan ratu pernah tinggal, semua harta kekayaan yang pernah dimiliki oleh manusia, yang paling berharga adalah Firman Allah – dasar akan iman percaya.

 

Dan apabila saya memiliki satu jam lagi, atau dua jam lagi, atau dua hari lagi, saya akan mencoba memberitakan tentang jaminan keselamatan kita yaitu Firman Allah. Jaminan akan sorga adalah Firman Allah. Jaminan akan kebangkitan kita kembali adalah Firman Allah. Jaminan bahwa suatu hari nanti kita akan melihat Yesus adalah Firman serta janji Allah. Jaminan akan pertolongan Tuhan di saat-saat yang dibutuhkan adalah Firman yang tidak tergoyahkan dan tidak berkesudahan – dasar akan iman percaya “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” [Yesaya 40:8].

 

Sekarang, bolehkah kita bangkit berdiri untuk berdoa? Tuhan kami yang ada di sorga, demikianlah nama-Mu, Firman Allah. Dan itulah jaminan kami, Firman serta janji-janji Tuhan Allah. Semakin cepat bintang-bintang itu keluar dari tempatnya di langit, semakin cepat tahta dari sorga itu dapat dihancurkan serta ditaklukkan, semakin cepat Dia dapat turun tahta dari menjadi Allah dan daripada Tuhan Allah akan menyesatkan kita di dalam pengakuan-Nya serta dari Kitab-Nya. Dan ketika Tuhan Allah berjanji, Dia akan menepati janji itu untuk selamanya. Dan saya memendam janji itu apabila saya menerima Yesus sebagai Juru Selamat saya, Dia akan menuliskan nama saya di dalam Kitab Kehidupan itu, serta menjagai saya melewati seluruh perjalanan para peziahah di dunia ini, dan membawa saya kepada Dia sendiri di dalam dunia yang akan datang nanti.

 

Tuhan Allah yang baik, diberkatilah Engkau atas kesaksian hamba-Mu di saat yang kudus ini; berbicara ke dalam hati manusia. Dan sebentar lagi ketika kita menyanyikan permohonan kita, Tuhan Allah yang baik, semoga akan menjadi lebih banyak orang yang datang kepada Tuhan dan kepada kami. Oh, kami berterima kasih untuk hal itu!

 

Dan sembari bangsa kita berdoa, anda satu keluarga, masuklah ke dalam persekutuan dari gereja kita yang menyenangkan ini; engkau dan pasanganmu, atau hanya angkau sendirian, “Hari ini, aku telah menerima Yesus sebagai Juru Selamat saya.” Atau, “Hari ini, kami menjawab dengan hidup kami, menjawab undangan yang dipanggilkan kepada Tuhan Allah.” Lakukanlah sekarang juga. Dan Tuhanku, kami akan berterima kasih kepada-Mu untuk tuaian yang manis itu, di dalam nama-Mu yang berkuasa menyelamatkan, amen.

 

Dan selagi kita menunggu untuk saat ini, dan sembari kita berdoa, di sekitar balkon, turunlah melalui tangga-tangga itu dan masih ada waktu yang luang, datanglah. Di dalam kerumunan masa serta desak-desakan orang di lantai yang lebih rendah ini, masuklah ke dalam salah satu lorong itu, Tuhan Allah memberkati saudara-saudara ketika saudara-saudara menjawab dengan hatimu. Para pendeta kita berada di sini. Diaken-diaken kita berada di sini, Roh Kudus berada di sini. Para malaikat memberkati saudara-saudara ketika saudara-saudara datang. sembari kita menunggu dan sembari kita berdoa dan sembari kita bernyanyi