KELAHIRAN ANAK ROHANI

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 66: 5-8

09-26-76

 

 

Ini adalah Pendeta yang menyampaikan warta yang diberi judul: Kelahiran Anak-Anak Yang Rohaniah, Kelahiran Anak-Anak Rohaniah atau Geliat Jiwa. Sekarang sudah hampir lebih sedikit dari satu setengah tahun, saya telah memberitakan melalui kitab yang dituliskan oleh nabi Yesaya. Dan hari ini merupakan warta yang terakhir yang diambil dari kitab tersebut.

 

            Ada enam puluh enam pasal yang terdapat di dalam kitab Yesaya. Dan bagian ayat untuk hari ini diambil dari kitab Yesaya 66:7-9 dan warta ini datang dari sebuah nas yang berada di tengah-tengah ayat-ayat tersebut. Yesaya 66:7-9:

 

Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki.

Siapakah yang telah mendengar hal yang seperti itu, siapakah yang telah melihat hal yang demikian? Masakan suatu negeri diperanakkan dalam satu hari, atau suatu bangsa dilahirkan dalam satu kali? Namun baru saja menggeliat sakit, Sion sudah melahirkan anak-anaknya.

Masakan Aku membukakan rahim orang, dan tidak membuatnya melahirkan? Firman Tuhan. Atau masakan Aku membuat orang melahirkan, dan menutup rahimnya pula? Firman Allahmu. 

 

Dan nas bacaan itu adalah: “Namun baru saja menggeliat sakit, Sion sudah melahirkan anak-anaknya.” Perumpamaan tentang kelahiran itu dipergunakan dengan arti yang sangat mendalam di dalam Firman Allah. Seperti yang tertulis di dalam kitab Yohannes pasalnya yang ke tiga, ketika Tuhan kita sedang berbicara dengan Nikodemus, Tuhan berkata kepadanya: “Engkau harus dilahirkan - anothen - kembali (“dari atas”, “kembali”)

.

            Lebih jauh lagi Dia menambahkan:

 

Sesungguhnya, sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, kecuali seornag tidak dilahirkan dari air (pencucian kata) dan Roh (yang diperbaharui) (dari Allah), ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. 

 

Dan kemudian sekalipun begitu, kembali dari pasal yang sama: “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.” Itu merupakan suatu perumpamaan yang sangat mendalam yang ada di dalam Kitab Suci. Dan perumpamaan itu sangat dipakai di dalam nas bacaan saya ini. Sang ibu adalah Sion, dan bayi laki-laki yang lahir itu adalah Israel secara rohaniah, bangsa Israel Allah yang sebenarnya. Dan kelahiran itu terjadi begitu cepatnya, begitu tiba-tiba, begitu segera. Sungguh menakjubkan kecepatannya.

 

Siapakah yang telah melihat hal yang demikian? Dia berkata: “Bahwa suatu negeri diperanakkan dalam satu hari? Bahwa bumi diperanakkan sekaligus? Karena segera setelah – dengan cepat – segera setelah Zion menggeliat, dia melahirkan anaknya.” Berbulan-bulan, bertahun-tahun, mungkin sudah berabad-abad merindukan serta menantikan dan menangis dan menderita, dan menggeliat; lalu kemudian satu campur tangan yang dahsyat, yang luar biasa serta ajaib dari Allah, dan satu bangsa dilahirkan di dalam satu hari.

 

            Tentu saja, saya tidak mampu mengatakan bahwa Tuhan memang meniatkannya, akan tetapi hal itu sangat berarti bagi saya. Di dalam ayat klimaks yang terdapat di dalam kitab Wahyu, yaitu seperti yang tertulis di dalam kitab Wahyu 22 pasal, dari ayatnya yang ke 20: “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang tachu (diterjemahkan “segera”).” 

 

Bagi saya kelihatannya bahwa Tuhan memang memaksudkannya, ketika Dia berkata kepada rasul Yohannes di kepulauan Patmos - “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang segera.” – Dia tidak serius mengatakannya: “Besok, saya akan kembali. Di dalam beberapa jam, saya akan kembali.” Akan tetapi yang dimaksudkan-Nya adalah, pada saat penyempurnaan zaman, setelah melawati waktu kesusahan, semua hal ini dengan segera akan datang. Mereka akan tiba dengan cepat. Mereka akan sampai dengan segera – hanya seperti itu.

 

Demikian juga dengan penanganan Allah sepanjang zaman: bagi saya kelihatannya bahwa memang Tuhan Allah bekerja dengan cara seperti itu. Di sana terdapat suatu jalan waktu dan bangsa Tuhan, sisa-sisa yang memegang teguh kesetiannya berseru dan mereka mengalami penderitaan, mereka memanjatkan doa, mereka memohon. Lalu kemudian ketika sifat yang berapi-api sudah berjumlah penuh naik kepada Tuhan Allah, di sana terdapat suatu kelepasan yang mengagumkan dan ajaib. Tuhan Allah sepertinya bekerja dengan cara yang seperti itu.

 

Karena segera setelah Sion menggeliat, dengan segera, hanya sebentar saja, terdapat satu kelahiran: anak laki-laki itu telah lahir; bangsa itu telah dilahirkan kembali, kebangkitan tiba, kelepasan yang datang dari tangan-Nya yang diurapi. Saya mengatakan, bagi saya kelihatannya Tuhan Allah bekerja dengan cara yang seperti itu di sepanjang masa. Anak-anak dari segala zaman akan berseru dalam perbudakan bangsa Mesir. Dan ketika ketinggian suara jeritan mereka jauh melampaui apa yang dapat didengarkan oleh telinga Allah, Dia mengutus Musa. Dia menaikkan Musa, lalu melepaskan bangsa itu dari perbudakan bangsa Mesir.

 

Atau sedemikian ketika di zaman Ahab dan Izebel: tujuh ribu orang yang masih tetap memegang teguh kesetiaan mereka kepada Yahwe, di dalam seruan mereka kepada Allah, tiba-tiba, tanpa adanya pemberitahuan – tidak seorangpun tahu dari mana kedatangannya – tiba-tiba, muncullah nabi Elia. Dan di atas Gunung Karmel, dia memimpin bangsa Israel untuk keluar dari keingkaran mereka, kembali kepada kebangkitan agung kepada Tuhan Allah.

  

Atau kembali di zaman Manasse, yang kebejatan moralnya menolak untuk menyelamatkan Yehuda, ketika dia membawa bangsa itu masuk ke dalam dosa dan penyembahan terhadap berhala yang tidak pernah mereka kenal sebelumnya. Lalu kemudian bangkitlan Yosia, yang menemukan kitab Taurat di dalam Bait Suci, mencabik-cabik pakaiannya ketika mengaku salah kepada Tuhan Allah. Dan di dalam gerakan hebat untuk bangkit kembali yang menyusul sesudahnya, Daniel dan Yehezkiel serta Yeremia datang untuk mengenal Tuhan.

    

            Demikian juga yang terjadi pada saat pembuangan ke Babel. Setelah tujuh puluh tahun menderita dan menangis di tepian sungai Babilonia. Tiba-tiba, Koresh, orang Persia itu, dan Yerubabel, serta Ezra dan Nehemia menyelamatkan bangsa itu dan membangun kembali dinding kota mereka serta bait suci mereka di Yerusalem.

 

            Demikian juga yang terjadi pada saat perbudakan oleh bangsa Romawi, mental bangsa itu sudah sedemikian rendahnya; dan agama mereka sudah sedemikian formalnya dan tandus serta gersang. Akhirnya, dengan menyalibkan Tuhan, Raja Kemuliaan dari sorga. Akan tetapi dari semuanya itu, tiba-tiba – seperti derasnya tiupan angin yang perkasa – tiba-tiba, Roh Kudus dituangkan oleh Tuhan Allah di sorga. Dan zaman luar biasa yang agung dari kasih karunia iman kepercayaan Kristen telah dimulai.

 

            Demikian juga yang terjadi pada saat penyelidikan: bangsa Tuhan, orang-orang martir, yang dibakar di tiang pancang, yang disiksa sampai mati. Lalu kemudian, tiba-tiba, di sana, berdiri di atas kakinya – di mana dia ingin bertelut di dalam Scala Santa – di hadapan Saint John Loran, di sana berdirilah Martin Luther. Dan seperti petir yang datang dari langit, firman itu mendatangi jiwanya: “Hanya akan hidup oleh Iman,” bukan karena bertelut atau liturgi! Dan Reformasi besar itupun diluncurkan!

 

            Saya fikir semuanya ini merupakan pertanda dari bagaimana jadinya nanti pada saat akhir zaman: pada waktu kesusahan itu, serta penderitaan itu, dan jeritan dari umat Allah, lalu kemudian dengan tiba-tiba, datanglah penyempurnaan zaman, Yesus sudah datang! Kelihatannya Tuhan Allah bekerja dengan cara yang seperti itu. Oleh karena itu, adalah benar perbuatan kita untuk menantikan serta berdoa untuk suatu campur tangan Allah dari sorga.

 

Penyingkapan-penyingkapan besar yang ada di dalam Alkitab serta pengajaran-pengajaran agung yang ada di dalam Kitab Suci bukan hanya untuk sebentar saja, bukan hanya berlangsung sebentar saja, atau temporer saja, akan tetapi mereka berlaku untuk sepanjang masa. Mereka sama seperti Tuhan Allah itu sendiri, tidak pernah berubah. Semuanya dapat diaplikasikan di dalam situasi apapun juga. Dan hal itu juga sama dengan doktrin yang ada di sini.

     

Para pemberita zaman dahulu yang biasa saya dengan berkhotbah pasti akan mengutip ayat ini, dan menajamkannya seperti ini: “Karena segera setelah Sion menggeliat, dia melahirkan anaknya..” Implikasinya senantiasa bahwa ketika umat Allah memanjatkan doa mereka, ketika mereka membungkukkan badan di hadapan Tuhan, ketika mereka berseru di hadapan Allah di sorga, lalu kemudian kebangkitan kembali itu – anak-anak, anak-anak rohani, lahir ke dalam kerajaan Allah.

 

Bukankah itu merupakan sesuatu pengajaran yang aneh atau luar biasa. Saya melihatnya di mana-mana di dalam pekerjaan dan perjalanan di dunia. Adalah dalam pergumulan sehingga keberhasilan datang kepada mereka yang bekerja di dalam setiap bidang, atau di setiap ajang kehidupan. Di sini ada seorang musisi, dan dia membuat dunia tercengang dengan permainannya yang begitu indah: dengan menggunakan alat musik organ, dengan menggunakan alat musik piano, dengan menggunakan alat musik biola, dengan menggunakan alat musik terompet besar. Dan dunia begitu tercengangnya. Akan tetapi, di belakang permainan yang begitu indah itu, ada pergumulan yang terjadi: berjam-jam dan berhari-hari mengalami latihan.

 

Demikian juga dengan pengobatan: seorang ahli bedah yang termasyhur, seorang dokter yang cerdas, memberikan penyembuhan kepada orang banyak. Akan tetapi di balik pelayanan pengobatannya itu, telah terjadi pergumulan serta kerja keras selama bertahun-tahun lamanya.

 

Demikian juga yang terjadi di bidang atletik: orang-orang yang begitu merasa terhormatnya membawa panji-panji kota mereka, atau negara bagian mereka, atau sekolah mereka – seperti yang ada di Olimpiade – negara mereka: ketika mereka dimahkotai dengan kesuksesan, di belakang semuanya itu ada bertahun-tahun kerja keras dan latihan serta pergumulan.

 

Demikian juga yang terjadi di dalam kebebasan berpolitik dari satu negara: berkat yang kita nikmati, betapa mulianya mereka. Akan tetapi, di balik itu semua terhampar darah, pengorbanan dari pada prajurit yang telah menyerahkan hidup dan nyawa mereka bagi kita semua.

 

            Oleh sebab itu, tidak ganjil atau unik bahwa kita melihat doktrin yang sama di dalam gereja kita. Datang dari suatu pergumulan dan penderitaan serta duka cita dari Tuhan kita lahirlah keselamatan bagi kita. Kita diterima sebagai orang di depan pandangan-Nya. Kita lahir di dalam darah-Nya; dan di dalam penderitaan-Nya, dan di dalam kesedihan-Nya dan di dalam linangan air mata-Nya dan sedu sedan-Nya, dan di dalam kematian-Nya.

 

            Dan demikian juga yang terjadi di dalam gereja yang berkelanjutan samapi dengan sekarang, Israel sejati kepunyaan Tuhan Allah, orang-orang rohaniah sejati milik Tuhan. Seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus di dalam ayat yang mengagumkan yang berada di dalam Kolose 1:24, karena saya harus: “Menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang (di dalam kesusahan) pada penderitaan Kristus …” Bagaimana hal yang seperti itu bisa terjadi? Ah, apakah penebusan-Nya belum sempurna ketika Dia mati untuk kita di kayu salib? Sudah sempurna! “Sudah selesai,” Dia berseru. Dan tidak ada lagi yang tersisa untuk penebusan dosa.

 

Lalu kemudian apa yang dapat dimaksudkan oleh rasul Paulus ketika dia mengatakan: “(Aku harus) menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus.” Apa yang dimaksudkannya adalah sesederhana ini: yaitu Kristus telah mati untuk kita sehingga kita boleh ditebus dan diselamatkan dari dosa-dosa kita. Yang tersisa untuk kita adalah sebuah penderitaan, sebuah pergumulan di dalam gereja, sehingga gereja boleh hidup; sehingga gereja boleh bersemangat, sehingga gereja boleh bergairah, sehingga gereja boleh memiliki Roh Allah yang menggerakkan di dalamnya. Dan di sana tidak ada berkat rohaniah yang akan mendatangi kita tanpa adanya pergumulan itu; dan tanpa pergumulan itu, dan kesedihan yang mendalam itu, dan doa itu, dan beban hati itu.

 

Sekarang, izinkanlah saya berbicara sebentar mengenai mengapa gereja harus mengalami pergumulan, harus terbeban, harus menderita sekali di dalam berdoa. Yang pertama, keduniawian dari jemaat-jemaat kita sendiri. Saya memimpin sebuah gereja sebagai moderator gereja tersebut. Saya juga menggembalakan kawanan ternak seperti seorang yang digembalakan. Dan saya melihatnya di mana-mana dan saya melihatnya di setiap waktu: hati dari bangsa saya sendiri di dunia luar sana – bukan disini, tidak sebenarnya, akan tetapi di luar sana. Dan pelayanan Tuhan Allah menjadi bersifat insidentil, penantian dan tidak mengenai intinya – tidak pernah terpusat dan bersifat dinamis.

 

Iblis mengawasi benih yang ditaburkan oleh Tuhan. Dia mengawasi ladang-ladang Kristus. Iblis membajak lebih dalam dan dengan putusasa dengan keburukan. Gulungan dari ular tua itu telah mengelilingi serta melengkungi seluruh muka bumi ini termasuk kita sendiri. Bagaimana saudara-saudara memutuskannya – penahanan Iblis terhadap hidup kita, serta panggilan dan bujukan dunia ini? Tidak ada jalan untuk dilakukan, kecuali memohon kepada Tuhan Allah.

 

Mengapa gereja tunduk di dalam pergumulan? Karena kesukaran dunia – kesulitan untuk memenangkan orang-orang bagi Yesus. Saya ingin supaya saudara-saudara melihat pada hal ini: lebih dari lima puluh tahun yang silam, Billy Sunday – seorang pekabar Injil yang bersemangat - Billy Sunday berkata: “Lebih sulit memenangkan seorang anak laki-laki berusia lima belas tahun di saat-saat akhir tugas pelayanan saya, dari pada memenangkan seorang pria berusia tujuh puluh tahun pada awal-awal tugas pelayanan saya.” Jika Billy Sunday mengatakannya lebih dari lima puluh tahun yang lalu, apa yang akan dikatakannya apabila dia hidup di zaman sekarang?

                

Kesulitan: kesukaran untuk memenangkan orang bagi Kristus, mengeluarkan mereka dari dunia ini, dan membawa mereka masuk ke dalam kasih karunia dari Tuhan kita Yesus. Mengapa gereja tunduk di dalam pergumulan? Karena tragedi dari orang-orang yang tersesat, biar bagaimanapun juga saudara-saudara harapkan untuk mengatakannya – secara filosofi, secara akademis, secara ilmu agama, secara budaya, secara politik, secara ilmiah, secara sejarah, secara pribadi – bagaimanapun seseorang memilih untuk mengatakannya: ini merupakan kenyataan yang paling tidak sopan, paling kasar dan mengerikan – kenyataan yang mengerikan akan sejarah umat manusia dan kehidupan umat manusia – sebuah negara tersesat tanpa Allah! Sebuah keyakinan akan tersesat tanpa Allah. Satu kota akan tersesat tanpa Allah, Satu keluarga akan tersesat tanpa Allah. Satu kehidupan akan tersesat tanpa Allah. Jiwa manusia akan tersesat tanpa Allah. Dan hal itu membungkukkan badan kita di dalam pergumulan di hadapan Tuhan.

 

Mengapa gereja tunduk di dalam pergumulan? Karena itu adalah rencana Tuhan untuk membuat kesempurnaan kasih karunia di dalam hidup kita. Dan tanpa adanya pergumulan, kesempurnaan kasih karunia itu tidak akan pernah dicapai. Ketika orang tua kita yang pertama terjatuh ke dalam dosa, Tuhan berpaling kepada wanita itu dan berkata: “Susah payahmu (di dalam bekerja, di dalam penderitaan, di dalam geliat) waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak.”

           

Lalu kemudian Dia berpaling kepada laki-laki itu dan berkata: “Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu … (sepanjang hari di dalam hidupmu) sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil.” Saya menduga-duga jika ada alasan di dalamnya. Ada! Apabila saudara-saudara dapat membeli anak kecil itu di toko murah itu – dengan semberono, acuh tak acuh – saudara-saudara mungkin membutuhkan anak muda. Akan tetapi mereka tidak ada di toko murah itu! Anak itu diasuh di bawah hati ibunya. Dan ketika anak itu dilahirkan, di sana terdapat penderitaan, dan kerja keras serta pergumulan. Betapa aneh seorang ibu dan seorang bapa yang mau membawa anak buah kasih mereka dan menaruhnya, dengan acuh tak acuh serta meninggalkannya di depan pintu orang lain.

 

Ada maksud Allah di dalamnya. Dan tidak kurang juga yang terjadi kepada kita. Di dalam kelahiran rohaniah kita, kita sampai melalui doa, dan air mata serta bersyafaat dan pergumulan. Dan itu merupakan sebuah jalan yang dimiliki Allah dengan memberikan kepada kita kasih karunia yang negitu indah dan berharga itu yang dengan begitu menakjubkan tinggal di dalam kehidupan Tuhan kita.

 

Seperti yang saudara-saudara lihat, di dalam pergumulan, di dalam air mata, di dalam syafaat serta di dalam doa gereja itu dikuatkan bersama-sama. Bagaimana saya boleh menjadi penuh dengan dendam dan kepahitan serta kebencian serta yang kritis, ketika saya bertelut di samping saudara-saudara, memanjatkan doa, memohon kepada Tuhan Allah untuk jiwa-jiwa yang tersesat? Dan bagaimana gereja dapat terkoyak dan terpisah ketika gereja menderita di hadapan Tuhan Allah karena dituangkannya roh pembaharuan?

 

Demikianlah persisnya yang terjadi kepada kita sama seperti yang terjadi dengan jemaat Tuhan di kota Yerusalem ketika Dia disalibkan, dikuburkan, bangkit, diangkat kembali ke sorga. Dia berkata: Berdiamlah sampai engkau menerima janji dari Bapa-Ku.” Dan di suatu tempat, dengan satu keseragaman, di sana mereka sedang berdoa kepada Tuhan Allah dan rahmat Tuhan yang agung itu datang.

 

Hal itu mengikat kita bersama-sama sebagai seseorang di mana tidak ada satupun di dunia ini yang mau melakukannya: pengorbanan kita yang umum, doa kita yang umum, pergumulan kita yang umum di hadapan Tuhan Allah. Dan hal yang lain: hal itu memusatkan jiwa kita terhadap hal yang utama di dalam penyembahan terhadap Tuhan kita. Apakah hal yang paling dahsyat serta paling besar ketika kita menyatukan diri kita sendiri di dalam rumah Tuhan? Apakah jawabannya adalah rangkaian doa? Apakah jawabannya adalah kepantasan? Apakah jawabannya adalah kefasihan berbicara? Apakah jawabannya adalah pidato? Apakah jawabannya adalah kecemerlangan? Semua hal ini bersifat begitu insidental. Bahkan arsitektur dari bangunan itu merupakan hal-hal yang sepele dan bukan sebagai pokoknya. Kita dapat bertemu di atas lantai yang penuh dengan serbuk bekas gergajian dengan mendapatkan Tuhan Allah bersama-sama dengan kita sama kuasanya dan sama menyenangkannya. Hal itu memusatkan hati kita kepada hal yang utama yaitu cinta dan rasa kasih, simpati serta pengertian, syafaat dan permohonan – meminta Allah untuk menyelamatkan orang-orang yang tersesat serta menaikkan kita di dalam iman kepercayaan akan Juru Selamat kita yang ajaib.

 

Saya harus mengakhirinya. Apabila saudara-saudara melihat sebuah gereja yang berada di dalam pergumulan, akan kelihatan seperti apakah gereja itu? Apa yang akan dilakukan oleh gereja itu? Yang pertama, seturut dengan firman Tuhan sebuah gereja yang berada di dalam pergumulan haruslah terbeban oleh adanya orang-orang yang masih tersesat. Itulah sebabnya mengapa saya menyuruh kita membaca pasal yang kesepuluh dari kitab Roma dari ayatnya yang pertama: “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.”

 

            Atau sekali lagi di dalam pasal yang ke sembilan dari Kitab Roma: “(saudara-saudara) Bahkan, aku mau terkutuk (dikutuk dan berada di dalam neraka) dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.”

 

            Beban hati – jika tidak ada beban di dalam hati, jika tidak ada kerinduan serta jeritan dan doa bagi orang-orang untuk diselamatkan di dalam hati, saudara-saudara akan melihat sebuah gereja di dalam pergumulan, dan saudara-saudara tidak akan melihat orang-orang lahir ke dalam kerajaan Allah. Ketika Sion menggeliat, anak-anak dilahirkan ke dalam kerajaan tersebut.

 

Apabila saudara-saudara melihat sebuah gereja di dalam pergumulan, akan seperti apakah kelihatan gereja itu? Bagaimanakah rupa gereja itu? Apakah yang akan dilakukan oleh gereja itu? Adalah sebuah gereja yang memiliki beban di dalam hatinya bahwa mereka boleh turut diselamatkan. Ang kedua, itu akan menjadi sebuah gereja dengan doa jenis yang baru – tidak formil, tidak dingin, tidak menggerakkan; akan tetapi itu akan menjadi satu gereja, yang memohon kepada Tuhan Allah di dalam air mata kesedihan di dalam pergumulan.

           

“Ah, Tuhan, akankah Kristus mati dengan sia-sia? Bahwa mereka ini akan tersesat? Bahwa tidak ada buah untuk dibawa ke hadapan Allah kita, dan haruskah aku pergi dengan tangan kosong? Haruskah aku bertemu demikian dengan Juru Selamatku, bukan satu jiwa dengan yang mana untuk menemui-Nya? Jadi, haruskah aku menemui Juru Selamatku tanpa membawa jiwa?” Ah, Tuhan, demikianlah gereja yang berada di dalam pergumulan. Berdoa bersungguh-sungguh kepada Tuhan.

 

Bagaimanakah tampak dari sebuah gereja yang berada di dalam pergumulan? Itu akan menjadi sebuah gereja yang menyerahkan dirinya sendiri untuk menengahi pikiran, hati dan cinta serta kasih karunia Tuhan Allah di dalam Kristus Yesus. Tuhan Allah melipat gandakan roti itu, akan tetapi Dia memberikannya kepada murid-murid itu dan mereka memberikannya kepada semua orang. Jadi, Tuhan menengahi cinta kasih-Nya serta kasih karunia-Nya melalui kita. Semuanya itu datang dari Dia, bukan dari diri kita; akan tetapi Dia memberikannya kepada kita dan kita menyebarkannya ke segala penjuru , menyaksikannya ke segala tempat, mempersaksikannya di segala tempat kepada semua orang. Kita dipakai oleh Tuhan Allah, menyerahkan diri kepada Tuhan. “Tuhan, suara ini, tangan-tangan ini dan apapun yang boleh aku lakukan, oh, Tuhan, Aku benar-benar ingin dipakai!”

 

Bagaimanakah kelihatannya sebuah gereja – bagaimanakah kelihatannya jika jemaat Allah itu membungkukkan badan mereka di hadapan Allah di dalam pergumulan? Pasti akan menjadi sebuah gereja akan kasih dan simpati dan berkelimpahan serta undangan dan permohonan yang menggerakkan. Pasti akan menjadi satu gereja yang seperti itu. Pasti akan menjadi sebuah gereja dengan sebuah catatan pencarian, dan saudara-saudara akan merasakannya ketika saudara-saudara masuk ke dalam kongregasi ini. Akan ada tarikan di dalamnya yang tidak dapat saudara-saudara sangkal, jauh berada di lubuk hati yang paling dalam.

 

Minggu yang baru lalu ini, seperti yang saudara-saudara ketahui, kita melakukan pelantikan terhadap Dr. Patterson sebagai direktur dari Pusat Pengkajian Alkitab kita. Dan di sini berkumpul orang-orang dari semua dunia akademis keagamaan kita: direktur-direktur seminari, kepala komisi pendidikan kita, direktur Konvensi Gereja Baptis Wilayah Selatan kita. Mereka semuanya berada di sini. Dan, di dalam satu kelompok kecil, kami mulai membicarakan tentang orang-orang terkenal yang pernah mengepalai seminari-seminari tersebut di hari-hari yang lampau. Dan percakapan itu membicarakan seputar tentang Lee R. Scarborough, yang sudah lama menjadi direktur seminari kita di Fort Worth. Dan orang-orang yang lebih muda itu tidak pernah bertemu dengan dia. Mereka tidak pernah mendengar dia. Maka mereka bertanya kepada saya: “Bagaimanakah rupanya?”

 

            Saya berkata: “Saudara-saudaraku, Lee Scarborough adalah seorang pria, yang pertama-tama dari semuanya, dia adalah seorang pria yang terhormat dan pengasih. Saya sudah sering kali duduk, saya tidak tahu entah sudah berapa kali, dan mendengarkan Scarborough dan hanya menangis – air mata yang menetes di wajah saya ketika saya mendengarkan dia berkhotbah.”

 

            Baiklah, mereka mengatakan: “Bagaimana dia itu? Apa yang telah dikatakannya?”

 

“Baiklah,” kata saya, “dia seperti ini: teman sekamar saya, di Baylor, ditahbiskan untuk tugas pelayanan Injil di Gereja Baptis Travis Avenue di kota Fort Worth. Dan saya pergi ke sana untuk mengambil bagian di dalam pentahbisannya. Saya menyampaikan surat pengangkatan itu kepada teman saya yang masih muda itu, yang mana sekarang sudah berada di sorga. Dan Dr. Scarborough memimpin doa pentahbisan tersebut. Dan, pada saat Dr. Scarborough berlutut di lantai gereja di atas altar dan memanjatkan doa pentahbisan itu, dia berkata: ‘Dan Tuhan Allah yang terkasih, berkatilah anak laki-laki tunawisma yang durhaka itu yang sedang berlindung di bawah atap saya malam hari ini. Dan Tuhan tolong saya untuk memenangkan dia kepada Yesus sebelum dia melanjutkan perjalanannya esok hari.’ Saya akhirya mengetahui apa yang telah terjadi yaitu dia telah memungut anak laki-laki itu, sorang anak laki-laki yang durhaka, seorang anak laki-laki yang kelaparan, di jalanan kota itu, lalu dia membawa anak itu ke rumahnya bersama-sama dengan dia, memberikannya makan malam di meja makan, lalu dia memberikan kamar tidur untuk malam itu dan berdoa untuk dia sehingga Tuhan Allah boleh menolong dia membawa anak laki-laki itu kepada Yesus.”

 

Bagaimana bentuk wajah Scarborough? Setelah kebaktian pagi hari ini, Dr. Hershel Ford mendatangi saya, dan dengan air mata yang terurai, dia berkata: “Dia membawakan saya kenangan akan guru saya yang dahulu yaitu Dr. Scarborough.” Dia berkata: “Dr. Scarborough datang untuk meminta mereka, yang berada di North Carolina, untuk mengadakan suatu pertemuan kebangunan di Iowa – pendeta ini baru saja memulai pelayanannya di Gereja Baptis Pertama di Hendersonville.”

 

            Dan dia berkata: “Saya sudah mengadakan suatu perjanjian dengan Dr. Scarborough untuk pergi bersama-sama dengan saya ke Hendersonville setelah kebaktian pagi usai.”

 

Baiklah, katanya: “Ketika kebaktian pagi itu usai, hujan turun begitu derasnya sehingga saya berbagi satu payung bersama-sama dengan Dr. Scarborough, berjalan menyusuri jalanan di kota. Dan di tengah-tengah jalan di sana, ada seorang petugas polisi yang mengarahkan lalu lintas. Dan Dr. Scarborough berkata kepada pendeta muda itu, yaitu Hershel Ford: “Marilah berjalan ke sana dan berbincang-bincang dengannya mengenai Yesus.” Dan di sana, ditengah-tengah jalan itu, di bawah derasnya guyuran hujan, di bawah sebuah payung, Dr. Scarborough membawa petugas polisi itu kepada Tuhan. Seperti itulah Dr. Scarborough.

 

Dan saya berkata, di dalam pertemuan-pertemuan itu, bahwa saya merasa diistimewakan untuk dapat hadir di sana. Dr. Scarborough akan mengatakan hal-hal seperti ini di atas kereta api, sebelum pesawat terbang. Di atas sebuah kereta api, ada seorang pemuda yang tempat duduknya berhadap-hadapan dengan saya, tampak begitu sedih. Dan Roh Kudus berkata: “Bicaralah kepada anak muda itu.” Dan entah karena apa, saya menolak melakukannya.

  

Lalu kemudian dia berkata: “Apabila saya dapat menguraikan semua tahun-tahun itu, dengan kerja keras mereka dan dengan pencobaan-pencobaan mereka, saya akan melakukannya. Jika saya dapat kembali ke saat itu dan berbicara kepada anak muda itu mengenai Yesus.”

 

Kemudian sekali lagi, mendengarkan dia, dia berkata: “Di Missouri, di saat-saat ketika terjadi Perang Dunia I, seorang ibu dan seorang bapa datang dan berkata: ‘Anda datang dari Fort Worth.’ Dan sang ibu berpaling kepada sang bapa dan kemudian berkata: ‘Anak laki-laki kami, anak laki-laki kami yang tentara, sedang mengikuti pelatihan di sebuah perkemahan dekat Fort Worth.’”

 

Dan mereka meminta kesediaan Dr. Scarborough untuk pergi melihat keadaan anak laki-laki itu; dia bukan seorang pengikut Kristus. Dan ketika Dr. Scarborough merasa agak ragu-ragu, sang ibu bertanya kepadanya: “Dr. Scarborough, apakah anda perduli pada jiwa-jiwa yang tersesat?”

 

Dan di dalam khotbahnya, Dr. Scarborough berkata: “Saya sudah menulis buku-buku perihal memenangkan jiwa-jiwa bagi Yesus Kristus. Saya sudah mengajar di seminari selama bertahun-tahun di kursi itu, di atas sana, mengajarkan tentang pekabaran Injil. Saya sudah memegang sebuah Alkitab dan membacanya sejak saya berubah keyakinan dan sejak berada di dalam tugas pelayanan itu, akan tetapi pertanyaan itu tidak pernah begitu gencar meneliti jiwa saya: apakah anda perduli pada jiwa-jiwa yang tersesat?”

 

Seperti itulah Dr. Scarborough. Dan dia penghujung kebaktian pagi hari ini, Dr. H. H. McBride, seorang pekerja kelompok agama, mengundurkan diri dari gereja kita, dia telah mendatangi saya dengan air mata yang terurai pagi tadi.