WARNA MERAH PADA BENDERA ADALAH DARAH

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 63:1-6

04-01-80

 

 

Kami menyambut saudara-saudara sekalian dalam kebaktian untuk minggu ini, dan kebaktian ini merupakan tahun yang ke enam puluh empat yang telah kita lakukan kepada mereka. Kebaktian ini didirikan di sekitar sebuah tema: Tuhan Allah Berbicara Kepada Bangsa Amerika. Ini merupakan saat yang pertama saya pernah melakukan sesuatu yang bahkan mendekati suatu rangkaian patriotik. Akan tetapi saya merasakan di zaman krisis serta kebutuhan bahwa hal itu adalah berhubungan. Maka saya telah mempersiapkan kelima khotbah ini. Di bagian podium, di serambi para anggota paduan suara yang berada di bagian belakang saya, saudara-saudara akan melihat bendera-bendera dari negara Amerika. Masing-masing bendera itu melambangkan satu sandera, baik yang berada di Teheran, Iran, atau yang berada di kota Bogota negara Kolombia. 

 

Bukalah topi! Di sepanjang jalan sudah datang

Bunyi terompet dari tanduk, bunyi derang dari genderang,

Sekilas cahaya di atas angkasa:

Bukalah topi! Bendera sedang melintas!

 

Berwarna biru dan merah serta putih bendera itu bercahaya

Di balik yang berujung baja, berbarislah garis-garis itu. 

Bukalah topi! Warna-wari di depan kita beterbangan

Akan tetapi lebih dari bendera itu yang sedang melintas.

 

Pertempuran laut dan pertempuran di darat, kuat dan hebat,

Berjuang menciptakan dan menyelamatkan negara:

Berbaris menakutkan dan menenggelamkan kapal-kapal;

Sorak-sorai kemenangan pada bibir-bibir yang sekarat;

 

Hari-hari berkecukupan dan tahun-tahun perdamaian;

Barisan negeri yang kuat yang semakin gesit;

Keadilan, hak serta hukum yang sebanding,

Menghargai dengan megah dan menghormati kehidmatan;

 

Tanda dari satu bangsa, kuat dan perkasa

Terhadap bangsanya dari kekeliruan orang asing:

Kebanggaan dan kemuliaan dan kehormatan - semua

Hidup di dalam corak untuk berdiri atau terjatuh.

 

Bukalah topi! Di sepanjang jalan sudah datang

Bunyi terompet dari tanduk, bunyi derang dari genderang;

Dan hati yang setia berdegup kencang:

Bukalah topi! Bendera sedang melintas!

[“Bendera Melintas” oleh Henry Holcomb Bennett]

 

Warna Merah Di Dalam Bendera Itu Adalah Darah.. Di dalam pasal yang ke enam puluh tiga dari kitab Yesaya – kitab Yesaya 63: “Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah” Dan Edom adalah satu kota yang kuat. “dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatan yang besar?” “Akulah yang menjanjikan keadilan dan yang berkuasa untuk menyelamatkan!” “Mengapakah pakaian-Mu semerah itu dan baju-Mu seperti baju pengirik buah anggur?” Kemudian jawabannya, “Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku …!” Ayat 5: “Aku melayangkan pandangan-Ku; tidak ada yang menolong; Aku tertegun; tidak ada yang membantu. Lalu tangan-Ku memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarah-Ku, itulah yang membantu Aku” Kitab Yesaya 63:1-5. Selalu memberikan warna merah kepada-Nya.

 

Dalam nas bacaan kita di siang hari kemarin – kitab Wahyu 19:3: “Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah “Firman Allah”. Ketika Dia menjadi seorang manusia – memberikan warna merah kepada-Nya. Di taman Getsemane, dalam suatu penderitaan akan bersyafaat, keringat-Nya seperti tetesan darah yang hebat terjatuh ke atas tanah. Ketika Dia disalibkan, di sana diikuti dengan tombak yang menembus lambung-Nya, darah dan air – memberi warna merah kepada-Nya. Suatu malam dimulai pada pukul 07:30, di sini, di atas mimbar ini, saya memberikan khotbah sampai lewat dengan tengah malam. Judul dari khotbah tersebut adalah: Benang Merah Di Dalam Seluruh Isi Alkitab – kisah tentang penebusan Tuhan Allah di dalam pengorbanan serta di dalam darah. 

 

Dan demikian juga halnya dengan negara kita, dengan orang-orang kita, serta dengan bangsa kita. Kita lahir di dalam darah pengorbanan. Seperti banyak dari antara saudara-saudara yang juga telah mengunjunginya, saya sudah beberapa kali mengunjungi Lembah Forge – salah satu taman bersejarah yang luar biasa di Amerika. Di tengah-tengah taman itu terdapat sebuah gambar. Persis di tengah-tengah taman itu terdapat sebuah patung, sebuah patung George Washington yang terbuat dari perunggu yang luar biasa, sedang berlutut dalam posisi sedang berdoa. Di saat musim dingin yang mengerikan pada tahun 1777, kehilangan itu kelihatan seolah-olah penyebab dari revolusi tersebut. Dan dengan pasukan kecil yang tercabik-cabik itu, George Washington memanjatkanpermohonannya kepada Tuhan Allah bangsa itu. Bahkan jejak-jejak kaki dari serdadu yang berada di salju itu tertutupi oleh darah. Dan medan pertempurab dimana mereka bertempur menjadi merah penuh dengan darah. Mereka adalah orang-orang yang telah membayar harga demi kelahiran dari negara kita.

 

Bukan hanya para serdadu yang memanggul senjata, akan tetapi orang-orang yang merupakan anggota Kongres dan di dalam pemerintahan mampu memberikan dukungan terhadap penyebab kemerdekaan, mengorbankan nyawa mereka serta harta benda mereka untuk tujuan kebebasan serta keadilan. Saya tidak akan mempergunakan waktu untuk membacakannya. Di tangan saya ini terdapat sebuah salinan dari sebuah penghargaan yang dibuat terhadap kelima puluh lima penandatangan Deklarasi Kemerdekaan yang mana semua dari antara saudara-saudara telah baca. Saya membacanya kembali, menegaskan pikiran saya terhadap pengorbanan yang luar biasa yang dilakukan oleh mereka untuk lahirnya negara kita.

 

Mereka bukanlah berpandangan liar, bajingan-bajingan pengacau. Mereka adalah orang-orang yang berdedikasi, penuh dengan pengabdian, orang-orang yang memiliki ketetapan akan arti dan orang-orang yang berpendidikan. Ada sebanyak dua puluh empat orang dari antara mereka yang merupakan pengacara dan para juri. Sebelas orang dari mereka adalah para pedagang. Sembilan orang dari mereka adalah pemilik lahan-lahan perkebunan yang besar. Dan ketika mereka menandatangani dokumen tersebut, mereka benar-benar mengetahui bahwa apabila mereka tertangkap, maka artinya adalah penyiksaan serta kematian bagi mereka. Sembilan dari antara kelima puluh lima orang itu pergi berperang dan meninggal di dalam Perang Revolusi. Lima orang dari antara kelima puluh lima orang itu ditangkap oleh pihak Inggris sebagai penghianat dan kemudian disiksa sampai menemui ajal mereka. Dua dari antara mereka kehilangan putra mereka di dalam perang tersebut. Dua orang yang lain juga kehilangan putra mereka karena mereka tertangkap dan dua belas orang dari antara kelima puluh lima orang itu menemukan tempat tinggal mereka telah dirampok dan kemudian dibakar. Contoh dari mereka adalah John Hart yang menyaksikan ladangnya serta pabrik penggilingan miliknya telah menjadi tidak terbengkalai. Selama lebih dari satu tahun, dia tinggal di dalam hutan dan gua-gua. Ketika dia kembali pulang kerumah, dia menemukan bahwa istrinya sudah meninggal dunia, anak-anaknya telah hilang lenyap dan beberapa minggu kemudian diapun meninggal dunia dengan hati yang terluka. Mereka adalah orang-orang yang menghargai kemerdekaan lebih dari mereka menghargai nyawa mereka sendiri. Berdiri tegak dan lurus tanpa keragu-raguan, mereka telah berjanji untuk mendukung deklarasi ini dengan bersandar kepada Tuhan Allah, kita saling berjanji antara satu dengan yang lain, menjanjikan nyawa kita, harta kita serta harga diri kita yang mulia. 

[Tanpa Nama]

 

Dari sinilah asal bangsa Amerika. Ini adalah darah di dalam mana kita dilahirkan. Bukan hanya sebagai awal dari negara kita saja yang ada di dalam darah. Warna Merah Yang Di Bendera Itu Adalah Darah, akan tetapi kelanjutan dari kemerdekaan kita telah ditebus untuk kita dan telah dijanjikan bagi kita oleh darah dari orang-orang yang berada di negara kita. Ketika saya berusia hampir tiga puluh tahun, Perang Dunia II pecah. Pada waktu itu saya menggembalakan di kota Muskogee, Oklahoma. Di gereja tersebut, terdapatlah seorang pengusaha muda, yang usianya kira-kira sama dengan saya. Dia termasuk orang yang pertama kali pergi ke medan perang itu. Dan sebelum dia pergi untuk berbaris bersama-sama pasukan angkatan darat negara kita, dia mampir untuk menemui saya; untuk mengucapkan kata-kata perpisahan kepada saya, dan sehingga saya memohonkan doa untuk berkat Allah baginya. Dan ketika dia berbicara dengan saya, dia berkata, “Apabila saya boleh pergi dan menolong untuk memastikan hak anda kepada anda serta kesempatan untuk memberitakan Injil, apabila saya kelak akan mati, pengorbanan itu akan menjadi bermanfaat dengan baik.” Setiap hari minggu malam pada saat kebaktian-kebaktian yang ada di gereja itu, selama peperangan tersebut, kami menyorotkan sebuah lampu kepada sebuah bendera yang diletakkan di atas presidium tersebut. Dan kami menatap kepada bintang-bintang keemasan yang melambangkan orang-orang yang ada di dalam gereja kami yang telah kehilangan nyawa mereka di dalam pertempuran itu. Kami menyaksikan jumlah mereka yang semakin berlipat ganda dan kami memanjatkan doa bagi kemenangan angkatan bersenjata kita serta bagi penghiburan serta kekuatan terhadap keluarga-keluarga dari orang-orang yang telah kehilangan nyawa mereka.

 

Saya belum pernah mengalami sesuatu peristiwa yang dapat dibandingkan dengan metode yang dijalankan oleh angkatan laut, angkatan darat, marinir, dan angkatan bersenjata kita pada saat itu. Mereka mengirimkan telegram gugurnya nyawa seorang prajurit kepada pendeta. Dan mereka memberikan tanggung jawab untuk memberitahukan kepada keluarga yang kehilangan putra mereka itu. Dan telegram-telegram itu akan sampai ke dalam tangan saya, selalu diawali dengan kata-kata yang sama: “Dengan sangat menyesal kami memberitahukan kepada anda bahwa putra anda telah tewas terbunuh dan kemudian menggambarkan tempat kejadian serta aksi pertempuran yang telah terjadi.” Dan untuk mengadakan upacara penguburan di sana dan berada di tengah-tengah peperangan tersebut, saya datang ke tempat ini – dan menyelenggarakan upacara penguburan di sini bagi mereka yang telah menyerahkan nyawa mereka bagi kita. Dan reaksi serta kenangan akan apa yang telah dikatakan oleh pemuda itu kepada saya, “Apabila saya dapat menolong untuk membuat menjadi mungkin bagi anda hak untuk memberitakan Injil, apabila saya kelak akan meninggal, pengorbanan itu akan menjadi bermanfaat dengan baik.”

 

Saya merasakannya di tempat-tempat di mana saya menyampaikan khotbah. Pintu-pintu yang terbuka ini, pintu-pintu itu terbuka karena tumphanya darah dari orang-orang tersebut. Mimbar yang tidak terbelenggu di dalam mana saya berkhotbah ini bebas untuk memproklamirkan pesan-pesan dari Tuhan Allah karena pengorbanan dari orang-orang itu. Dan kebebasan kita untuk menyatakan apa yang kita rasakan di dalam jiwa kita dan menyatakan apa yang telah kita alami di dalam hidup kita serta membaca apa yang tertulis di dalam Kitab Suci ini, telah ditebus bagi kita oleh pengorbanan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut. Dan ketika saya melihat pintu itu terbuka dan ketika saya melihat pada mimbar yang kudus ini dan ketika saya berfikir tentang kemerdekaan untuk memberitahukan Injil pesan dari Kristus, saya tidak dapat berbuat yang lain selain menundukkan kepala saya sebagai penghormatan terhadap pengorbanan besar yang telah mereka berikan.

 

Daud berada di sebuah lubang perlindungan dan pasukan orang-orang Filistin berada di kota Bethlehem, negerinya sendiri. Dan Daud dengan rasa rindu berkata: “Oh, apakah ada seseorang yang akan memberikan air dari Betlehem yang dekat dengan pintu gerbang itu, untuk kemudian kuminum.” Dan tiga orang pria yang perkasa, prajurit Daud, menerobos kawanan orang-orang Filistin itu dan mengalirkan air keluar dari sumur di kota Betlehem yang berada di dekat pintu gerbang itu, dan mengambil air tersebut dan membawanya kepada Daud: “Ini.” Akan tetapi Daud tidak mau meminumnya. Dan dia menuangkannya untuk Tuhan. Dan Daud berkata: “Jauhkanlah air itu dariku, Ya Tuhan, sehingga aku harus melakukan ini karena ini adalah darah dari orang yang pergi dengan membahayakan diri dan nyawa mereka.” Oleh sebab itu, dia tidak mau meminumnya. Saya menyadarinya pada saat pembangunan gereja ini, pada saat memberitakan Injil tersebut, pada saat berdiri di balik membar ini. Karena sebuah kemerdekaan dan suatu perlakuan khusus akan kemerdekaan dan terbukanya kesempatan yang diberikan kepada kita oleh darah dan pengorbanan orang-orang itu. Warna Merah Yang Di Bendera Itu Adalah Darah. 

 

Saya mengakhiri kata-kata penghormatan saya yang singkat bagi Tuhan Allah untuk penebusan serta keselamatan kita. Semuanya itu diberikan kepada kita dan ditebus untuk kita karena darah dari Tuhan kita Yang hidup. Tadi malam, adalah Malam Paskah bagi orang-orang Yahudi di seluruh penjuru dunia. Tadi malam adalah malam di tanah Mesir ketika Tuhan Allah menghukum seluruh penduduk negeri itu – bukan hanya warga negara Mesir saja, akan tetapi juga orang-orang Israel – dan malaikat kematian melewati ruma-rumah mereka. Dan putra-putra sulung di setiap rumah tangga akan mati. Akan tetapi jika ditemukan, apakah itu orang Mesir atau orang Israel, yang mau mengambil darah dari seekor anak domba, dan dengan hyssop memericikkannya di depan rumah mereka dengan bentuk salib – di ambang pintu di sebelah sini dan di tiang-tiang pintu di kedua sisinya, maka malaikat kematian akan melewati rumah tersebut – yaitu, satu nyawa telah dikorbankan – karena dosa mengalirkan darah. “Sebab upah dosa adalah maut” [Kitab Roma 6:23], dan “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati” [Kitab Yehezkiel 18:20]. Dan akan mati apakah itu putra tertua dari rumah tangga itu atau seekor anak domba – satu korban dapat dipersembahkan kepada Tuhan Allah sebagai gantinya. Dan Tuhan, korban kita, atau seperti yang telah dituliskan oleh rasul Paulus: “Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.” [1 Korintus 5:7]. Dan kita mendapatkan kehidupan serta pengampunan dan penebusan dan keselamatan serta sebuah pintu yang terbuka untuk dapat masuk ke dalam sorga oleh karena keluarnya wanna merah dari darah-Nya. Saya harus tidak melupakannya.

 

Begitu juga hidup tidak akan pernah sama – mengingat bahwa Kristus telah mati untuk kita. Saya juga tidak dapat melihat kepada jiwa mana saja di muka bumi ini dan melupakannya, begaimanapun berdosanya, bagaimanapun bagaimana terkutuknya mereka akan kelihatan, ini adalah satu jiwa untuk siapa Tuhan kita telah mati. Dan penghargaan kita kepada Tuhan Allah karena telah memungkinkan keselamatan serta kehidupan kita di dalam Dia berada jauh melampaui kata-kata. Bernyanyi atau menyatakan perasaan atau memberitakan. Ya Tuhan, begitu banyak kami berhutang. Kami tidak akan pernah dapat melupakannya. Ibu saya, yang begitu banyak berkorban bagi saya, ibu saya berkata, “Nak, saya hanya memiliki satu penyesalan karena telah dikuburkan di California ini. Saya begitu jauh. Tetapi kamu mungkin tidak akan pernah mengunjungi kuburan saya.” Saya berkata, “Ibu, dengan jujur saya menjanjikan kepadamu, selama saya masih hidup, paling sedikit satu kali dalam satu tahun, saya akan datang berkunjung ke kota California dan berdiri di atas makam ibu dan berterimakasih kepada Tuhan Allah karena ibu.” Dan ketika Tuhan berkata: “Lakukanlah ini sebagai peringatan kepada-Ku” – ketika memecah-mecah roti dan meminum perasan anggur yang berwarna merah itu- adalah di dalam penghormatan serta di dalam kenangan yang kudus sehingga kita berterima kasih kepada Tuhan Allah untuk suatu pengorbanan yang begitu besar bagi kita. 

 

Aduh, apakah Juru Selamatku berdarah?

Dan apakah raja penguasaku telahmati?

Maukah Dia memberikan kepala yang suci itu

Untuk cacing yang seperti diriku?

 

Apakah karena kejahatan-kejahatan yang telah aku lakukan,

Sehingga Dia merintih di atas sebatang kayu? 

Kasih yang menakjubkan! Kasih karunia yang tak dikenali!

Dan cinta yang kelewat batas!

 

Tetapi tetesan kesedihan tidak akan pernah tertebus kembali

Hutang cinta yang kutanggung:

Inilah, Lord, aku menyerahkan diriku. 

Hanya ini yang dapat aku lakukan!

 

[Isaac Watts, “Di Kayu Salib”]

 

Tuhan kami, mustahil bagi kami bahwa kami hidup dengan keduanguan serta kesia-siaan dan ketidakacuhan ketika hidup kami, gereja kami, keselamatan kami, penebusan kami, rumah-rumah tempat tinggal kami, negeri kami, negara kami, kemerdekaan kami semuanya telah ditebus dengan sebuah pengorbanan yang begitu besar. Semoga kami tidak akan pernah melupakannya. Semoga kami dapat mencintai-Mu, di sepanjang hari dari hidup kami. Di dalam nama-Mu yang berharga, amen.