JIWA MENJERIT SEHINGGA ALLAH MENJAWAB

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 61:1-3

11-23-80

 

 

Hanya sebagai latar belakang untuk membacakan pasal yang ke enam puluh satu dari kitab Yesaya. Saya memiliki suatu kepekeaan yang luar biasa ketika akan membacakan pasal yang ke enam puluh satu dari kitab Yesaya ini. Tuhan kita membacanya di Nazareth ketika Dia memulai tugas pelayanan-Nya sebagai Mesias.  Kepadanya diberikan gulungan kitab dari nabi Yesaya ini. Ini berada di dalam kitab Lukas 4, dan Dia kembali ke tempat itu dan Dia membaca nas bacaan tersebut. Ketika saudara-saudara membaca sebuah nas dan memberikan khotbah dari nas bacaan tersebut, saudara-saudara melakukan hal yang sama persis dengan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus.

 

            Di Gereja Baptis Pertama di kota Dallas ini, kita sangat menyukai untuk mengikuti contoh-contoh kudus yang datang dari Juru Selamat kita. Dan ini merupakan salah satu darinya, membaca satu nas bacaan yang merupakan latar belakang dari warta untuk kita di pagi hari ini.

 

Yesaya pasal yang ke 61:

 

“Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,

Untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung,

Untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka “pohon tarbantin kebenaran”, “tanaman Tuhan” untuk memperlihatkan keagungan-Nya.

 

Judul dari warta itu adalah, Jiwa Yang Menjerit Sehingga Tuhan Allah Menjawab. Dan arti dari nas bacaan itu bagi kita, seperti yang akan saudara-saudara lihat di sebelah akhir – Tuhan Allah menggantikan perkabungan kita menjadi sukacita, abu kita menjadi keindahan serta semangat kita yang pudar menjadi nyanyian puji-pujian. Jiwa Yang Menjerit Sehingga Tuhan Allah Menjawab.  Gereja kita menghadapi suatu keadaan darurat yang kritis, jeritan jiwa. Ketika kita mendiikan gedung-gedung kita yang baru, gedung perparkiran kita di jalan Ross Avenue, saya mengira bahwa kita akan memiliki hutang secara keseluruhan dari seluruh properti kita senilai hampir dari sembilan puluh juta dollar – hutang-hutang terhadap Gedung Pendidikan Kristen kita, di sana, pada Gedung Spurgeon Harris, menyudut dari jalan masuk kita ke tempat penyembahan kita di jalan Ervay, di sebelah timur, gedung yang terbuat dari kayu di Akard, serta pada gedung perparkiran tersebut.

Di pertengahan musim panas yang lalu, di suatu hari Minggu siang, suatu pertemuan yang khusus diadakan untuk para Diaken kita, bertemu di dalam gereja ini, dan yang membuat saya menjadi terkejut, mereka telah mengumumkan bahwa kita harus meminjam uang tambahan sebanyak satu juta lima ratus ribu dollar.

 

Pinjaman tambahan ini memaksa kita untuk menempatkan pinjaman yang kedua pada gedung Spurgeon Harris itu. Bunga dari pinjaman yang besar itu, sekarang sudah lebih dari sepuluh juta lima ratus ribu dollar, berarti sekitar lebih dari satu juta tiga ratus ribu dollar setahun.

 

Di dalam beberapa minggu yang lalu ini, saya telah menyaksikan dengan peningkatan kesedihan yang mendalam atas meningkatnya nilai suku bunga pinjaman tersebut.

 

“Para ahli percaya bahwa suku bunga akan naik.” “Bank-bank Utama Menaikkan nilai suku bunga pinjaman menjadi lima belas setengah persen.” “Nilai dasar meningkatkan Euforia, Harapan Akan Pemulihan Usaha.” “Nilai Dasar Membubung Kembali.” “Nilai Suku Bunga Melonjak Setelah Pemilihan Umum.” “Nilai Dasar menembus Enam Belas Seperempat Persen.” 

 

Para eksekutif yang datang berkunjung minggu yang baru lalu ini berasal dari Perusahaan Chrysler Corporation: “Nilai suku bunga pinjaman yang tinggi sedang membunuh kami yang ada di dalam industri pembuatan mobil.”

 

Dan itu merupakan peraturan dari ibu jari dan tentang tangan, dan di manapun saja, bahwa ketika nilai suku bunga tinggi, maka bunga itu akan mendapat. Di sembilan belas negara bagian, nilai suku bunga berada di atas plafon bunga. Bahkan Manajer Umum GM, General Motors, telah memaksanya untuk berlutut.

 

Lalu kemudian berita utama besar yang berikutnya, “Tarif Dasar Bank-bank Besar sampai dengan Tujuh Belas Persen.” Angka itu melonjak pada musim semi yang lalu sampai dengan sebuah rekor angka yang baru yaitu dua puluh persen. Lalu kemudian yang berikutnya, sebuah berita utama yang tidak terelakkan lagi, “Kemungkinan Krisis Perumahan.”

 

            Apapun yang telah saudara-saudara sekalian baca di koran, hutang kita berada pada tarif dasar di tambah dengan satu persen, yang artinya sekarang kita membayar delapan belas persen, dan angka itu masih akan tetap naik. Apabila kita hanya akan dapat membayar hutang yang kita tanggung, hal itu akan menjadi sederhana. Bulan demi bulan, kita hanya dapat mengirimkan uang untuk hutang tersebut. Akan tetapi bunganya akan membunuh kita, seperti yang telakukannya terhadap industri pembuatan mobil atau industri-industri perumahan. Kita dapat membayar bunganya untuk selamanya dan masih tetap memiliki hutang pokoknya.

 

Telah dihunjuk sebuah perusahaan untuk mempelajari situasi keuangan kita. Setelah pertimbangan yang cukup lama dilakukan, dipenuhi dengan doa, mengasihi Tuhan Allah dan kita – mereka membawakan kembali pilihan yang telah direkomendasikan mereka bahwa kita harus menjual gedung Spurgeon Harris itu. Mereka mengundang saya untuk sebuah pertemuan dan menjelaskan kepada saya krisis yang mendalamkan ini, dan satu-satunya cara yang dapat mereka lihat adalah dengan cara menjual gedung Spurgeon Harris itu, gedung yang persis berada di sebelah sana.

 

Pertemuan itu membenamkan saya ke dalam rasa sedih yang tidak terbayangkan dan penderitaan yang paling dalam, dan saya belum mampu membangkitkan semangat saya untuk keluar dari segala pikiran itu sejak saat pertemuan beberapa bulan yang lalu itu. Saya sudah berdoa. Saya sudah mencari-cari wajah Tuhan Allah . Saya sudah membentangkannya di hadapan Tuhan Allah dan berseru, “Oh Tuhan, apa yang harus kami perbuat?” 

 

Mengapa harus tanggapan pribadi saya terhadap pilihan tersebut dalam jeritan kesedihan jiwa? Saya merasa seperti Nabot ketika dia diminta untuk menual harta miliknya, dan Nabot menjawab, “Tuhan Allah melarang apabila saya menjual warisan dari bapa leluhur saya.” Saya juga merasakan perasaan yang sama persis seperti itu berkaitan dengan Gedung Spurgeon Harris itu. Saya berfikir bahwa gedung itu menjadi milik kita sebagai anugerah dari Allah dan apabila kita melenyapkannya merupakan suatu penghianatan akan kepercayaan yang telah kita terima dari Allah.

 

Ajakan dari gereja kita untuk pindah ke pusat kota sudah ditekankan kepada kita selama bertahun-tahun lamanya. Ketika gedung ini diubah bentuk dan gedung pendidikan yang kita namakan Gedung Truett itu didirikan, ada tekanan kepada Dr. Truett untuk menjual asset di pusat kota ini dan untuk pindah, menjauh dari jantung kota. Dr. Truett menjawab, “Kami tetap berada di pusat kota.” Dan ketika saya tiba untuk menjadi pendeta dan menggembalakan gereja ini, saya sampai kepada suatu kongregasi pusat kota.

 

Bertahun-tahun yang lalu, saya mendapatkan sebuah bentuk persahabatan yang menyenangkan dari seorang Yahudi yang bernama Fred Florence. Dia adalah Kepala Bank Nasional Republik dan dia telah mendirikan lembaga itu ke dalam siatuasi keuangan yang paling hebat – menjadi bank terbesar di wilayah selatan. Suatu hari, tuan Florence memanggil saya untuk datang ke kantornya dan dia berkata, “Saya ingin supaya kota Dallas ini memiliki gereja yang paling indah di dunia dan saya ingin supaya gereja itu adalah gereja anda. Marilah kita lihat apa yang dapat anda dapatkan dari penjualan aset anda yang di pusat kota dan saya akan menolong anda untuk mengumpulkan jutaan dollar dari Kota Dallas, dan kita akan bergerak keluar dan kita akan membangun gereja yang paling indah di dunia dan gereja itu adalah kepunyaan kota Dallas dan kepunyaan anda.”

 

Setelah mendoakan perkara itu beberapa waktu lamanya, saya pergi untuk menemui tuan Florence kembali dan saya berkata, “Kami tidak dapat melakukannya. Allah telah menempatkan kami di sana.”

 

Setelah beberapa bulan berlalu, dia memanggil saya kembali dan berkata, “Saya tidak bermaksud bahwa anda akan pergi sampai ke perbatasan kota. Saya hanya bermaksud bahwa kita akan pergi ke suatu tempat di mana di sana ada kemungkinan tempat untuk sebuah kampus dan untuk tempat perparkiran, dan sehingga kita boleh mendirikan sebuah gereja yang indahm di tempat kosong tersebut.”

 

Saya memikirkannya untuk beberapa lama dan kembali ke tuan Florence dan berkata, “Tuhan Allah telah menempatkan kami di pusat kota, kami tidak dapat pindah dari sana.”

           

Hal itu terjadi kembali, di dalam pemeliharaan yang ganjil dari pada Tuhan Allah, ketika J. Howard Williams, seorang negarwawan kelompok agama yang benar-benar sejati, merupakan sekretaris eksekutif dari Konvensi Umum Gereja Baptis kita di Texas – dia bertumbuh menjadi dewasa di gereja ini, dia mencintai gereja ini, dan dia berkata kepada saya, “Marilah kita bawa Gedung Gereja Baptis dan Gereja Baptis Pertama di kota Dallas ini ke suatu tempat di luar sana dan membangun sebuah kompleks Baptis yang indah dan mengesankan.”

 

Saya mempertimbangkannya dengan sungguh-sungguh dengan semampu saya, dan saya memberitahu Dr. Williams, “Tuhan Allah telah menempatkan kami di tengah-tengah kota yang besar ini, dan kami tidak dapat pindah. Hal itu akan menjadi suatu penghianatan akan kepercayaan yang telah diberikan dari sorga.”

 

Hampir semua kota-kota besar di Amerika telah kehilangan gereja mereka yang berada di pusat-pusat kota, hampir-hampir seluruhnya mereka. Houston sudah mengalaminya, Chicago sudah mengalaminya, St. Louis sudah mengalaminya, Kansas City sudah mengalaminya, Richmond sudah mengalaminya. Yang ini merupakan salah satu pengecualian yang unik di Amerika – gereja pusat kota yang sedang berkembang, bertumbuh, dan diberkati Allah ini. Dan Tuhan telah menghargai dengan sepenuhnya komitmen untuk tetap tinggal di pusat kota itu. Semua yang perlu dilakukan orang adalah melihat kepada asset yang besar ini, asset yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita ini.

 

Dari gedung Federal, lurus ke sisi ini, masuk menuju ke jalan Akard di sebelah sana. Dari jalan St. Paul di sebelah sini menuju ke jalan Ross Avenue di sisi sebelah sana menuju kembali ke jalan Akard di sebelah sana – kita memiliki lebih banyak asset lagi, enam blok banyaknya, lebih banyak dari persusahaan manapun di kota Dallas ini.

 

Dan gedung Spurgeon Harris itu, khususnya, menjadi milik kita di dalam pemeliharaan yang baik dari Tuhan. Gedung itu di bawa kepada kita dan kita telah mengambil alihnya. Kita tidak membayar apapun untuk gedung tersebut. Pada saat itu, Dinas Pajak, berada empat lantai di atasnya. Dan seluruh bidang yang luas itu telah diberikan kepada kita secara gratis. Dan dengan segera kita memulai penggunaan gedung tersebut selama tujuh hari dalam seminggu. Sebuah kepercayaan dari pada Tuhan Allah. Satu jiwa menjerit. Suatu tanggapan akan usaha – melihat akan gedung itu, begitu sibuk, begitu gigih. Ukuran dari gedung tersebut cukup besar untuk sebuah gedung pencakar langit raksasa.

 

Tidak seperti Gedung Bala Keselamatan yang berada di sebuah pojokan kecil di sana itu. Tidak seperti gedung Baptis yang berada di atas sebuah bidang yang sempit dan mengecil. Gedung itu merupakan sebuah gedung yang luar biasa besarnya. Dan lokasi dari gedung tersebut hanya berjarak satu blok saja dari pusat dan tengah-tengah kota Dallas. Dan sekitar satu atau dua tahun, pusat dan jantung kota Dallas akan menjadi ada di gedung tersebut. Pengaturan dari strukturnya merupakan sebuah fasilitas yang luar biasa bagi kita.

 

Gedung itu adalah sebuah gedung perparkiran. Dan perparkiran di dalam kota yang berkembang ini terus meningkat dari kebutuhan mendasarnya. Gedung itu memiliki sebuah areal lantai dasar yang besar sekali, panjangnya satu blok penuh, dan lebarnya setengah blok. Sebuah gedung yang dapat ditinggikan dan ditinggikan lagi – seperti lantai-lantai dari menara Sears di kota Chicago, yang tingginya seratus lima lantai, akan tetapi areal dasarnya tetap sama. Seberapa tinggipun saudara-saudara naik ke atas, areal dasarnya tetap saja sama persis, dan areal dasar yang luar biasa besar itu merupakan suatu berkat yang tiada bandingannya.

 

Lantai yang di bagian atas dari gedung tersebut dipergunakan untuk Divisi Singel kita, oleh Divisi Dewasa Meridian kita, oleh banyak bidang kehidupan lainnya di dalam gereja kita.

 

Saudara-saudara sekalian baru saja mendengarkan sebuah pengumuman dari Dr. Patterson. Siang hari ini, dan sepanjang hari esok, bertempat di lantai sepuluh dari geduing tersebut, saudara-saudara sekalian sangat dinantikan kehadirannya untuk melihat sebuah presentasi dari seorang Kristen.

 

Ukuran gedung yang sangat luas itu dapat menampung perluasan untuk di masa yang mendatang. Kita tidak dapat mengetahui kebutuhan yang mendesak dari gereja kita akan areal atau tempat kosong, di dalam melayani kepada keseluruhan keluarga dan seluruh kehidupan untuk tahun-tahun yang mendatang. Apabila kita memilikinya, tidak seorangpun yang akan pernah mengeluarkan kita. Apabila kita memilikinya, tidak seorangpun yang pernah melipat empatkan uang sewa kita.

 

Di dalamnya, kita seperti berada di dalam rumah sendiri, tenang bersama-sama dengan Tuhan. Menjualnya? Sama seperti seorang pengusaha peternakan yang menjual tanahnya. Sama halnya dengan seorang petani yang menjual bibitnya. Sama halnya seperti seorang ahli bedah yang menjual pisau bedahnya. Dengan benda-benda itulah dia hidup, dan tanpanya, dia berhenti berbuat. Menjualnya dan kita tidak akan pernah memilikinya kembali. Sebuah gedung pencakar langit akan didirikan di atasnya atau kalau tidak harganya akan membubung inggi sehingga kita tidak akan pernah dapat berharap untuk mendapatkannya kembali. Sudah sirna untuk selama-lamanya.

 

Tempat itulah tempat di mana gedung Gereja Baptis Pertama didirikan, di atas asset gedung Spurgeon Harris itu.

 

“Baiklah, pak Pendeta, kami memahaminya. Hal itu sangat sederhana. Akan tetapi bagaimana kami dapat mempertahankan gedung itu supaya tidak terjual? Bagaimana kita akan membebaskan gereja itu dari hutang maut yang berurusan dengan kematian itu, bagaimana?”

 

Itulah tujuan dari apa yang saya namakan permohonan akan kebebasan, satu jiwa yang menjerit. Kita dapat menanggung hutang pada asset lain yang kita miliki apabila kita mampu membayar kewajiban yang harus kita bayarkan terhadap gedung perparkiran itu. Dan waktu pelaksanaan untuk pembangunan, pendirian dari gedung perparkiran baru yang indah itu adalah waktu yang paling tepat. Apabila saudara-saudara mencari cara untuk membangunnya sekarang, maka pekerjaan itu akan membutuhkan biaya yang lebih banyak lagi. Dan di areal yang sedang berkembang ini, kebutuhan akan tempat untuk parkir akan semakin. Adalah suatu berkat dari Tuhan Allah, suatu pemeliharaan dari pada Allah, yang memimpin kita untuk membangun gedung yang indah itu.

 

Apablia kita dapat memperdulikan kewajiban kita terhadap gedung itu, Tuhan Allah akan menganugerahkan kemenangan untuk kita. Biaya untuk gedung perparkiran yang baru itu adalah sebesar tujuh juta lima ratus ribu dollar. Dan gedung itu dapat memuat seribu seratus tempat parkir. Itu artinya bahwa setiap tempat parkir akan memakan biaya sebesar tujuh ribu dollar.

 

Permohonan kebebasan adalah kita kita mengambil sebuah tempat parkir, lalu kita akan membayar sebanyak tujuh ribu dollar, dan beberapa dari antara kita mengambil beberapa tempat parkir, dan beberapa dari antara kita, kemungkinan, mengambil sebagian tempat parkir dan membayarnya.

 

Seorang pengacara berkata kepada saya, “Mengapa anda menyebutkan permohonan anda dengan suatu “permohonan akan kebebasan?’”

 

Alasan mengapa saya menyebutnya dengan suatu “permohonan akan kebebasan” adalah untuk membebaskan sebuah tempat parkir untuk dipergunakan oleh bangsa kita.

 

Pengumuman yang telah dikeluarkan pada hari Selasa, kaum wanita kita akan berada di gereja ini. Ketika mereka datang, kita akan membebaskan sebuah tempat parkir untuk masing-masing wanita itu bagi kita, dan barangsiapa yang datang ke gereja ini pada setiap hari dalam seminggu akan mendapatkan sebuah tempat untuk parkir.

 

Mengapa kita menyebutnya sebagai suatu “permohonan akan kebebasan?” Karena tindakan kita itu akan membebaskan kita dari hutang yang kita miliki terhadap bank tersebut. Pihak bank telah memberitahukan kita di dalam ketiadaan persyaratan yang tidak pasti sebelum saudara-saudara melakukan apapun juga, saudara-saudara harus mendapatkan izin untuk itu. Kita tidak bertanya kepada Tuhan Allah apa yang dapat kita lakukan atau apa yang tidak dapat kita lakukan. Akan tetapi mereka memberitahukan kita apa yang dapat kita lakukan atau apa yang tidak dapat kita lakukan; untuk segala sesuatunya kita selalu bertanya kepada pihak bank. Mereka memberitahukan kita apa yang dapat kita lakukan atau apa yang tidak dapat kita lakukan. Untuk membebaskan kita dari hutang yang kita miliki terhadap pihak bank.

 

Mengapa kita menyebutnya dengan sebuah “permohonan akan kebebasan?” Karena itu adalah sebuah permohonan untuk membebaskan kita dari meningkatnya nilai suku bunga. Seperti yang saya katakan, kita dapat membayar tingkat suku bunganya sepanjang masa dan kita tetap berhutang untuk hutang awalnya. Setiap picis dan setiap sen serta setiap dollar yang telah kita berikan untuk dana kebebasan ini akan ditempatkan pada pokoknya, dan itu akan memotong sekian banyak dari bunganya itu sepanjang masa.

 

Mengapa saudara-saudara menyebutnya dengan sebuah “permohonan akan kebebasan?” Karena hal itu akan membebaskan kita dari pengeringan darah dari program-program gereja kita. Bunga yang kita bayarkan kepada gereja, yaitu sebesar lebih dari satu juta tiga ratus ribu dollar per tahun, diambil dari persembahan yang dibawa oleh jemaat-jemaat kita kepada Tuhan. Semua uang itu, yang diambil dari persembahan yang kita bawa kepada Tuhan, diambil dari pelayanan kita dan program kita dari hadapan Tuhan Allah.

 

Mengapa saudara-saudara menyebutnya dengan sebuah “permohonan akan kebebasan?” Karena perbuatan itu akan membebaskan dana yang dihasilkan oleh penyewaan parkir di gedung Spurgeon Harris dan gedung perparkiran yang baru. Bersama-sama dengan gedung Veal, gedung Spurgeon Harris dan gedung perparkiran yang baru itu, kita akan memiliki lebih dari dua ribu tempat parkir. Kita tidak membutuhkan demikian banyaknya tempat parkir itu di sepanjang hari-hari selama seminggu. Kita dapat menyewakan tempat parkir yang ada di gedung Spurgeon Harris itu, di gedung tempat parkir yang baru itu. Dan hasil pendapatan yang kita terima karena menyewakan tempat-tempat parkir itu dapat mempertahankan serta merawat semua aset kita.

 

Sekarang, aset-aset kita sedang memburuk. Semua aset itu semakin kelihatan seperti suatu ketidak pedulian kongregasi. Kita memerlukan suatu pendanaan yang berkelanjutan untuk mempertahankan aset-aset kita. Lift-lift dan tempat parkir yang ada di gedung Spurgeon Harris itu benar-benar memerlukan sebuah pergantian. Semua perlengkapan itu sudah letih. Kita tidak memiliki uang untuk menggantinya. Diperlukan sejumlah uang untuk menjaga aset-aset saudara-saudara untuk tetap tegak dan indah, di cat kembali dan diperbaiki apabila ada kerusakan. Dan di dalam ruangan mesin-mesin mekanikal yang besar di sini – semua mesin itu perlu dipelihara. Dan kita dapat memakai pendapatan dari penyewaan-penyewaan atas aset-aset itu, dan kita boleh memelihara semua aset-aset kita untuk selamanya.

 

Baiklah, pendekatan yang seperti apa yang dapat kita perbuat untuk pengimplementasian, untuk merealisaskian, untuk keberhasilan permohonan yang seperti itu? Inilah yang sedang kita lakukan. Sekolah Minggu dibagi menjadi tujuh kelompok, dan masing-masing kelompok berusaha keras untuk mewujudkan pembebasan tempat parkir tersebut, yaitu sebesar tujuh ribu dollar.

 

            Dengan majelis kita, dengan pengawas-pengawas kita, dengan guru-guru kita serta pegawai-pegawai dan murid-murid kita – membagi kita seluruhnya di dalam Sekolah Minggu menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok kecil dari seluruh tujuh kelompok tersebut, akan berusaha keras untuk pembebasan sebuah tempat parkir, beusaha keras mendapatkan uang sebanyak tujuh ribu dolar banyaknya. Kira-kira, ada sebanyak tiga ribu jemaat gereja yang bukan termasuk di dalam Sekolah Minggu. Dan di bawah kepemimpinan Ed Creel kita akan mengirimkan surat kepada mereka masing-masing, kita akan mengundang mereka masing-masing, dari hari Senin sampai dengan hari Jumat, tanggal 1 sampai dengan tanggal 5 Desember, dari hari Senin sampai dengan hari Jumat, tanggal 8 sampai dengan tanggal 12 Desember – sebanyak dua puluh anggota jemaat yang akan diundang untuk setiap sorenya. Para penatua kita akan datang untuk membantu kita, orang-orang yang ada di dalam Akademi kita, orang-orang yang ada di dalam Institut Alkitab kita, orang-orang dari kelas Ny. C – kita akan meminta bantuan mereka untuk kita.

 

Ada dua kelompok yang kita minta untuk kita temui yang akan mencari bantuan di luar gereja kita. Gereja kita ini sangat dicintai. Saya belum pernah meminta kepada siapapun juga, belum pernah, di kota Dallas ini, untuk membantu kita di dalam hal ini, akan tetapi mereka telah memberikan tanggapan yang begitu menyenangkan.

 

Salah seorang dari mereka mengatakan, “Saya akan menyumbangkan uang sebanyak lima puluh ribu dollar.”

 

            Saya meminta uang kepada seorang pria sebesar tujuh ribu dollar untuk sebuah tempat parkir, dan dia telah memberikan uang sebanyak dua puluh lima ribu dollar. Saya belum pernah dikecewakan.

 

Salah satu dari kelompok ini akan bertemu pada hari Selasa ini dan dipimpin oleh saudara Billy Fair. Kelompok lain akan bertemu pada hari Minggu sore pukul lima dan dipimpin oleh saudara Ray Williams. Dan mereka-mereka ini mencari bantuan di luar gereja kita. Pemberian itu dapat dimasukkan di dalam dua tahun takwim. Dapat dimasukkan di dalam tahun 1980 ini, atau tahun 1981 yang akan datang, atau dapat di masukkan di dalam kedua tahun tersebut. Kita semua berharap bahwa pada bulan Januari nanti, jika memungkinkan, hadiah itu akan diselesaikan. Permohonan itu ditujukan bagi semua orang, baik orang tua maupun yang masih muda. Bai kepada orang-orang kaya maupun yang miskin.

 

Di dalam kitab 1 Korintus 16:2, rasul Paulus menuliskan, “Hendaklah kamu masing-masing” – seorang anak kecil juga termasuk di dalamnya, seorang tua yang lemah termasuk juga di dalamnya - “Hendaklah kamu masing-masing menanggapinya.” Itu berarti kita semua, setiap orang dari kita. Beberapa orang tidak dapat membayar sepuluh setengah juta dollar Akan tetapi dengan bergabungnya ribuan orang dari kita, kita akan mampu membayarnya. Minggu yang lalu saya bertemu dengan seorang anak muda, persis di depan pintu, ketika dia baru saja hendak keluar dari gereja itu, dan dia baru saja melangsungkan pernikahannya, dan dia berkata kepada saya, “Pak Pendeta, ada ribuan kai orang-orang kecil yang hidup di luar sana. Dan kami memberikan seluruh diri kami kepada anda, dan kami bersedia membantu anda, dan janganlah kecualikan kami.”

 

“Jangan kecualikan kami.”

 

Pada hari Rabu yang lalu, saya membuat sebuah catatan di surat kabar mingguan “Reminder”, sebuah catatan mengenai satu “Minggu Perkutut.” Yaitu jatuh pada tanggal 7 Desember. Anak-anak, terutama anak-anak, mereka memberikan suatu persembahan untuk dana pembebasan kita.

 

Seekor perkutut. Hal itu datang dari sebuah khotbah yang saya berikan beberapa minggu yang lalu. Di manapun dari dalam Alkitab itu, bagaimana Tuhan Allah menyuruh umat-Nya untuk membawa persembahan, beberapa dari antara mereka membawa seekor sapi jantan, beberapa dari antara mereka membawa seekor anak domba, akan tetapi Tuhan Allah tidak pernah melupakan umat-Nya yang miskin. Apabila mereka tidak dapat membawa seekor sapi jantan, atau apabila mereka tidak dapat membawa seekor anak domba, Tuhan Allah berfirman, bawalah seekor burung perkutut atau seekor burung dara yang masih muda. Kasih pemeliharaan Tuhan Allah termasuk untuk kita semua. Kita akan menyerahkan apa saja sebagai pengorbanan, bahwa hal itu akan membebankan sesuatu kepada kita, sehingga kita merasakannya. Sudah sering sekali saya menyinggung tanggapan yang diberikan oleh raja Daud ketika Arauna orang dari suku Yebus itu menawarkan gunung Moria kepadanya, lantai pengirikan itu.

 

            “Ambillah dan bawalah lembu-lembu jantan ini sebagai korban dan bawalah alat-alat ini untuk kayunya. Saya memberikannya kepadamu.”

 

Dan raja Daud menjawab, “Saya tidak akan mempersembahkan kepada Tuhan Allahku sesuatu yang tidak membebankan apapun padaku.”

 

            Hadiah kita sebaiknya akan berada di luar pengorbanan kita. Satu kali di dalam hidup kita, sebuah pengorbanan. Pada hari Jumat yang lalu, salah seorang dari pegawai kita mendatangi saya dan berkata, “Saya tidak tahu apabila saya pernah memberikan suatu pengorbanan yang sebenarnya di dalam hidup saya, akan tetapi saat yang satu ini, saya melakukannya. Hadiah ini” – dan wanita itu meletakkan kurbannya di dalam tangan saya – “Saya baru saja pergi ke bank untuk meminjamnya; karena saya tidak memilikinya.”

 

Di suatu pertemuan minggu yang lalu, Dr. Patterson memberikan sebuah daftar kepada saya yang berasal dari mereka yang ada di Perguruan Tinggi Alkitab sana. Dan saya melihat daftar itu dan melihat salah seorang dari dosen kita itu – dan mereka hidup di dalam kekurangan – telah memberikan uang sebanyak dua ribu tiga ratus dollar. Dan saya berkata kepada Dr. Patterson, “Itu merupakan sebuah pemberian yang besar bagi seseorang yang menerima gaji seperti yang diterimanya.”

 

Dan dia berkata, “Pak Pendeta, itu adalah suatu pengorbanan.”

 

Minggu yang lalu saya melihat sebuah truk kemah di luar sini dengan sebuah tanda besar bertuliskan “Dijual” di atasnya. Dan saya berfikir, hal itu tidak biasanya dilakukan oleh orang-orang di kota besar untuk meletakkan sebuah truk di sana dan memberikan sebuah papan tyulisan di atasnya, papan yang bertuliskan “Dijual.” Dan saya bertanya mengenai hal tersebut. Salah seorang jemaat dari gereja kita telah memberikan truknya untuk gereja untuk kemudian dijualkan, dan hasil penjualannya akan dimasukkan ke dalam dana pembebasan itu.

 

Demikian hal tersebut juga akan membebankan sesuat kepada kita, yaitu sebuah pengorbanan dari diri kita masing-masing.

 

Saya akan mengakhirinya. Jawaban dari Allah terhadap suatu jeritan jiwa. Itulah alasannya mengapa saya membacakan nas bacaan itu. Tuhan Allah menggantikan perkabungan kita menjadi sukacita, abu kita menjadi keindahan serta semangat kita yang pudar menjadi nyanyian puji-pujian, malam kita menjadi siang hari.

 

Ilmu matematika Tuhan Allah tidak sama dengan ilmu matematika kita. Sedikit saja sudah banyak jika Dia berada di dalamnya.

 

Di dalam kitab Imamat pasal yang ke 26 dan dari ayatnya yang ke 8, Tuhan berfirman kepada bangsa-Nya, kepada siapa telah diberikan-Nya Negeri Yang Dijanjikan itu, bahwa mereka harus memperjuangkan setiap inci dari negeri itu. Dia berfirman kepada mereka, “Lima orang dari antaramu akan mengejar seratus, dan seratus orang dari antaramu akan mengejar selaksa.”

 

Mengapa bisa terjadi seperti itu, karena semuanya itu bukan ilmu matematika kita manusia! Dan meskipun hal itu akan menjadi unik dan tidak seperti biasanya, di dalam kitab Ulangan 32:30, Tuhan berfirman, “Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka telah menjual mereka, dan Tuhan telah menyerahkan mereka!”

 

Mengapa bisa terjadi seperti itu, karena semuanya itu bukan ilmu matematika kita manusia: “Satu orang akan mengejar seribu dan kemudian dua orang akan mengejar dua ribu.”

 

Tuhan Allah berfirman, “Satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang.”

 

Demikianlah ilmu matematika Allah. Di dalam ayat sebelum nas bacaan pilihan saya, di dalam kitab Yesaya 60:22, Tuhan berkata, “Yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat.”

 

Demikianlah Tuhan Allah itu. Bagaimana hal yang seperti itu boleh terjadi? Karena Allah berada di dalamnya yang telah melakukannya. Dan bagaimana kita boleh menyelamatkan gedung ini? Hanya karena mujizat dari pada Tuhan Allah. Hanya Tuhan Allah yang boleh melakukannya. Tetapi Dia adalah Allah dari segala mujizat, sehingga Dia boleh dipermuliakan.

 

Apabila kita berdoa, apabila kita berkorban, apabila kita memberi, apakah kita berhak menerima berkat dari pada Tuhan? Apakah kita berhak? Dapatkah kita percaya kepada Allah untuk menolong kita serta memberkati kita dan akan menyelamatkan kita?

 

Pada suatu pertemuan di gereja kita, persis di seberang panggung ini, di depan itu, ada tulisan yang diambil dari 2 Tawarikh 7:14, “Bilamana umat-Ku akan,” dan kemudian “- - - Aku akan.”

 

“Bilamana umat-Ku akan  - Aku akan.”

 

            Bilamana saya akan berkorban dan saya akan memberikan, apakah saya akan memiliki hak untuk mengharapkan sebuah jawaban yang menakjubkan daripada Allah? Dapatkah saya mempercayai Tuhan Allah untuk hal itu? Ketika saya masih muda, saya mendengar seorang pendeta yang terkenal ini, Dr. George W. Truett, menyampaikan sebuah khotbah, seorang pendeta selama empat puluh tujuh tahun lamanya, memberikan khotbah di belakang mimbar ini. Di dalam khotbah yang saya dengarkan tersebut, dia menceritakan sebuah pengalaman.

 

Setiap musim panas, dia memberikan khotbah selama satu minggu untuk sebuah kamp pertemuan peternak sapi di Texas bagian barat. Dan setelah kebaktian pagi itu, salah seorang dari para peternak sapi yang bertubuh besar itu bertanya kepada pendeta itu apakah dia bersedia berjalan bersama-sama dengannya untuk suatu jarak yang lumayan jauh. Peternak sapi itu melingkarkan lengannya pada lengan Dr. Truett dan mereka berjalan bersama-sama sepanjang satu seperempat mil jauhnya sampai pada akhirnya mereka sampai ke sebuah batu yang besar.

 

Mereka berjalan ke bagian belakang batu besar itu dan ketika mereka berjalan, peternak sapi itu tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya menghela nafas, satu tarikan nafas yang berat dan meskipun demikian. Seperti yang dikatakan oleh Dr. Truett, “sebuah tungku perapian yang ada di dalam dirinya terbakar di dalam hatinya.”

 

            Ketika merejka sampai ke tempat itu, tersembunyi di balik langkan batu yang besar itu, peternak sapi itu berbalik ke arah pendeta yang terkenal itu dan berkata, “Apakah anda melihat tanah yang seluas beribu-ribu hektar ini? Dulu saya biasa berfikir bahwa tanah ini adalah milik saya. Dan apakah anda melihat ribuan kepala ternak ini? Saya dulu berfikir bahwa semuanya ini adalah milik saya.”

 

            “Seperti yang anda lihat,” dia menerangkan, “Saya baru saja diselamatkan. Dulu saya belum menjadi seorang pengikut Kristus. Dan saya baru saja mempelajari bahwa seluruhnya dari peternakan yang besar ini adalah kepunyaan dari Tuhan Allah. Dan saya hanyalah sebagai pengawasnya saja.saya hanya sebagai pengurusnya saja. Saya hanya mengawasinya untuk Dia.”

“Sekarang,” peternak sapi yang bertubuh besar itu berkata kepada pendeta itu, “Saya ingin supaya anda berlutut di sini dan memberitahukan Tuhan Allah bahwa saya telah menyerahkannya semua kepada Dia, semuanya. Dan saya akan menjadi seorang pengurus serta pengawas yang setia atas apa saja yang telah sianugerahkan oleh Tuhan Allah ke dalam kedua tangan saya. Beritahukanlah Dia mewakili saya. Lalu kemudian, ketika anda selesai melakukannya, tunggulah. Saya punya sesuatu untuk saya beritahukan secara langsung kepada-Nya.”

 

Mereka berlutut dan sembari peternak sapi yang bertubuh besar itu menangis dengan wajahnya yang menghadap ke tanah, pendeta itu memberitahukan Allah, bahwa semuanya dari ribuan hektar peternakan itu serta semua dari riban ternak itu, dia telah memberikannya kepada Allah dan berjanji untuk menjadi seorang pengurus yang baik.

 

Lalu kemudian, ketika pendeta itu berhenti, peternak sapi itu, terus menangis dengan sedu sedan yang tidak terputus-putus, akhirnya mulai berdoa, “Oh Tuhan Allah,” katanya, “semua dari peternakan yang sangat besar ini dan ribuan ternak ini telah kuberikan kepada-Mu dan saya berjanji untuk menjadi seorang pengurus yang baik.  Sekarang, Tuhan, bolehkah saya berikan juga kepada-Mu, anak laki-laki kami yang nakal. Dia telah menyakiti hati ibunya dan dia telah membangkang terhadap bapanya dan dia telah membawa kesengsaraan ke dalam rumah kami. Oh, Tuhan, maukah Engkau atau atau tidak, menerima anak laki-laki kami yangnakal itu?”

 

            Pendeta itu berkata, malam itu, di malam itu juga, ketika dia sedang memberitakan kepada para peternak sapi itu, di tengah-tengah khotbahnya, ada seseorang anak laki-laki yang masuk ke dalam gereja itu dari luar. Dia datang dan menuju ke barisan depan di mana bapanya duduk dan memalingkan wajahnya kepada peternak yang bertubuh besar itu dan berkata, “Bapa, saya tidak dapat menunggu sampai orang itu menyelesaikan khotbahnya. Saya telah mengambil keputusan untuk mengikut Kristus.”

 

Apakah saudara-saudara sekalian percaya di dalam pekerjaan mujizat Allah seperti itu? Dapatkah kita percaya kepada-Nya untuk mendapatkan kemenangan? Apakah Dia akan menjawab dari langit? Bilamana saya mencoba. Bilamana saya berkorban. Bilamana saya akan memberi, apakah Tuhan Allah mau menjawab dari sorga?

 

Untuk hal itu kita percaya kepada-Nya. “Bilamana umat-Ku akan,” demikianlah firman-Nya, “Aku akan.” Hal itu merupakan suatu mujizat yang tidak dapat kita lakukan. Kemuliaan akan menjadi milik Tuhan Allah. Bolehkah kita berdiri bersama-sama?

 

Tuhan Allah kami Yang Mahabesar dan Mahaperkasa, apakah Engkau sudah berubah? Ketika Engkau berkata kepada orang-orang dari Israel, “Pergilah ke negeri yang telah Aku janjikan itu kepadamu, dan Aku akan menyertaimu sekalian. Aku tidak akan pernah meninggalkan engkau atau mengabaikan engkau.”

 

Apakah Engkau masih tetap Tuhan Allah yang sama? Benarkah demikian? Ketika peternak yang bertubuh besar itu berkata, “Semua dari peternakan yang sangat besar ini dan ribuan ternak ini telah kuberikan kepada-Mu. Maukah Engkau menerima anak laki-laki kami yang nakal itu, Tuhan?” Dan Engkau telah melakukan sebuah mujizat kelahiran kembali. Tuhan, apakah Engkau masih seperti yang dulu?

 

            Apakah Engkau mendengar bangsa-Mu berseru-seru? Apakah Engkau akan menjawab doa? Apabila kami akan, akankah Engkau? Dapatkah kami pervaya di dalam nama Tuhan demi sebuah kemenangan? Maukah Tuhan Allah memelihara kami apabila kami memelihara pekerjaan-Mu di bumi ini?

 

Oh, Tuhan, ditinggikanlah nama-Mu di tengah-tengah-Mu. Nyatakanlah tangan-tangan-Mu yang perkasa untuk menyelamatkan. Jadikanlah itu menjadi suatu keajaiban yang hanya akan menjadi pekerjaan Tuhan Allah, yang akan berakhir kepada kemuliaan Tuhan. Tolonglah, ya Tuhan, berkatilah kami di dalam permohonan ini.

 

Jawablah seruan dari jiwa kami Berikalnah kemenangan itu kepada kami.

 

Dan di saat-saat yang kudus dan berharga ini, sembari jemaat kita menunggu dan berdoa, anda sekeluarga, berikanlah dirimu sekalian kepada Yesus Jurustus untuk datang memasuki persekutuan gereja ini, sepasang dari antara saudara-saudara sekalian, atau hanya  anda sendirian saja.

 

“Tuhan telah berbicara kepada saya dan saya menjawab dengan hiduo saya akan menjawabnya dengan nyawa saya. Saya ingin menerima Yesus sebagai Juru Selamat saya,” atau “Saya ingin mengikut Tuhan di dalam pembaptisan melalui air sungai Yordan,” atau saya ingin menyerahkan hidup saya di dalam gereja yang terkasih ini,” atau “saya menjawab sebuah permohonan khusus dari roh yang ada di dalam hati saya.” Lakukanlah keputusan itu sekarang juga. Dan sebentar lagi, ketika kita bernyanyi, turunilah salah satu anak tangga tersebut, lalu masuk ke dalam salah satu lorong itu.

 

            “Pak Pendeta, inilah kamim inilah kami, kami datang sekarang juga.”

 

Tuhan kami, terima kasih kami ucapkan kepada-Mu atas tuaian yang manis dari tanga-tangan-Mu yang penuh dengan kebaikan dan menyelamatkan. Amen.

 

Sembari para pelayan kita menunggu di sini, sembari para Diaken kita memanjatkan doa, menyambut saudara-saudara sekalian ketika Roh Allah melesakkan permohonan itu ke dalam hatimu sekalian. Lakukanlah sekarang juga, datanglah sekarang. Lakukanlah sekarang juga. Sembari kita bernyanyi.