JURU SELAMAT YANG MENDERITA

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 53:1

04-11-76

 

 

Salah satu perkara yang paling sukar di dunia ini adalah mencoba untuk memahami mengapa orang-orang tidak menyukai apa yang saudara-saudara sukai. Dan mengapa mereka tidak digerakkan oleh hal-hal yang telah menggerakkan saudara-saudara sekalian. Minggu ini, saya menerima sepucuk surat dari seorang pendeta. Dan surat itu dialamatkan ke rumah dinas pendeta, maka saya menerima surat itu dan langsung membacanya.

 

Dan pendeta itu berkata kepada saya, “Saya mendengarkan kebaktian anda melalui siaran televisi.” (Dia tinggal di luar negara bagian kita). Dan dia berkata, “Saya menyukai segala sesuatunya mengenai kebaktian saudara, terkecuali dengan musiknya.” Katanya, “Musik yang ada di dalam gereja saudara terlalu tinggi.” Katanya lagi, “Apa yang saudara butuhkan untuk bernyanyi di dalam gereja itu untuk program televisi saudara adalah musik yang ada di sini, di suatu tempat di sini, sebuah musik yang dapat menghentakkan kaki, saudara tahu, kira-kira musik jenis itu.”

 

Baiklah, saya telah diberitahu oleh beberapa orang di gereja ini: “Pak Pendeta, anda harus tahu bahwa tidak semuanya memiliki selera yang sama seperti selera yang anda miliki. Dan anda harus mengingat akan hal tersebut.”

 

Jadi saya duduk di sana dan saya mencoba mengingatnya. Akan tetapi tidaklah mudah bagi saya untuk mengingatnya. Saya begitu menyukai musik jenis ini. Saya hanya dapat hidup bersamanya. Felix Mendelssohn menggambarkan nabi Elia dan hari hujan dan ketika hujan turun lalu ketika banjir itu datang.

 

Dan saya dapat melihat nabi Elia berlari di depan kereta kuda Ahab. Dan saya hanya duduk di sana dan saya merasa begitu diberkati. Saya hanya mengenangkan campur tangan Tuhan Allah yang penuh dengan keagungan itu di zaman ketika orang-orang Israel menjadi ingkar. Dan meskipun demikian, selagi saya duduk di sana, hanya mengenang kembali keseluruhannya itu, ada sepuluh ribu orang yang berkata: “Kisah itu merupakan hal yang paling membosankan yang pernah saya dengarkan.”

 

            Jadi saya telah memberitahukan kepada Gary, saya berkata “Gary, untuk kebaikan saya dan untuk kebaikan Tuhan, sekali-sekali, nyanyikanlah sebuah nyanyian yang baik. Lalu kemudian selama sisa waktu yang ada, anda boleh menyanyikan omong kosong itu.”

 

            Saya beritahukan kepada saudara-saudara sekalian hal lain yang begitu saya sukai. Dan saya telah memberitahukannya kepada Gary. Saya begitu suka mendengarkan lagu-lagu yang diambil dari Alkitab. Saya begitu suka mendengarkan lagu-lagu dari Kitab Suci. Ketika mereka menyanyikan Doa Tuhan atau Nyanyian Solo itu. “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Matius 25:34). Atau begitu banyaknya himne dan lagu-lagu gereja yang mereka nyanyikan. Semuanya itu tertulis di Alkitab, saya begitu menyukai lagu-lagu dari Kitab Suci. Akan tetapi kembali, hanya sekali-sekali saja, lakukanlah untuk saya dan selebihnya kita akan menyanyikan musik-musik yang menghentak-hentakkan kaki itu. Baiklah, itu semua hal-hal yang ada disamping tujuannya, bukankah begitu?

 

Kita tidak sedang disiarkan melalui siaran televisi sekarang, maka saya merasa begitu bebas. Saudara-saudara sekalian begitu menyenangkan, dan wah, saya bahkan dapat berbalik dan melihat kepada saudara-saudara. Saya tidak harus mengkhawatirkan tentang hal ini di luar sana. Saya memang mengakui bahwa kita sedang disiarkan melalui siaran radio dan saudara-saudara sekalian sedang mendengarkan kebaktian dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas.

 

Saya begitu ingin mengundang kita semua jikalau saja kita dapat memakai waktu sebentar saja dan bertemu dengan kami di tengah hari, setiap hari dalam minggu ini. Untuk yang pertama kalinya pernah, kita akan mengadakan kebaktian Pra Paskah di sini, di dalam aula gereja ini. Dr. Truett telah memulai melakukan kebaktian-kebaktian seperti itu sekitar enampuluhan tahun yang lalu. Dan mereka menyelenggarakannya di pusat kota di dalam sebuah teater. Dan sepertinya sudah lebih dari seperempat abad, saya telah mengadakan kebaktian tersebut di Teater Palace. Akan tetapi ketika Teater Palace itu dirubuhkan, tidak ada tempat untuk berkumpul di jantung kota, maka kami memutuskan tahun ini, kita akan berkumpul di dalam aula yang besar ini.

 

            Apabila saudara-saudara sekalian boleh datang hanya sebentar saja, maka hal itu akan memberikan berkat buat hati saudara-saudara, minggu Pra Paskah ini, hanya singgah saja. Saudara-saudara boleh menyelip masuk dan menyelip keluar ketika memang saudara-saudara harus melakukannya. Akan tetapi akan menjadi suatu ucapan syukur bagi kami boleh menyambut saudara-saudara sekalian. Tahun ini saya akan memberikan khotbah mengenai: Kristus di Kayu Salib. Dan besok tengah hari mengenai: Bayangan Kayu Salib.

 

Sungguh membuat saya merasa takjub – memberitakan sebagaimana yang saya lakukan melalui isi dari Alkitab atau melalui sebuah kitab di dalam Kitab Suci itu – bagaimana nas bacaan yang dengan segera berada di depan saya adalah nas yang boleh saudara-saudara terima yang datang dari bimbingan dan pengarahan Roh Kudus itu sendiri. Sama seperti yang sekarang ini di dalam pemberitaan kami melalui kitab Yesaya, kita telah sampai kepada pasal yang ke 53 dan ini merupakan yang kudus dari yang kudus di dalam penjemaatan tentang nubuatan dari mereka yang berbicara tentang kedatangan Tuhan kita yang penuh dengan keagungan itu.

 

Sebagai contoh, di dalam pasal yang ke dua puluh empat dari kitab Lukas, setelah Tuhan bangkit dari antara orang yang sudah mati, Dia berbicara kepada murid-murid itu dan berkata kepada mereka bahwa demikianlah harus terjadi bahwa semuanya, bahwa segalanya yang telah dituliskan di dalam kitab Taurat haruslah digenapi – demikianlah pembagian besar yang pertama. Dan pembagian besar yang ketiga, Kethuvim dan Dia menamai ketiganya. 

 

“Lalu Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (Lukas 24:45-47)

 

Nah, saudara-saudara perhatikan, ketika Tuhan membuka pikiran mereka untuk memahami Kitab Suci, Dia menunjukkannya di dalam Neviim di dalam nabi-nabi, bagaimana Mesias itu harus menderita. Dan itulah apa yang kita lakukan pada hari ini. Sudah sampai pada pasal yang ke lima puluh tiga dari kitab Yesaya, ayat itu merupakan bagian ayat yang jauh melebihi semua ayat yang lainnya, di dalam kitab Perjanjian Baru mengutip dari kitab Perjanjian Lama, menjelaskan bahwa Yesus adalah Juru Selamat dunia yang menahankan penderitaan membuat penebusan bagi dosa-dosa kita. 

 

            Dan ketika saya sampai ke pasal itu, saya merasakan seperti seseorang yang sedang memasuki sebuah altar yang kudus dan surgawi. Saya harus melangkah dengan lembut di dalam hadirat-Nya. Saya harus berbicara sepelan mungkin, karena Dia berada di sana. Dan saya harus berlutut dengan penuh rasa hormat di hadapan Dia yang telah begitu menderita karena dosa-dosa kita.

 

Nah, di dalam nubuat yang tiada bandingannya ini – sukar untuk dipercaya bahwa nabi Yesaya hidup 750 tahun sebelum hari penyaliban itu – saudara-saudara pasti sudah mengira bahwa dia memang berada di sana pada waktu itu. Saudara-saudara sekalian pasti sudah mengira bahwa dia sedang berdiri di bukit Golgota, menyaksikan serta menulis di dalam lembaran-lembaran kertas yang suci ini apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Allah untuk menyelamatkan jiwa-jiwa kita yang malang ini.

 

Dan ketika nabi itu menulis dan berbicara tentang kasih karunia penebusan yang menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita, di dalam luka itu, di dalam linangan air mata dan mazmur dari Anak Allah, Dia membicarakan penderitaan-Nya di dalam tiga cara. Dia membicarakan penderitaan dari tubuh-Nya. Yang kedua, penderitaan yang dirasakan di dalam hati-Nya, dan yang ketiga, penderitaan di dalam jiwa-Nya; dan itu akan menjadi garis besar yang kita ikuti dalam waktu yang sangat berharga ini.

 

            Penebusan dari Tuhan saudara-saudara ketika Dia menderita di dalam tubuh-Nya – ayat-ayat pengantar di dalam pasal yang ke lima puluh tiga adalah demikian:

 

“Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab; apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.

 

Penderitaan di dalam tubuh-Nya, akan tetapi khalayak ramai tertegun melihat Dia. Begitu buruk rupa-Nya, bukan seperti manusia lagi, dan tampak-Nya, bentuk-Nya,   bukan seperti anak manusia lagi – penderitaan menebus oleh Tuhan kita di dalam kerangka fisik-Nya. Hal itu dimulai dengan berjaga-jaga semalaman – yang pertama, Perjamuan malam Paskah. (dan saudara-saudara Yahudi kita sekarang ini baru saja memulai musim Paskah). 

 

            Dimulai di dalam perjamuan menyambut Paskah di saat mana Tuhan kita mengadakan tanda peringatan memecah-mecah roti dan minum dari piala. Lalu kemudian diikuti oleh kata-kata dari Tuhan kita yang ada di dalam kitab Yohannes 14, 15 dan 16 lalu kemudian doa sebagai Imam Tinggi di dalam kitab Yohannes pasal yang ke 17.

 

Kata-kata itu ketika Dia mengatakan, “Karena Aku telah mengatakan segala hal ini kepadamu, dukacita telah memenuhi hatimu. Akan tetapi janganlah biarkan hatimu terganggu. Engkau percaya di dalam Allah, percaya juga di dalam Aku. Di dalam rumah Bapa-Ku, begitu banyak rumah-rumah yang besar.”

 

            Lalu kemudian hal itu berlanjut di belakang selokan Kidron di sisi lain dari gunung Moria, dan di dasar dari Gunung Olivet. Di dalam taman Getesemane, di tempat mana Yesus ditangkap. Lalu kemudian Dia dihadapkan di depan Hanas lalu kemudian Kayafas lalu kemudian Sanhedrin dan kemudian pada akhirnya di tangan para prajurit kekaisaran Romawi  di hadapan Pontius Pilatus. Lalu kemudian disidangkan di hadapan Herod, wali dari wilayah Galilea. Dan kemudian kembali kepada Pilatus yang menghukum Dia untuk dieksekusi dengan cara disalibkan. Sepanjang malam itu dan kemudian, pada saat terbitnya matahari, Tuhan dibawa dari orang yang satu ke orang yang lain dan mendapatkan hukuman oleh mereka semua.

 

Akhirnya, di bawah pengawasan pimpinan dari kekaisaran Romawi, Pontius Pilatus, Dia diserahkan kepada para prajurit kekaisaran Romawi  untuk disalibkan. Dan kelihatannya para prajurit kekaisaran Romawi  itu begitu gembira untuk membawa seorang Yahudi buangan, dan merusak serta menodai sekujur tubuh-Nya. Maka mereka memukuli Dia. Apakah dengan cambuk-cambuk orang-orang Romawi atau dengan cakar, dengan tali kulit yang telah ditenun dengan kepingan-kepingan logam yang runcing? Sudah sering para penjahat yang telah disalibkan di bawah tekanan pukulan yang berat dari para prajurit kekaisaran Romawi  yang brutal itu.

 

Dia dipukuli dengan begitu hebatnya, Dia dicemooh dan begitu banyak darah yang menetas di punggung-Nya, sehingga ketika mereka meletakkan kayu salib itu kepada-Nya, untuk kemudian dipikul-Nya ke tempat penyaliban, Dia berjalan terhuyung-huyung dan Dia tersandung lalu kemudian terjatuh di bawah karena beratnya kayu salib tersebut. Dan mereka mempengaruhi seseorang yang sedang melintas, seorang Simon dari Kirene, untuk kemudian memikul kayu salib itu di depan-Nya. Dan akhirnya, sampai ke Bukit Tengkorak, yang dalam bahasa latin disebut juga dengan “bukit Kalpari”, dalam bahasa Ibrani disebut dengan bukit Golgota. Dan di sanalah mereka menyalibkan Dia. 

 

Begitu penuh dengan kesedihan dialog yang terjadi ketika Tuhan berkata kepada Yohannes, “Bawalah ibu-Ku pergi …” agar supaya Maria tidak melihat pada-Nya. Maka disembunyikanlah dari wajah ibu-Nya, penderitaan dan kematian-Nya itu.

 

Dan matahari menolak untuk memberikan sinarnya supaya bumi ini tidak melihatnya juga. Dan Tuhan Allah menahan para kumpulan malaikat yang ada di sorga, agar supaya para malaikat itu tidak melihat Dia. Dan Bapa sendiri memalingkan wajah-Nya supaya Tuhan Allah tidak melihat kejadian itu. Begitu buruk rupa-Nya, bukan seperti manusia lagi, penderitaan yang dipikul oleh tubuh Tuhan kita karena dosa-dosa kita di kayu salib itu.

 

Penderitaan yang dialami-Nya di dalam hati-Nya, Dia dihindari dan ditolak oleh semua orang. Seorang manusia yang penuh dengan kesengsaraan dan dikenal dengan dukacita. Dan kita juga menyembunyikan wajah kita sebagaimana dulunya dari Dia. Ia sangat dihina, sehingga orang akan menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan.

 

Dia orang yang terusir akibat ulah manusia. Dia disangkal oleh bangsa-Nya sendiri. Dia disiksa dan dipakukan ke sebatang kayu. Akan tetapi luka di dalam hati-Nya merupakan perkara yang paling sukar dipikul-Nya. Hati itu hancur karena saya. Penderitaan yang ada di dalam hati-Nya adalah penderitaan yang paling sukar dipikul-Nya.

 

            Saya memikirkannya semua – dan ketika saya berbicara, kita akan mendapatkan kemajuan di kedalaman dari luka yang ada di hati-Nya itu. Yang pertama, kepada mereka yang mana Dia merupakan salah satu dari antara mereka, bangsa-Nya sendiri, telah menolak Dia. Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Yohannes di dalam pasal yang pertama, dari ayatnya yang ke sebelas dari Injilnya itu: “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”

 

Mereka yang seharusnya mengasihi Dia dan menyambut Dia dan menghargai kehadiran-Nya, serta memuja semua apa yang telah dikatakan-Nya dan yang telah dilakukan-Nya, mereka adalah orang-orang yang paling membenci Dia dengan sengitnya.

 

Orang-orang Farisi begitu membenci para pengikut Herodes, akan tetapi mereka lebih membenci Dia daripada para pengikut Herodes itu. Dan mereka bergabung dengan para pengikut Herodes itu untuk menuntaskan penghancuran terhadap diri-Nya. Bangsa itu begitu membenci orang-orang Romawi, akan tetapi mereka lebih membenci Dia dan merekalah yang telah menyerahkan Dia ke dalam tangan-tangan orang-orang Romawi sihingga dia boleh disalibkan. Mereka semuanya – para juru tulis, orang-orang Farisi, orang-orang pengikut Herodes, para pengetua – mereka semua membenci orang-orang berdosa yang kotor dan tidak suci, akan tetapi mereka lebih membenci Dia lagi karena Dia telah makan bersama-sama dengan Dia dan telah memberitakan Injil kepada mereka. Sungguh tidak masuk akal bagaimana Yesus yang begitu menyejukkan, pengasih, halus, lemah lembut, dapat dibenci sedemikian rupa dan begitu dihindari dan diperlakukan demikian kejamnya oleh orang-orang yang Disebut-Nya dengan milik kepunyaan-Nya.

Akan tetapi kita berjalan lebih jauh lagi: Luka yang ada di dalam hati-Nya, ejekan-ejekan serta olok-olokan di saat-saat persidangan-Nya itu, yang pertama adalah persidangan oleh orang-orang Yahudi. Seseorang mendatangi Dia dan meninju wajah-Nya dan berkata: “Hei, Engkau yang seorang nabi, siapakah namaku? Siapakah yang telah meninju-Mu?”

 

            Dan kemudian yang lainnya datang dan meludahi wajah-Nya dan berkata, “Hei, Engkau yang seorang nabi, siapakah namaku? Siapakah yang telah meludahi wajah-Mu? Dan wajahnya penuh dengan bekas ludah mereka.

 

Dan kemudian yang lainnya datang lagi serta menjambak janggutnya dan berkata, “Hei, Engkau yang seorang nabi, panggillah namaku. Siapakah aku yang telah mencabut janggut-Mu?” Dan kemudian mereka menertawai Dia serta memperolok-olok Dia.

 

Dan di dalam pengadilan oleh orang-orang Romawi – ketika Pontius Pilatus menyerahkan Dia kepada kematian, Raja orang Yahudi itupara prajurit kekaisaran Romawi yang brutal dan sangat bodoh, para prajurit kekaisaran Romawi  yang kasar dan tidak sopan itu berkata, “Jadi, Dia ini adalah seorang raja. Seorang raja haruslah memiliki sebuah mahkota. Dan mereka menganyam sebuah mahkota yang penuh dengan duri untuk-Nya dan melesakkannya di atas kening-Nya.”

 

Dan seorang raja haruslah memiliki sebuah jubah dan di suatu tempat yang kotor dan berdebu, mereka menemukan sepotong pakaian berwarna ungu yang tidak terpakai lagi dan menyelubungi Dia dengan pakaian itu seraya berkata, “Seorang raja dan jubah kebesarannya.” Akan tetapi seorang raja haruslah memiliki sebuah tongkat lambang kekuasaan dan mereka menemukan sebatang tongkat yang menyedihkan, semacam buluh, dan meletakkannya di dalam genggaman tangan-Nya. Dan seorang raja haruslah mendapatkan penghormatan, orang-orang yang taat serta mendapatkan pujian yang berlebihan dan mereka membungkukkan badan sembari menertawakan di hadapan-Nya sambil mengatakan, “Salam, Raja orang Yahudi.”

 

Dan akhirnya, membawa Dia ke tempat pembuangan sampah, ke sebuah tempat yang penuh dengan tengkorak, di mana saya duga merupakan tengkorak dari para penjahat yang telah mati bersama-sama dengan bangkai-bangkai binatang yang dibuang bersama-sama dengan tulang belulang itu, di sanalah mereka memakukan Dia ke sebatang kayu. Dan seolah-olah penderitaan yang dialami-Nya belum cukup, ketika Dia dipakukan ke kayu salib itu, mereka menjudikan pakaian-Nya, membuang undi terhadap siapa yang akan menerima kelima potong pakaian tersebut. Dan mereka semua duduk dengan sikap menghina, menyaksikan Dia menemui ajal-Nya.

 

Sering kali saya memikirkan nas bacaan yang mana merupakan tema dari Penyingkapan, nas yang ada di dalam kitab Wahyu 1:7: “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang yang telah menikam Dia. Dan semua suku dan bangsa di bumi akan meratapi Dia.”

 

Sering kali saya memikirkan kata-kata: “Juga mereka yang telah menikam Dia.” Ketika itu Yohannes juga berada di sana dan Yohannes menyaksikan wajah-wajah mereka yang keras serta tangan-tangan mereka yang kejam. Yohannes turut menyaksikan ketika mereka melesakkan mahkota yang berduri itu di atas kening-Nya. Memperolok-olok Dia, menertawai Dia, dan akhirnya memakukan Dia ke sebatang kayu itu. Dia menyaksikan wajah-wajah mereka semua. Itulah sebabnya Yohannes menuliskannya di dalam kitab Wahyu 1:7: “Ketika Dia datang di dalam kemuliaan, mereka akan berhadap-hadapan dengan Anak Allah yang telah mereka pakukan dan yang telah mereka tertawakan dan yang duduk dengan sikap menghina, mereka menyaksikan Dia menemui ajal-Nya.”

 

Luka yang ada di dalam hati-Nya dan luka yang terberat dari semuanya, bahwa murid-murid-Nya sendiri – seperti dikatakan di dalam kitab Zakharia 13:7: “demikianlah firman Tuhan semesta alam, “Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba tercerai-berai!” Matius dan Markus sama-sama mencatat kenyataan bahwa murid-murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri mereka. Mereka juga meninggalkan Dia dan Dia mati dalam keadaan sendirian. Bagaimana hal yang seperti itu boleh terjadi? Ketika Tuhan itu menderita dan sekarang sedang menemui ajal-Nya, mereka semua meninggalkan Dia dan melarikan diri. Lika yang ada di dalam hati-Nya. Dia dihindari dan tidak diterima oleh semua orang. “Seperti sebelumnya, kita semua menyembunyikan wajah kita dari-Nya. Ia sangat dihina, sehingga orang akan menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan.”

 

Luka yang ada di dalam hati-Nya adalah luka yang paling sukar ditanggung-Nya. Selama perang Vietnam, seorang pria pernah menceritakan sebuah kisah di atas mimbar ini bahwa ketika saya mendengarnya saya berfikir bahwa kisah itu merupakan kisah yang paling yang menyedihkan yang pernah saya dengar di sepanjang hidup saya. Apakah saudara-saudara ingat kisah itu? Ada seorang prajurit Amerika yang dari kawasan Barat yang mengalami luka yang cukup serius di dalam pertempuran di Vietnam dan sekarang mendapatkan perawatan kesehatan untuk dipulihkan ketika pulang kembali ke tanah air. Ketika dia sampai di kota San Francisco, dia menelepon bapa dan ibunya, dan dia berkata: “Ibu dan bapa, saya sudah pulang kembali ke rumah. Saya sedang dalam perjalanan menuju ke rumah.”

 

Dan sang bapa dan ibu berkata, “Oh, betapa gembiranya satu hari ketika menyambutmu.”

 

            Lalu pemuda itu berkata, “Baiklah, ibu dan bapa, saya membawa seorang sahabat. Selama peperangan, dia selalu bersama-sama dengan saya dan sekarang saya membawanya serta; apakah semuanya baik-baik saja?”

 

Dan sang ibu dan bapa menjawab, “Oh, anakku, tentu saja. Kami begitu gembira menerima dia, kami senang menerima dia.”

 

“Tapi, ibu dan bapa: Dia terluka. Dia mendapatkan luka dari perang itu.”

 

           “Tidak mengapa,” demikian kata sang ibu dan bapa, “Bawa saja dia. Kami akan begitu gembira menerima dia.”

 

“Tapi, ibu dan bapa,” kata prajurit muda itu, “Kalian tidak mengetahui betapa seriusnya lukanya. Dia harus mendapatkan perhatian khusus, karena salah satu matanya telah hilang dan sebelah lengannya juga sudah hilang dan sebelah kaki yang juga sudah hilang.”

 

“Baiklah,” demikian kata bapa dan ibunya, “Sekarang, anakku, kami tidak mengetahuinya sama sekali. Nak, kita tidak dapat merawat seorang pemuda yang dalam keadaan seperti itu. Nak, di sana terdapat rumah sakit – rumah sakit milik pemerintah, di sana ada rumah sakit – rumah sakit kaum veteran yang akan merawat pemuda yang mendapatkan luka serius seperti dia. Maka kami akan menolongmu membawakan pemuda itu ke sebuah rumah sakit dan di sana mereka akan merawat dia dengan baik. Akan tetapi tidak seharusnya kita menerima dia di sini, di dalam rumah kita ini.”

 

“Baiklah, bapa dan ibu,” kata pemuda itu. “Aku akan segera menemui kalian.”

 

Hari yang berikutnya, bapa dan ibu dari wilayah Barat sana itu menerima satu panggilan dari sebuah rumah mayat di kota San Francisco. Dan pria yang di ujung telepon yang satu berkata, “Kami berfikir bahwa yang ini kemungkinan adalah putera anda. Kami menemukan tanda pengenal di tubuhnya dengan satu nama dan alamat. Apakah anda memiliki seorang putera yang berasal dari perang Vietnam dengan nama ini dan apakah ini adalah alamat saudara?”

 

            “Ya ,” demikian kata bapa dan ibu itu. 

 

“Baiklah,” kata pria dari rumah mayat itu, “mungkin sebaiknya anda datang dan mengenali pemuda ini sebagai keluarga anda. Dia mencabut nyawanya sendiri tadi malam di sebuah hotel murah di kota San Francisco ini. Sebaiknya anda datang dan mungkin melihat apakah dia ini adalah putera anda.”

 

Mereka sampai ke San Francisco dan langsung menuju ke rumah mayat dan ketika mereka melihat wajah pemuda itu dengan segera mereka membenarkannya, “Dia adalah putera kami.” Dan mereka melihat lebih dekat lagi. Salah satu matanya sudah tidak ada lagi, dan dia juga sudah kehilangan salah satu lengan dan kakinya.

 

“Dia dihindari dan ditolak oleh semua orang. Dan kita juga menyembunyikan wajah kita sebagaimana dulunya dari Dia. Ia sangat dihina, sehingga orang akan menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan.”

 

            Luka yang ada di dalam hati-Nya adalah luka yang paling berat dirasakan-Nya. Penderitaan yang dialami oleh Tuhan kita karena dosa-dosa kita,sehingga kita boleh diselamatkan. Dia mengalami penderitaan di dalam tubuh-Nya. Dia mengalami penderitaan di dalam hati-Nya. Dia mengalami penderitaan di dalam jiwa-Nya.

 

“Ketika engkau akan membuat jiwa-Nya sebagai sebuah korban untuk dosa, Allah akan melihat penderitaan yang dialami oleh jiwa-Nya dan akan merasa senang.” Ada kata theologis untuk kepuasan itu: Yaitu “pengambilan hati,” segala hal yang telah memisahkan kita dari Allah. Pengambilan hati artinya membuat kepuasan, untuk membuat menjadi disukai dan diterima.

 

“Allah akan melihat penderitaan yang dialami oleh jiwa-Nya dan akan merasa senang. Karena Dia akan memikul kejahatan-kejahatan mereka.” Sampai dengan sejauh ini di dalam khotbah ini, saya sudah menjadi mampu berbicara dengan pemahaman tentang penderitaan dari tubuh-Nya.

 

Saya dapat memahami penderitaan karena mengalami masuknya paku yang menembus kedua tangan-Nya dan kedua kaki-Nya. Saya dapat memahami penderitaan karena ditelanjangi dan dipukuli. Saya dapat mengerti penderitaan yang akan dialami oleh seseorang yang telah dicaci-maki. Saya dapat memahami luka yang akan ditanggung oleh seseorang di dalam hatinya ketika mereka-mereka yang seharusnya mengasihi dia, menjadi membenci dia. Dan mereka-mereka yang seharusnya membela diaternyata menjadi menghindari dia dan ketika mereka-mereka yang kepada siapa telah dibukakan-Nya pintu hati-Nya, telah meninggalkan Dia dan melarikan diri. Saya dapat memahaminya.

 

Saya tidak dapat menyelami ke dalam rahasia terdalam jiwa-Nya karena telah dikurbankan demi dosa-dosa kita – dan Allah melihat kepada penderitaan itu. Kata itu dipakai untuk menggambarkan penderitaan yang dialami oleh seorang wanita yang mana mereka katakan adalah penderitaan yang paling hebat di dunia ini, penderitaan saat melahirkan – penderitaan saat hendak melahirkan.

 

            “Allah akan melihat penderitaan yang dialami oleh jiwa-Nya dan akan merasa senang. Karena Dia akan memikul dosa-dosa orang banyak.” Yang ini yang tidak dapat saya pahami dan tidak dapat saya mengerti.

 

Saya memiliki sebuah perpustakaan dari sekitar lebih dari empat ribu judul buku. Saudara-saudara sekalian boleh membaca semuanya dan saudara-saudara tidak akan pernah memahami apa itu yang menjadi misteri dari penderitaan jiwa itu, ketika Kristus dikurbankan demi dosa-dosa kita. Beberapa dari antara seminari kita yang besar memiliki perpustakaan yang memiliki jauh melampaui ratusan ribu judul buku; saudara-saudara boleh membaca setiap buku dari ratusan ribu buku tersebut. Ketika saudara-saudara membaca buku yang terakhir dari ratusan ribu buku itu, saudara-saudara tidak akan mampu memahami misteri dari perbuatan Allah yang telah membuat jiwa-Nya menjadi kurban untuk dosa-dosa kita.

 

Untuk pekerjaan doktoral saya, saya mengikuti sebuah kursus, dan salah satu mata kuliah minor adalah mengenai penebusan. Dan selama tiga tahun lamanya, saya mempelajari tentang hal itu. Dan ketika saya mengikuti ujian dan melewatinya di akhir dari tiga tahun pelajaran saya, saya tetap merasa terkagum-kagum akan misteri penebusan Kristus karena dosa-dosa kita. Pada saat Allah membuat jiwa-Nya sebagai sebuah persembahan. Saya tidak mengerti.

 

Di dalam upacara keagamaan dan liturgy Gereja Katolik Yunani yang begitu indah, ada penyebutan kepada Penderitaan Tuhan yang tidak diketahui. Dan hanya hal itu yang dapat kita katakan: Penderitaan yang dipikul oleh Tuhan kita ketika Dia menjadi berdosa karena kita; penderitaan. Kita tidak mengerti dan kita tidak dapat menyelam ke dalamnya.

 

Ketika Alkitab mnyebutkan penebusan untuk dosa-dosa kita, saya dapat mengikutinya dengan baik. Sebagai contoh, seseorang yang berdosa, yang dibawa kepada seorang Imam Besar, Mengatakan bahwa seekor anak domba adalah seekor hewan yang tidak berdosa dan dia meletakkan kedua tangannya di atas kepala hewan itu dan mengakui semua dosa-dosanya. Dan Imam Besar itu menarik hewan itu lalu kemudian membunuhnya dan menuangkan darahnya di lantai altar tersebut.

 

Dan ketika sebuah negara telah berbuat dosa, sekali dalam setahun, imam besar itu membawa seekor binatang yang tidak berdosa dan mengakui dosa-dosa Negara itu di atas kepala binatang tersebut dan kemudian membunuhnya dan menampung darahnya di dalam sebuah baskom, di dalam sebuah mangkuk, dan membawanya ke dalam altar dan mereka memercikinya di Takhta Pengasihan sebagai penebusan, sebagai pengganti dosa-dosa dari orang banyak tersebut.

 

            Di dalam pasal yang ke sepuluh dari kitab Ibrani, pengarangnya mengatakan bahwa darah dari lembu jantan dan kambing jantan tidak dapat mencukupi untuk membersihkan dosa-dosa kita, akan tetapi satu tubuh yang telah dipersiapkan Allah bagi Anak Kemuliaan itu.

 

Satu penjelmaan dengan satu tubuh, Dia telah dipersembahkan kepada Allah – sebuah pengorbanan bagi kita. Saya dapat mengerti sampai ke dalamnya. Saya dapat memahaminya. Tubuh dari Tuhan kita yang telah dikorbankan di kayu salib karena dosa-dosa kita. Akan tetapi saya tidak dapat memahami yang satu ini: “Engkau akan memberikan jiwa-Nya sebagai korban penebus kesalahan. Dan sesudah kesusahan jiwa-Nya, Ia akan melihat terang dan menjadi puas. Karena Dia akan menanggung dosa banyak orang.”

 

            Tuhan, saya tidak tahu. Dan saya tidak dapat memahami. Ada sesuatu yang berada di atas dan dibelakang serta di depan penderitaan yang Engkau alami, di dalam kesusahan-Mu yang tidak dapat kumengerti. Pada saat Allah memikulkan dosa-dosa kita semua di dalam penderitaan Tuhan kami. Apa yang dapat saya lakukan adalah membungkukkan badan saya. Apa yang dapat saya katakana adalah terima kasih, Yesus. Apa yang dapat saya lakukan adalah mengatakan, Tuhan, aku di sini. Aku menyerahkan diriku ini kepada-Mu.

 

Apakah karena kejahatan yang telah aku lakukan?

Dia mengerang di kayu itu?

Kasih karunia dan pengasihan menakjubkan yang tidak diketahui

Dan kasih yang jauh melampaui segala ukuran.

Akan tetapi tetesan dukacita takkan pernah tertebus kembali

Utang kasih yang kutanggung.

Inilah Tuhan, aku menyerahkan diriku sendiri,

Hanya ini yang dapat kulakukan.

 

Dan ini adalah mujizat dari keajaiban. Tidak seorang manusiapun yang dengan jujur dapat memandang kepada penderitaan Tuhan namun tidak terpengaruhi.