BUKAN SEPERI MANUSIA LAGI

(MARRED MORE THAN ANY MAN)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 52:14

04-04-76

 

           

Kita telah sampai kepada pasal yang ke 52 dan yang ke 53. Dan nas bacaan kita akan diambildari dua ayat yang terakhir dari pasal yang ke 52. Kedua ayat itu seharusnya dimasukkan ke dalam pasal yang ke lima puluh tiga. Dimulai dari ayat yang ke 13: “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi – demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab; apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”

 

Dan nas yang berada di dalam ayat yang ke 14, terbaca di dalam versi King James: “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”

 

Dapatkah saya membacanya, mungkin di dalam terjemahan saya sendiri, akan tetapi dengan lebih jelas lagi dihubungkan dengan kita di zaman sekarang ini?

 

Setelah mengatakan bahwa hamba Allah itu – perkataan-perkataan nabi Yesaya untuk kedatangan Raja Mesias – bahwa dia akan dimuliakan serta disanjung, dan akan ditinggikan - “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”

 

Ada begitu banyak ayat di dalam kitab Perjanjian Lama yang melukiskan penderitaan-penderitaan ini, kasih dari Mesias yang akan datang itu. Misalnya, di dalam kitab Mazmur 22 dikatakan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong Aku? Seperti air Aku tercurah, dan segala tulang-Ku terlepas dari sendinya; hati-Ku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dada-Ku. Sebab anjing-anjing mengerumuni Aku, gerombolan penjahat mengepung Aku, mereka menusuk tangan dan kaki-Ku. Segala tulang-Ku dapat Kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi Aku. Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubah-Ku.”

 

Dan saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk membacakan nubuat-nubuat itu, seperti yang dikatakan di dalam kitab Yesaya pasal yang ke lima puluh tiga, yang menggambarkan penderitaan mengerikan yang telah dialami oleh Tuhan kita, yang berkumpul di sekeliling nas bacaan saya: “Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.”

 

Realita dari nubuat itu di dalam hidup Tuhan kita memberikan waktu istirahat serta air mata kepada jiwa kita. Bukan Seperti Manusia Lagi. Tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. Karena mereka telah menyalahgunakan serta secara bukan main telah menganiaya Tuhan kita. Mereka telah mencabuti jenggot-Nya. Mereka meninju Dia dengan kepalan tangan mereka. Mereka melesakkan mahkota berduri di atas kepalan-Nya. Mereka telah memperolok-olok Dia dan memukuli Dia.

 

Suatu ketika, saya sedang mempelajari tentang penyaliban ala Romawi. Dan di dalam pelajaran tersebut, saya telah mempelajari bahwa sudah banyak para penjahat yang dibunuh oleh kekejaman dari kebiasaan itu. Mereka telah memperolok-olokkan Tuhan kita melalui tangan-tangan prajurit-prajurit Romawi. Mereka telah memakukan Dia ke sebatang pohon dan kemudian menaikkan Dia. Dan gelegar yang dari atas, ketika jatuh menimpa suatu tempat di tanah, pasti telah menghancurkan urat-urat yang ada di kedua tangan-Nya serta di kedua kaki-Nya sampai berkeping-keping.

 

Begitu dirusakkan dan begitu rusaknya wajah Anak Allah itu, sehingga ketika para prajurit Romawi mendatangi Dia untuk mematahkan tulang-tulang dari penjahat yang ada di sebelah kanan dan penjahat yang di sebelah kiri sehingga kematian mereka boleh dipercepat – ketika mereka sampai pada salib yang ditengah. Anak Allah itu sudah meninggal, mereka tidak jadi mematahkan tulang-tulang-Nya.

 

Akan tetapi setelah dipikir masak-masak, kelihatannya salah seorang dari prajurit Romawi itu mengambil sebilah tombak dan menusukkan lembing itu ke jantung-Nya. Dan ketika besi itu ditarik, mengalirlah air dan darah dari tubuh-Nya. Yaitu, Dia meninggal dengan jantung yang pecah. Dan jantung di dalam mana hati itu berdetak menarik darah tersebut. Dan terpisahlah sel-sel darah merahnya dengan sel-sel darah putihnya. Dan kelihatannya seperti darah dan air. Begitu buruk rupa-Nya, bukan seperti manusia lagi. Dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi.  Tidak dapat dikenali lagi, wajah Anak Allah yang indah dan penuh dengan keagungan itu.

 

Betapa mengagumkannya! Demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa. Raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat Dia. Sungguh suatu trauma yang tak terkatakan dan tak masuk diakal sehingga Anak Allah itu menjadi demikian buruk rupa-Nya, bukan seperti manusia lagi! Tidak dapat dikenali lagi.

 

Suatu kali saya mendengar kisah tentang seorang prajurit yang ketika terjadi Perang Dunia I di Perancis, kota yang sebagian besar dihancurkan oleh ledakan bom yang jatuh tepat di hadapannya. Prajurit Amerika tersebut, yang demikian terluka oleh ledakan tersebut, telah kehilangan kedua matanya, kehilangan salah satu tungkai kakinya dan wajahnya sebagian besar rusak. Akan tetapi bagian yang paling penyedihkan dari kerugiannya di dalam ledakan bom yang mengerikan itu adalah kerusakan yang terjadi pada ingatannya – kenangan akan masa kanak-kanaknya, nama keluarganya, dari mana asalnya, siapa dirinya – tercabut dari pikirannya yang sudah menjadi rusak dan menjadi gila.

 

Dan ketika dia pulang kembali ke Amerika, untuk berhari-hari dan bertahun-tahun setelah it, di manapun orang-orang berkumpul, ke sanalah dia akan pergi menuju kerumunan mereka dan dan mengangkat kedua matanya yang tidak dapat melihat itu dengan wajahnya yang tidak berbentuk lagi itu, dengan iba dia akan menjerit, “Apakah ada seseorang yang mengenal siapa aku? Apakah ada yang mengenali aku? Siapakah aku ini?”

  

Demikianlah dengan Tuhan kita. Raut wajah-Nya serta rupa-Nya lebih rusak dari anak manusia lainnya. Demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa. Raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat Dia. Siapakah gerangan yang demikian rusaknya ini, yang tidak berbentuk ini? Tuhan Allah yang di sorga, apakah ini Anak-Mu? Satu-satunya putra-Mu? Oh, Tuhan Allah, apakah ini Anak-Mu?

 

Dan Tuhan Allah yang berada di dalam sorga menjauhkan wajah-Nya dan Anak itu menangis sendirian di dalam penderitaan yang mengerikan itu: “Eli, eli lama sabachthani?” – Allah-ku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

 

Di dalam kitab Dua Korintus 5:21 dikatakan: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Allah telah membuatnya menjadi dosa karena kita. Dan Habakuk, nabi itu, mengatakan dari pada Tuhan Allah: “Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan.”

 

Dan ketika Anak Allah dibuat menjadi dosa – Mata Tuhan Allah lebih suci untuk melihat kepada kejahatan – lalu kemudian Dia memalingkan wajahnya menjauh. Semua penciptaan. Yang telah menciptakan bulan dan matahari dan bintang-bintang serta seluruhsemesta alam. Apakah ini penciptamu? Apakah yang ini yang membuat engkau? Tergantung dengan raut wajah yang buruk dan tidak biasa di atas kayu salib ini? Apakah yang ini yang menciptakan engkau? Dan matahari memalingkan wajahnya. Dan seluruh isi bumi ini menjadi hitam dan gelap gulita. 

 

Baiklah, perkasa sang matahari,

Bersembunyi di dalam kegelapan

Dan menutup kemuliaannya di dalam

Ketika Kristus, Pencipta yang perkasa,

Mati demi manusia, karena dosa makhluk itu.

 

Siapakah ini? Dan kita bertanya kepada para malaikat di sorga, “Apakah yang ini Pangeran Mahkotamu yang di dalam kemuliaan itu? Apakah ini Anak dari Bapa, yang berjalan keluar masuk dari depan kamu? Yang Diurapi dari sorga itu? Apakah ini Rajamu, wahai para malaikat dari surga?”

 

            Mereka sudah ada pada kelahiran Tuhan kita ketika Dia dilahirkan. Mereka hadir pada saat pengabdian-Nya dan melayani Dia. Mereka ada ketika berada di taman Getsemane ketika Dia berdoa dalam kesedihan. Mereka juga ada di pemakaman itu.

 

Di manakah engkau sekalian, wahai para malaikat? Dia sedang menanti ajal dan menderita dan wajahnya begitu rusak dan tidak biasa. Di manakah para malaikat dari surga itu? Dia berkata, “Kalau Aku meminta, dan enam legiun malaikat – berarti tujuh puluh dua, dua belas legiun malaikat, berarti tujuh puluh dua ribu malaikat – akan datang dan berperang di sebelah kanan-Ku.”

 

Baiklah, di manakah mereka? Mengapa tidak datang walau hanya satu saja? Karena tangan Allah Bapa menahan mereka untuk tetap tinggal di tempat. Tidak satupun. Tidak satupun juga. Inilah dosa. Tuhan Allah telah membuat Dia menjadi dosa kita. Dan Tuhan Allah Bapa menahan seluruh kawanan malaikat di sorga serta membiarkan Dia menderita dan meninggal.

 

Maria, ibu perawan yang baik, apakah ini anak yang telah engkau lahirkan? Apakah yang disebelah sana itu putramu yang terkasih, Yesus?

 

Dan Rasul Yohannes, melihat pada Juru Selamat kita yang berada di kayu salib itu, mendengar suara-Nya yang ditujukan kepadanya mengatakan, “Yohannes, bawalah dia pergi. Bawalah dia pergi menjauh. Hal penderitaan serta penyiksaan dan kematian ini terlalu berat bagi Ibu-Ku untuk dilihatnya.” Dan sejak saat itu, Yohannes, rasul yang kudus itu, membawa Maria ke rumahnya sendiri sehingga dia tidak boleh melihat-Nya menderita sedemikian dan mati.

 

Dan wahai para rasul, lihatlah, apakah ini guru dan tuanmu? Apakah yang ini orang yang di dalam kekuatan pahlawan mampu berjalan di atas air? Meredakan angin ribut? Membangkitkan orang yang sudah mati? Apakah yang ini tuanmu? Dan Kitab Suci mengatakan bahwa mereka semua meninggalkan-Nya dan melarikan diri. Bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. Siapakah dia ini? Mereka semua meninggalkan-Nya dan melarikan diri.

 

Saya tidak mengira bahwa saya akan pernah mendengar kisah yang lebih menyedihkan daripada seorang prajurit Amerika yang pulang kembali dari Perang Dunia II.  Dia juga mendapatkan luka yang serius dan hancur wajahnya – akan tetapi dia mencari jalan untuk kembali ke kampung halamannya untuk menjadi bersama-sama dengan calon pengantinnya dan kekasihnya yang masih muda. Saya mendengar kisah tersebut dari seorang pria.

 

Pada hari itu, dengan menaiki kereta api, pria ini berdiri di peron untuk menunggu kereta api untuk masuk. Prajurit Amerika itu, yang mendapatkan luka yang serius itu, turun dari dalam kereta api tersebut dan melangkah di atas peron itu. Di sana sudah ada calon pengantinnya dengan ibunya dan bapanya bersama-sama dengan keluarga yang menantikan kedatangan prajurit Amerika yang pulang itu.

 

Dan ketika wanita muda itu melihatnya turun dari kereta api itu dan berdiri di atas peron, wanita itu menghampirinya, kemudian berhenti dan melihat dengan rasa kagum dan takjub dan kemudian dalam kengerian. Dan kemudian berbalik dan menutupi wajahnya di dalam pelukan ibunya serta menangis sambil berkata, “Saya tidak sanggup melihat wajahnya.” Dan keluarga itu pergi menjauh dengan calon pengantin yang masih muda itu serta meninggalkan prajurit Amerika tersebut berdiri sendirian di atas peron.

Bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. Siapakah dia ini? Dan murid-murid itu semua meninggalkan-Nya dan melarikan diri. Siapakah ini? Mereka yang melihat kepada-Mu akan tertegun. Dan raja-raja akan membungkam mulut mereka melihat Dia. 

 

            Yang kami beritakan ini adalah Juru Selamat kita itu. Ini adalah Kristus dari yang kita kasihi dan sembah serta kita sanjung. Dan betapa berbedanya dari apa yang diharapkan oleh seseorang! Ini adalah Raja Kemuliaan itu. Saudara-saudara melihat bumi menunjuk kepada raja-raja mereka dan kepada kaisar-kaisar mereka dan diktator-diktator mereka. Ini adalah Alexander. Bukan hanya sekedar Alexander – yang ini adalah Alexander yang Agung. Inilah sang Caesar. Bukan hanya sekedar Caesar, inilah Caesar Augustus, suatu penghormatan Latin bagi Allah. Ini adalah Napoleon yang agung, ini adalah Cedric yang agung. Ini adalah Wellington. Bukan hanya sekedar Wellington saja, akan tetapi Duke of Wellington dengan gelar “Besi”. Yang ini adalah Genghis Khan.

 

            Dengan kebanggan apa para pasukan angkatan darat itu, para pasukan angkatan laut itu, dan armada-armada itu serta bangsa-bangsa itu serta angkatan-angkatan bersenjata dari dunia itu menunjuk kepada para penakluk serta diktator mereka yang agung itu! Untuk apa dan kepada siapa kita menunjuk? Mati di kayu salib. Begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. Kepada Tuhan Yesus yang telah mati, yang lembut, rendah hati dan menderita itulah kita menunjuk. “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya dan sumbu yang nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.”

 

Setelah kitab Yohannes 3:16 terdapat Yohannes 3:17: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.”

 

Tuhan Yesus yang ajaib, sederhana, rendah hati, bertekun, dan lemah lembut. Dan inilah permintaan besar dari Tuhan Allah kepada hati manusia, sehingga mereka akan diselamatkan. Bukan karena pasukan bersenjata. Dan bukan karena keperkasaan. Dan bukan oleh karena para penakluk. Dan bukan karena kesombongan. Dan bukan karena kehendak daging atau kehendak dari manusia.

 

            Inilah jalan yang telah ditetapkan oleh Tuhan Allah sehingga kita boleh diselamatkan. Di dalam kerendahan serta pengakuan dan kepercayaan. Di dalam keyakinan. Di dalam kasih. Di dalam komitmen. Di dalam pengabdian yang penuh dengan kerendahan serta indah.

 

Siapakah yang mati di kayu salib karena dosa-dosa kita ini? Jika saya melihat, kalau saya melihat, dan seandainya Tuhan Allah memberikan Roh pemahaman kepada saya, saya akan berubah. Saya berubah. Saya dilahirkan kembali. Saya menjadi seorang manusia baru dan manusia yang berbeda.

Apakah saudara-saudara tahu, saya sering berfikir, apabila seseorang dapat mendengar jeritan yang menyedihkan dari ibunya ketika dia dilahirkan, dia pasti akan mengasihi ibunya. Dia pasti akan melakukannya. Jikalau kita boleh menyaksikan pebnderitaan dari bapa leluhur kita di dalam kesedihan dan pertumpahan darah, kita akan lebih menghargai kebebasan kita dan kemerdekaan kita.

 

Dan jika satu orang akan berpaling kepada Raja Kemuliaan yang menjadi dosa karena kita di kayu salib itu, mati sebagai pengganti diri kita sehingga kita boleh menjadi diselamatkan, saudara-saudara tidak bisa tidak, kecuali lebih mengasihi Dia.

 

Adakah engkau berada di sana? Adakah?

Ketika mereka menyalibkan Tuhanku,

Adakah engkau berada di sana? 

Oh, kadang kala hal itu membuatku

Menggigil, menggigil, menggigil.

Adakah engkau berada di sana ketika mereka

Menyalibkan Tuhanku? 

Adakah engkau berada di sana ketika mereka

Memakukan dia pada sebatang kayu itu? 

Adakah engkau berada di sana ketika mereka

Membaringkan Dia di dalam makam itu?

Oh, oh, kadang kala hal itu membuatku

Menggigil, menggigil, menggigil. 

Adakah engkau berada di sana ketika mereka

Membaringkan Dia di dalam makam itu? 

Saudara, adakah engkau berada di sana

Ketika Dia bangkit dari kubur itu? 

Adakah engkau berada di sana? 

Adakah engkau berada di sana ketika Dia bangkit

Bangkit dari kubur itu? 

Oh, oh, oh, kadang kala hal itu membuatku

Ingin meneriakkan mulia, mulia, mulia. 

Adakah engkau berada di sana ketika Dia bangkit

Bangkit dari kubur itu? 

 

Inilah yang telah dilakukan Allah bagi kita.

 

“Biarkanlah pemikiran ini ada di dalam dirimu ketika pemikiran itu berada di dalam Kristus Yesus yang walaupun Dia dalam rupa Allah” – apapun tanda dari Allah itu - “di dalam rupa Allah, berfikir bahwa itu bukan suatu perkara yang sama dengan Allah, akan tetapi menuangkan diri-Nya sendiri” – membuat diri-Nya tanpa reputasi - “dan kepada-Nya mengambil bentuk dari seorang hamba. Dan ditemukan dalam kebiasaan seorang manusia, Dia merendahkan diri-Nya sendiri dan menjadi patuh kepada maut, bahkan kepada kematian di kayu salib.” Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia – begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi. “Mengapa, mengapa, Tuhan Allah telah memuliakan Dia begitu tinggi, dan memberikan sebuah nama kepada-Nya yang berada di atas segala nama, bahwa pada nama dari Yesus setiap lutut akan terlipat, segala sesuatu di sorga dan di bumi serta segala sesuatu di dunia bawah tanah dan setiap bahasa akan mengakui bahwa Dia adalah Tuhan” – Kristus, Juru Selamat, Raja – “bagi kemuliaan Allah.” Tuhan Allah kita.

 

Dan demikianlah ajakan kita bagi saudara-saudara sekalian: untuk mengakui Tuhan kita yang telah bangkit, untuk memiliki Dia sebagai Juru Selamat saudara-saudara sekalian, untuk membungkukkan badan di hadapan-Nya sebagai Rajamu, untuk melihat kepada Dia sebagai pengantaramu di saat-saat kematian kita serta penjara hukuman dari Tuhan Allah Yang Mahakuasa, dan sebagai Raja kita yang harus dikasihi dan disanjung serta disembah untuk selama-lamanya.

 

Sebentar lagi, kita akan berdiri untuk menyanyikan himne ajakan kita. Dan sembari kita menyanyikannya, satu keluarga dari antara saudara-saudara. Anda satu pasangan. Atau hanya seseorang saja. Demikian, untuk memberikan hatinya kepada Yesus. Maukah saudara-saudara sekalian datang dan berdiri di samping saya? Satu keluarga. Untuk memberikan hidupmu di dalam persekutuan gereja ini. Ketika Tuhan Allah akan melesakkan permintaan itu ke dalam hati saudara-saudara sekalian. Maukah saudara-saudara mengambil keputusan itu sekarang juga dan datang?

 

Di dalam kumpulan yang sedang mendengarkan melalui siaran radio dan televisi. Di manapun saudara-saudara sekalian berada, di manapun, Tuhan Allah berada di sana juga. Dan kasih dari Kristus Tuhan kita, menjamah saudara-saudara pada hari ini juga.

 

Di dalam keyakinan, di dalam pertobatan, di dalam penerimaan, di dalam kepercayaan yang bersungguh-sungguh, maukah saudara-saudara membukakan pintu hati saudara-saudara kepada Tuhan Yesus? Dia akan masuk ke dalam. Dia mengetuk segala pintu. Dia telah mengatakan bahwa Dia akan melakukannya. Dia mengetuk segala pintu. “Barangsiapa yang membukakan pintu itu, maka Aku akan masuk ke dalamnya dan berdiam bersama-sama dengan dia.”

 

Lakukanlah detik ini juga, pada jam ini juga, hari kelepasan. Tuhan memberkati saudara-saudara. Ketika saudara-saudara mengangkat hati saudara-saudara ke arah atas, ke arah Kristus, dan Tuhan memberkati, di dalam kasih karunia yang menggerakkan dan menyelamatkan.

 

Di antara kerumunan di dalam aula yang besar pada hari ini. Turunilah salah satu anak tangga itu. Jalanilah salah satu lorong ini, pada hari ini juga. “Aku menerima Yesus sebagai milikku. Aku percaya kepada-Nya bahwa Dia akan mengampunidosa-dosaku dan menyelamatkan jiwaku di dalam kehidupan. Dan aku datang sekarang juga.”

 

Ketika Allah akan membukakan pintu itu. Jawablah dengan hidupmu. Lakukanlah sekarang juga. Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.