LIHATLAH PADA GUNUNG BATU ITU

(LOOK UNTO THE ROCK)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 51:1-2

07-30-67

 

 

.  .  .  melalui siaran radio dan melalui siaran televisi. Saudara-saudara sekalian sedang mengikuti kebaktian dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas. Ini merupakan sebuah hari yang berhubungan dengan zaman dan hari yang penting bagi kita, karena hari ini, hari yang ke tiga puluh di bulan Juli, kita sedang memulai perayaan ke seratus tahun dari gereja kita yang terkasih.

 

Malam hari ini, saudara-saudara harus tiba lebih cepat dari biasanya untuk mendapatkan tempat duduk. Orang-orang yang ada di dalam paduan suara, para pemain musik kita, para penerima tamu kita, semua orang yang ingin – dan pasti akan banyak jumlahnya dari antara kita – akan mengenakan pakaian sebagaimana yang telah mereka lakukan seratus tahun yang lalu, dan saya akan memberitakan sebuah khotbah yang telah saya khotbahkan di seluruh negeri akan tetapi saya tidak pernah memiliki keberanian yang cukup untuk mengkhotbahkannya di sini. Pada malam hari ini saya akan memberitakan tentang “Agama Zaman Dahulu.”

  

Dan apabila saudara-saudara ingin mendengarkan beberapa teriakan dan beberapa nyanyian – saudara-saudara dapat bertepuk tangan, saudara-saudara dapat menghentakkan kaki saudara-saudara, saudara-saudara dapat mengatakan Amen atau Haleluya. Malam hari ini kita akan mengenakan seluruh rangsangan. Saya akan mengenakan jas dengan celana motif ular saya. Malam hari ini, kita akan mengadakan sebuah kebaktian yang tidak pernah dilihat orang sejak adanya sejarah dunia ini. “Agama Zaman Dahulu.”

 

Judul dari warta untuk pagi hari ini adalah, Gunung Batu Yang Dari Padanya Kita Dipahat. Nabi-nabi dari Perjanjian Lama memiliki sebuah kebiasaan tentang menyebut bangsa Ibrani mereka kembali kepada kenangan dari leluhur mereka. Sebagai contoh, nabi Yesaya, di dalam kitabnya pasal yang ke lima puluh satu mengatakan, “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali. Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu, dan Sara yang melahirkan kamu.”

 

“Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali.” Dan pagi hari ini, kita akan memalingkan hati kita ke arah belakang, serta lembaran-lembaran sejarah yang di belakang, kepada hari-hari pendirian kota ini serta sidang jemaat yang luar biasa ini.

 

Kota Dallas, menjadi begitu – kota itu sudah diorganisir serta digabungkan- pada tahun 1856 dengan jumlah penduduk sekitar empat ratus orang. Sepuluh tahun sebelumnya, pada tahun 1846, datanglah seorang misionaris yang sedang berkeliling, seorang pemberita Baptis yang berkeliling ke perkampungan yang kecil itu, dan memberitakan khotbah gereja Baptis yang pertama kalinya di kota kecil ini. Namanya adalah Pendeta J. M. Meyers. Satu tahun kemudian, pada tahun 1847, dia kembali dan mengelola suatu sidang jemaat Baptis yang kecil di sini. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1857, dia kembali kepada perkampungan kecil di Dallas, bertemu di sebuah bangunan kayu berukuran sepuluh kali sepuluh di tepi sungai Trinity, dan di bawah arahannya mereka mengorganisir gereja tersebut. Kemudian mereka mengelola gereja tersebut dalam rangka, dan saya mengutip, “untuk membuang orang-orang Amerika hina dari antara mereka.”

 

Itu adalah sebuah gereja yang berapi-api, dan gereja itu tinggal di zaman yang berapi-api. Reaksi dari Perang Saudara, pertempuran antara negara-negara bagian, sangat terasa di dalam setiap keluarga. Beberapa anggota yang memiliki budak, memenangkan mereka kepada Kristus, membaptis mereka ke dalam gereja. Mereka menjalankan disiplin yang tegas. Mereka mengeluarkan banyak orang sebanyak yang mereka masukkan ke dalam gereja. Penuh dengan api, kemarahan dan kehebohan.

 

Pada tahun 1860, sidang jemaat kecil itu pindah dari kota kecil itu ke sebuah pedesaan agar supaya – dan saya mengutip - “untuk menyelamatkan diri dari kejahatan kota.” Pada tahun 1863, mereka pindah ke pedesaan yang lebih jauh lagi, dan mengambil nama Gereja Baptis Pleasant View – pemandangan yang menyenangkan. Sidang jemaat itu baru-baru ini merayakan peringatan mereka yang ke 120 tahun. Mereka berlokasi jauh di dalam pedesaan di persimpangan jalan Mockingbird Lane dan Fisher Road. Tentu saja, semuanya meninggalkan kota Dallas tanpa sebuah Gereja Baptis.

 

Di zaman dahulu kala, seratus tahun yang lalu, di kota itu hiduplah satu keluarga Baptis yang taat dengan nama Kolonel W. L. Williams. Dia mengajar sebuah kelas Sekolah Minggu di Gereja Presbitarian Cumberland, akan tetapi dia merasa tidak gembira karena berada jauh dari orang-orangnya sendiri serta gerejanya sendiri. Maka, pada hari-hari itu, dia mengunjungi dua orang pendeta dari Gereja Baptis Pleasant View, yaitu saudara Pinson dan saudara Long, dan dia berkata kepada mereka, “Ketika saudara-saudara pindah ke pedesaan, beberapa orang dari jemaat gereja Baptis kami tertinggal di belakang, dan,” katanya, “kami tidak memiliki sebuah kongregasipun di kota Dallas untk kami yang begitu ingin untuk menghadirinya. Oleh karena itu, maukah saudara-saudara datang serta membantu kami mengorganisir sebuah gereja Baptis di perkampungan kecil Dallas?”

  

Kedua pendeta itu, yakni saudara Pinson dan saudara Long, kembali ke kota kecil Dallas dan mereka menetap untuk mendirikan satu kongregasi penyembahan Baptis. Mereka bertemu di lantai dasar dari Aula Masonic, yang berlokasi dua blok ke sebelah utara taman gedung pengadilan di persimpangan jalan Ross dan Lamar. 

 

Pada saat itu, di dalam penjagaan Tuhan Allah, datanglah penyelesaian seorang pendeta dari gereja Baptis yang bernama W.W. Harris. Dia baru saja menutup sebuah pertemuan kebangunan di sebuah tempat kecil yang bernama Belton, di daerah Bell. Jadi mereka mengundang W. W. Harris untuk menyelenggarakan pertemuan kebangunan selama dua minggu di minggu terakhir bulan Juli tahun 1868. Mereka mendapatkan satu pertobatan selama kebangunan tersebut, dan di akhir pertemuan, pada tanggal tiga puluh bulan Juli tahun 1868, mereka telah mengorganisir Gereja Baptis Pertama di kota Dallas. Keanggotaannya berjumlah tiga orang pria dan delapan orang wanita, sehingga berjumlah total sebelas orang. Dan ketika saudara Pinson memanjatkan doa pengabdian, dia mendoakan tiga hal bagi kita: Kasih karunia Allah yang menopang akan selamanya bersama kita; yang kedua, bahwa kita akan berperang melawan kejahatan; dan yang ketiga, bahwa kita akan menjadi terang bagi dunia yang sesat sampai Yesus akan datang nanti. 

 

Beberapa hari setelah pengaturan itu, mereka memanggil William W. Harris untuk menjadi gembala mereka. Sekarang kita akan melihat kepada pria itu, William W. Harris, gembala pertama dari gereja ini seratus tahun yang lalu. Mereka menyebutnya dengan “Spurgeon” Harris, dia begitu fasih berbicara dan dia memberitakan dengan kegembiraan yang penuh serta pemilihan bahasa yang sedemikian baik, dan gerakan tubuhnya begitu luwes dan begitu fasih di dalam penyampaian pesannya. Dia adalah seorang pemuda yang umurnya di akhir dua puluhan tahun, seorang pemuda yang lemah, akan tetapi salah seorang di mana kasih karunia Tuhan Allah berdiam dengan penuh serta berkelimpahan. Ketika dia berbicara, dia mengatakannya dengan kekuatan yang besar dan mampu menggerakkan.

 

Seorang ahli sejarah Gereja Baptis jaman dahulu yang bernama J. B. Link menulis tentang yang satu ini di dalam salah satu tulisan sejarahnya, tentang “Spurgeon” Harris, pendeta yang pertama dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas. Saya mengutip: “Ketika dengan adilnya dia maju berhadapan langsung dengan anggota jemaatnya, dan teks bacaan itu, tema yang telah dipikirkannya masak-masak itu, yang berada di hadapannya, ketegangan dari keterangan yang dilepaskan begitu fasihnya, mengalir dengan indahnya, serta di diorong dari kebenaran yang mahakuasa berselubungkan kata-kata yang berapi-api, menjaring, mengayun serta merasuki anggota jemaatnya. Bahkan sering kali suaranya yang merdu dan lemah lembut membuat semua pipi yang hadir bermandikan air mata.”

 

Dan Ny. W.L. Williams, istri sang kolonel, yang merupakan salah seorang anggota perencana serta pendiri gereja tersebut – wanita itu menggambarkan dia sebagai seseorang yang penuh dengan kasih karunia dan pintar berbicara. Wanita itu juga mengatakan bahwa dia memiliki suara yang manis, merdu dan indah, dan bahwa dia memulai setiap khotbahnya dengan sebuah nyanyian solo.

 

Dan bagi saya, hal itu merupakan sebuah pendapat yang memberikan ilham: setiap khotbah dengan sebuah nyanyian solo. Mengapa, saya baru saja mendapatkannya di dalam sistem saya. (menyanyi) “Oh, Tuhan begitu baik kepadaku, aku merasa sedang melakukan perjalanan. Sampai aku dapat melihat rumah-rumah besar itu, Oh, aku merasa sedang melakukan perjalanan.” Setiap khitbah senantiasa dimulainya dengan sebuah nyanyian solo.

 

Akan tetapi dia selalu berkhotbah selama satu setengah jam, suatu pendapat yang mengilhami lainnya. Ketika saya membaca semuanya ini di dalam sejarah hidupnya, saya berfikir, “Baiklah, mungkin itilah sebabnya mengapa dia hanya mendapatkan satu pertobatan saja di dalam pelayanan kebangunannya.” Ada sebuah pepatah lama, saudara-saudarapun mengetahuinya: “Tidak banyak jiwa yang diselamatkan setelah 20 menit yang pertama.” Ketika saya membaca riwayat hidupnya, menggalinya dari berbagai tempat yang mungkin sukar saudara-saudara temukan, semua hal ini merupakan hal-hal yang baru bagi saya. Saya tidak pernah memikirkan semuanya dan saya tidak pernah memimpikannya.

 

Saya diperkenalkan dengan “Spurgeon” Harris. Pada tahun 1860, ketika pecahnya Perang Antar Negara Bagian itu, dia mendaftarkan diri kepada pasukan Konfederasi sebagai seorang prajurit, dan dia bertempur selama empat tahun yang dipenuhi dengan pertumpahan darah dari konflik yang mengerikan itu. Sebelum dia meninggalkan perang, dia jatuh cinta kepada seorang gadis guru sekolah yang masih belia di daerah Texas selatan, dan dia mengadakan suatu perjanjian bahwa apabila dan pada waktu dia akan kembali dari perang tersebut, mereka akan melangsungkan pernikahan. Di dalam pemeliharaan yang baik, yang tak seorangpun dapat memahaminya, dan sebagai kabar yang mengejutkan bagi keluarga wanita tersebut, persis sebelum berakhirnya perang, just before the close of the war, tanpa diduga-duga oleh wanita itu, di dalam suatu kegila-gilaan yang sesaat, menikahi seorang pria yang telah dikenalnya walau hanya sesaat. Wanita itu kemudian menyesali perbuatannya sampai pada hari kematiannya.

 

Oleh karena itu, pada saat “Spurgeon” Harris pulang dari empat tahun pencobaan itu, hal pertama yang dilakukannya adalah menempuh perjalanan ke rumah wanita tersebut untuk meminangnya sebagai pengantinnya dan sebagai isterinya. Dapatkah saudara-saudara membayangkan tragedi itu, ketika dia akhirnya mengetahui apa yang telah terjadi? Salah satu peristiwa yang paling menyedihkan yang pernah saya baca adalah bahwa pendeta ini duduk di depan api yang dinyalakannya untuk membakar surat-surat yang telah disimpannya selama empat tahun penantiannya itu.

 

Dia tidak pernah menikah. Dia tinggal sendiri, tanpa keluarga, tanpa rumah, selama sisa hidupnya. Dia memberikan dirinya sendiri berkeliling untuk memberitakan, pergi dari batas-batas perkampungan, selalu menyendiri.

 

Saya tidak dapat menahan diri saya kecuali menjadi peka terhadap ucapan dari Ny. Williams ketika beliau menggambarkan pendeta mereka yang pertama itu, yang mengatakan bahwa dia begitu fasih berbicara dan begitu berbakat, akan tetapi ada beberapa kritikan terhadap beliau: bahwa dia memiliki suaty cara berbicara yang tragis. Ketika kita masuk ke dalam rahasia kehidupan yang paling dalam, kita agak dapat mengerti sedikit tentang kesendirian yang dia ketahui.

 

Pada tahun 1879, seorang penunggang kuda yang sendirian sedang berkuda di dalam perjalanannya yang terakhir dari exas Utara sini menuju ke bagian selatan dari negara bagian ini untuk meninggal dunia. Dia itu miskin. Dia itu menderita sakit di dalam kesehatannya, di dalam hatinya, di dalam semangatnya, dan dia menempuh perjalanan menuju ke Sungai Rio Grande untuk kemudian meninggal di sana. Pengelana yang sendirian itu adalah “Spurgeon” Harris. Dia dapat berbicara hampir-hampir seperti suatu bisikan. Dia telah jatuh sebagai korban dari penyakit yang menakutkan yaitu penyakit TBC.

 

Dia itu lulusan dari Universitas Baylor di Independence pada sungai Brazos, dan dia berhasil menempuh perjalanan menuju ke arah selatan dengan langkah-langkah yang pendek, dan dia berhenti di Seguin, sebuah perkampungan antara daerah Austin dengan San Antonio, di sana dia mengunjungi seorang teman satu perguruan tinggi di Baylor yang bernama Dotson, yang merupakan seorang pendeta di gereja Seguin.

 

Ketika hari Minggu tiba, dan pendeta itu meminta, jika sahabat lamanya “Spurgeon” Harris boleh menyampaikan khotbah. Kemudian dia hanya dapat berbicara dengan suara yang sedikit di atas sebuah bisikan, akan tetapi dia berkata, “Saya akan mencobanya, dan saya harus mengakhirinya sebelum selesai, anda yang akan mengambil alih kepemimpinan atas kebaktian ini.”

 

Maka mereka memulainya, dan pria yang lemah dan patah hati ini, dalam usianya yang di awal-awal empat puluh tahun, berdiri untuk membacakan nas bacaannya dari kitab Roma 1:16: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan orang yang percaya.”

 

Dan ketika dia mulai berkhotbah, dia terbatuk, dan suaranya menjadi parau, yang keluar hanya seperti bisikan saja. Akan tetapi mereka mengatakan bahwa ketika dia melanjutkan perkataannya, suaranya menjadi lebih jelas, merdu, indah dan bahwa suaranya menjadi melangking di dalam setiap rangkuman retoris yang luar biasa. Mereka mengatakan bahwa di sana kelihatannya seperti ada sinar di atas kepalanya, sebuah lingkaran cahaya dari sorga, dan bahwa secara harfiah dia menyapu bersih seluruh anggota sidang jemaat itu kepada tahta Allah. Dan ketika dia mengakhirinya, dia terus terbatuk. Dia bersandar di atas mimbar itu, dan hampir-hampir tidak sanggup untuk berbisik dengan suara yang parau dalam khotbah yang terakhir yang pernah diberikannya.

 

Dia berhasil menyelesaikan perjalanannya melewati San Antonio menuju lahan pertanian dari tiga orang Roberts bersaudara. Seseorang berpendapat bahwa kemungkinan alasan dia menempuh perjalanan ke pertanian milik Roberts di hulu sungai Devil di mana sungai itu bermuara ke sungai Rio Grande – kemungkinan alasan dia menempuh perjalanannya ke sana adalah bahwa ketiga pemuda Roberts itu adalah keponakan-keponakan dari satu-satunya wanita yang pernah dicintainya.

 

Mereka menyambut dia dan merawat dia sampai pada kematiannya. They received him and took care of him until he died.  Dia dikuburkan di dalam sebuah flat alkali di sisi lain dari anak sungai itu dari sebuah pos terdepan militer yang kecil di San Felipe. Di dalam hari yang bertambah, jaringan rel kereta api di tanamkan ke arah matahari terbenam, di mereka membangun di sisi anak sungai yang lain dari kota Del Rio yang kecil. Di tengah-tengah kota itulah terdapat tapak alkali ini. Belakangan, tanah itu dibeli oleh orang-orang Methodist yang mendirikan rumah ibadah mereka di sana.

 

 

Kebaktian pemakaman itu dihadiri oleh enam orang Meksiko dan seorang gembala sapi. Makam itu sendiri tidak diberi tanda. Dan ketika orang-orang Methodist itu melakukan penggalian untuk gedung gereja mereka, mereka menemukan beberapa tulang belulang manusia. Mereka menguburkannya kembali ke pemakaman kota di Del Rio. Tulang belulang itu kemungkinan adalah sisa-sisa tubuh dari “Spurgeon” Harris, kalau tidak dia masih terbaring di bawah gedung itu sendiri atau di suatu tempat di halamannya – makam yang tidak bertanda, makam yang tidak dikenal dari pendeta muda dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas yang fasih berbicara itu.

 

Di dalam kitab Mazmur pasal yang ke sratus dua puluh enam, kita membaca tentang menabur dan menuai - “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan soraksorai sambil membawa berkas-berkasnya.” 

 

Dan lagi, di dalam ucapan Tuhan kita yang indah, bahwa “Dia yang menabur dan dia yang menuai akan bersukacita bersama-sama, dan di dalamnya adalah kebenaran yang sama: yang satu menabur dan yang lain akan menuai.” Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris, bersama-sama dengan rekan-rekannya sesama  pemberita dari gereja Baptis, mengelola satu kongregasi yang terdiri dari tiga orang pria, dan delapan orang wanita – semuanya ada sebelas orang.

 

Penuai itu: dan saat ini, sebuah gereja yang beranggotakan empat belas ribu anggota jemaat, satu sekolah Minggu memiliki jumlah yang mendekati sembilan ribu orang yang terdaftar, dengan tugas penjemaatan yang banyak, kepada setiap anggota keluarga.

 

Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris, melakukan pertemuan untuk rumah ibadah mereka di lantai dasar dari pondok Masonic.

 

Penuai itu: saat ini, berada di salah satu aula gereja terbesar di Amerika, di tengah-tengah sebuah kota yang besar dengan asset yang bernilai lebih dari $ 7 juta.

 

Menabur dan menuai.

 

Penabur: “Spurgeon” Harris, berjuang untuk tetap ada dengan ketiadaan apapun untuk hidup, dan sidang jemaat yang kecil itu sedang berusaha keras untuk mengumpulkan uang sebanyak $ 500 untuk meletakkan pondasi dari sebuah rumah ibadah yang baru.

 

Penuai: Saat ini, gereja kita sedang mendekati anggaran tahunan yang fantastis sebesar lebih dari $ 2 juta. Hal itu tidak akan lama sampai sidang jemaat yang besar ini memberikan, dari tahun ke tahun, kepada pekerjaan itu sebanyak lebih dari $ 2 juta.

Menabur dan menuai.

 

Penabur: “Spurgeon” Harris, dengan roh penginjilan dan roh misi, berangkat dari satu perkampungan menuju ke perkampungan, memberitakan di bawah tempat-tempat yang teduh, di padang-padang rumput yang terbuka, memanjatkan doa bahwa entah bagaimana, suatu hati akan menangkap api itu untuk membawanya lebih jauh lagi dan lebih lanjut lagi.

 

Penuai: Misionaris itu telah melebih target dari gereja di kota Dallas ini, di Texas ini, di dalam kehidupan bernegara kita, dan semakin meluas di seluruh dunia, yang telah menjadi menara suar bagi nagsa kita selama bertahun-tahun.

 

Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris, menjawab panggilan Tuhan Allah, menaikkan suaranya, memberitakan Injil akan kasih karunia dari Anak Allah – akan tetapi suaranya gagal, dan akhirnya tidak terdengar, hanya keparauan suatu bisikan.

 

Penuai itu: Suara emas dari George W. Truett siap didengar di seluruh penjuru dunia. Dan saat ini, ada ribuan orang banyaknya yang menyimak melalui siaran televisi, yang mendengarkan melalui siaran radio, melalui buku-buku, serta rekaman-rekaman terhadap tugas pelayanan Kristus, yang dikirimkan ke seluruh bahasa yang ada di bawah matahari.

 

Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris meninggal dunia dalam kemiskinan, di dalam kekurangan, seorang prajurit salib yang tua, bahkan di tahun-tahun awal usia menengahnya, meletakkan beban di dalam panas dan kerja keras.

 

Penuai itu: Di dalam gereja ini telah dikelola tugas pelayanan kepada para prajurit salib yang sudah berusia lanjut, tidak seorangpun yang menderita di dalam kekurangan dan kebutuhan. Dewan Dana Pensiun kita yang besar, bertempat di Dallas, dikelola oleh gereja kita yang besar ini.

 

Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris, sedang sekarat dengan jarak seratus tujuh puluh mil dari suatu rumah sakit.

 

Penuai itu: Datang dari pria besar dari gereja ini – Kolonel C.C. Slaughter dan Pendeta George W. Truett – ada dikelola suatu Sanatorium Texas Baptist Memorial, yang belakangan diubah namanya menjadi Rumah Sakit Universitas Batlor, yang sekarang bernama Pusat Kesehatan Baylor, melayani ribuan dan ribuan orang lagi banyaknya, seperti seorang dokter yang baik, seperti seorang Samaria yang baik hati, di dalam nama Dokter yang Agung itu.

Menabur dan menuai.

 

Penabur itu: “Spurgeon” Harris meninggal dunia tanpa ditemani di malam hari. Seorang gembala sapi yang datang dari balik lebatnya hujan, melemparkan topinya di serambi belakang, dan, dengan sikap yang kikuk serta janggal, mencoba menolong pendeta yang sedang sekarat itu.

 

Penuai itu: Di dalam sistem universitas serta di kampus medis Universitas Baylor kita, sekolah-sekolah keperawatan, serta rumah-rumah sakit susteran kita di seluruh penjuru negara bagian, teknisi-teknisi serta perawat-perawat terlatih kita mencoba mambantu kita di saat-saat kita perlukan.

 

Menabur dan menuai.

 

“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai dan di dalamnya adalah kebenaran yang sama: yang satu menabur dan yang lain akan menuai.” 

 

Benih yang telah kusebarkan di musim semi sembari menangis,

Dan menyiraminya dengan air mata dan dengan embun dari tempat tinggi,

Yang lain boleh bersorak ketika para penuai menuai

Akan mengumpulkan bulir-bulirku di dalam “hari esok yang indah.”

 

Kelak, kelak,

Kelak, kelak. 

Air mata penabur dan nyanyian penuai

Akan bercampur bersama di dalam sukacita kelak.

 

            [“Nyanyian Penuai,” W. A. Spencer]

 

Dan tak lama lagi – tolong, Tuhan! – tidak lama lagi, ketika orang-orang yang telah ditebus dari segala zaman berdiri di hadirat Kemuliaan Ynag Agung, dari dalam kerumunan massa yang akan hadir di hari yang besar itu, saya ingin mencari orang itu, “Spurgeon” Harris, lalu saya akan memperkenalkan diri saya kepadanya dan akan memberitahukannya akan kemuliaan itu, akan kasih karunia Tuhan Allah terhadap anggota sidang jemaat kecil yang digembalakannya dulu, dulu sekali.

 

Berapa banyak yang telah diperbuat Allah, betapa teguhnya kesetiaan yang telah dilakukan oleh bangsa-Nya, sehingga penabur dan penuai itu, akan bersukacita bersama-sama di kemudian hari, di masa depan nanti! Oh, Tuhan, dengan kasih karunia apa dan dengan kebaikan apa serta dengan besal kasihan yang tidak terbatas apa Tuhan Allah telah memberkati dan memelihara gereja ini!

 

Sekarang, sembari kita menyanyikan lagu himne permohonan kita, seseorang dari antara saudara-saudara sekalian, yang ingin memberikan hidupnya kepada Yesus, satu keluarga dari saudara-saudara, yang ingin masuk ke dalam persekutuan gereja, satu pasangan atau seseorang saja, sembari kita menyanyikan himne ini. Datang dari kerumunan massa di sekitar balkon di atas, yang berada di lantai yang lebih rendah ini, masuklah ke dalam lorong itu, dan dari sini sampai ke depan.

 

“Inilah aku, pak Pendeta, dan inilah aku datang. Pada hari ini juga aku telah memberikan hidupku kepada Tuhan.” Atau katakan, “Pada hari ini, kami meletakkan hidup kami masuk ke dalam lingkaran gereja yang mulia ini.”

 

Lakukanlah sekarang juga. Lakukanlah pada hari ini juga. Di ayat yang pertama pada bait yang pertama, datang dan kemarilah. Putuskanlah saat ini juga, dan ketika saudara-saudara sekalian berdiri, berdiri dan mendekatlah. Lakukanlah sekarang juga. Putuskanlah sekarang juga, sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.