YESUS YANG SETIA

(THE FAITHFUL JESUS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 42:1-7

01-25-76

 

 

Saya sering memberikan khotbah kepada seluruh peserta konferensi penjemaatan negara bagian, dan salah seorang pemuda itu telah memperhatikan saya bahwa salah satu dari hal-hal pertama yang saya lakukan ketika saya berdiri untuk berkhotbah adalah melepaskan jam tangan saya. Akan tetapi dia berkata, “Anda tidak pernah melihat jam itu. Mengapa anda melepaskan jam tangan anda?”

 

Saya katakan, “Karena jika saya membiarkannya di tangan saya, pada hari-hari yang lalu ketika saya sudah melakukan sedemikian, saya telah melepaskannya dari tangan saya. Jadi, saya melepaskannya sebagai kebijaksanaan atas pencegahan.”

 

Merupakan sebuah sukacita bagi kami untuk menyambut saudara-saudara sekalian yang sedang mengikuti kebaktian dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas ini, melalui siaran radio dan siaran televisi: Beberapa dari antara saudara-saudara sekalian mendengarkannya di Kanada; beberapa dari antara saudara-saudara sekalian sedang menyaksikan acara itu di pesisir Pasifik; beberapa dari antara saudara-saudara sekalian berada di tengah-tengah negeri Amerika ini serta ribuan lainnya di sebelah barat daya sana. Akan memberikan berkat yang tiada taranya kepada kami apabila saudara-saudara mau menuliskan sepucuk surat kepada kami yang mengatakan bahwa saudara-saudara telah menonton kebaktian ini serta mendengarkannya di saat-saat hidmat hari ini. Alamat surat itu ditujukan kepada The Criswell Hour, Kotak Surat 10, Dallas, Texas 75221. Tuliskanlah! Sangat penting bagi kami jika saudara-saudara melakukannya. Akan memberikan berkat untuk hati saudara-saudara untuk mengambil sebuah pena dan pensil serta menuliskan sebuah catatan kepada kami dan hal itu akan mendorong semangat kami jauh melampaui setiap cara yang saudara-saudara sekalian tidak akan pernah tahu. Tuhan memberkati saudara-saudara ketika saudara-saudara melakukannya. Tuliskanlah sepucuk surat kepada Criswell Hour, Kotak Surat 10, Dallas, Texas 75221.

 

Ini adalah pendeta yang menyampaikan warta yang diberi judul: Yesus Yang Setia. Di dalam pemberitaan kami melalui kitab Yesaya, kita telah sampai pada pasal yang ke 42 dan warta itu merupakan suatu penjelasan yang lebih mendalam dari beberapa ayat yang pertama dari nubuat yang tiada taranya itu. Yesaya, pasal yang ke 42:

 

Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.

Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya dan sumbu yang nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.

Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.

Beginilah Firman Allah, Tuhan yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya.

“Aku ini Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.

 

Sekarang, warta itu dibangun atas bagaimana Penginjil Matius itu – bagaimana penulis Injil itu – memakai nubuat Yesaya yang penuh dengan keagungan itu kepada Tuhan Yesus. Membaca dari kitab Matius pasalnya yang ke dua belas, dimulai dari ayatnya yang ke empat belas:

 

Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.

Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.

Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.

Supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:

“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Ku-pilih, yang Ku-kasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai ia menjadikan hukum itu menang.

Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.”

 

Sungguh luar biasa bagi saya ketika membaca nubuat di dalam kitab Yesaya dan bagaimana Matius menemukan penggenapannya di dalam Tuhan kita merupakan peristiwa pada mana Matius mengutipnya di dalam penggenapan akan nubuatan yang agung serta mulia itu.

 

Karena pasal yang ke dua belas sebagaimana dalam pasal-pasal yang mendahuluinya, penulis Injil Matius, telah menggambarkan keajaiban yang mengherankan dari kekuatan yang digambarkan berdiam di dalam Yesus dari Nazareth. Lalu kemudian dia memperhatikan dan diserang oleh, digerakkan oleh kerendahan hati serta kelemah lembutan dan kebaikan dan kehalusan dari penyembuh dan guru manusia yang sama perkasa dan ajaibnya itu.

 

Dan nubuat itu sebagaimana dipakai oleh Matius itu kelihatannya seperti ini: Suatu perpaduan akan kekuatan keilahian dari sorga di dalam Yesus yang rendah hati dan sederhana ini – seorang anak manusia yang memiliki kemampuan ilah yang sedemikian, dan meskipun seseorang terbebas dari ambisi yang suka dipamerkan, dengan diam-diam, dengan sederhana, tidak bergerak melakukan mujizat-Nya menyembuhkan serta mengajari orang-orang.

 

Maka Matius menggambarkannya:

 

Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.

Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.

 

Sungguh sebuah perbedaan yang nyata sekali antara mereka yang secara resmi menolak Dia dan mencari cara untuk membunuh Dia serta penjemaatan sederhana Tuhan Yesus ketika Dia mengajarkan serta menyembuhkan orang-orang.

 

Mengapa, oh Tuhan, karena hampir tidak masuk akal bagaimana saudara-saudara dan bagaimana saudara-saudara melakukannya. Secara resmi pikiran telah menolak Dia. Dan sekarang ini para pemimpin bangsa-bangsa sedang menusun siasat untuk menghancurkan hidup-Nya. Tentu saja, Tuhan akan terjatuh ke dalam kegelapan yang hebat. Dia akan mengalami patah semangat. Dia akan melupakan kebutuhan orang banyak. Mulut-Nya akan tertutup di dalam keheningan yang susah dihilangkan dan tangan yang terangkat memberkati atas orang banyak itu akan terkulai di samping-Nya dalam keadaan lumpuh. Dia akan berhenti di hadapan mengundurkan diri sedemikian di hadapan pertentangan yang membuat putus asa serta membingungkan itu. Apakah demikian tertulis di sana? Tidak!

 

Ketika orang-orang Farisi meminta nasehat bagaimana mereka boleh membunuh Dia, begitu banyak orang terus mengikut Dia dan Dia menyembuhkan segala penyakit mereka. Dia tetap melanjutkan tugas pelayanan-Nya untuk memberikan berkat serta dorongan semangat, akan hidup dan kesehatan serta penyembuhan.

 

Pemikiran dari kaum sektarian boleh membenci Dia, akan tetapi pemikiran dari orang banyak begitu mencintai Dia. Sebagaimana dikatakan oleh Alkitab: “Dan orang-orang umum mendengarkan Dia dengan perasaan gembira.”

 

Akan tetapi Tuhan, mungkin Engkau tidak menghrti. Nun di kota sebelah sana, ada dewan yang sedang berbisik-bisik. Dan arti dari bisik-bisik itu adalah kematian. Engkau tidak menyadari bahwa mereka sedang merencanakan pembunuhan atas Engkau. Eksekusi terhadap diri-Mu. Mereka sedang meliputi kematian-Mu. Tidakkah Engkau menyadarinya?

 

Dan rabbi itu, sama seperti biasanya, hanya terus melanjutkan pekerjaan penyembuhan-Nya serta mengajarkan tugas-tugas pelayanan-Nya. Dia sama sekali tidak melihat akan pencobaan atau melihat akan gangguan atau melihat akan seluruh kebengisan dan kebencian lawan, akan tetapi Dia memandang kepada kebutuhan orang-orang banyak dan Dia tetap melanjutkan pengajaran-Nya serta penyembuhan-Nya. Oh, tidakkah hal itu akan menjadi suatu kekaguman apabila kita dapat berbuat seperti itu? Tidak melihat kepada keputus-asaan serta pada pencobaan dan kesukaran-kesukarannya, akan tetapi melihat pada kebutuhan akan suatu pekerjaan yang besar diselesaikan bagi Tuhan Allah. 

 

Akan tetapi, pak Pendeta, anda tidak menyadari, fikirkanlah tentang hutang yang terlibat di dalamnya, fikirkanlah mengenai uang yang terlibat di dalamnya, fikirkanlah tentang waktu serta air mata dan darah, fikirkanlah itu, pak Pendeta.

 

Saya tahu. Saya tahu. Tidak ada suatu pekerjaan yang besar bagi Tuhan Allah akan pernah diselesaikan tanpa disertai dengan tetesan air mata dan pengorbanan waktu serta pengorbanan dan kesusahan serta keputusasaan, akan tetapi apabila Tuhan Allah berada di dalamnya, dan pekerjaan itu adalah pekerjaan untuk mana kita telah dipanggil dari sorga, lalu kemudian waktu serta perpuluhan dan pergumulan dan pencobaan serta air mata dan pengorbanan itu, merupakan sesuatu oleh mana Tuhan Allah memberkati kita serta menguatkan kita dan bekerja bersama-sama dengan kita.

 

Keputusasaan yang ditemui oleh Tuhan kita ini di dalam tugas pelayanan-Nya yang sederhana dan lemah lembut di tengah-tengah orang banyak, tidak pernah menyurutkan semangat-Nya. Dia terus meneruskan jalan-Nya yang baik serta hening, melayani orang banyak, melakukan pekerjaan Allah di dunia ini.

 

Sekali lagi, apakah saudara-saudara baca di dalam kisah itu: “Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia,” dan ketika Yesus mengetahuinya, Dia mengumpulkan beberapa orang dari antara murid-murid-Nya bersama-sama dan berkata: “Kita akan melawan api dengan api, dan kematian dengan kematian dan haruslah mata sebagai ganti mata dan gigi sebagai pengganti gigi dan cakar sebagai pengganti cakar. Kita akan membalas dengan cara yang sama dan kita akan memberikan kengerian yang tidak kurang ke hati mereka. Apakah para pekabar Injil menuliskan seperti itu dalam kehidupan Yesus? Tidak!

 

Ketika orang-orang Farisi itu bersekongkol untuk membunuh Dia, Yesus meneruskan tugas-tugas pelayanan-Nya, mengajarkan dan menyembuhkan mereka semuanya. Dia tidak akan berusaha, Dia tidak akan membalas apalagi tidak seorangpun akan mendengarkan suara-Nya di jalanan. Penuh dengan kerendahan hati, lembut dan berharga, Dia hanya meneruskan pelayanan-Nya akan pengajaran serta penyembuhan – hanya menjadi diri-Nya sendiri.

 

            Sungguh ajaib. Tidak heran jika Matius terkagum-kagum di hadapan manusia perkasa yang datang dari sorga ini, yang tidak tergelisahkan ini, yang tidak merasa terganggu oleh lawan, hanya terus melakukan pekerjaan yang dimaksudkan Tuhan Allah dengan mengutus Dia – hanya menjadi dirinya sendiri. Dia tidak akan berusaha keras. Dia tidak akan menjerit ataupun tak seorangpun akan mendengar suara-Nya menjulang di dalam teriakan dan perlawanan di jalanan - hanya menjadi diri-Nya sendiri. Betapa ajaibnya!

Minggu yang baru lalu ini saya berada di kwadran timur laut Amerika Serikat, yang telah disapu bersih oleh badai yang kuat dan kejam. Dan terbang di pesawat terbang dari satu tempat ke suatu tempat yang lain, dari satu janji pertemuan kepada sebuah janji pertemuan lainnya, di sana, di atas awan-awan di sana di bawah salju dan hujan serta angin dan badai salju itu, langit begitu cerah dan berwarna biru laksana kristal yang begitu indah. Tanpa usaha, tanpa pergumulan, hanya berwarna biru, biru dan biru – begitu hening, begitu menakjubkan berwarna biru dari surgawi – di atas huru-hara dan badai di bawah.

 

Saya terduduk di sebuah kamar motel di Columbus, Ohio dan memandang derasnya salju yang turun ke bumi. Jam demi jam sudah salju itu turun – begitu hening, lemah lembut, putih, putih, putih – tanpa perjuangan apapun sama sekali – hanya putih, putih, putih. Dan dengan kelembutan akan menutupi seluruh penjuru bumi – hanya menjadi dirinya sendiri – putih dan lembut.

 

Seperti sekuntuk bunga yang harum. Begitu indahnya dan semerbaknya tanpa perjuangan sama sekali - hanya menjadi dirinya sendiri. Atau seperti seekor burung yang berkicau, seekor mockingbird, hanya bersiul dengan sekuat tenaga suaranya tanpa usaha sama sekali - hanya menjadi dirinya sendiri, melemparkan nada-nada indahnya tentang keindahan serta kemuliaan ke arah langit.

 

Demikianlah Tuhan Yesus! Di hadapan musuh dan kebencian yang kejam, dengan berdiam, meneruskan tugas-tugas pelayanan-Nya yang indah di hadapan Tuhan Allah serta menyembuhkan orang banyak. Apapaun yang mungkin dikatakan mengenai Dia, bagaimanapun perkataan itu, Dia tetap meneruskan pekerjaannya.

 

Ketika mereka menahan Dia serta mengikat Dia, di sana ada orang-orang yang melumuri tubuh-Nya dengan air ludah mereka, mereka betengkar kepadanya. Dan di sana terdapat orang-orang yang menjambak janggut-Nya dan kemudian di sana ada orang-orang yang berjalan kearah-Nya dan berkata, “Engkau Kristus, siapakah namaku yang telah menghajar-Mu? Dan kemudian mereka menghajar Dia. Katakanlah siapa namaku, bernubuatlah, siapakah aku?” Demikianlah pertanyaan mereka sembari menghajar Dia.

 

Tak sepatah katapun Dia menjawab. Tenang dan hening – hanya menjadi diri-Nya sendiri. Dan ketika mereka mendakwa Dia di hadapan Kaifas dan di depan Pontius Pilatus, beiar bagaimanapun banyaknya saksi yang berkata menentang Dia, Dia tidak berbicara sepatah katapun – tidak ada sama sekali di dalam perlawanan-Nya. Dia begitu tenang dan diam.

 

Dan ketika mereka memakukan Dia ke kayu itu, Dia berada di dalam tangan mereka menyerah dan tanpa perlawanan, seperti seekor anak domba yang digiring menuju tempat pembantaian, dan seperti seekor domba yang begitu dungi di hadapan pencukurnya, demikianlah Dia tidak membukakan mulut-Nya. Dan ketika mereka berjalan hilir mudik di depan salib-Nya, mengibaskan kepala mereka dan berkata: “Engkau turunlah dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Mu.” Ketika saya membaca kisah itu, entah bagaimana, di dalam hati saya, saya berkata, Tuhan, lakukanlah, turunlah dari kayu salib itu dan balaskanlah kengerian yang tidak kurang ngerinya ke dalam hati mereka!!!”

 

            Tidak! Ketika Dia benar-benar turun dari kayu salib itu, tubuh itu akan menjadi suatu tubuh mati dari seorang manusia yang kaku dan tidak berdaya yang mereka bungkus di dalam kain kafan dan menempatkan tubuh itu di dalam sebuah makam. Dan dengan seluruh penghinaan mereka serta penghujatan mereka, apa yang dikatakan oleh-Nya ialah: “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak mengetahui, mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan.”

 

Akan tetapi pada hari yang ketiga Dia bangkit dari antara orang-orang mati, dan Dia berkata:  “Kepada-Ku telah diberikan segala wewenang – segala kuasa di sorga dan di bumi.”

 

Saya tahu apa yang akan dilakukan-Nya. Dia akan melampiaskan pembalasan terhadap kepala-kepala mereka yang telah mengibaskan kepala mereka kepada-Nya. Tidak! Dia mengumpulkan murid-murid-Nya dan berkata, “Di dalam nama-Ku beritakanlah Injil akan pengampunan dosa kepada semua yang mau berbalik dan percaya kepada-Ku.”

 

Dia tidak akan berusaha ataupun menjerit. Tidak seorangpun akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Tuhan Yesus yang lemah lembut dan mengasihi serta setia – hanya melanjutkan pekerjaan-Nya bahkan sampai dengan saat ini.

 

Lalu kemudian menyusul dua buah analogi yang keindahannya serta berharganya tiada tara:

 

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai ia menjadikan hukum itu menang. Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.

 

Apakah artinya yang ini? “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya …” Yesus yang lemah lembut itu? Mungkinkah itu semacam rumput gajah yang dihancurkan dan diremukkan oleh beberapa hewan yang berat ketika Dia sedang dalam perjalanan-Nya menuju ke sungai? Apakah yang itu? “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya …”

 

Atau mungkinkah itu suatu tanaman kecil yang berair banyak dan lembut yang dipijak di bawah tumit besi dari beberapa orang yang berbeda dan Tuhan Yesus memungutnya dan tanaman itu begitu menyedihkan dan kemudian memulihkannya. Mungkin mendorong semangat alam supaya berbuat baik kepadanya, karena alam memiliki pemulihan seperti ilmu sihir, yang mencakup seluruh luka kasa dunia – dan mendorong semangat benda-benda kecil itu untuk tumbuh dan berdiri tegak. Apakah itu yang menjadi jawabannya? “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya …”

Atau apakah buluh yang patah terkulai itu sebatang pipa kecil yang terbuat dari rumput gajah atau atau dari batang tebu atau dari papirus, sebatang sendi buluh kecil dan sudah dijadikan sebuah seruling? Salah satu peristiwa pastoral yang paling indah yang pernah saya lihat di dalam hidup saya berada di Israel, seorang anak laki-laki penggembala berjalan di depan kawanan ternak domba dan kambingnya dan dia sedang memainkan salah satu dari buluh-buluh kecil itu. Memainkan sebatang pipa kecil sedemikian itu. Apakah seruling-seruling ini merupakan salah satu dari buluh yang patah terkulai itu – salah satu dari buluh itu? Dan entah bagaimana, seseorang menginjaknya dan buluh itu remuk dan buluh itu kehilangan lagu-lagunya dan buluh itu tidak dapat dimainkan lagi. Akan tetapi ketika buluh itu dicampakkan, Tuhan Yesus dan Dia memperbaikinya dan Dia mengembalikan lagu-lagunya kembali kepada buluh itu. Dan benda kecil itu menjadi indah serta merdu kembali. Apakah seperti itu?

 

Analoginya adalah sesuatu yang seperti itu: Ketika hidup kelihatannya begitu rusak dan begitu hancur dan telah kehilangan lagu dan melodinya, Tuhan memungutnya serta memainkannya dengan begitu indah dan hidup itu bernyanyi dan memuji Tuhan Allah kembali seperti sedia kala.

 

Saya tidak sempat membacakan salah satu puisi yang paling indah, puisi yang penuh dengan makna yang saya rasa benar untuk selamanya. Judulnya TheTouch of the Master’s Hand – Sentuhan Tangan Sang Pemilik. Puisi itu dimulai dengan seorang juru lelang yang memiliki sebuah biola tua. Dan dia memegang serta mengangkatnya dan dia berkata, “Berapa yang akan saya tawarkan untuknya? Satu dollar, dua dollar, siapa yang ingin menjadikannya menjadi tiga?”

 

Dan persis ketika biola tua itu terjual dengan seharga tiga dollar, datang dari arah belakang juru lelang itu seorang pria yang berambut kelabu, dan dia mengambil biola itu bersama dengan alat penggeseknya dan menyeka debu yang melekat padanya lalu kemudian dia menguatkan biola tersebut, mengikatkannya dan dia menyetem senar-senarnya, dan dia mulai memainkan musik malaikat. Musik para malaikat!

 

Dan ketika juru lelang memegangnya kembali, dia berkata, “Berapa yang akan saya tawarkan untuknya? Seribu dollar, dua ribu dollar, siapa yang ingin menjadikannya menjadi tiga?"

 

Izinkanlah saya membacanya:

 

Orang-orang bersorak,

Akan tetapi beberapa dari antaranya menangis,

Kami agak tidak mengerti

Apa yang merubah nilainya?

Dengan cepat datang jawabannya,

Sentuhan tangan sang pemiliknya.

Dan banyak orang dengan hidup tanpa lagu

Terkoyak dan tersobek dengan dosa,

Adalah lelang diputuskan untuk kerumunan yang tak terpikirkan

Hampir serupa dengan biola tua itu.

Segelas anggur,

Sebuah permainan dan dia melanjutkan perjalanan,

Dia menyebutkan satu kali,

Dia sudah menyebutkan dua kali,

Dan dia sudah akan melakukannya dan hampir sirnalah.

Akan tetapi sang pemilik datang

Dan kerumunan yang dungu itu tidak akan pernah agak memahami

Nilai dari satu jiwa

Dan perubahan yang diperbuat

Oleh sentuhan tangan dari sang pemilik.

 

[Myra Brooks Welch]

 

“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya …” Dia kemudian mengambilnya dan memperbaikinya. Dan Dia mengembalikan kembali lagunya dan hal itu telah memuliakan Allah. “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai ia menjadikan hukum itu menang.”

 

Sumbu itu, diletakkan di bibir dari sebuah dian keramik murahan. Dan sumbu itu sudah hampir habis. Sumbunya sudah hampir tidak bernyala dan berasap sampai habis nantinya – hanya satu-satunya harapan kecil yang tertinggal di dalam hati manusia, hanya satu terang kecil yang bersinar, hanya sedikit percikan api yang tertinggal. Dan sumbu itu sudah siap sedia untuk mati dan menjadi padam dan akan dibuang keluar, tidak bernilai. Akan tetapi sang pemilik menyeimbangkan sumbu itu kembali dan Dia menuangkan minyak dari sorga serta dari Roh Kudus dan Dia memeliharanya kembali dan sumbu itu menyala dan berkobar dan memberikan sinar kembali – terang kecil milik saya itu.

 

Apakah yang dapat menjadi arti darinya? Apakah makna dari analogi yang dikatakan Tuhan kepada kita itu? Ada begitu banyak pria dan ada begitu banyak wanita di mana terang harapan yang ada di dalam hatinya hampir-hampir padam. Hampir berkedip-kedip. Yang pertama, orang-orang kita yang sudah berusia lanjut dan pikun: Sudah berapa kali saya melihat seseorang yang sudah sampai pada usia pensiun dan tanpa memiliki sesuatu untuk dikerjakan, bahwa dengan segera dia akan meninggal? Tidak ada suatu apapun yang menghancurkan serat dari hidup manusia seperti jika merasa tidak berguna – merasa tidak diinginkan. Tidak ada hal untuk dikerjakan, tidak ada peran untuk dimainkan, tidak ada tujuan hidup untuk dijalani: Dia sudah sampai di penghujung jalan. Dan terang yang ada di dalam dirinya berangsur-angsur padam. Tidak berguna – tidak ada seorangpun yang menginginkan saya, tidak serangpun membutuhkan saya – dan dia hampir binasa dan dengan segera dia akan di buang.

 

Ah, menjadi dibutuhkan. Menjadi diinginkan. Untuk memiliki tujuan di dalam kehidupan, merupakan sesuatu yang berarti hidup itu sendiri bagi kita. Dan itulah sebabnya mengapa saya berdoa kepada Tuhan Allah supaya memberkati kita di dalam sebuah tugas pelayanan yang baru yang kita miliki di dalam gereja kita yang terkasih ini, di bawah kepemimpinan Dr. Freeman, di bawah kepemimpinan Richard Peacock, di bawah kepemimpinan Gary Yates Moore membawa orang-orang kita yang telah pergi jauh melampaui masa-masa muda mereka serta masa-masa kejayaan mereka. Dan sekarang mereka telah lumpuh; atau mereka di masukkan ke dalam sebuah panti jompo. Membawa suatu pelayanan doa syafaat kepada mereka serta pelayanan doa kepada mereka dan pelayanan penelaahan Alkitab kepada mereka. Sesuatu sedang terjadi di dalam gereja ini dan hal itu merupakan sebuah penugasan yang lebih besar daripada yang dapat kita lakukan di dalam diri kita sendiri. Mereka boleh berdoa untuk kita, dan mendasari kita, dan menguatkan kita, serta menyebut nama kita di hadapan tahta kasih karunia itu. 

 

Saya belum pernah mendengar sebuah perkataan yang lebih merdu daripada suatu kali Spurgeon, pendeta di London itu berkata kepada seorang murid yang rendah hati yang telah mengenal Allah. Spurgeon berkata kepadanya, “Sahabatku, suatu hari nanti, ketika engkau mendengar tentang Raja yang Agung itu, maukah engkau memanggil namaku?”

 

Banyak hal yang telah diperbuat oleh doa daripada yang pernah diimpikan oleh dunia ini dan pelayanan doa syafaat, dan oleh doa, dan oleh pendukungan di hadapan tahta Allah. Oh, betapa dibutuhkannya, betapa diperlukannya. Dan ini merupakan tugas pelayanan yang dapat dimiliki oleh orang-orang ini di tengah-tengah kita.

 

Seandainya saudara-saudara mengenal seorang pria yang sudah tua atau seorang wanita tua yang masih berada di sini, ada alasan mengapa mereka masih tetap hidup. Mengapa mereka masih tetap hadir di tengah-tengah kita. Tuhan Allah memiliki tujuan untuknya. Dan bagi kita untuk menyampakkan mereka keluar serta berjalan melewati mereka dan melupakan mereka, merupakan segala hal yang tidak disukai serta berlainan terhadap Yesus yang Indah dan Pengasih.

 

“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya – sumbu yang sudah berasap, tidak akan dipadamkan-Nya” Akan tetapi Dia membuatnya kembali menyala dan memiliki pengharapan di dalam Dia. Bukan hanya ditujukan kepada kaum tua yang hampir-hampir kehilangan harapan, akan tetapi ditujukan kepada mereka yang telah sesat. Mereka juga sudah kehilangan pengharapan. Hanya Tuhan Allah yang mengetahui jumlah pemuda dan pemudi dan kadang-kadang remaja belasan tahun yang menemukan diri mereka terjaring di dalam ketidakberdayaan hidup, di dalam dosa serta bahaya, dan mereka hampir-hampir saja menyerah, merasakan bahwa aku sudah kecantol, aku sudah tertangkap, aku tidak memiliki harapan, aku lemah, dan aku tidak mampu mengangkat diriku sendiri darinya serta mengatasinya. Hidupku sudah hancur. Pekerjaanku, pengharapanku, impian-impianku, penglihatanku sendiri, mereka semua telah hancur dan aku adalah seorang puing-puing yang ditinggalkan. Tidak ada sesuatu apapun di masa depan dan tidak ada tujuan apapun bagiku – kecuali bahwa aku ini sudah mati.

 

Ah, Tuhan mengambil hidup yang sudah berantakan dan Dia telah memperbaikinya. Dan Dia memberkati hidup itu. Dan Dia mengampuni serta dengan indah menyetemnya dan mengangkatnya serta menyelamatkannya dan mengkuduskannya dan menguatkannya dan menyemangatinya, demikianlah tugas-tugas-Nya yang agung di muka bumi ini. Bukan untuk menghancurkan kehidupan seseorang, akan tetapi untuk menyelamatkan hidup seseorang sehingga kita boleh memiliki kekuatan serta kemampuan serta menaik di dalam Dia. Tidak ada satu jiwapun yang menjalani dunia ini, tidak menjadi masalah latar belakang tragis yang bagaimana akan tetapi Tuhan dapat mengangkatnya. Meletakkan kaki mereka di atas sebuah batu karang, menempatkan sebuah nyanyian di dalam hati, memuji Tuhan dari bibir; meletakkan terang dari kemuliaan Tuhan Allah di wajah dan di dalam mata serta di dalam air muka dan berjalan, bermahkotakan matahari, mampu, telah diampuni serta dikuatkan di dalam nama Tuhan. Itulah alasannya mengapa Dia datang ke dunia ini sehingga kita boleh diselamatkan.