PENGAJARAN TENTANG SISA-SISA YANG SELAMAT

(The Doctrine of the Remnant)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 1:9

3-2-75

 

Pengajaran tentang Sisa-Sisa yang Selamat: Di dalam kasih karunia serta kebaikan Tuhan Allah, kami memberitakan melalui gunung-gunung perkasa dari kitab Yesaya. Dua warta yang telah disampaikan sejauh ini telah menyinggung nabi itu sendiri serta berkaitan dengan latar belakang kehidupan politis serta pemerintahan nasional dan situasi dunia di dalam mana Tuhan Allah telah mengutusnya dengan sebuah pesan dari sorga. Hari ini kita memulai dengan sebuah penjelasan yang lebih terperinci dari nubuat itu sendiri, dan nas untuk kita adalah Yesaya 1:9:

 

“Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.” 

 

Orang terlepas yang sangat sedikit jumlahnya. Terjemahan Septuaginta dari Yunani untuk kata itu adalah sperma, sperma, benih. “Seandainya Tuhan . . . telah meninggalkan satu benih kecil, sangat sedikit yang terlepas untuk kita, hanya satu kumpulan suci para pengikut setia yang kecil, kita sama sekali akan dibinasakan. Kita akan dihancurkan sama sekali. Kita pasti sudah menjadi sama seperti Sodom dan Gomora.” 

 

Doktrin tentang yang terlepas ini ditemukan di keseluruhan nubuatan Yesaya.  Pagi ini, pada saat kebaktian yang sebelumnya, saya menggunakan waktu untuk membaca referensi serta penyajian akan doktrin terseut di dalam kitab Yesaya. Pagi hari ini saya hanya akan mengutipnya. Kita melihatnya dalam pasal yang ke sebelas, dari ayatnya yang ke 11 dan ayat yang ke 16. Kita melihatnya kembali di dalam Yesaya 37 : 1-4. Ketika Hizkia mengirimkan pesan kepada Yesaya, nabi itu, pesan yang mengatakan, "...naikkanlah doamu untuk sisa-sisa yang tertinggal.”

 

Kita melihatnya kembali di dalam Yesaya 37:31-32: “...orang-orang yang terluput di antara kaum Yehuda, yaitu orang-orang yang masih tertinggal...” dan “...sebab dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tertinggal ... dan giat cemburu Tuhan semesta alam akan melakukan hal ini.”

 

Kita akan melihatnya kembali di dalam pasal yang ke 46: “

 

“Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari Israel ... Sampai masa tuamu ... dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.” 

 

Kita menemukan ajaran itu di seluruh isi Kitab Suci: rombongan kecil yang setia, orang-orang suci milik Tuhan yang tertinggal. 

Sebagai contoh, di dalam Kitab Roma, pasal yang ke 9, Paulus menuliskan:

 

“Dan Yesaya berseru tentang Israel, sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun hanya sisanya akan diselamatkan,” mengutip dari Yesaya 10:22. 

 

Dan seperti yang telah dikatakan oleh nabi Yesaya sebelumnya, “Seandainya bukan karena Allah Zebaot, seandainya bukan karena Tuhan Alam semesta, Zebaot, kita sudah menjadi seperto Sodom, dan sama seperti Gomora.”

 

Dan bahkan di dalam kitab Wahyu, ayat penutup dari pasal yang ke dua belas:

 

“Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus Kristus.” 

 

Doktrin tentang orang-orang yang tertinggal, rombongan kudus kecil yang tertinggal di dalam dunia yang digelapkan serta telah dihancurkan.

 

Nabi itu memulai pesannya dari Tuhan dengan sebuah pengumuman tentang sebuah hubungan rantai yang telah dipatri yang telah disambungkan oleh Tuhan Allah dan tidak seorang manusiapun yang dapat memutuskannya: dosa itu diikuti oleh hukuman yang tidak dapat dielakkan lagi. “Dengarkan, ya sorga, dan berikanlah telinga, ya, bumi: Tuhan telah berbicara.”

 

Dan apa yang dikatakannya? “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya: tetapi... umat-Ku tidak memahaminya.” Ah satu bangsa yang penuh dengan dosa, bangsa yang dengan muatan kejahatan, benih dari orang jahat, anak-anak yang rusak mentalnya: mereka telah meninggalkan Tuhan, mereka telah membuat Yang Kudus itu menjadi marah ... menjadi marah ... Mengapa kamu diserang...? Mengapa engkau memberontak lagi dan lagi? Seluruh isi kepala menjadi sakit dan seluruh yang ada di dalam hati menjadi redup.”

    

Lihak: “Negaramu menyedihkan. Kota-kotamu telah terbakar oleh api. Negerimu, orang-orang asing telah melahapnya... Putri Sion telah ditinggalkan seperti sebuah gubuk di sebuah kebun anggur, seperti sebuah pondok di dalam sebuah kebun mentimun, seperti sebuah kota yang telah dikepung. Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.”

 

Dia adalah seorang nabi seperti semua nabi yang lain, menjelaskan dosa-dosa serta kejahatan orang serta hukuman yang pasti dan rahmat dari sorga yang selalu mengikuti. Dan begitu hebatnya penghukuman dari Tuhan Allah sehingga nabi itu mengakui kalau bukan karena campur tangan langsung dari Tuhan Allah, kalau bukan karena Tuhan Allah telah memilih dan menjatuhkan pilihan dan menyelamatkan dan menyelamatkan sekelompok sperma kecil, kita telah dihancurkan serta dibinasakan sepenuhnya. Pesan tentang penghukuman terhadap dosa-dosa manusia itu, berasal dari Tuhan Allah.

 

Dan ketika saya telah selesai membaca seluruh isi kitab dari nabi Yesaya itu, hati saya bergetar untuk bangsa Amerika kita sendiri. Saya melihat kita di dalam setiap suku kata dan setiap kalimat.

 

Ketika nabi itu menyampaikan pesan yang dari Tuhan Allah itu bersama-sama dengan hukuman-Nya yang pasti itu, di dalam diri utusan yang dipenuhi dengan keagungan itu, terdapat sebuah suara yang menjulang naik ke atas tentang sebuah pengharapan serta keselamatan.

 

Ada dua pengajaran yang berlaku di seluruh kitab Yesaya. Kedua pengajaran tersebut seperti lapisan perak di dalam kegelapan serta awan-awan surgawi. Kedua pengajaran itu seperti matahari keemasan yang terbit di pagi hari. “Orang yang duduk di dalam kegelapan telah melihat sebuah cahaya yang begitu terang, dan kepada mereka yang duduk di lembah bayangan maut, terang itu telah menyinari di atas mereka.”

 

Kedua pengajaran tentang pengharapan serta keselamatan ialah, yang pertama, pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal. Bagaimanapun bumi ini akan dihakimi serta dihancurkan, dan bagaimanapun bangsa-bangsa boleh tersesat di dalam keputus-asaan, meskipun demikian, di dalamnya Tuhan Allah memiliki sisa-sisa orang yang berpegang teguh kepada kesetiaan. Mereka telah dibersihkan, mereka telah direnovasi, dan mereka menjadi pondasi untuk sebuah masyarakat baru serta sifat yang baru dan pemerintahan yang baru dan sebuah kerajaan yang baru. Pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal.

 

Pengajaran agung lainnya yang berlaku kepada nabi agung Yesaya adalah pengajaran tentang kedatangan sang Raja dan kedatangan Kerajaan itu. Kita akan melihat hal tersebut ketika kita melanjutkan melalui keseluruhan Kitab Suci, karena dia telah menyajikannya di dalam istilah yang menerangi, di dalam tulisan yang jauh melampaui semua hal yang pernah dikenal atau pernah dituliskan atau pernah didengarkan ataupun pernah dilihat oleh umat manusia.

 

Jumlah waktu yang tidak terhingga dengan ketiba-tibaan akan melompatkan nabi tersebut dari keputus-asaan menjadi pengharapan, dari ancaman menjadi janji, dari bumi menjadi langit, dari penghancuran menjadi keselamatan. Dan salah satu cara yang dilakukannya adalah di dalam pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal.

 

Oleh sebab itu kita membicarakan beberapa hal akan hal tersebut. Yang pertama, pengharapan serta keselamatan dunia berada pada kelompok kecil yang setia itu, dan dunia tidak dapat dihancurkan sepanjang mereka masih hidup di tengah-tengah kita.

 

Apakah saudara-saudara sekalian ingat kisah tentang seorang malaikat pengunjung ke kota Sodom? Dan mereka memperingatkan Lot, “Selamatkanlah nyawamu.” Dan ketika Lot menunda, malaikat-malaikat itu berpegang daripadanya dan mendorong dia keluar dari kota itu dan berkata, “Kami tidak dapat melakukan apapun sampai engkau datang kesitu.” Sepanjang Lot yang beriman itu berada di dalam kota Sodom, belerang dan api serta hukuman itu tidak dapat dijatuhkan. Selama orang-orang yang tertinggal itu masih berada di sini, dunia tidak akan dapat dihancurkan.

 

Apakah saudara-saudara sekalian masih ingat pasal yang kedua puluh empat dari percakapan yang bersifat kewahyuan tentang Yesus dalam kitab Matius? Dia berkata “Dan sekiranya waktu tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.”  Adala orang-orang pilihan yang membawa penangguhan hukuman dan pengharapan serta keselamatan terhadap dunia.

 

Apakah saudara-saudara sekalian ingat di dalam pasal yang ketujuh dari kitab Wahyu, Firman daripada Tuhan Allah yang Mahakuasa ditujukan kepada keempat malaikat yang menahan keempat angin kehancuran, berkata kepada mereka, “Janganlah merusak bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memateraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka.” Adalah mereka yang membawa pengharapan serta keselamatan bagi dunia.

 

Saya tidak dapat memahaminya, akan tetapi kelihataannya adalah cara Tuhan Allah di sepanjang zaman milik-Nya akan bekerja dan akan membuat sampai ke seluruh kaum minoritas yang sedikit jumlahnya, melalui seluruh orang yang tertinggal. Mengapa Tuhan Allah tidak memilih kaum mayoritas, massa yang berjumlah sangat besar dari dunia ini? Saya tidak tahu. Bagi saya kelihatannya, ketika saudara-saudara  mempelajari Kitab Suci bahwa Tuhan Allah memilih orang-orang yang tertinggal yang sedikit jumlahnya itu di dalam mana untuk melakukan pekerjaan-Nya dan kehendak-Nya di muka bumi ini.

   

Misalnya, ketika suku Midian melahap seluruh negeri Israel seperti belalang, Tuhan Allah membangkitkan Gideon, dan Gideon mengumpulkan kaum pria dari bangsa Israel untuk berperang melawan gerombolan suku Midian yang menyerbu dan hanya tiga puluh dua ribu orang saja yang mau memberikan tanggapan.

 

Dan ketika Tuhan melihat ke bawah kepada pasukan kecil yang berjumlah tiga puluh dua ribu orang itu, Dia berkata, “Terlalu banyak. Pasukan itu berjumlah terlalu banyak melawan gerombolan dari suku Midian itu.” Tuhan Allah berkata, “Itu terlalu banyak.”

 

Dan ketika Tuhan Allah berkata kepada Gideon, “Perintahkanlah seluruh penakut itu untuk pulang ke rumah mereka,” dan sebanyak dua puluh dua ribu orang membalikkan badan mereka dan pergi.

 

Dan Tuhan Allah melihat ke bawah kepada kesepuluh ribu orang yang tersisa dan berkata, “jumlah itu terlalu banyak, terlalu besar, melawan gerombolan dari suku Midian yang berjumlah seperti banyaknya pasir di lautan. Terlalu banyak.” Kata Tuhan. 

Dan Tuhan berkata kepada Gideon, “Bawalah kesepuluh ribu orang itu ke bawah, kehausan, bawalah mereka turun ke sungai, dan tinggalkanlah mereka yang membungkukkan badan untuk minum. Dan mereka yang mencedok air dengan kedua tangan mereka, mengawasi musuh ketika mereka berjalan, pilihlah mereka.” Dan Gideon akhirnya mengetahui dari kesepuluh ribu orang itu hanya ada tiga ratus orang yang ada.

 

Demikianlah Tuhan Allah. Entah bagaimana Dia memilih untuk melakukan pekerjaan-Nya dalam kelompok kecil orang-orang yang tertinggal itu, orang-orang yang terpilih itu.

 

Ada dua belas suku di Israel. Sepuluh suku dari antaranya telah dibawa pergi dan benar-benar dimusnahkan. Ada dua dari antara mereka yang tersisa, dan kedua suku tersebut telah dibawa pergi ke dalam pembuangan. Dan pada akhirnya, sekelompok kecil, kelompok kecil orang-orang yang tertinggal kembali dengan Jerubabel dan Yoshua Imam Agung itu dan Nehemia gubernur itu dan Esra ahli tulis itu - kelompok kecil orang-orang yang tertinggal itu. 

 

Sama dengan kehidupan Tuhan kita. Kerumunan orang banyak berkumpul di sekeliling-Nya di kota Kapernaum, telah diberi makan dengan roti dan ikan dari kedua tangan-Nya yang penuh dengan kemahakuasaan serta kemurahan. Mereka mendengarkan kepada setiap ajaran yang diajarkan-Nya, akan tetapi ketika khotbah itu selesai, mereka semua berangkat sehingga Tuhan berkata kepada kedua belas murid-Nya itu: “Apakah engkau juga akan pergi?” Hanya dua belas orang.

 

Dan ketika tugas pelayanan-Nya telah selesai di ruangan bagian atas, jumlah mereka hanya 120 orang. Kelihatannya Tuhan Allah memilih untuk melaksanakan pekerjaan-Nya oleh sekelompok kecil orang-orang yang tertinggal, hanya satu benih yang tertinggal. Akan tetapi orang-orang yang tertinggal itu senantiasa berada di sana. Mereka tidak pernah benar-benar dimusnahkan secara keseluruhan. Di dalam maksud pilihan Tuhan Allah, senantiasa tersisa kelompok kecil orang-orang yang tertinggal tersebut. Selalu.

 

Di zaman terjadinya air bah, di zaman ketika bumi ini penuh dengan kekerasan dan Tuhan Allah menghukumnya dengan air bah, di sana nabi Nuh menemukan kasih karunia di dalam pandangan Tuhan.

 

Dan di zaman ketika pemujaan terhadap berhala bersifat universal, di sana ada Abraham, Bapa orang-orang beriman, sahabat daripada Tuhan Allah.

 

Dan di zaman tentang pengingkaran terhadap agama yang mengerikan itu, di sana berdiri nabi Elia, sang juara milik Allah Yahwe.

 

Dan di dalam masa pembuangan ke Babel, di sana ada sekelompok kecil yang kembali dengan Jerubabel dan Yoshua.

 

Dan begitu juga di sepanjang zaman dan di sepanjang abad, senantiasa ada orang-orang yang tertinggal yang setia.

 

Di zaman kegelapan penjemaatan, Martin Luther berdiri dan berkata, “Di sini aku berdiri, maka Tuhan tolong aku, aku tidak dapat melakukan yang lain lagi.”

 

Dan di dalam masa depresi negara, ada sekelompok kecil peziarah yang setia, yang membawa gereja mereka ke tepi pantai Amerika yang baru. Hal itu tidak pernah gagal.

 

Dan ketika kita sampai kepada akhir zaman, ketika kita sampai kepada kegembiraan gereja, ketika kita sampai kepada masa penyempurnaan program Tuhan Allah, ketika kita sampai ke penghujung zaman, di sana akan ada sekelompok orang-orang yang tertinggal yang setia.

 

“Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.”

 

Kelompok kecil orang-orang yang tertinggal itu – di akhir zaman, bagaimanakah nantinya? Di dalam pasal ke delapan belas dari Kitab Lukas, Tuhan menanyakan pertanyaan yang retoris: “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Apakah akan ada orang yang percaya? Apakah akan ada pengikut Kristus yang tersisa? 

 

Ketika kita memikirkan kegembiraan gereja pada saat kedatangan Tuhan, kebanyakan dari kita berfikir dalam hal jutaan dan jutaan lagi. Akan tetapi Tuhan bertanya, “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

 

Di zaman terjadinya air bah, ada berapa banyak mereka – Nuh dan keluarganya? Delapan orang! Di zaman ketika terjadinya pemujaan terhadap berhala secara menyeluruh, ada berapa orang yang ada di sana? Hanya ada satu orang saja. Di zaman ketika terjadi pengingkaran yang besar-besaran, ada berapa orang mereka di sana? Tujuh ribu orang. Di zaman ketika terjadi pembuangan ke Babel, ada berapa orang yang tertinggal? Empat puluh dua ribu orang. Ketika Tuhan telah menyelesaikan tugas pelayanan-Nya di muka bumi ini, ketika telah disalibkan oleh mereka yang menolak Dia, ada berapa orang tersisa yang percaya? 120 orang banyaknya.

 

Ketika Tuhan datang, apakah Ia akan menemukan iman di bumi? Akan ada berapa orang yang bergembira ketika Tuhan mengumpulkan orang-orang terpilih-Nya? Berapa orang?

 

Seseorang telah membuat sebuah lukisan yang sangat mengesankan untuk kita, dan lukisan itu telah dikeluarkan dari rumah pendeta dan digantungkan di dinding. Saya berdiri di sana dan menatap lukisan tersebut, dan saya berkata, “Turunkanlah lukisan itu. Turunkanlah.” Lukisan itu adalah lukisan dari kota Dallas, dan di dalam lukisan itu terlukis penghancuran di mana-mana. Di sana terdapat sebuah kereta api, dan masinisnya telah pergi. Di sana ada sebuah bus, dan pengemudinya telah pergi. Di sana ada lukisan mobil – jalan raya yang macat dengan penghancuran. Para pengemudinya telah pergi, dan seluruh isi kota dilemparkan ke dalam hura-hara dan keputus-asaan serta kematian. Demikianlah lukisan itu. Karena kegembiraan itu telah tiba, dan bangsa Tuhan telah dibawa pergi, dan kereta api itu kehilangan kendali, dan bus-bus itu terlihat tanpa pengemudi, dan mobil-mobil itu berada di dalam kekacauan yang mengerikan. Saya berkata, “Turunkanlah. Turunkanlah lukisan itu. Turunkanlah.”

 

Salah satu dari anggota jemaat gereja memberikan benda ini untuk saya letakkan di dalam mobil saya. Ada stiker di bagian beakangnya yang anda buka, anda lepaskan, dan anda meletakkannya di jendela mobil, dan stiker itu bertuliskan, “Jika anda mendengar suara tiupan klakson, genggamlah kemudinya. Pengemudi dari mobil ini telah diselamatkan.”

 

Sepanjang saya dapat pahami dari membaca Firman Tuhan, hanya akan ada sekelompok kecil orang-orang yang tertinggal ketika Yesus datang kembali.

   

“Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora,” sama sekali dibinasakan serta dimusnahkan.

 

Setelah selesai berbicara pada sebuah konvensi negara bagian kita, seorang wartawan surat kabar menelepon saya dan berkata, “Apa yang saya yang sampai ke telinga saya? Prediksi anda: Bahwa kecuali adanya suatu campur tangan dari Tuhan Allah, hari itu akan dengan cepat mendekati ketika umat Kristen akan hampir-hampir dihapuskan dari muka bumi ini? Apakah itu?”

 

Saya berkata, “Apakah anda memiliki sebuah pensil?” Saya katakan, “Marilah kita buat sebuah grafik. Tuliskanlah di sana 185 tahun yang lalu dua puluh lima persen dari populasi penduduk dunia adalah Pengikut Kristus Evangelis. Saat ini angka itu sudah kurang dari delapan persen. Pada tahun 1980, angka itu akan menjadi kurang dari empat persen. Pada tahun 2000 nanti, angka itu akan menjadi kurang dari dua persen. “Nah,” kata saya, “Apakah anda sudah selesai membuat grafik anda? Lalu kemudian proyeksikanlah grafik itu. Teruskanlah grafik itu kebawah. Apakah yang akan terjadi di dalam abad yang ke dua puluh satu setelah tahun 2000? Grafik itu akan jatuh ke bawah sampai hampir-hampir menjadi tidak ada.”

 

Hal ini bukanlah sesuatu yang ditimbul-timbulkan oleh pendeta saja. Hal ini merupakan suatu fakta statistik. “Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.” Kelompok kecil orang-orang yang tertinggal. 

 

Baiklah, apakah yang menjadi pesan dari Yesaya? Di dalam pasal yang pertama menyampaikan nubuat itu, karena adanya dosa-dosa serta kejahatan bangsa itu., karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan bangsa itu, jatuhnya hukuman dari Tuhan Allah, dan kita akan menjadi seperti Sodom, dan seperti Gomora, sepenuhnya akan dihapuskan kalau tidak adanya campur tangan Tuhan Allah dan meninggalkan kita ke dalam kelompok orang-orang yang tertinggal yang sangat kecil jumlahnya.

  

Apakah yang menjadi pesan dari Yesaya? Nomor satu: itu merupakan ucapan sebagai pendorong semangat. 

 

“Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikianlah firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem, dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan Tuhan dua kali lipat karena segala dosanya.” 

 

Kalimat itu merupakan sebuah ucapan yang mendorong semangat, pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal, kalau tidak kita akan terperosk ke dalam keputus-asaan yang mutlak dan sepenuhnya.

 

Kepada putra pertama Yesaya, telah diperintahkan oleh Tuhan untuk memberikan nama Syear Jashub, Syear Jashub, “Sekelompok orang-orang yang tertinggal akan diselamatkan, sekelompok orang-orang yang tertinggal akan kembali.” Ini merupakan pengajaran dari Tuhan Yesus Kristus untuk mendorong semangat kita. Benih yang terjatuh di pinggiran, maka burung-burung dari udara akan memungutinya. Benih yang jatuh di tanah berbatu, benih itu akan mati karena ketiadaan akar. Benih yang terjatuh ke dalam semak belukar yang penuh dengan duri, maka benih itu akan terjepit lalu kemudian mati. Akan tetapi pengajaran mengenai orang-orang yang tertinggal: beberapa di antaranya akan jatuh ke atas tanah yang baik dan menghasilkan buah kepada Tuhan Allah. 

 

Di dalam pengajaran dari rasul Paulus, penghiburan yang sama: “Apakah engkau tahu Kitab Suci yang telah dikatakan oleh Elia ...” Ketika dia mengatakan, “Tuhan, mereka membunuh nabimu dan menggali di bawah altar-Mu, dan saya ditinggalkan sendirian, dan mereka menginginkan nyawaku.” Akan tetapi apa yang dikatakan oleh jawaban Tuhan Allah kepadanya? Kepada-Ku, telah kupersiapkan sebanyak tujuh ribu orang, yang belum pernah menundukkan lututnya kepada patung dari Baal. Walaupun demikian, ... pada saat sekarang ini juga ada terdapat sekelompok orang-orang yang tertinggal menurut kepada pilihan dari kasih karunia itu: “Suatu kelompok orang-orang yang tertinggal menuru pemilihan kasih karunia Tuhan Allah.

 

Seseorang mendatangi Spurgeon, pemberita di kota London. Seseorang mendatangi Spurgeon dan berkata, “Jadi anda percaya bahwa beberapa orang tidak akan percaya, beberapa orang tidak akan menerima, beberapa orang tidak akan diselamatkan tidak menjadi masalah apa yang anda lakukan, tidak menjadi masalah sudah berapa banyak yang telah anda beritakan, tidak menjadi masalah bagaimana anda memperluas ajakan anda, anda percaya mereka tidak akan diselamatkan. Sungguh sebuah pengajaran yang putus asa,” demikian dikatakan oleh orang yang satu ini kepada Spurgeon. Pengajaran yang putus asa yang bagaimanakah itu. 

Dan Spurgeon berkata, “Tidak, tidak, tidak sedemikian! Saya tahu bahwa tidak akan semua dari antara mereka yang percaya. Tidak semua dari mereka yang akan bertobat. Tidak semua dari mereka yang akan berpaling. Tidak semua dari mereka yang akan diselamatkan. Akan tetapi beberapa dari antara mereka akan mendengarkan. Beberapa dari antara mereka akan menyimak. Beberapa dari antara mereka akan membukakan pintu hati mereka. Beberapa dari antara mereka akan bertobat. Beberapa dari antara mereka akan berpaling. Beberapa dari antara mereka akan percaya, dan beberapa dari antara mereka akan diselamatkan.”

 

Hal ini merupakan penghiburan yang dikaruniakan oleh Tuhan Allah kepada anak-anak-Nya di dalam pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal. Dunia itu tidak akan pernah datang. Dunia itu tidak akan pernah berbalik. Dunia itu tidak akan pernah diselamatkan. Tidak akan pernah diselamatkan. Akan ada di dalam dunia akan kegelapan dan ketidak percayaan serta penolakan, akan tetapi beberapa dari antara mereka senantiasa akan diselamatkan. Orang-orang yang tertinggal milik Tuhan Allah senantiasa akan dipilih dan dikumpulkan. Ini merupakan pengajaran dari Roh Kudus. 

 

Di dalam pasal yang pertama dari kitab 1 Petrus, Roh Kudus telah memanggil kita, dan kita merasakan suara-Nya yang menggerakkan di dalam hati kita. Dan di dalam pasal yang pertama dari Kitab Efesus, Roh Kudus telah memateraikan kita. Nama-nama kita telah dituliskan bahkan sebelum kita dilahirkan, sebelum kita dikandung, dan Tuhan Allah mengenal kita jauh sebelumnya, dan kasih karunia Tuhan Allah telah menjamah kita serta berbicara kepada kita dan memimpin kita untuk berpaling dari dosa-dosa kita serta untuk melihat ke dalam iman serta keselamatan kepada Yesus Yang Diurapi.

 

Dan ini merupakan hal yang paling mengagumkan, hal yang paling menakjubkan yang telah saya lihat di sepanjang tahun-tahun tugas pelayanan saya. Mereka berada di dalam kota ini, di dalam negara bagian ini, di dalam negara ini, di dalam dunia ini, yang berjumlah ribuan dan jutaan yang tidak ingin berpaling. Mereka tidak akan mendengarkan. Mereka tidak akan percaya. Akan tetapi beberapa orang melakukannya. Saya tidak pernah berkhotbah di mana saja di dalam hidup saya kecuali yang diberikan oleh Tuhan Allah kepada saya.

 

Roh Kudus di dalam kasih karunia pilihan-Nya membawa beberapa orang. Dan pengajaran tentang orang-orang yang tertinggal itu dapat diterapkan ke segala bidang kehidupan kita. Dengan suka cita, dengan kegembiraan yang tidak terbatas dan tak terkatakan kita benar-benar menawarkan hidup kita dan segala apa yang kita miliki kepada Tuhan kita Yang Diurapi.

 

Saya berharap bahwa saya memiliki waktu selama berjam-jam untuk mengilustrasikannya. Untuk sesaat, lihatlah. Di sini ada seorang pria. Di sini ada seorang pria dan segalanya adalah miliknya. Semua yang dibuatnya adalah kepunyaannya. Dia memilikinya. Dia bekerja untuk mendapatkannya. Dia memilikinya. Dan meskipun pria itu sedemikian, dari kasih terhadap Tuhan Allah, dia akan mengambil apa yang telah dimilikinya serta memberikannya kepada Tuhan.

 

Dan seorang pria di luar sana, seorang yang tidak beriman, seorang penolak Kristus, dapat melihat kepada orang itu seraya berkata, “Sungguh suatu kebodohan. Sungguh suatu kedunguan. Mengapa, segala sesuatu yang telah dimilikinya di dalam kedua tangannya adalah miliknya. Dia dapat menghabiskannya sendiri. Dia dapat menggunakannya untuk dirinya sendiri. Lihatlah padanya. Dan sebagai gantinya, dia memberikannya kepada Tuhan. Betapa bodohnya pria itu?"

 

Anda lihat, dia tidak menyadarinya. Dia tidak pernah merasakan. Dia berlum pernah merasa terpanggil. Hal itu seperti seorang pria yang memiliki segala sesuatunya yang digenggamnya. Miliknya. Dia memilikinya. Dia bekerja untuk mendapatkannya. Semua itu kepunyaannya. Keseluruhannya adalah miliknya. Dan dia jatuh cinta dengan seorang gadis yang begitu mulia, dan sesudah itu, dia akan membawa segala sesuatu yang dimilikinya dan membaginya dengan gadis itu.

 

“Mengapa, wah. Sungguh suatu kebodohan. Mengapa, jika anda hanya bertahan untuk tetap seperti bagaimana anda sebelumnya, segala sesuatunya adalah milik anda. Simpanlah.” “Tidak,” Katanya. “Saya mendapatkan sukacita yang tak terkatakan untuk membawa sesuatu pulang ke rumah dan meletakkannya pada kakinya yang indah.”  “Lihatlah: untukmu, manis. Untukmu.”

 

Atau, di sini ada pasangan, dan mereka memiliki segala sesuatunya untuk mereka. Tidak ada beban di sampingnya. Semuanya mereka miliki, menjadi kepunyaan mereka, dan mereka boleh menyimpannya, dan mereka berlutut dan berkata, “Oh, Tuhan Allah, berikanlah kepada kami seorang anak laki-laki kecil yang berharga atau seorang anak perempuan kecil yang berharga, dan kami akan membesarkannya di dalam kasih dan pengasuhan Tuhan di seluruh hari-hari dalam hidupnya.”

 

“Mengapa, engkau sungguh bodoh. Jiwamu sudah terganggu. Simpanlah segalanya itu untuk dirimu sendiri. Lihatlah. Semua itu milikmu.”

    

“Tidak.” Kata mereka. “Tidak. Kami sedang memanjatkan doa, Tuhan, untuk bayi kecil itu.” Dan memikirkan tentang biaya waktu dan air mata di sepanjang jalan melalui perguruan tinggi itu. “Akan tetapi saya bergembira melakukannya. Terpujilah Tuhan Allah, saya dapat melakukannya.”

 

Demikian juga dengan pilihan Tuhan Allah. Ada sukacita yang tidak terkatakan dan penuh dengan kemuliaan untuk disampaikan kepada Tuhan Allah semua yang kita miliki dan segala hal yang ada pada kita.

 

Seperti yang telah dikatakan oleh Nathan Hale ketika dia dieksekusi pada tahun 1776, memberikan nyawanya kepada negaranya sebelum eksekusinya, dia berkata, “Saya menyesal bahwa saya hanya memiliki satu nyawa saja untuk saya berikan kepada negara saya.”

 

Seandainya saja saya memiliki seribu nyawa …