MENANTIKAN TUHAN ALLAH

(WAITING UPON THE LORD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 40:31

01-11-76

 

 

Kami menyambut saudara-saudara sekalian yang sedang mengikuti kebaktian ini bersama-sama dengan kami melalui siaran radio dan televisi. Judul dari khotbah pada hari ini adalah Menantikan Tuhan Allah – mereka yang menantikan Tuhan.

 

Dan bacaan dari bagian ayat tersebut adalah ayat-ayat yang terakhir dari pasal yang keempat puluh dari kitab Yesaya:

 

Tidakkah kau tahu, dan tidakkah kau dengar? Tuhan ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

 

Kita semua berada di dalam perjalanan pulang ini, perjalanan menuju ke kota sorgawi, sekarang kita semua merasakan kesesakan serta kesengsaraan dan pencobaan. Tidak ada perjalanan pulang di jalan kita selain daripada yang kita temukan kasar dan sukar.

 

Sebagaimana dengan perjalanannya Bunyan dalam Pilgrim’s Progress – Kemajuan Perjalanan, kita menemukan diri kita sendiri dalam kancah yang tidak memiliki pengharapan, menaiki Bukit-bukit Kesukaran dan menghadapi Raksasa Keragu-raguan serta keputus-asaan. Dan untuk begitu banyak orang, kita terjatuh ke dalam kelelahan hati serta kekeliruan.

 

Kepada orang-orang yang tidak memiliki Tuhan Allah sebagai kekuatannya serta sebagai Juru Selamatnya, hidup merupakan sebuah urusan yang sia-sia. Orang-orang yang tidak memiliki Tuhan akan senantiasa menjadi orang-orang yang tidak memiliki harapan. Karena pencobaan serta persoalan akan menghalau kebahagiaan serta sukacita dari hidup seseorang seperti seekor rajawali yang akan menghalau pergi seekor burung padang rumput atau seekor burung nuri dari sarang mereka.

 

Orang-orang yang tidak memiliki Tuhan akan senantiasa menjadi orang-orang yang tidak memiliki harapan. Dunia ini adalah apakah sebuah tempat di mana tidak adanya Tuhan Allah di mana-mana atau sebuah tempat di mana satu Allah yang sejati berada di mana-mana. Dan tidak ada bumi pertengahan di antaranya. Yang satu atau yang lainnya. Itu saja. 

 

Dunia ini, apakah tanpa sebab, tanpa arti, tanpa tujuan, tanpa nasib, tidak ada apa-apanya kecuali sebuah areal pemakaman yang luar biasa luasnya kalau tidak, dunia ini adalah rumah Tuhan, dan Dia senantiasa mengawasi semua yang menjadi milik-Nya.

 

Maka nabi itu menulis oleh ilham keilahian, “Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” 

 

Ketika saya membuat rencana atas teks yang begitu indah serta luar biasa itu, saya bertanya-tanya mengapa menjadi berbalik seperti itu? Tidakkah saudara-saudara akan berfikir bahwa nabi itu telah akan berkata tentang orang-orang yang berjalan, lalu tentang orang-orang yang berlari, dan akhirnya orang-orang yang beterbangan di langit yang biru seperti seekor rajawali?

 

Akan tetapi kenyataannya terbalik, “Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

 

Dan ketika saya memikirkannya, ada terlintas di dalam benak saya bahwa kemungkinan nabi itu sedang berbicara kepada kita seperti ini: Yang pertama, kepada para pemuda di dalam kekuatannya yang prima bersama-sama dengan visi dan tujuan dan takdir di dalam jiwanya. Dia terbang dan berada di atas seperti seekor rajawali, seperti seekor rajawali yang menembus langit yang biru.

 

Kemudian dia berbicara mengenai orang-orang di dalam kedewasaan dan penilaian yang bijaksana ketika mereka berjalan tanpa adanya kekhawatiran, dan pada akhirnya, di usianya yang lanjut, ketika kita berjalan dan tidak menjadi lelah – pemeliharaan Tuhan Allah kepada bangsa-Nya secara menyeluruh di sepanjang hidup yang mereka jalani, di usia muda, menjadi orang-orang dewasa laki-laki serta orang-orang dewasa perempuan, dan akhirnya di usia lanjut dan sampai pada kematian menjemputnya.

 

Tidak ada waktu ketika Tuhan menarik kekuatan dari kita untuk kejatuhan serta kelelahan hidup kita. Jika ada salib yang harus dipikul, Dia selalu memikul ujung salib yang lebih berat. Dan jika ada permasalahan yang menyerang kita, persoalan-persoalan itu tidak ada apa-apanya kecuali sebagai ranta-rantai emas yang mengikat kita ke tenga-tengah rasa simpatik serta pengertian Tuhan.

 

“Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru.” Apakah saudara-saudara ingat Mazmur yang tiada bandingannya itu, “Tuhan adalah terangku dan kelepasanku; kepada siapakah aku akan takut? Tuhan adalah kekuatan hidupku; dari siapakah aku akan takut? 

 

“Nantikanlah Tuhan; jadilah keberanian yang baik, dan Dia akan menguatkan hatimu, Aku berkata, tunggulah, nantikanlah Tuhan.” 

 

“Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru.” Apa yang datang kepada mereka yang menantikan Tuhan? Yang pertama, ada bimbingan serta kekuatan bagi para perantau di dalam perjalanan mereka.

 

Di dalam pasal yang ke empat puluh yang penuh dengan keagungan dari kitab Yesaya ini, dari ayatnya yang pertama dia berbicara mengenai sebuah jalan raya bagi orang-orang yang telah ditebus Allah di atas mana kita menyanyikan lagu-lagu dari Sion, dan dukacita serta sedu sedan akan menjauh.

 

Bagi kita, Tuhan itu adalah sebuah tiang dari awan di siang hari dan tiang api di malam hari, ketika Dia membimbing kita melewati tahun-tahun yang melelahkan di dunia ini. 

Lalu kemudian di ayat yang kesepuluh, dia berbicara tentang Tuhan Allah ketika datang bersama-sama dengan kita dan bagi kita dengan tangan-tangan yang kuat serta lengan yang perkasa: Tuhan menjaga kita serta melindungi kita.

 

Lalu kemudian di ayat yang ke sebelas, “Seperti seorang gembala Ia akan menggembalakan kawanan ternaknya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.”

 

Allah melihat kita seperti sekawanan ternak dan Dia tidak pernah salah mengarahkan domba-domba-Nya. Tuhan kita adalah Gembala Yang Agung dan Gembala Yang Baik. Dan kawanan ternak itu berkumpul, berbaring berdekatan, berhimpitan di sekeliling Dia. An khususnya di tengah-tengah badai saudara-saudara akan menemukan domba-domba itu berkumpul bersama-sama.

 

Jadi kawanan ternak Tuhan kita – dan itu adalah kita – berkumpul bersama-sama saling berdekatan di sekeliling Gembala kita dan Dia menguatkan kita, dan Dia memberikan penghiburan kepada kita dan Dia mencukupkan makanan kita.

 

“Seperti seorang gembala Ia akan menggembalakan kawanan ternaknya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.” 

 

Berapa kalikah kita telah meyakinkan diri kita sendiri bahwa hidup kita ini tidak berharga? Kita ini tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Kita tidak memiliki nilai apapun lagi di hadapan Tuhan dan di dalam dunia ini daripada daun-daun yang gugur di musim gugur. Dari beribu-ribu orang lain yang berjatuhan di sekitar, apakah arti penting yang satu ini?

 

Kadang kala kita melihat pada diri kita sendiri seperti itu: tidak berdaya dan malang serta tidak mampu, tidak bernilai apapun dan terutama kepada Tuhan Allah dan dengan segera akan benar-benar hilang dari ingatan dunia ini.

 

Apakah Tuhan Allah melihat kita seperti itu juga? Apakah itu benar? Dia berkata bahwa Dia akan memelihara anak-anak-Nya. Dia akan meraih serta menaruh mereka di dalam tangan-Nya dan Dia akan membawa mereka di dalam dekapan-Nya, orang-orang yang malang, yang tidak berdaya, yang muda, yang lemah dan yang sakit.

 

Pemerintahan-pemerintahan di dunia menghormati tokoh-tokoh terkemuka yang berpengaruh serta orang-orang besar yang kuat. Akan tetapi di dalam kerajaan Tuhan serta di dalam kesabaran dan kasih dari Gembala kita yang baik, dengan istimewa Dia akan merangkul orang-orang yang miskin dan lemah serta orang-orang yang malang dan yang sakit serta yang terluka.

 

Tolong beritahukan kepada saya, apakah ada seorang ibu di sini yang memiliki lima orang anak? Dan empat dari antara mereka sehat dan kuat dan salah satu dari antara mereka berada di rumah sedang menderita sakit dan lemah? Beritahukan saya, dari kelima orang anak tersebut, anak yang mana yang sedang difikirkan oleh ibu tersebut?

 

Saya katakan kepada saudara-saudara sekalian. Dan saudara-saudara tahu jawabannya. Dia sedang memikirkan tentang satu orang anak yang sedang berada di rumah, yang terbaring lemah dan sakit. Hati Tuhan sama seperti hati seorang ibu, seperti hati seorang gembala. Dan Dia memperhatikan serta mendekap ke dalam dada-Nya orang-orang muda yang tidak berdaya dan berkekurangan dan kadang kala terlupakan.

 

Nabi itu bukan hanya mengakuinya saja, akan tetapi dengarkanlah hal yang luar biasa yang kemudian ditambahkannya. Kepada kita, dikatakannya di dalam ayat yang ke 26 dari pasal yang ke empat puluh,

 

“Arahkanlah matamu ke langit dan lihatlah: siapa yang menciptakan semua bintang itu dan menyuruh segenap tentara mereka keluar, sambil memanggil nama mereka sekaliannya? Satupun tiada yang tak hadir, oleh sebab Ia maha kuasa dan maha kuat.” 

 

Ah, Tuhan Allah Yang Mahakuasa Yang menciptakan seluruh alam semesta, menciptakan cakrawala dan segala sesuatau yang berada di dalamnya, dan Dia adalah Tuhan Allah yang sama yang mengangkat anak domba itu ke dalam tangan-Nya serta merangkulnya di dalam dekapan-Nya, Yang memberikan penghormatan kepada kita yang miskin dan sakit serta rendah ini.

 

Tidak ada Mazmur yang lebih indah lagi atau yang lebih tegas lagi di dalam kitab itu selain Mazmur pasal 147 itu. Apakah saudara-saudara ingat ayat yang keempat? “Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.”

 

Dan apakah saudara-saudara ingat ayat yang mendahuluinya, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”

 

Ah, Bolehkah itu terjadi? Bahwa Tuhan Allah Yang Mahakuasa yang menciptakan bintang-bintang serta menyebutkan nama-nama semuanya, bahwa Dia adalah Tuhan Allah yang sama yang menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka? 

 

Lihatlah keajaibannya itu. Pada setiap malam yang cerah, lihatlah ke atas ke arah birunya langit di atas sana, kita dapat melihat sekitar 3000an bintang. Kemudian pada tahun 1600, Galileo telah menemukan sebuah teleskop, menemukan sebuah proyeksi dari penglihatan kita. Dan menelusuri langit dengan teleskopnya yang baru itu, di dalam keluasan itu, dia menemukan sekitar 30.000 bintang.

 

Lalu kemudian pada tahun-tahun yang segera mengikutinya, dengan mengembangkan teleskop ciptaan Galileo, mereka telah menemukan sekitar 640.000 bintang.

 

Lalu kemudian pada tahun 1800, Sir William Herschel menemukan sebuah teleskop yang membuat teleskop ciptaan Galileo seperti sebuah mainan anak-anak. Dan dengan sapuan teleskop raksasa itu, dia menyaksikan kira-kira sebanyak 26.000.000 buah bintang di langit sana.

 

Kemudian dengan mengembangkan teleskop itu, segera setelah Sir Robert Ball memandang ke langit, dia telah menemukan bahwa di langit itu terdapat lebih dari 50 juta bintang.

 

Dan kemudian, di zaman kita ini, di Gunung Palomar di California, secara bersama-sama mereka telah menempatkan sebuah teleskop raksasa, dan di dalam keluasan kemuliaan cakrawala itu, terdapat bintang-bintang yang berjumlah bermiliar-milar sampai tidak terhitung jumlahnya.

 

Ada jutaan galaksi seperti Bima Sakti kita di mana matahari kita ini berada. Dan di sana terdapat sisi nyata lapisan dan ciptaan agung dari pekerjaan tangan Tuhan Allah jauh melebihi perhitungan serta melampaui imajinasi.

 

Lihatlah akan keajaiban itu. “Dan Dia menyebutkan nama-nama semuanya.” Fikirkanlah akan hal itu, jutaan dan miliaran jumlahnya benda yang telah diciptakan tangan-Nya, dan Dia menyebutkan nama-nama semuanya.

 

Dan ayat yang berikutnya, “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.” Ah, “Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

 

Sekali lagi, Tuhan Allah bukan hanya menguatkan serta menghibur dan menggembalakan serta memberi makan dan menyembuhkan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, akan tetapi Dia mengatakan bahwa penantian juga merupakan sebuah pengorbanan yang dapat diterima di dalam nama-Nya. “Orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru.”

 

Mereka yang menanti-nantikan, yang berdoa, yang menengadahkan wajahnya ke atas ke arah wajah Tuhan Allah, mereka juga melayani, mereka melambangkan suatu pengorbanan yang dapat diterima, mereka yang hanya menanti-nantikan. Ah, dapatkah terjadi, bahwa seseorang boleh melayani Tuhan Allah dalam cara yang berterima hanya dengan menantikan keberadaan-Nya? Hanya berseru di dalam nama-Nya?

 

Saya seorang aktifis. Saya percaya di dalam melakukan pekerjaan dan menyatu dengan pekerjaan tersebut. Tuhan Allah telah menganugerahkan tugas sorgawi yang besar dan agung kepada kita dan kita harus melaksanakannya. Akan tetapi, ada suatu tugas pelayanan yang berterima juga bagi Tuhan Allah di dalam doa serta di dalam keheningan dan di dalam kepercayaan.

 

Apakah saudara-saudara tahu, salah satu bagian ayat yang paling aneh di dalam Alkitab ini, di dalam kitab Yesaya ini, ada dalam pasal yang ke tiga puluh. Di dalam suatu waktu keputus-asaan yang besar, bangsa itu berangkat ke Mesir untuk meminta pertolongan, dan di dalam dua ayat yang pertama, Yesaya berbicara tentang mereka yang telah berangkat ke Mesir untuk berlindung kepada Firaun.

 

Lalu kemudian di dalam ayat yang ke lima belas dia berkata, “Sebab beginilah Firman Tuhan Allah, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu.”

 

Jangan bergantung kepada Mesir. Jangan meminta kekuatan kepada Firaun. “Demikianlah firman Yang Mahakudus, Allah Israel, “Lihatlah kepada-Ku. Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya, terletak kekuatanmu.” 

 

Mereka yang menantikan Tuhan Allah mempersembahkan suatu kurban yang dapat diterima oleh Yesus Yang Diurapi itu.

 

Asisten saya, Dr. Wade, yang bersama-sama dengan kita di dalam tugas pelayanan kegembalaan gereja, kami sedang mempersiapkan sebuah program bersyafaat yang luar biasa, dengan jalan mana mereka yang penderita cacat boleh berbagi bersama-sama dengan kita di dalam pekerjaan buat Tuhan.

 

Ada beberapa orang dari antara mereka yang bahkan tidak dapat keluar dari kamar. Ada beberapa orang dari antara mereka yang bahkan tidak dapat beranjak dari bangku mereka. Ada beberapa orang dari antara mereka yang bahkan tidak dapat beranjak dari tempat tidur mereka. Akan tetapi mereka dapat berdoa. An mereka dapat menunggu di hadapan Tuhan Allah dan hal itu juga merupakan suatu tugas pelayanan yang dapat diterima di dalam penglihatan-Nya. “Karena mereka yang menantikan Tuhan akan memperbaharui kekuatan mereka.”

 

Saya tidak akan meminta waktu untuk membacanya, meskipun demikian saya memiliki sebuah puisi yang begitu indah di sini. Soneta karangan Milton di masa kebutaannya, apakah saudara-saudara ingat bagaimana akhir puisi itu? Ini adalah puisi kaum Puritan yang berbicara tentang kesusasteraan yang tidak pernah dituliskan oleh kaum manusia di luar Firman Tuhan, John Milton menjadi buta, kehilangan penglihatannya karena kebebasan serta keadilan, berdiri di samping Oliver Cromwell serta Persemakmuran Puritan, dan di dalam kebutaannya, menuliskan Paradise Lost – Sorga Yang Hilang

 

Paradise Regained – Sorga Yang Ditemukan Kembali, sebuah simfoni kata-kata di dalam logat Inggris, apakah saudara-saudara ingat bagaimana akhir dari soneta itu?

 

Mereka juga melayani, mereka yang hanya berdiri dan menanti. 

“Tunggu, Aku katakan, tunggulah Tuhan.”

 

Bukan hanya sebagai pengorbanan yang dapat diterima, akan tetapi Tuhan Allah menganugerahkan hadiah pilihan-Nya yang terbaik dari-Nya dan yang terindah dari-Nya, bagi kita yang menantikan Tuhan. Itu merupakan hal yang paling ganjil.

 

Hadiah yang paling baik dari sorga dilimpahkan kepada mereka yang menanti-nantikan Tuhan. Bagaimanapun juga, Tuhan Allah boleh saja mengambil benda-benda duniawi dari kita sehingga Dia boleh melimpahkan benda-benda sorgawi kepada kita. Kadang kala, Tuhan Allah mengambil kekuatan manusia dari kita sehingga Dia boleh melimpahkan kekuatan dari sorga bagi kita.

 

Penglihatan Milton sudah diambil. Dia menajdi buta supaya dia boleh melihat kota sorgawinya Tuhan Allah itu. John Bunyan telah dipenjarakan dalam rangka supaya dia boleh melakukan perjalanan itu, perjalanan pulang bersama orang-orang Kristen melalui perjalanan hidup dan mengarah ke rumah yang di sorga.

 

Alfred Lloyd Tennyson merasakan sakit hati agar supaya dia boleh menuliskan In Memoriam, “Engkau Anak Allah Yang Perkasa, Kasih yang kekal.”

 

Bangsa serta keturunan pilihan Tuhan Allah telah dijual kepada perbudakan dan hidup di suatu pembuangan negeri asing agar supaya mereka boleh mengasihi Tanah yang dijanjikan itu. Dan sampai dengan hari ini, di manapun saja saudara-saudara akan menemukan seorang bangsa Yahudi, di dalamnya saudara-saudara akan menemukan kasih yang tidak terbinasakan untuk tanah airnya yang telah dijanjikan itu.

 

Kadang kala Tuhan Allah mengambil Yerusalem yang lama sehingga kita boleh mengarahkan mata kita ke Yerusalem baru. Tuhan Allah membiarkan rumah ini untuk berubah kembali menjadi debu di atas tanah agar supaya Dia boleh membangunkan sebuah rumah baru yang lain lagi, rumah yang dibuat oleh tangan, kekal ke dalam sorga. Tuhan Allah telah melimpahkan hadiah-hadiah-Nya yang terbaik kepada orang-orang yang memandang kepada-Nya.

 

Dan sekali lagi, “Mereka yang menantikan Tuhan akan diperbaharui kekuatan mereka.” Tuhan Allah memberikan kekuatan bagi mereka yang menanti-nantikan Dia.

 

Dia berkata kepada ke dua belas murid-Nya, kesebelas murid-murid-Nya, Dia berkata kepada mereka, Tinggallah di dalam kota Yerusalem, tunggulah di Yerusalem sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

 

Maka bereka tinggal dan menunggu serta memanjatkan doa kepada Tuhan Allah. Kemudian datang pencurahan Roh Kudus tanpa ukuran di Pentakosta.

 

Betapa perlunya kita mempelajari hal tersebut. Tugas yang lebih besar, semakin lama kita perlu menantikan Tuhan. Jika itu merupakan hal yang kecil, mungkin kita dapat hancur di dalamnya. Akan tetapi, itu merupakan sebuah perkara yang besar serta perkara yang kuat, bagaimana kita perlu untuk tinggal di hadirat Tuhan Allah.

 

Dia memberikan kekuatan kepada mereka, kekuatan bagi mereka yang menantikan Dia. Tuhan, berkatilah kami. Dan tinggallah bersama-sama dengan kami serta bimbinglah kami di dalam hikmat dan dampingilah kami. Kekuatan bagi orang-orang yang lelah dan bagi orang-orang yang lemah serta bagi orang-orang yang letih yang menantikan Dia.

 

Dan Tuhan Allah memberikan kemenangan yang terakhir dan penghabisan serta pasti bagi mereka yang menantikan Dia. Mereka tidak dapat, mereka tidak akan gagal. Apakah saudara-saudara ingat ayat indah dari Kitab 1 Korintus pasal yang kedua, dari ayatnya yang ke sembilan itu? Apakah saudara-saudara ingat?

 

“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

 

Apakah saudara-saudara ingat ayat itu? Apakah saudara-saudara tahu bagaimana nabi Yesaya menuliskannya di dalam pasal yang ke enam puluh empat dari kitabnya, dari mana Paulus terinspirasi untuk menuliskannya di dalam kitab 1 Korintus? Apakah saudara-saudara ingat bagaimana Yesaya menuliskannya di dalam pasal yang ke 64 itu?

 

“Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang Allah yang bertindak bagi orang yang menanti-natikan Dia.”

 

Bagi mereka yang percaya kepada-Nya, tidak akan ada penipuan ataupun kegagalan. Tuhan Allah memberikan kemenangan. Dia tidak akan pernah mengecewakan kita, yang percaya kepada-Nya.

 

Kadang kala hal itu kelihatannya mustahil untuk dipercayai. Akan tetapi Allah telah memperagakannya serta mencontohkannya sebagai dorongan semangat bagi kita melalui kisah hati manusia yang telah bersandar kepada-Nya dan yang telah memandang Dia di dalam keyakinan kepada-Nya, yang telah menanti-nantikan Dia.

 

Suatu waktu, ketika menjelajahi Inggris, kami berhenti di sebuah monumen di Oxford. Ketika saudara-saudara memasuki universitas itu, di sana terdapat sebuah monumen yang disebut dengan Monumen Martir. Monumen itu dipersembahkan kepada Cranmer yang telah dibakar hidup-hidup di tiang pancang di tempat itu dan Uskup Latimer serta Master Ridley yang juga dibakar di tiang pancang di sana.

 

Mereka adalah orang-orang Tuhan Allah yang perkasa. Mereka adalah para pekabar Injil kasih karunia Tuhan Yesus. Dan karena kesetiaan mereka kepada firman yang ada di dalam kitab itu, mereka telah dibakar di iang pancang di bulan Oktober tahun 1555. 

 

Dan ketika nyala api itu mulai berkobar, Master Ridley mulai merasakan kengerian serta menjerit di hadapan api yang menjilat-jilat itu. Dan ketika dia mulai menjerit serta merasa ngeri, Uskup Latimer yang diikatkan ke tiang pancang yang berada di sebelahnya, berpaling dan berkata, “Jadilah pesorak yang baik, Master Ridley, jadilah seorang pesorak yang baik. Oleh kasih karunia Tuhan Allah, pada hari ini kita akan menyalakan api di Inggris yang tidak akan pernah padam.”

 

Dan apakah saudara-saudara tahu sesuatu yang saya baca dalam minggu ini ketika mempersiapkan warta ini, pandangan saya tertumbuk pada rekening biaya yang telah dikirimkan kepada kerajaan untuk pembakaran Latimer dan Ridley. Dengarkanlah.

 

Satu muatan kayu bakar, tiga shilling, empat pence. 

Kereta kuda untuk empat muatan kayu, dua shillings. 

Barang, tonggak, satu shilling, empat pence. 

Barang, dua rantai, tiga shilling, empat pence. 

Barang, dua kawat, enam pence. 

Barang, empat buruh, dua shilling, delapan pence.

 

Jumlahkan semuanya, ada dua puluh lima shilling dan delapan pence. Betapa murahnya harga api itu. Biayanya tidak sampai lima dollar, akan tetapi mereka percaya kepada Tuhan Allah dan pada hari itu mereka telah menyalakan api di seluruh negeri Inggris dan di seluruh penjuru dunia yang membara sampai dengan sat ini.

 

Memberitakan Injil kasih karunia dari Anak Allah. “Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” 

 

Kita tidak akan dapat kalah. Kita tidak pernah gagal hanya dengan percaya kepada Tuhan Allah. Oh, Tuhan, bolehkah saya mendapatkan waktu untuk berbicara tentang Anak-Mu yang terkasih?

 

Mati di kayu salib, mereka yang mencemooh, mereka yang menertawakan dan mereka yang telah menghujat, berjalan hilir mudik ketika Dia di gantung di sana sekarat dan akhirnya mati. “Dia percaya kepada Tuhan Allah. Marilah kita lihat apakah Tuhan Allah akan berkenan kepada-Nya.”

 

Dan ketika Juru Selamat itu menundukkan kepala-Nya di kayu salib itu, Dia percaya kepada Tuhan Allah. Dan menundukkan kepala-Nya Kristus berkata, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

 

Dan kemudian Dia menyerahkan nyawanya. Dia sudah mati. Mereka menurunkan mayat itu dari salib tersebut dan kemudian menguburkan-Nya ke dalam sebuah makam. Dia sudah Mati. Dia sudah mati. Dia sudah mati.

 

Akan tetapi saudara-saudaraku, matahari boleh saja menghilang dari langit, dan terang dunia boleh saja berganti menjadi kegelapan, dan ombak di lautan boleh berhenti pasang dan surut, dan bintang-bintang boleh bertambah tua dan akhirnya padam, dan alam sendiri membuat siksaan bagi dirinya sendiri pada gelombang waktu dan sejarah serta jutaan tahun zaman, akan tetapi Kristus itu tetap saja mati, dan tetap saja berada di dalam kubur itu merupakan hal yang mustahil serta tidak masuk akal, karena Dia percaya kepada Tuhan Allah. “Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

 

Sampai kepada usia yang lanjut sampai kepada kematian, Dia akan membawa kita, mungkin akan mengangkat kita ke dalam pelukan-Nya, mendekap kita dekat dengan jantung-Nya sehingga kita boleh mendapatkan kekuatan untuk menyelesaikan perjalanan kita di dalam hidup ini.

 

Oh, sungguh Tuhan yang ajaib! Allah yang Perkasa! Juru Selamat yang penuh dengan keagungan! Dan Dia milik kita.

 

Dia telah menciptakan kita untuk diri-Nya. Kita bukanlah kepunyaan Iblis, dan Tuhan Allah sedang berusaha mencuri kita darinya. Kita adalah milik Allah, dan dosa serta kematian telah menodai kita serta melukai kita dan membinasakan kita.

 

Marilah datang, marilah kita semua kembali kepada Tuhan. Marilah kita cari pertolongan dan penyembuhan serta kebahagiaan dan harapan di dalam Dia.

 

Sebentar lagi, kita akan berdiri untuk menyanyikan himne permohonan kita. Dan ketika kita berdiri untuk menyanyikannya, berdiri dan turunilah salah satu tangga itu, berjalanlah masuk ke dalam salah satu lorong itu. “Pak Pendeta, pada hari ini saya telah memutuskan untuk ikut dengan Yesus.”