DOA DAN MUJIZAT PENYEMBUHAN

(PRAYER AND THE MIRACLE OF HEALING)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 38:5

04-10-83

 

Ada sebanyak tiga ratus delapan puluh tujuh pemain musik dan empat ribu orang bani Lewi yang menyanyikan lagu-lagu ini, dan saya hanya terheran-heran jika suara itu kedengarannya lebih baik daripada apa yang telah saudara-saudara lakukan pada hari ini. Tuhan memberkatimu, wahai pemain orkestra yang berharga dan paduan suara yang luar biasa.

 

            Adalah suatu kegembiraan untuk menyambut saudara-saudara sekalian yang sedang mengikuti acara kebaktian saat ini melalui siaran radio dan siaran televisi bersama-sama dengan kami. Ini adalah Pendeta yang menyampaikan warta dari rangkaian pengajaran yang terakhir mengenai doa.

 

Judul dari khotbah kita pada hari ini adalah: Doa dan Mujizat Penyembuhan. Nas latar belakang bagi kita dapat dilihat dari dalam ayat yang pertama pasal yang ke tiga puluh delapan kitab Yesaya. Kitab nabi Yesaya, pasal 38: 

 

Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: “Beginilah Firman Tuhan: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.” Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada Tuhan.

Ia berkata: “Ah, Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.

Maka berfirmanlah Tuhan kepada Yesaya:

“Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah Firman Tuhan, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat airmatamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi 

 

Doa dan Mujizat Penyembuhan. Ketika kitamasuk ke dalam iman kepercayaan Kristen, kita memasuki dunia yang penuh dengan mujizat. Alkitab yang saya pegang di dalam tangan saya ini merupakan sebuah buku tentang mujizat – buku yang telah dituliskan lebih dari empat belas abad lamanya oleh lebih dari empat puluh orang, meskipun demikian, kitab itu memiliki sebuah benang merah yang gemilang melalui keseluruhan isi kitab tersebut, yaitu penebusan diri kita. Dan Tuhan Allah yang telah dinyatakan di dalam Alkitab merupakan pekerjaan mujizat Tuhan Allah. Itu merupakan sebuah keajaiban Tuhan yang dinyatakan kepada kita di dalam Firman Kudus.

 

            Demikianlah permulaannya. Oleh fiat, oleh Firman-Nya, Allah menciptakan seluruh isi dari alam semesta. Allah berfirman, “Jadilah Terang.” Maka terang itu jadi. Diciptakan oleh firman Tuhan.

Kisah yang disembunyikan merupakan kisah yang penuh dengan keajaiban. Allah berfirman kepada Abraham, “Engkau akan mendapatkan seorang anak laki-laki, seorang anak yang dijanjikan.” Akan tetapi Abraham sudah berusia seratus tahun dan Sarah, istrinya, sudah berumur sembilan puluh tahun sebelum janji Tuhan itu terjadi. Sungguh sebuah mujizat.

 

            Keseluruhan panggilan dan pesan serta tugas pelayanan dan tugas Musa, hamba Tuhan itu, merupakan keajaiban, mulai dari hari penyelamatan dari tengah-tengah sungai Nil sampai pada panggilan terhadapnya di depan semak belukar yang menyala-nyala tapi tidak hangus terbakar itu sampai kepada wabah-wabah yang menimpa tanah Mesir sampai pada tibanya di padang gurun di bukit Sinai. Itu merupakan sebuah kisah keajaiban yang luar biasa.

 

Kitab Perjanjian Baru dari Yesus Tuhan kita tidak jauh berbeda. Kitab itu dimulai dengan suatu kelahiran yang penuh dengan keajaiban. Tugas pelayanan-Nya belanjut dari satu keajaiban kepada keajaiban yang lainnya, dan memuncak di dalam mujizat yang penuh dengan keagungan pada saat kebangkitan-Nya dari antara orang yang saudah mati.

 

            Kisah Para Rasul merupakan salah satu kisah yang luar biasa dan penuh dengan keajaiban, antara kisah yang satu dengan kisah yang lainnya – tanda-tanda yang menetapkan dari sorga terhadap kebenaran pesan Injil  yang disampaikan kepada bangsa tersebut.

 

Ketika kita hidup dan bergerak serta melihat dan merasakan dan mengerti, kita melihat keberadaan diri kita sendiri di dalam sebuah dunia mujizat. Dapatkah ada yang lebih mengagumkan serta mempesonakan daripada kelahiran seorang bayi? Para ahli  kecil Allah dan tukang-tukang kayu kecil Allah menyusun jiwa serta kehidupan seorang anak kecil yang luar biasa?

 

            Mujizat tentang kebangkitan kembali dari musim semi memuliakan nama Tuhan Allah. Betapa indahnya! Betapa mulianya! Betapa hidup dan ajaib yang datang dari debu tanah! Keajaiban akan musim semi.

 

Sekali waktu, seorang ilmuwan berkata, “Keajaiban alam membuat keajaiban Alkitab seolah-olah keajaiban itu merupakan permainan anak-anak.”

 

Hukum yang mengatur alam semesta kita serta tangan-tangan yang tidak terlihat yang membimbing planet-planet supaya tetap berada pada orbitnya. Tuhan Allah Yang Mahakuasa yang membuat seluruh pengisi angkasa serta menaburinya dengan bintang-bintang sorgawi – Dia adalah Allah yang penuh dengan mujizat.

 

            Kita melihat tangan Allah yang luar biasa di dalam pengalaman pribadi dalam kehidupan setiap bayi yang baru lahir – kembali dalam Yesus. Sama ajaibnya dengan kelahiran kita yang pertama, tidak kurang ajaibnya dengan kelahiran kita yang kedua, ketika kita diciptakan menjadi baru di dalam Kristus Yesus. Kita melihat hal itu secara tegas dan begitu indahnya kadang kala di dalam hidup seseorang yang hidup di dunia ini. Semua penglihatannya serta impian-impiannya versifat keduniawian. Dan Tuhan Allah berbicara kepadanya, dan dia menjadi seorang manusia baru; dia menjadi seorang ciptaan yang baru. Saudara-saudara sekalian hampir-hampir tidak mengenali dia. Dia telah diselamatkan. Dia sudah dilahirkan kembali. 

 

Kita mendapatkan mujizat yang mengagumkan itu di hadirat Tuhan. Semuanya berasal dari Dia, semua yang kita dapatkan, kita memilikinya sekarang. Kita memiliki waktu sekarang ini semuanya karena Yesus. Akan tetapi di seberang lautan di sana di mana Dia diberitakan dalam bahasa-bahasa yang mulai tidak saya kenali, di sana, keseluruhan tentang Yesus tidak kurang dijelaskan, dengan mereka seperti Dia yang bersama-sama dengan kita. Demikianlah mujizat Tuhan yang kita sembah itu.

 

Kita telah diperingatkan dan kita telah dikuatkan di dalam Kitab Suci untuk berseru kepada keperkasaan serta kemahakuasaan gDWe are admonished and encouraged in the Holy Scriptures to call upon the mightiness akan kekuasaan Allah. Di dalam kitab Matius 21, di dalam kitab Markus 9, di dalam kitab Lukas 11, di dalam kitab Yohannes 14 dan 15, Juru Selamat kita menguatkan kita dengan iman kepercayaan untuk meminta kepada Tuhan Allah. Dia mengatakan: “Seperti biji sesawi,” “sama besarnya dengan biji sesawi - jika engkau memiliki iman kepercayaan seperti itu – engkau dapat berkata kepada gunung ini, ‘lemparkanlah dirimu ke dalam laut,’ dan gunung itu akan digerakkan ke dalam lautan tersebut.”

 

            Dia adalah pekerjaan mujizat Tuhan Allah. Dan Dia merasa senang ketika kita meminta hal-hal yang besar dari-Nya. Kita hanya perlu mengingat bahwa mujizat Tuhan tidak pernah merupakan keingintahuan atau untuk hiburan. Di sepanjang tugas pelayanan-Nya, tugas pelayanan Tuhan Yesus, Raja Herodes Antipas, raja dari Galileas dan Perea, ingin melihat pekerjaan mujizat Tuhan Yesus. Dan Pontius Pilatus, di dalam pengadilan terhadap diri-Nya, ketika dia mempelajari bahwa Yesus berasal dari Galilea, kemudian mengirimkan-Nya kepada Herodes. Dan Alkitab berkata bahwa Herodes begitu gembira atas kemungkinan untuk melihat seluruh mujizat yang mampu dilakukan oleh Yesus. Akan tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengucapkan sepatah katapun, tidak pernah menjawab, tidak pernah memberikan tanggapan. Dan di dalam penghinaan serta merendahkan, Herodes Antipas mengirimkan Yesus kembali kepada Pontius Pilatus.

 

Tidak pula mujizat pernah dibuat untuk pemujaan terhadap seorang manusia. Di dalam pasal yang ke dua puluh delapan kitab Kisah Para Rasul, ketika rasul Paulus sedang mengumpulkan ranting-ranting untuk diletakkan di atas api, seekor ular beludak yang berbisa menghujamkan taringnya ke tangan rasul Paulus. Dan para penduduk di pulau itu berdiri untuk melihat ketika dia terjatuh mati. Rasul Paulus hanya mengibaskan ular tersebut ke dalam api dan ia sama sekali tidak menderita sesuatu. Akan tetapi tidak di suatu tempatpun di dalam Alkitab yang pernah mengusulkan bahwa seseorang dengan kemauannya sendiri akan membiarkan seekor ular menggigit dirinya sendiri agar supaya dia dapat mendemonstrasikan iman kepercayaannya. Mujizat dari Tuhan untuk tujuan yang kudus akan suatu penegasan serta pengakuan kebenaran dari Tuhan yang menyelamatkan.

Di dalam kitab 1 raja-raja, di atas bukit Karmel, Elia, nabi Allah itu membungkukkan badannya di hadapan Tuhan dan dia memohon dan memanjatkan doa, “Tuhan, kirimkanlah api; biarkanlah api itu jatuh dari langit sehingga mereka boleh mengetahui bahwa aku ini hamba-Mu. Dan sehingga mereka boleh mengetahui bahwa Engkau adalah Tuhan, Allah bangsa Israel.”

 

            Tanda-tanda penegasan Allah dari sorga menunjukkan Tuhan Yesus, seperti yang dikatakan oleh ayat yang keempat pasal yang pertama dari kitab Roma yang mengatakan – horizo – Dia ditunjukkan sebagai Anak Allah. Tanda-tanda itu, munizat-mujizat yang diberikan-Nya – di dalam pasal yang kedua dari kitab Markus, mereka yang telah menghina Dia, yang mencemooh Dia dan berkata, “Mengapa orang ini berkata bahwa Dia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah?”

 

Kemudian – ini adalah pengutipan yang sebenarnya: Tuhan berkata kepada orang lumpuh itu – lalu kemudian tanda kurung - “(dalam rangka bahwa saudara-saudara boleh mengetahui bahwa Anak Manusia memiliki kuasa di bumi ini untuk mengampuni dosa-dosa), Aku berkata kepadamu, ‘Bangunlah, angkatlah tilammu, berjalanlah dan pulanglah ke rumahmu.’”  Itu adalah tanda-tanda penegasan dari Allah.

 

Mujizat. Adalah sedemikian dengan tanda-tanda serta keajaiban-keajaiban yang dilakukan oleh para rasul. Semuanya itu merupakan tanda-tanda penegasan di dalam dunia penyembah berhala bahwa orang-orang ini merupakan utusan-utusan serta duta-duta besar dari sorga dan bahwa firman yang mereka bawakan adalah mengenai hidup serta kebenaran.

 

            Di dalam kitab 2 Korintus pasal yang ke 12, dari ayatnya yang ke 12, Paulus menyebutkan kenyataan-kenyataan dari seorang rasul yang bekerja di antara orang-orang Kristen di Korintus, tanda-tanda penegasan dari seorang rasul. Para rasul tidak mampu mengadakan mujizat berdasarkan keinginannya sendiri. Mujizat merupakan sebuah tanda-tanda penegasan dari sorga.

 

Kita telah mempelajari dari Alkitab bahwa Timotius, yang merupakan sahabat pena terdekat, rekan kerja terdekat, bekerjasama dengan rasul Paulus – dia sedang sakit selama hidupnya. Dia tidak berdaya. Mengapa Paulus tidak menyembuhkannya? Di dalam pasal yang terakhir dari surat Paulus yang terakhir, dalam kitab 2 Timotius, Paulus berkata, “Trofimus” – rekan kerjanya yang lain - “Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus.” Betapa kejam dan tidak berperasaan yang dilakukan oleh Paulus jika dia mampu menyembuhkannya! Akan tetapi dia tidak mampu menyembuhkannya. Dia tidak memiliki kuasa untuk menyembuhkannya. 

 

            Mujizat itu senantiasa merupakan tanda-tanda penegasan dari sorga apakah itu pada hari-hari Musa, atau pada hari-hari nabi Elia dan kemurtadan itu, atau pada hari-hari ketika Kristus berada di muka bumi ini atau berada pada hari-hari dari para rasul. Mereka itu menegaskan, tanda-tanda penegasan akan kebenaran pesan Injil dari Tuhan Allah.

 

Demikian kita sampai pada mujizat serta penyembuhan kerangka fisik kita. Sakit dan penyakit merupakan pokok pikiran di dalam pembahasan-pembahasan dalam ilmu agama sama banyaknya dengan yang ada di sekolah-sekolah medis serta sekolah-sekolah farmasi. Hal-hal yang berkaiyan dengan sakit dan penyakit dan pada akhirnya kematian yang bersangkutan dengan gereja sama banyaknya dengan kaitannya dengan sekolah kedokteran atau sekolah farmasi.

 

            Yesus bukan hanya pemberita yang agung dan guru yang agung sajaakan tetapi Dia juga merupakan dokter yang agung. Yang terutama dan terakhir, semua penyakit dan semua kematian merupakan hasil dari sifat dasar kita yang terjatuh. Jika kita tidak berbuat dosa, kita tidak akan pernah mengalami sakit dan kita tidak akan pernah mati. Harapan yang indah yang kita lihat di sorga diuraikan di dalam kitab Wahyu pasal yang ke 21, “Dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Itu karena kita penuh dengan dosa dan sifat dasar kita yang terjatuh sehingga kita jatuh ke dalam sakit dan penyakit serta penuaan dan kematian.

 

Kadang kala, sakit itu berkenaan dengan tindakan serta kemauan dan pernyataan dosa kita. Miriam diserang oleh penyakit kusta karena dia berdosa terhadap Allah karena berbisik-bisik terhadap saudara laki-lakinya, Musa. Uzia, raja Yehuda diserang oleh penyakit lepra karena dia masuk ke dalam tempat Tuhan yang kudus dan ingin melakukan apa yang hanya ditugaskan oleh Tuhan untuk dikerjakan oleh para Imam-Nya saja.. Gehazi juga diserang penyakit kusta ketika dia mengikuti Naaman dan berdusta terhadap Namaan dan berkata, “Tuanku Elia telah mengubah pikirannya dan sekarang ingin mendapatkan keuntungan darimu” – semua jenis hadiah yang mahal-mahal yang telah diberikan raja Syria kepada Naaman untuk diberikan kepada nabi di Israel itu untuk kesembuhannya, sementara penyembuhan daripada Tuhan Allah senantiasa gratis. Selalu.

 

Yerobeam yang pertama, menjulurkan tangannya terhadap nabi Allah yang telah diutus Tuhan ke Bethel,di mana di sana telah dibuatkannya patung anak lembu dari emas untuk disembah bangsa itu, untuk membawa mereka pergi dari rumah Tuhan di kota Yerusalem – ketika Yerobeam merupakan orang yang pertama menjulurkan tangannya terhadap nabi itu, tangannya dilayukan dan menjadi kejang.

 

Di dalam kitab Perjanjian Baru, dari dalam pasal yang ke lima dari Kisah Para Rasul, Ananias dan isterinya Safira dibunuh di depan Tuhan. Mereka telah berdusta kepada Roh Kudus, dengan mengatakan bahwa mereka telah memberikan begini dan begitu kepada pekerjaan Tuhan, dan mereka menahan sebagian – sesuatu untuk kita ingat di dalam kepengurusan kita di hadapan Tuhan.

 

Di dalam pasal yang ke dua belas kitab Kisah Para Rasul, tertulis di sana bahwa Herodes Agrippa I mati dimakan cacing-cacing, mati di dalam cara yang sangat menyedihkan karena dia tidak memberi hormat kepada Allah.

 

Dan di dalam pasal yang berikutnya, pasal yang ke tiga belas dari Kisah Para Rasul, Elimas, tukang sihir yang mencari cara untuk menghalang-halangi Sergius Paulus, gubernur pulau Siprus, supaya menjauh dari kebenaran dari Injil – Paulus menatap dia dan memberitahukan kepadanya sesuatu dan dia pun menjadi buta.

 

Kadangkala sakit berkaitan dengan dosa-dosa pibadi kita. Di dalam kitab  1 Korintus pasal yang ke sebelas, Paulus menuliskan perkataan yang paling ganjil. Dia berkata bahwa karena penodaan mereka akan Meja makan Tuhan, Perjamuan Terakhir Tuhan, banyak dari antara mereka yang menjadi tidak berdaya dan sakit-sakitan, dan beberapa orang telah meninggal dunia.

 

Kita semua waspada terhadap epidemi dari penyakit kelamin yang menyebar di seluruh Amerika, beberapa dari antaranya seperti penyakit herpes, yang tidak terobati. Tidak kurangnya kita ketahui dengan kehancuran pikiran serta otak oleh alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang. Kadang kala penyakit kita serta sakitnya kita merupakan akibat dari dosa-dosa kita.

 

Kadang kala kelemahan kita serta ketidakberdayaan kita dan kesakitan kita merupakan akibat dari serangan Iblis. Demikianlah yang terjadi pada Ayub. Dalam rangka untuk memperagakan kepada Tuhan Allah bahwa Ayub melayani Tuhan Allah untuk sebuah balasan, Tuhan Allah memperbolehkan Iblis untuk menyerang Ayub – mengambil segala sesuatu yang dimilikinya dari padanya dan Ayub tetap memuji Tuhan.

           

“Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.”

           

Lalu kemudian Iblis berkata, “Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Izinkanlah aku untuk menyentuhnya maka ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu.”

 

Tuhan berkata, “Jamahlah dia, hanya sayangkan nyawanya.”

 

Dan Iblis menyusahkan Ayub dari atas kepalanya sampai ke telapak kakinya dengan kudis yang membusuk. Dan Ayub duduk di dalam kesengsaraan di tengah-tengah abu dan menjerit mengatakan “Meskipun Dia membunuh aku, aku akan tetap mempercayai-Nya.”

 

Kadang kala kelemahan kita serta kesakitan kita sebagai akibat dari serangan dari Iblis.

 

Di dalam kitab Lukas, telah dikisahkan kepada kita tentang penyembuhan yang dilakukan oleh uhan kepada seorang wanita yang bungkuk, dan wanita itu tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Dan Tuhan, berbicara mengenai wanita itu, mengatakan bahwa wanita itu telah diikat oleh Iblis selama delapan belas tahun. Iblislah yang melakukannya.

 

Di dalam salah satu nas yang paling menggerakkan di dalam Alkitab, di dalam pasal yang kedua belas dari kitab 2 Korintus, rasul Paulus berbicara mengenai kelemahan dalam dirinya. Kita tidak diberitahu kelemahan apa gerangan itu. Ada sebuah penyakit, suatu penyakit, sebuah kelemahan, sebuah ketidakberdayaan di dalam dirinya. Dan dia memohon kepada Tuhan sebanyak tiga kali untuk hal itu dan Tuhan menolaknya. Dan untuk menggambarkan kelemahan itu, Paulus berkata, “Itu adalah utusan dari Iblis yang menhantam aku, yang mengocoh aku, yang melukai aku, yang menyakiti aku” – utusan dari Iblis.

 

Akan tetapi di dalam hidup bangsa Tuhan dan anak-anak Tuhan, ketidakberdayaan kita serta kelemahan-kelemahan kita dipergunakan untuk memuliakan Tuhan kit. Demikianlah yang terjadi di dalam hidup Ayub. Ayub memperbesar nama Tuhan Allah, memuji Dia di dalam sakitnya, di dalam penderitaannya, di dalam kelemahannya dan di dalam ketidakberdayaannya. Tuhan Allah dipermuliakan di dalam sakitnya Ayub.

 

Di dalam kisah dari wanita yang telah diikat oleh Iblis selama delapan belas tahun, ayat yang mengikut setelah penyembuhan itu mengatakan bahwa orang-orang yang berkumpul disekitarnya dan melihat kejadian itu, sehingga mereka memuliakan Tuhan Allah.

 

Dan di dalam salah satu dari peragaan-peragaan keindahan serta kesucian semangat dari orang-orang Kristen yang sejati, Paulus berkata, “Ketika aku meminta penyembuhan akan tubuhku kepada Tuhan, Dia berkata, “Tidak, akan tetapi kuasa-Ku akan cukup untuk mereka.”

 

Kemudian Paulus mendambahkan, “Aku bermegah di dalam kelemahanku, di dalam kebutuhanku, di dalam ketidakberdayaanku. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”

 

Sehingga saudara-saudara boleh menyadari bahwa ini bukanlah suatu pengajaran yang tidak biasa, bahwa di dalam hidup seorang Kristen, sakit dan penyakit serta luka dan penderitaan akan memuliakan Tuhan Allah. Di dalam pasal yang ke sembilan dari kitab Yohannes, Tuhan, berjalan bersama-sama dengan murid-muridnya, melihat seorang pria yang terlahir buta. Ketika dia lahir ke dunia sebagai seorang bayi yang kecil, dia tidak dapat melihat; dia buta. Dan murid-murid itu berpaling kepada Tuhan dan berkata, “Siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau atau kedua orang tuanya hingga ia dilahirkan buta?”

 

Dan Tuhan berkata, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya sehingga dia dilahirkan buta, akan tetapi kemuliaan Tuhan boleh terlihat di dalam dia.” Hal itu memuliakan Tuhan Allah. Sungguh suatu hal yang luarbiasa, sungguh luar biasa ketika seorang Kristen dapat memuliakan Tuhan di dalam sakit, di dalam tekanan, di dalam kebutuhan, di dalam kelemahan!

 

Tuhan mengatakannya tentang Lazarus: “Penyakit itu adalah untuk kemuliaan Tuhan Allah.”

 

Tidak ada perkataan yang lebih tegas dari pada yang diucapkan Tuhan Yesus kepada Simon Petrus di dalam pasal yang ke dua puluh satu dari Injil Yohannes. Tuhan berkata kepada Simon, pemimpin dari murid-murid-Nya itu, “Sesungguhnya ketika engkau masih muda dan kuat dan sehat, engkau mengikat pinggangmu sendiri, mengenakan pakaianmu, dan engkau berjalan ke mana saja kau hendaki. Akan tetapi akan datang hari itu ketika orang lain akan mengikat engkau, dan engkau akan dipaksa untuk menjulurkan kedua tanganmu. Dan mereka akan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki – menandakan bahwa dia akan mati disalibkan dengan kedua tangan yang dibentangkan.”

 

Dan kemudian Yohannes menambahkan perkataan itu, “Tuhan sedang menyatakan kematian, jenis kematian dengan jalan mana dia akan memuliakan Tuhan Allah.”

 

            Tuhan, dapatkan di dalam penderitaan serta di dalam penyaliban dan di dalam rasa sakit yang menyengsarakan kita boleh memuliakan Tuhan Allah? Bolehkah saya sebentar saja memberikan komentar mengenai hal itu?

 

Ketika saya datang melihat saudara-saudara dan ketika saya mengetuk pintu rumah saudara-saudara dan segalanya berjalan sesuai dengan kehendak saudara-saudara – saudara-saudara demikian kuat dan sehat serta makmur dan diberkati. Dan kemudian saudara-saudara mengatakan, “Pak Pendeta, Aku mengurapi Tuhan. Aku memuji nama-Nya. Oh, berkat yang ajaib yang telah dilimpahkan-Nya ke atasku itu.”

 

            Saudara-saudaraku, seorang fasik dapat melakukannya. Ketika segala sesuatunya berjalan seturut dengan keinginannya, dan dia itu kuat dan diberkati serta berkelimpahan, dia dapat memuji Tuhan Allah atau apapun itu yang boleh dia percayai. Orang-orang fasik dapat melakukannya. Anda tahu, sahabat-sahabat yang terkasih, biarkanlah saya datang ke rumah-rumahmu dan mengetuk pintu rumahmu di dalam penderitaan dan kesesakan serta sakit dan penyakit dan luka serta kesengsaraan dan keputusasaan dan kemungkinan dalam kematian. Dan saya mengunjungi rumah-rumah saudara-saudara dan saya melihat saudara-saudara, menundukkan badan disertai dengan air mata dan dalam kesengsaraan serta hati yang hancur – itulah saatnya ketika saya ingin mendengar saudara-saudara mengatakan, “Diberkatilah Tuhan Allah, Dia bersama-sama denganku. Dia tidak pernah meninggalkanku atau meninggalkanku. Melalui setiap tetesan air mata dan pencobaan, melalui setiap dukacita dan sakit hati, Yesus bersama-sama denganku.”

 

Seperti yang dikatakanoleh Pemazmur itu, menerbangkan nyanyian di malam hari, tidak pernah berputus asa, senantiasa percaya bahwa Allah sedang memilih beberapa hal yang lebih baik untuk kita. Saya tidak memiliki pemikiran bahwa saya salah atau keliru di dalam pengakuan bahwa ketika sakit dan penyakit datang ke dalam kehidupan kita, Tuhan Allah juga mendatangi hidup kita. Di manapun terdapat penyakit, Tuhan Allah masuk ke dalam gambaran itu. Hanya Tuhan Allah yang berkuasa menyembuhkan – hanya Tuhan Allah sendiri. Ketika penyakit datang, Tuhan Allah sedang berbicara kepada kita. Tuhan Allah sedang mengatakan sesuatu kepada kita. Hanya Tuhan Allah sendiri yang berkuasa menyembuhkan.

 

Mazmur pasal seratus tiga yang begitu indah:

 

Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!

Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan jangan lupakan segala kebaikan-Nya!

Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu.

 

Tuhan berkata kepada Musa, “Kembalilah dan katakanlah kepada bangsa-Ku nama-Ku adalah “Tuhan Allah yang menyembuhkanmu.” Adalah Tuhan saja yang menyembuhkan kita. Para dokter itu boleh saja mendiagnosa, dan para ahli bedah itu boleh mengoperasi, dan ahli-ahli farmasi itu boleh mengisi resep, akan tetapi Tuhan Allah saja yang dapat menyembuhkan kita. Mereka, sama seperti kita, bergantung pada tangan-tangan penyembuh Tuhan. Tuhan Allah telah menyembuhkan. Dia melakukan penyembuhan. Dia berkuasa menyembuhkan. Dia telah mendirikan penyembuhan di dalam tubuh kita yang melawan terhadap penyakit. Dia menyembuhkan oleh doa dan Dia menyembuhkan dengan pengertian. Dan Dia menyembuhkan oleh karena iman kepercayaan.

 

Dan itu membawa saya kepada bagian yang menyimpulkan dari pembahasan ini, kondisi dari penyembuhan Allah. Yang pertama, doa. Doa. Di dalam nas yang telah saudara-saudara baca dari Pendeta James di gereja induk Yerusalem, “Apakah ada dari antara kamu sekalian yang terganggu? Apakah ada dari antara kamu sekalian yang sakit? Biarkanlah dia berdoa.” Itu selalu menjadi yang pertama.

 

Raja Asa, dalam kitab 2 Tawarikh, telah berbuat berdosa bukan karena dia mencari dokter, akan tetapi karena pertama-tama dia tidak mencari Tuhan. Yang pertama, kita harus berdoa. Itu selalu menjadi yang pertama. “Tuhan, Tuhan” – dan kemudian berbicara kepada Allah mengenai penyakit atau beban atau sakit hati atau kesengsaraan. Pertama-tama, bicaralah kepada Tuhan Allah.

 

Syarat penyembuhan Allah: iman kepercayaan, kadang-kadang iman kepercayaan orang lain. Di dalam pasal yang kedua dari kitab Markus, ketika dia memulai tugas pelayanan Tuhan kita, ada empat orang yang membuka atap yang di atas-Nya dan menurunkan orang lumpuh ini ke bawah ke hadapan Yesus. Dan Kitab Suci mengatakan – apakah saudara-saudara ingat? - “dan ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”

 

            Di dalam nas yang telah kita baca dari Pendeta James, “Panggillah para penatua gereja itu dan biarkanlah mereka berdoa untuk orang-orang yang sakit dalam iman” – iman orang lain.

 

Kemudian juga iman pribadi. Yesus berkata kepada orang buta itu, “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” 

 

Dan dia berkata, “Ya, Tuhan, aku percaya.” 

            Dan Tuhan berkata, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” 

 

Dan matanya terbuka dan dia dapat melihat. 

 

Minggu yang lalu, saya mendengar seorang ilmuwan kedokteran yang terpelajar berbicara melalui siaran radio berkaitan dengan penyakit kanker. Dan saya merasa diliputi mendengar dia berkata bahwa separuh pengobatan untuk pasien penderita penyakit kanker terdapat di dalam jiwa dari dalam diri penderita. Jika dia berputus asa dan menyerah, dia pasti akan mati. Akan tetapi apabila dia percaya dan memiliki kekuatan serta semangat di dalam dirinya, kemungkinan besar dia akan mendapatkan kesembuhan. Bukankah itu merupakan suatu penegasan yang mengagumkan dari Firman Tuhan? “Menurut imanmu, jadilah kepadamu.”

 

Penyembuhan. Dan kemudian yang terakhir ini: Tuhan Allah menyembuhkan dengan pengertian. Di dalam nas dari kitab Yesaya ini, bagian pertama yang telah saya bacakan, begitu agung, “Kembalilah engkau,” demikian kata Tuhan kepada Yesaya, “dan beritahukanlah kepada Hizkia, raja yang baik itu, ‘Aku telah mendengar doamu; Aku telah melihat air matamu, dan telah Kutambahkan lima belas tahun kepada hidupmu.’”

 

            Akan tetapi ketika saya sampai pada bagian akhir dari pasal tersebut, demikianlah dikatakan di sana, “Kemudian berkatalah Yesaya, ‘Baiklah diambil sebuah kue ara dan di taruh ke barah itu, supaya sembuh.’” Baiklah, sekarang, bukankah itu ganjil? Penyembuhan datang dari Tuhan Allah. Meskipun Allah berkata kepada Yesaya, “Supaya Hizkia dapat disembuhkan, engkau buatlah kue ara dan taruhlah di atas luka itu sehingga dia boleh disembuhkan.”

 

Di dalam pasal yang ke dua puluh satu kitab 1 raja-raja, saya mempelajari bahwa itu merupakan hari yang ketiga ketika Hizkia bangun dan pergi ke rumah Tuhan. Allah memakai pengertian.

 

            Di dalam pasal yang kesepuluh dari injil Lukas, orang Samaria yang baik hati itu – pengelana dan pelancong yang kurang beruntung ini, jatuh ke tangan penyamun-penyamun dan pergi meninggalkannya setengah mati, akan tetapi orang Samaria yang murah hati itu menaikkannya ke atas keledai tunggangannya dan membawanya ke tempat penginapan. Dikatakan bahwa dia membalut luka-lukanya sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Alkohol di dalam anggur itu merupakan zat antiseptik dan miyak itu merupakan balsem penyembuh.

 

Arti. Timotius sedang sakit dam tidak berdaya sepanjang hidupnya. Dia adalah seorang yang berpantang alkohol. Dia tidak akan menyentuh alkohol, maka Paulus menulis kepadanya, “Minumlah sedikit anggur demi kesembuhan perutmu.” Arti, Doa. Dan iman kepercayaan.