BERJALAN DI JALAN TUHAN KITA

(WALKING IN THE WAY OF OUR LORD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 30:21

11-02-75

 

 

Memuji dan memuliakan nama Tuhan bersama-sama dengan kami dalam orkestra dan paduan suara serta majelis. Kami menyambut saudara-saudara sekalian melalui siaran radio dan televisi. Ini adalah pendeta dari Gereja Baptis Pertama di kota Dallas, yang menyampaikan warta yang diberi judul: Berjalan di Jalan Tuhan Kita

 

Di dalam pemberitaan kami melalui kitab Yesaya, kita telah sampai dengan pasal yang ke 30, dan dimulai dari ayatnya yang ke 18 merupakan salah satu nubuat yang paling indah serta yang paling berharga di dalam Alkitab. Kitab Yesaya 30, ayat 18 sampai dengan ayat yang ke 21:

 

“Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!

Sungguh, hai bangsa di Sion yang diam di Yerusalem, engkau tidak akan terus menangis. Tentulah Tuhan akan mengasihani engkau, apabila engkau berseru-seru; pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab.

Dan walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia,

Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,” entah kamu menganan atau mengiri

 

Sebenarnya, penggenapan nubuat berada di hari-hari seribu tahun, pada saat penyempurnaan zaman, ketika Tuhan sendiri akan terlihat oleh kita. Di dalam pelajaran saya, saya menemukan terjemahan-terjemahan dari nubuat ini yang menulsikan kata “pengajar” dengan huruf kapital serta di dalam bentuk tunggal.

 

Tuhan kita akan berjalan seperti seorang gembala yang menggembalakan domba-domba-Nya, dan kita akan melihat Dia, dan suara-Nya akan membimbing kita ketika kita akan melakukan kesalahan ke sebelah kanan atau mengembara ke sebelah kiri. Penghabisannya, saya akan mengira, penggenapan nubuat berada pada penyempurnaan zaman, di dalam pemerintahan seribu tahun Tuhan kita.

 

Akan tetapi sekarang, hal itu memiliki keterkaitan bagi kita, sebagaimana halnya hal itu berkaitan  dengan Yesaya serta bagi orang-orang dari zamannya kepada sia[pa nubuat itu ditujukan. Nubuat itu mengatakan, pada hari-hari ini Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, dan Pengajar-pengajarmu tidak dikenali. Morim, pemimpin-pemimpin dan gembala-gembala dan pengajar-pengajar yang beriman dan setia, yang berbicara kepada orang-orang itu – mereka akan menyembunyikan diri. Mereka tidak diterima, mereka tidak didengarkan. Mereka tidaklah dikenali lagi.

Akan tetapi hari itu sudah datang sekarang ketika pengajar-pengajarmu sudah terlihat. Engkau dapat melihat mereka dan ada suara Tuhan di dalam suara mereka. “Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,” entah kamu menganan atau mengiri.”

 

Ketika saya mencari cara untuk menjelaskan lebih mendalam lagi tentang bagian ayat itu, terdapat penyebutan ganda di dalam suara di dalamnya. Suara dari pengajar, gembala yang rajin beribadah,bapa dan ibu yang setia, pendeta yang bersungguh-sungguh, suara dari hamba-hamba Tuhan yang memohon bersama-sama dengan kita.

 

Dan juga memiliki suatu penyebutan terhadap suara Tuhan yang berbicara di dalam hati kita. Engkau akan mendengar suara-Nya yang berkata, “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,”

 

Juga memiliki penyebutan ganda ketika Tuhan, di dalam suara pengajar dan di dalam suara kesedihan dan permohonan-Nya sendiri, berbicara kepada kita secara langsung dan kemudian berbicara kepada persekutuan orang-orang kudus, kumpulan anak-anak Tuhan di dalam gereja.

 

Oleh karenanya, marilah kita mengikutinya ketika Kitab Suci itu membuka harta karunnya yang tidak ternilai kepada kita.

 

Suara dari pengajar, dari orangtua yang beribadah, dari pendeta yang setia dan bersungguh-sungguh, dari gembala ketika dia memohon dan ketika dia berkata, “Berbaliklah. Inilah jalannya, berjalanlah melaluinya.” 

 

Saya memakai kata “berbaliklah” karena nubuat itu berkata, “Telingamu akan mendengarperkataan ini dari belakangmu, ‘Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.’” Jadi, punggung pengembara itu menghadap kepada Tuhan. Punggungnya menghadap kepada darah perjanjian itu. Punggungnya menghadap kearah kemurahan dan kasih karunia Tuhan. Punggungnya menghadap kepada pekerjaan pembaharuan Roh Kudus. Punggungnya menghadap kepada kekudusan serta kebahagiaan serta kepada srga. Punggungnya mengahadap kepada Tuhan.

 

Jadi, ketika Tuhan berbicara, Dia berbicara dari belakang, meminta supaya dia berbalik. Nah, kadang kala pengembara itu akan mengarah ke kanan dan kadang kala dia akan berbelok ke kiri, akan tetapi dia tidak pernah memalingkan wajahnya menghadap kepada wajah Tuhan. Dia telah memberikan dirinya sendiri kepada sebuah penyangkalan terhadap penawaran-penawaran dari kemurahan serta kasih karunia Tuhan. Jadi Tuhan berbicara kepadanya dari arah belakang: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” 

 

Ketika kita tergoda untuk berbelok ke arah kanan – ada dosa-dosa tangan kanan. Ada dosa-dosa kehormatan. Mengapa, orang itu akan terperanjat sehingga dia akan memandikan tangannya di dalam darah manusia, sehingga dia akan menjadi seorang pembunuh, bahwa dia dalam kebijaksanaan apapun cenderung akan melakukan kekerasan, bahwa dia akan menjadi seorang perampok bank, atau seorang pemabuk yang tidak bermoral. Dosa-dosanya adalah dosa-dosa akan kehormatan. Mereka adalah dosa-dosa kebenaran diri. Mereka adalah dosa-dosa berbudaya dan dapat berterima, yaitu dosa-dosa tangan kanan.

 

Tentu saja, ada dosa-dosa sebelah kiri. Dosa-dosa tangan kiri, dosa-dosa kemanusiaan, dosa-dosa akan seksual dan gairah serta nafsu birahi, dan semuanya yang digambarkan di hadapan kita oleh mereka yang memasuki sebuah dunia yang penuh dengan daun ganja dan asam serta hidup jasmaniah yang begitu penuh dengan kesurman serta kemersotan.

 

Akan tetapi apakah itu akan menjadi dosan sebelah kanan – yang terhormat – ata dosa sebelah kiri – dalam nafsu birahi serta kegelapan – senantiasa di belakangnya ada suara itu, diekspresikan di dalam seorang bapa atau seorang ibu yang beriman, diekspresikan di dalam seorang pendeta yang memegang teguh kesetiaannya, diekspresikan di dalam seorang pengajar yang beriman atau gembala yang beriman: “Berbaliklah, kembalilah. Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya. Bukan dengan jalan di mana punggungmu yang mengahdap kepada Tuhan. Akan tetapi, berbaliklah, Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Dan suara permohonan yang bersedih itu meningkat ketika engembara itu brjalan menjauh dan semakin menjauh dari Tuhan.

 

Nah, nubuat itu berkata, bukan hanya suara itu adalah suara dari pengajar, suara dari orang tua yang beriman atau suara dari pendeta yang setia akan tetapi suara itu merupakan suara bagian dalam Tuhan yang memohon kepada kita: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.”

 

Seperti yang saudara-saudara  lihat, Tuhan Allah dapat berbicara pada hati seorang manusia. Saya hanya dapat berbicara ke telinga mereka, kerangka fisiknya itu. Akan tetapi Tuhan dapat berbicara kepada jiwa. Bukankah itu suatu hal uyang luar biasa dan ajaib? Tuhan berbicara kepada kita di dalam hati kita dan suara-Nya terdengar di dalam jiwa-jiwa kita.

 

Tidak ada satupun yang lebih menyingkapkan tentang Tuhan daripada Elia yang berdiri di depan gua di Gunung Sinai, yang melarikan diri dari tempatnya berjaga, tempat kenabiannya di Israel, merasa takut kepada raja dan ratu itu.

 

Dan ketika dia berdiri di sana, di depan gua di Gunung Horeb, datanglah ke depan dia, melintaslah dari hadapannya sebuah badai yang begitu kuat dan kilat menyambar dan guruh menggemuruh dan gunung itu sendiri bergetar. Akan tetapi Tuhan tidak berada di dalam badai itu.

 

Lalu kemudian terjadi gempa bumi yang kuat yang yang membelah gunung itu menjadi dua, yang menghancurkan batu-batu itu menjadi hancur berkeping-keping. Tuhan Allah tidak berada di dalam batu-batuan yang terbelah itu atau di dalam gempa bumi yang menggoyahkan bumi. 

 

Lalu kemudian ada api yang menyala-nyala, api yang menghanguskan. Tuhan tidak berada di dalam api itu. Lalu kemudian ada suara kecil yang tenang. Dan Elia menutupi wajahnya dengan mantelnya dan membungkukkan badannya di hadirat Tuhan Yang agung, dengan wajahnya menghadap ke tanah.

 

Tuhan berada di dalam suara kecil yang tenang itu. Dan Dia berbicara kepada kita seperti itu. Dia berbicara kepada kita di dalam hati kita. Dan hadirat-Nya serta ucapan-Nya dan suara-Nya adalah universal, berada di mana-mana.

 

Pada suatu waktu saya berada di Florida ketika musim dingin tiba. Di tengah-tengah negara bagian itu, ada ribuan mil persegi tanaman bunga anggrek yang berwarna oranye di sekeliling saya, dan seluruhnya dalam keadaan mekar sempurna. Bumi dipenuhi dengan keharuman serta aroma dari ribuan pokok dan kuntum bunga itu.

 

Ketika saudara-saudara  berjalan ke ujung jalan, aroma itu masih tetap berada di sana. Ketika saudara-saudara  masuk ke dalam sebuah ruangan, ketika saudara-saudara  berbaring di malam hari, ketika saudara-saudara  sedang bersantap di neja makan. Bau harum itu ada di antara rambut saudara-saudara, melekat di pakaian saudara-saudara, keharumannya berada di mana-mana. Jika seseorang menyukai aroma tersebut, keharuman itu, ah, rasanya seperti di sorga. Saya dapat membayangkan bagaimana jadinya jika seseorang tidak menyukainya. Keharuman itu ada di mana-mana.

 

Demikianlah juga dengan suara Tuhan yang berbicara kepada kita di dalam hati kita. Kemanapun saudara-saudara sekalian melangkah, disanalah suara itu menemukan saudara-saudara sekalian dan di sanalah saudara-saudara akan mendengarnya, Tuhan sedang berbicara kepada kita di dalam hati kita.

 

Anak durhaka di negeri yang jauh tidak dapat beristirahat. Ketika dia naik ke tempat tidurnya di malam hari, di sana dia mendengar suara di dalam jiwanya.

 

Dan bukan hanya kita tidak menemukan diri kita sendiri mampu untuk melarikan diri darinya kemanapun kita berpaling, akan tetapi, apapun yang kita lakukan, di sanalah kita mendengarkannya kembali. Kita dapat mencoba menenggelamkan suara itu di dalam kegirangan serta di dalam pesta-pesta yang bergembira, akan tetapi suara itu tetap berada di sana. Semakin banyak jumlah tempat penghiburan yang kita kunjungi, semakin sedikit kita terhiburkan. Semakin banyak jumlah kesenangan yang kita inginkan, semakin sedikit kita terhiburkan.

 

Tuhan sedang berbicara kepada kita, memohon dengan kita di dalam hati kita: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Berbicara kepada kita dari arah dalam, dan pada akhirnya, kita akan berkata di dalam keputusasaan: “Aku akan menghilangkan suara itu. Aku akan mencekiknya. Aku akan mematikannya. Aku akan menyalibkannya.” Akan tetapi saudara-saudara  akan tetap mendengarnya. Suara itu berada di dalam hati saudara-saudara. Suara itu berada di dalam jiwa saudara-saudara. Suara itu adalah suara Tuhan yang memohon: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.”

 

Pada suatu ketika saya datang ke gereja ini dan mendengarkan paduan suara itu, dan ketika mereka menyanyikan sebuah lagu, saya menjalani hidup ini kembali. Seperti yang saudara-saudara  lihat, hal itu dimulai begitu menyedihkan dengan kesedihan yang sedemikian rupa, lagu pendek untuk Tuhan dan lagu itu berlalu seperti ini, begitu hening:

 

Dan aku berkata, “Itu tidak ada.”

Kemudian aku berkata, “Aku akan mengganti setelannya.”

Kemudian aku berkata, “Aku akan merebutnya.” 

Aku akan mematikannya. Aku akan memakukannya pada sebatang kayu.”

Dan aku berkata, “demikianlah itu.”

Dan ketika aku menjauh,

Menjalani jalanku,

Aku mendengar suara itu kembali. 

Aku tidak dapat meloloskan diri. 

Aku tidak dapat melarikan diri. 

 

Kemanapun saya berbalik dan apapun yang saya lakukan, di sana suara Tuhan berbicara kepada hatiku.

 

“Kemana aku harus melarikan diri dari hadirat-Mu? Dan kemana aku harus pergi dari Roh-Mu? . . .  Seandainya aku mengambil sayap-sayap pagi dan melarikan diri ke ujung dunia, di sana aku juga menemukan Engkau dan tangan kanan-Mu. Seandainya aku berkata, “Pastilah kegelapan malam akan menyelimuti aku,” bahkan kegelapan malam bagai terang kepada-Mu.” 

 

Suara itu senantiasa ada di dalam hatiku: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya. Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Ketika saya mencari cara untuk berbelok ke sebelah kanan atau ke sebelah kiri, suara itu senantiasa ada di dalam hatiku: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.”

 

Bukan hanya suatu suara yang terdengar dari pengajar, orang tua dan pendeta yang beriman, dan bukan hanya itu merupakan suara dari Tuhan yang sedang berbicara ke dalam hati kita, suara itu juga ditujukan kepada kita secara individu, kepada saudara-saudara sekalian di dalam hatimu dan kedalam hidupmu, kepada kita di dalam hati dan hidup kita.

 

Bukankah itu merupakan hal yang luar biasa? Lihatlah bagaimana Tuhan melakukannya: ini adalah seseorang yang berpesiar menjalani jalan yang dipilihnya sendiri. “Ada sebuah jalan yang kelihatannya baik untuk seorang manusia, akan tetapi akhir daripadanya adalah jalan-jalan kematian.” Dan dia menyukainya. Dan itu menjadi hal yang menyenangkan baginya. Dan dia mengikutinya. 

 

Atau ini adalah seseorang yang secara menentukan telah memberikan hatinya kepadanya. Dia merebut dan menekankan serta mencengkeramkan kutukan seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang akan dinilai daripada suatu bencana yang harus ditakuti. Dan dia berjalan menjalani jalannya sendiri, hidup yang telah dipilihnya sendiri. Dan Tuhan berkata kepadanya. Sungguh tidak terbatas keagungan! Sungguh tidak berbatas harganya! Dan Tuhan berkata kepadanya: “Lihatlah, inilah jalannya. Bukan yang itu. Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.”

 

Oh, kemurahan serta kebaikan Tuhan bagi kita semua! Dia bukan hanya memberikan sesuatu kepada kita untuk didengarkan, akan tetapi Dia menganugerahkan sepasang telinga bagi kita untuk mendengarnya. Dia bukan hanya membagikan makanan bagi kita, Dia menganugerahkan selera bagi kita untuk menikmatinya. Dia bukan hanya memperlengkapi pakaian, akan tetapi Dia juga memberikan perasaan akan ketelanjangan serta kebutuhan sehingga kita mengenakan kebenaran akan uhan. Dia bukan hanya berbicara kepada kita sehingga kita berjalan di jalan itu, akan tetapi Dia juga memberikan kaki bagi kita untuk mengikutinya.

 

“Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’” 

 

Apakah saudara-saudara  memperhatikan bagaimana spesifiknya serta bagaimana sederhananya Tuhan ketika Dia berbicara kepada kita? “Inilah jalan.” Dapatkah hal seperti itu akan menjadi untuk kita bahwa masing-masing kita amendapatkan satu tugas, satu jalan, jalan yang telah dipilihkan Tuhan bagi kita?

 

Saya pikir juga demikian. Saya juga merasa yakin. Saya percaya demikian. Ada suatu jalan yang telah dipilihkan Tuhan bagi saudara-saudara sekalian. “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Ada satu tugas untuk masing-masing kita. Ada rencana surgawi yang agung untuk masing-masing kita. Dan saudara-saudara  akan mendengarkanya di dalam suara saudara-saudara  dan di dalam hati saudara-saudara  serta melalui kedua telinga saudara-saudara  dan did alam jiwa saudara-saudara. “Ini adalah kehendak Tuhan untuk saudara-saudara. Ini adalah jalan Tuhan bagi saudara-saudara. Berjalanlah mengikutinya.” Dan tidak ada kepenuhan hidup yang begitu menghargai serta begitu agung seperti ketika kita mendengarkan suara Tuhan dan mengikut di jalan-Nya serta kehendak-Nya.

 

Tak terkira jumlah pemuda yang telah mendatangi saya dan berkata, “Bagaimana saya dapat mengetahui kehendak Tuhan? Bagaimana saya dapat mengetahuinya? Ada begitu banyak alternatif di hadapan saya, bagaimana saya mengetahui kehendak Tuhan untuk saya?”

 

Dan saya selalu menjawab di dalam jalan yang sama, “Tuhan dapat berbicara kepadamu sama datarnya dengan saya berbicara kepadamu. Apabila Tuhan tidak dapat berbicara kepadamu danapabila Tuhan tidak dapat mengatakannya kepadamu, tidak ada Tuhan dan hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Akan tetapi apabila kamu mau mendengarkan, akan ada suara Tuhan di dalam hatimu yang mengatakan, ‘Inilah jalan.’” Dan apabila tedapat di dalam diri kita keinginan luar biasa untuk menanggapinya, setiap langkah dari perantau lebih manis daripada yang satu sebelumnya.

 

Bukan hanya permohonan itu ditujukan kepada kita secara individu saja - “Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’” Suara itu juga ditujukan kepada persekutuan orang-orang kudus, kepada bangsa Tuhan, kepada gereja, kepada persekutuan terhadap TuhanYesus Kristus.

 

Dan sungguh ajaib. Sungguh sebuah mujizat. “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” Dan saya mulai berjalan di jalan Tuhan. Dan ketika saya berjalan, saya berpaling dan melihat: kita semua berjalan di jalan yang sama, mengarah ke arah yang sama, mengasihi Tuhan yang sama, mendengarkan kepada perintah yang sama. Sungguh sesuatu yang luar biasa!

 

Terkadang ketika saya sedang duduk di atas mimbar ini, saya telah merasakan Roh Allah di dalam sidang jemaat kita begit mendalam sampai saya menundukkan kepala saya dan menangis, hati saya berlari melalui kesempurnaan hadirat Allah di dalam berkumpulnya bangsa-Nya. Dan kadang-kadang saya biasa terheran-heran, “Tuhan, bagaimana bisa kebenaran itu begitu menyedihkan, begitu setia, kebenaran surgawi, bagaimana bisa, Tuhan?”

  

Lalu kemudian saya mulai memahaminya. Ketika saudara-saudara membawa serta Roh Allah di dalam hati saudara-saudara, semua di sekitar saudara-saudara  adalah sebuah lingkaran kasih dan doa serta syafaat kecil. Dan ketika saudara-saudara  membawa Roh Allah bersama-sama dengan saudara-saudara, semua yang ada di sekliling saudara-saudara  adalah aura dari sorga. Dan ketika saudara-saudara  membawa Roh Allah, di sekitar saudara-saudara  ada perasaan tertarik serta syafaat yang paling kuat. Dan saudara-saudara  meletakkan kita bersama-sama, membawa Roh itu bersama-sama dengan kita di dalam hati kita, semua dari kita mengasihi Tuhan, kita semua mengarah ke arah yang sama – demikianlah yang saya rasakan.

 

Dan kadang kala hal itu begitu menaklukkan sehingga hati saya terseret arus. Inilah jalan itu, dan kita semua berada di dalamnya, bersama-sama pergi ke arah yang sama, mencintai Tuhan yang sama, mematuhi Tuan yang sama, mengikuti Gembala yang sama.

 

Bukankah demikian Pentakosta itu? Mereka semua dengan satu keserasian di dalam satu tempat, dan Roh Allah turun ke bawah. Bukankah itu kemenangan Gideon? Bersama-sama mereka memecahkan buyung-buyung itu? Bersama-sama mereka memgang cahaya itu. Bersama-sama mereka meniupkan sangkakala itu. Bersama-sama mereka meneriakkan seruan itu: “Pedang dari Allah dan dari Gideon.”

 

Kekuasaan Tuhan dilimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti bersama-sama di dalam jalan Tuhan. Lembaran-lembaran itu bersama-sama membentuk sebuah buku. Buku-buku itu secara bersama-sama membuat sebuah perpustakaan. Pepohonan itu bersama-sama menjadikan sebuah hutan. Tetesan-tetesan air bersama-sama menjadikan sebuah samudera yang perkasa. Warga-warga negara secara bersama-sama menjadikan sebuah negara. Dan orang-orang Kristen secara bersama-sama membentuk sebuah gereja yang luar biasa, dan doa-doa mereka secara bersama-sama merupakan kerajaan Tuhan Allah di dalam hati manusia.

 

Pemberitaan itu adalah iman. Menjalankannya adalah menjalaninya. Dan doa adalah berkat indah akan hadirat Tuhan di tengah-tengah kita.

 

“Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,’”