UNDANGAN YANG AGUNG

(The Great Invitation)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yesaya 1:18

03-09-75

 

 

Ketika kelompok paduan suara bersama-sama dengan orkestra bernyanyi serta memainkan lagu itu, saya dapat melihat Elia yang berlari di depan kereta kuda raja Ahab, karena terdapat sebuah suara akan berkelimpahannya hujan. O, betapa mulianya!

 

Melalui radio demikian juga dengan televisi, saudara-saudara sekalian sedang bersama-sama dengan kami untuk mengikuti kebaktian Gereja Baptis Pertama di kota Dallas. Ini adalah Pendeta, yang menyampaikan warta yang diberi judul: Permintaan Yang Agung. Warta ini akan menjadi warta yang keempat dari kitab Yesaya. Nas dari warta ini diambil dari Yesaya 1:18:

 

“Marilah, baiklah kita beperkara! – Firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

 

Ketika saya membuka kitab ini, saya membuka sebuah Alkitab yang dipenuhi that is ajakan-ajakan yang agung. Di dalam kitab Keluaran, Musa berdiri di tengah-tengah perkemahan seraya berteriak dan mengatakan, “Siapa yang berada pada pihak Tuhan?  Biarkanlah dia maju ke depan dan berdiri di samping saya.”

 

Di dalam kitab Yesaya, nabi yang sama ini menuliskan Firman dari Tuhan:

 

“Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah juga anggur dan susu tanpa bayaran!

Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! … . 

 

Ketika saya membalikkan halaman kitab itu kepada pasal yang ketiga puluh tiga dari kitab Yehezkiel:

 

“Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!

Mengapakah kamu akan mati… ? 

 

Ketika Kayu salib yang merah itu begitu dekat, mengapa, oh mengapa kamu akan mati?

 

Ketika saya membalikkan halaman kitab itu kepada pasal yang kesebelas dari kitab Matius, adalah gambaran dari permohonan Kristus:

 

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” 

 

Saya mendengar suara Yesus mengatakan,

 

Datanglah kepadaku dan menjadi lega.

Baringkanlah rasa letih itu.

Baringkanlah kepalamu di atas dada-Ku.

Aku datang kepada Yesus sebagaimana aku ini adanya,

Letih dan lesu serta bersedih.

Di dalam-Nya kutemukan tempat yang lega,

Dan Dia telah membuatku bergembira.

 

Saya membalikkan halaman demi halaman Kitab itu dan sampai pada pasal yang pertama dari Kitab Yohannes. Dan Filipus berkata kepada Nataniel, “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” Dan, Nataniel menjawab, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” Dan, Filipus menjawab, “Mari dan lihatlah!” “Oh, rasakan dan lihatlah bahwa Tuhan itu baik.”

 

Saya membalik-balikkan halaman Kitab itu dan sampai pada pasal yang kelima dari Surat yang kedua kepada jemaat Korintus. Dan, rasul Paulus menuliskan:

 

“Karena kita adalah utusan-utusan untuk Tuhan Allah, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”

 

Saya membalik-balikkan halaman Kitab itu dan sampai pada pasal yang terakhir dari pasal klimastis, dan Wahyu itu diakhiri dengan ajakan yang telah kita baca pada hari ini:

“Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuam-Cuma!” 

 

Akan tetapi, yang paling agung dari seluruh ajakan itu di dalam arti pentingnya serta di dalam perjanjian serta gembaran yang luar biasa itu adalah yang menjadi nas saya:

“Marilah, baiklah kita beperkara! – Firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

 

Apakah yang menjadi hal yang baik tentang dari nas tersebut? Demikianlah jawabannya: Bahwa Tuhan Allah akan merendahkan diri, akan berkenan untuk berdebat dengan seorang manusia; bahwa Tuhan Allah akan beperkara dengan manusia yang telah diciptakan-Nya. 

“Marilah, baiklah kita beperkara! Demikianlah Firman Tuhan, karena, kamu lihat, agama dan penyingkapan bukanlah tidak logis dan irasional. Keduanya tidak bodoh ataupun bersifat sihir. Tetapi, agama yag datang daripada Tuhan Allah, iman kepercayaan kepada Yesus Kristus, penyingkapan oleh Kitab tersebut, tentang segala hal, secara rasional dan beralasan serta benar.

 

“Marilah, baiklah kita beperkara! Demikianlah Firman Tuhan. Tidak ada sesuatu apapun yang lebih meyakinkan atau lebih kuat daripada pondasi moral kepada mana Tuhan Allah telah katakan kepada manusia di dalam Firman-Nya.

 

“Marilah, baiklah kita beperkara! Demikianlah Firman Tuhan. Di zaman Romawi dulu, ada seorang pria yang bernama Felix. Pria itu menikahi seorang wanita pezinah yang bernama Drusilla. Dan, di dalam pemeliharaan Tuhan Allah yang ganjil, dalam pasal yang ke dua puluh empat dari kitab Kisah Para Rasul, Paulus, seorang pemberita Tuhan, di bawa ke hadapan Felix. Oleh salah satu pasang surutnya kebiasan aneh akan waktu, dia diangkat menjadi seorang kuasa dari wilayah Yudea yang termasuk sebagai sebuah propinsi oleh dewan senat Romawi.

 

Tacitus, ahli sejarah Romawi itu, menggambarkan Felix sebagai seorang yang tamak dan ganas dan berfikiran kotor dan jahat serta tidak bermoral. Jadi, ketika dia mengundang Paulus untuk berdiri di hadapannya, saya akan menduga bahwa dia telah berfikir bahwa dia akan dihibur selama satu jam: suatu agama aneh jauh berasal dari Timur dan hanya dipahami oleh kalangan tertentu saja. Akan tetapi, Alkitab berkata bahwa, ketika Paulus berdiri di hadapannya, Paulus beralasan tentang keadilan, kesederhanaan serta hukuman yang akan datang suatu hari nanti. Dan, Kitab Suci memberikan komentar: “Dan ketika Paulus mengucapkan Firman Tuhan yang layak, yang rasional, yang benar, yang mendirikan moral ini, Felix yang satu itu gemetar.”  Dari semua hal yang benar dan rasional dan pantas, maka agama dari Tuhan Allah-lah yang paling dari semuanya.

 

Ada seorang atheis dan pemuja berhala yang sangat terkenal yang hilir mudik di negeri ini untuk menjadi juru bicara dari para kaum kafir Amerika. Nama wanita itu adalah Madaleine Murray O'Hair. Saya mengutip dari ucapannya secara harfiah, persis sebagaimana dia mengatakannya: “Saya akan tidur dengan setiap pria yang menjanjikan di mana saja, setiap saat saya merasa senang." Demikianlah atheisme.

 

Sebaliknya, agama dari Tuhan Allah serta iman kepercayaan tentang Yesus Kristus secara moral dikondisikan dan secara layak dan secara adil dan secara benar dipertahankan. Tuhan Allah berfirman, “Janganlah engkau melakukan perzinahan,” dan Tuhan Allah memberukan dasar pemikiran di belakangnya. Adalah merupakan suatu dosa yang menghancurkan sebuah rumah tangga, menghancurkan perkawinan, menjadikan anak-anak menjadi anak-anak yatim. Adalah dosa yang berada di balik yang lainnya yang mengusir dan menghancurkan serta menceraiberaikan jiwa manusia dan kehidupan pribadi.

 

Demikianlah agama dari Tuhan Allah. Bukan tidak logis, bukannya bodoh, bukan perbuatan sihir, akan tetapi secara rasional dan sepantasnya. Dan, Tuhan Allah memanggil sebagai saksi terhadap iman-Nya yang sepantasnya surga dan bumi, bukan perjanjian dan pelanggaran dan kontrak hukum, bahkan bukan konvensi secara kongregasi dan kelompok-kelompok agama serta badan legislati denominasi. Tetapi, Tuhan Allah memanggil sebagai saksi terhadap surga dan bumi: yaitu pondasi moral alam semesta yang agung.

 

Di dalam bagian ayat di sini, keluar dari mana saya memberikan khotbah, Tuhan Allah berfirman bahwa merupakan kebodohan bagi seorang manusia meninggalkan Tuhan Allah dari kehidupannya. Dia memberikan sebuah ilustrasi: adalah kebodohan belaka diluarnya dari seekor lembu jantan atau dari seekor keledai.

 

Dengarkanlah, oh langit, dan dekatkanlah telinga, oh bumi; karena Tuhan telah berkata, Aku telah menumbuhkan dan memelihara anak-anak, dan mereka telah memberontak menentang Aku. 

Lembu jantan mengenali pemiliknya, akan tetapi bangsa Israel tidak mengenalinya, bangsa-Ku tidak mempertimbangkannya. Mereka tidak berfikir. 

 

Di dalam pasal yang kelima dari nubuat yang sama ini, nabi Yesaya, berbicara untuk Tuhan dengan mengatakan, “Oleh sebab itu bangsaku di bawa ke dalam pembuangan, karena mereka tidak memiliki suatu pengetahuan.” Izinkanlah saya menterjemahkannya dengan pendek saja: “karena mereka tidak berfikir.” 

 

 

Ketika seseorang mengusir Tuhan Allah keluar dari hidupnya dan menolak Tuhan Allah dari usahanya dan melupakan Tuhan Allah di dalam mimpi-mimpinya dan di dalam penglihatannya, orang itu, kata Tuhan Allah, adalah lebih dungu daripada seekor lembu jantan dan lebih bodoh daripada seekor keledai. Seperti yang saudara-saudara  lihat, Tuhan Allah berhadapan wajah dengan manusia, apakah manusia itu suka atau tidak. Dan Tuhan Allah masuk ke dalam kehidupan seorang manusia, apakah manusia itu suka atau tidak. Pemikiran manusia tidak mungkin tahan dari pendapat Tuhan Allah lebih banyak lagi, seperti gelombang ombak di lautan yang terus menerus menerjang pantai. Bagaimanapun juga, pendapat daripada Tuhan Allah tidak dapat bertahan di dalam benak manusia. Sama seperti ketika Tuhan Allah mendorong lautan, demikian juga Dia melakukan dorongan di dalam jiwa seorang manusia.

 

Minggu yang lalu inim setelah berbicara di Seminari Gereja Baptis bagian Barat di kota Denver Colorado, Dr. Williams, dosen itu di sini bersama-sama dengan murid-muridnya untuk sekolah para nabi kita – dari sana saya pergi ke gereja Presbitarian untuk berkhotbah di Tacoma dan Seattle, Washington – pada suatu hari minggu yang lalu, pendeta dari Gereja Presbitarian Pertama di kota Seattle itu mengajak saya masuk ke dalam mobilnya untuk menunjukkan kepada saya keindahan kota tersebut. Dan, setelah kami telah melihat pada keindahan yang luar biasa dari Pegunungan Olympus yang timbul dengan terjal keluar dari samudera Pasifik yang berwarna biru tertutup oleh salju, lalu kemudian kami belok ke arah Timur dan mendapati Danau Washington yang begitu indah dan air terjunnya serta Gunung Baker dan Ranier di belakangnya.

 

Merupakan suatu penglihatan yang menyesakkan nafas sehingga seruan saya meledak mengenai kemuliaan Tuhan Allah. Di sana, sebuah pemandangan yang mendebarkan saya: 130 mil ke arah utara, Gunung Baker di jalur perbatasan Kanada, begitu tinggi dan putih tertutupi salju yang murni. Dan, 70 mil ke sebelah selatan, terdapat Gunung Ranier, seperti sebuah kerucut agung yang luar biasa besar dan berwarna putih karena salju. Dan, sepanjang 200 mil di antara kedua gunung itu – melihat semuanya itu – keindahan daerah sekitar air terjun kecil yang tertutupi oleh salju. Dan, dengan air Danau Washington yang berwarna biru di hadapan saya dan panorama surgawi yang luar biasa di belakang saya, saya tidak tahan lagi berbuat apapun kecuali berteriak dengan sekeras-kerasnya, “Oh Tuhan, kemuliaan dari tangan-Mu, keajaiban dari pekerjaan-Mu. Lihat.”

 

Saya kira pendeta dari gereja tersebut, yang tinggal di sana, melihat pemandangan itu setiap waktu, berfikir bahwa saya sudah kehilangan akal sehat saya. Tetapi, bagi seorang yang biasa hidup di tanah yang datar yang tinggal di kota Texas, di padang rumput luas dan datar dan kering, pemandangan seperti itu menyelimuti saya. Sedemikian sederhananya. Jadi, saya duga, mungkin secara tidak sadar, sebagai pembelaan dari ledakan pujian kepada Tuhan Allah, melihat kepada hasil karya tangan-Nya, saya memberitahukan pendeta itu mengenai kisah yang telah saya dengarkan ketika saya masih anak-anak.

 

Di kota Seattle, terdapat seorang pengacara atheis, seorang advokat penolak Kristus. Dia meraih keberhasilan dalam praktek hukumnya dan telah mendirikan sebuah rumah yang mewah di kawasan timur kota itu, yang dapat memandang ke bawah ke arah danau Washington dan air terjun kecil yang indah itu di depannya. Pada suatu malam, tertidur, di awal subuh pagi hari itu, dia merasakan bahwa anak perempuannya yang masih kecil berdiri di samping tempat tidurnya menatap dwajahnya dengan tanpa suara dan penuh perhatian. Anak perempuan itu hanyalah seorang makhluk yang kecil, di dalam pakaian tidurnya yang berwarna putih dan rambut ikalnya yang hitam legam menjuntai di atas bahunya. Pengacara itu berpura-pura tetap tertidur.

 

Jadi, setelah beberapa saat anak perempuan itu melihat wajah bapanya dengan penuh perhatian, dengan tanpa suara, dengan diam-diam, anak perempuan itu berbalik dan berdiri di depan jendela kaca yang besar, berhadapan dengan air terjun kecil itu dan terbitnya matahari dari timur. Dan, ketika anak kecil itu berdiri di sana, memandangi matahari yang terbit di belakang pegunungan yang indah itu, dia mulai membungkukkan badan dan menyembah, lalu berbicara di dalam kerendahan hati dan ketidak berdosaan seperti anak-anak dengan begitu manisnya, “Selamat pagi, Tuhan. Selamat pagi, Tuhan. Selamat pagi, Tuhan.”

 

Dan pengacara itu menundukkan wajahnya dan menyembunyikan wajahnya itu di bawah sebuah bantal tempat tidur dan berseru, “Oh Tuhan, Oh, Tuhan, Agar aku bisa melihat-Mu, agar aku dapat mengenal-Mu, dan agar aku dapat menemukan-Mu.” Dan, melalui kesederhanaan yang hening, penuh kerendahan hati, layaknya seorang anak-anak, dan tidak berdosa dari anak perempuan yang masih kecil itu, pengacara tersebut telah menemukan Tuhan. Dia sampai kepada Kristus.

 

Tuhan Allah measuk ke dalam kehidupan manusia. Dia tidak dapat melarikan diri daripadanya. Pada zaman dahulu kala seseorang melihat ke arah langit di atas dan berseru, “Mereka menyatakan kemuliaan Tuhan Allah, dan cakarawala telah menunjukkan hasil pekerjaan tangan-Nya, pekerjaan dari tangan-tangan-Nya yang peuh dengan keindahan.” 

 

“Marilah, baiklah kita beperkara! Demikianlah Firman Tuhan.” Saya tidak memiliki cukup waktu untuk menjelaskannya. Keseluruhan pasal yang pertama dari kitab Yesaya memiliki suatu pemandangan akan istana. Seperti persoalan mengenai mahkota. Tuhan membawakan suatu tuntutan terhadap bangsa-Nya. Dia berkata:

 

“Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap aku. Sebagai ganti dari menyembah kepada Tuhan Allah dan memuliakan Tuhan Allah, mereka memberikan hidup mereka dan hati mereka serta kepunyaan mereka dan cinta kasih dari jiwa mereka kepada segala seuatu di dunia ini dan meninggalkan Tuhan Allah.” 

 

Demikianlah tuduhan Tuhan Allah. Dan, Dia memutuskan mereka untuk mendapatkan pencobaan. Dan, apa yang saya dapatkan di dalam nas saya hanya merupakan akhir dari persoalan tersebut.

 

Dapatkah saya menterjemahkannya dengan cara yang lain? “Datanglah sekarang, dan marilah kita menyimpulkan pemikirannya, demikianlah Firman Tuhan.” Dan, celaan Tuhan berubah menjadi pengampunan, dan sakit hati-Nya dan kekecewaan-Nya berubah menjadi kasih dan pengampunan: Ya, “ . . demikian Firman Tuhan, sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”

 

Anda lihat, seorang manusia dan iman kepercayaan, seorang manusia dengan agama, bukanlah seorang manusia yang berhadapan dengan hukum yang mosaik. Dia bukan seorang manusia yang berhadapan dengan sebuah gereja atau sebuah organisasi atau suatu golongan agama. Tetapi, seperti yang saudara-saudara  lihat, di dalam agama dan di dalam penyingkapan, antara seorang manusia dengan Tuhan. Semua dari yang lainnya ini adalah perlengkapan saja. Mereka itu boleh saja sebagai instrumen, mereka boleh saja sebagai perantaraan, akan tetapi hati yang besar dari iman kepercayaan adalah pertemuan langsung antara manusia dengan Tuhan Allah.

 

Dan, Tuhan Allah berfirman, “Aku adalah bapa mereka. Aku telah membesarkan anak-anak dan mengasuh mereka.” Dan sikap Tuhan terhadap kita adalah dalam sikap mengasihi, menghargai serta ramah, dari seseorang yang telah melahirkan kita dan mengandung kita serta mendukung kita. Adalah semangat yang sama seperti yang telah kita baca di dalam kisah anak yang durhaka, ketika bapa itu menunggu dan berharap serta memanjatkan doa.

 

Bukankah itu merupakan hal yang menakjubkan: bahwa Tuhan Allah mau memohon kepada seorang manusia, mau beperkara dengan seorang manusia? Dan, agama kita adalah pertemuan langsung dengan Tuhan Allah. Seperti rasul Paulus, seperti Saulus dari Tarsus: seluruhnya dari semua hal yang telah dituliskannya di dalam 13 buah epistel yang mengikutinya, keseluruhan seluk beluk ilmu agama yang dijelaskannya tentang perdamaian serta penebusan dan keseluruhannya bekerja untuk membuat kita menjadi benar di hadapan Tuhan Allah – semuanya itu merupakan suatu kelimpahan yang keluar dari perjalanan menuju ke kota Damaskus, ketika Yesus memberhentikannya di tengah perjalanan, dan, terjatuh di dekat kaki-Nya, Paulus berkata, “Tuhan, siapakah Engkau?”  Dan Yesus menjawab, “Akulah Yesus, yang telah engkau aniaya itu.” Yaitu, sebelum adanya doa dan sebelum adanya ibadat dan sebelum adanya ilmu agama dan sebelum adanya kebaktian lain kepada Tuhan Allah, pasti ada suatu pertemuan langsung yang pertama kalinya, hal pertimbangan ini dengan Tuhan, hal menjadi benar ini dengan Yang Mahakuasa.

 

Sekarang, apa yang terjadi dengan orang itu dengan Tuhannya? “Marilah, baiklah kita beperkara! Demikianlah Firman Tuhan.” Apakah gerangan yang telah terjadi? Persoalannya adalah bahwa dosa-dosa kita telah memisahkan kita dengan Tuhan Allah. Belakangan di dalam nubuat, Yesaya, mengutip dari Tuhan, akan berkata:

 

“Lihatlah, tangan Tuhan tidak dipendekkan sehingga tangan itu tidak dapat menyelamatkan. Begitupun dengan telinga-Nya sehingga telinga itu tidak dapat mendengar, akan tetapi dosa-dosa kamu telah memisahkan antara kamu dengan Tuhan Allahmu dan kejahatanmu telah menyembunyikan wajah-Nya dari kamu sehingga Dia tidak akan berada di sini.” 

 

Sebelum seorang manusia dapat beribadat kepada Tuhan Allah atau memanjatkan doa kepada Tuhan Allah, dia harus menjadi benar di hadapan-Nya, dan demikianlah ajakan tersebut.

 

Bagaimana seorang manusia dapat menjadi benar di hadapan Tuhan Allah? Bagaimana seorang manusia dapat menyadari dirinya tidak merasa malu, diterima di hadirat Tuhan? “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.”

 

Siapakah yang dapat melakukannya? Apa yang dapat membersihkan dosa-dosa saya? Siapakah yang dapat memaafkan kejahatan seorang manusia? Siapakah yang dapat meletakkan hidupnya di negeri awal kembali, yang dapat membuatnya menjadi bersih dan suci serta putih, membuat selembar daun tidak tercemar, tidak bernoda, di dalam Alkitab – yang membukakan pintu kemuliaan dan keindahan serta kesucian dan keajaiban untuknya. 

Siapakah yang dapat mengampuni dosa-dosa seorang manusia? Itu adalah suatu hal yang hanya Tuhan Allah yang dapat melakukannya. Tidak seorang manusiapun dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Tuhan Allah. Semua upacara di dunia ini tidak dapat membersihkan dosa-dosa kita. Semua pensucian serta permandian dan misa dan upacara-upacara keagamaan di dunia ini tidak mampu membersihkan seorang manusia dari noda di dalam jiwanya. Seseorang itu diselamatkan, dia telah dibersihkan, dia telah diampuni, di dalam kasih dan karunia Tuhan Allah. Itu adalah suatu hal yang hanya Tuhan Allah yang dapat melakukannya.

 

Bagaimanakah cara Tuhan Allah melakukannya? Bagaimana cara Tuhan Allah mengampuni dosa manusia? Bagaimana cara Tuhan Allah menerima dia, ketika dia merah seperti kirmizi dan membuatnya putih seperti salju – ketika dia seperti kain kesumba dan membuatnya putih dan murni seperti bulu domba? 

 

Bagaimankah cara Tuhan Allah melakukannya? Demikianlah Injil dar Kabar Gembira Tuhan Allah. Tuhan Allah melakukannya di dalam pengorbanan dan penebusan serta di kayu salib dan dengan darah serta penderitaan yang dialami oleh Yesus Kristus. Di dalam Dia, di dalam Tuhan kita, demi Yesus, Tuhan Allah membersihkan  kita dari dosa-dosa kita, memberikan hak untuk kita untuk dapat berdiri di hadirat-Nya, dan menerima kita sebagai orang yang dikasihi, sebagai putra dan putri, sebagai orang yang sudah suci dan dikuduskan, secara keseluruhan telah mendapatkan pengampunan, dicucikan dan dibersihkan. Tuhan Allah melakukan semuanya di dalam Yesus Kristus. 

 

Suatu kali saya pernah mendengar tentang seorang bapa dengan anak laki-lakinya di kota London, yang sedang menyaksikan sebuah parade para prajurit Inggris yang memakai mantel yang berwarna merah dengan jaket mereka yang berwarna merah tua. Dan bapa itu sedang melihat melalui jendela, menyaksikan parade para prajurit Inggris yang memakai mantel yang berwarna merah itu melintas. Dan, anak laki-laki itu, di sana bersama-sama menyaksikan parade yang sama, berseru kepada bapanya, “Bapa, lihatlah seragam putih mereka yang sangat indah itu.”

 

Dan, sang bapa itu berkata, “Nak, seragam itu bukan berwarna putih. Seragam itu berwarna merah tua. Seragam itu berwarna merah.”

 

“Tidak,” kata anak kecil itu. “Lihat. Seragam itu berwarna putih. Seragam itu berwarna putih bersih.”

 

Di dalam keterkejutannya, bapa itu, melihat lebih dekat lagi dan kemudian melihat: di sekitar jendela dari mana mereka sedang menyaksikan parade itu, ada garis yang membentuk seutas pita berwarna merah, gelas kaca yang berwarna merah yang menghiasi jendela tersebut. Dan, anak laki-laki itu, karena tidak mampu berdiri cukup tinggi untuk melihat melalui kaca jendela dengan jelas, menyaksikan jalannya parade tersebut melalui kaca merah tersebut.

 

Bukankah aneh bagaimana cara Kitab Alami Tuhan Allah persis seperti Kitab Wahyu Tuhan? Ketika saudara-saudara  melihat akan warna merah melalui warna merah, maka segalanya akan menjadi warna putih. Ambillah setangkai bunga mawar, bunga mawar yang berwarna merah dan melihatnya melalui sebuah kaca yang berwarna merah. Bunga itu akan terlihat sebagai warna putih suci dan murni.

 

Hal itu dilakukan Tuhan Allah dengan dosa-dosa kita di dalam Kristus. Dia melihat kepada kita, kita yang telah menemukan tempat perlindungan di dalam Dia, kita yang telah membawa dosa-dosa serta ketidak berdayaan kita dan segala hal yang menyakiti kita serta membinasakan kita, kita yang telah membawa semuanya itu kepada Yesus. Tuhan melihat kepada kita melalui darah, melalui darah itu. Dan, ketika Dia melihat kita di dalam kasih dan karunia Yesus Kristus bagi kita, Dia melihat kita sudah bersih dan murni serta diampuni. 

 

“Ini adalah mereka yang telah mencuci jubah mereka dan membuatnya menjadi putih di dalam darah Anak Domba.” 

 

Apa yang dapat membersihkan dosa-dosa kita?

Tidak ada kecuali darah Yesus.

Apa yang dapat membuat kita menjadi utruh kembali?

Tidak ada kecuali darah Yesus.

Oh, betapa berharganya aliran itu

Yang telah membuat kita putih seperti salju.

Setahuku tidak ada yang telah ditemukan

Tidak ada kecuali darah Yesus.

 

“Marilah, baiklah kita beperkara! – Firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan putih seperti salju, sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” 

 

Ini merupakan hal yang paling pantas untuk dilakukan oleh seorang manusia: menyerahkan jiwanya kepada Tuhan Allah, mengabdikan hidupnya kepada Tuhan Allah, membukakan pintu hatinya dan rumahnya serta bisnisnya dan setiap masa depan yang berkelanjutan – untuk membukanya kepada Tuhan Allah. “Tuhan, silahkan masuk ke dalam hatiku, ke dalam rumahku, ke dalam usahaku. Jadilah rekanku, dan aku akan mempertimbangkan segalanya. Aku akan berperkara dengan segal;anya di dalam Engkau.”

 

Apa yang dapat lebih baik dilakukan oleh seorang manusia untuk dirinya sendiri daripada mengatakan, “Rekanku adalah Tuhan Allah. Dan, di dalam pengambilan keputusan, saya harus berbicara dahulu kepada Rekan saya. Dan di tengah perjalanan, saya harus berbicara dengan Rekan saya. Dan di dalam segala hal yang telah diselesaikan, saya harus saling berbagi dengan Rekan saya.”

 

Apakah hal itu adalah hal yang tidak pantas dan tidak logis untuk dilakukan oleh seorang manusia? Tuhan Allah berkata pondasi yang sesungguhnya dari alam semesta ini didirikan di atas sebuah komitmen seperti itu. Hal yang paling benar yang dapat dilakukan oleh seorang manusia, hal yang paling pantas yang dapat dilakukan oleh seorang manusia, dan hal yang paling adil yang dapat dilakukan oleh seorang manusia adalah menyerahkan dirinya sendiri kepada Tuhan Allah.

 

“Inilah aku, Tuhan, keseluruhannya dari diriku. Aku telah meletakkan diriku ke dalam tangan-tangan-Mu yang penuh dengan kemurahan.”

 

Terpujilah Tuhan Allah dan ingatlah akan hal yang baik. . .  .