MALAIKAT PEMBAWA PESAN (ORANG-ORANG KUDUS KITA YANG MENINGGAL)

[THE ANGEL MESSENGER (OUR SAINTED DEAD)]

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 14:6-13

30-12-62

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul, Malaikat Pembawa Pesan. Kita telah berkhotbah melalui kitab-kitab dalam Alkitab selama tujuh belas tahun. Dimulai dari ayat pertama dalam Kitab Kejadian. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, kita telah tiba di kitab yang terakhir, yang merupakan klimaks dari Alkitab, yaitu Kitab Wahyu. Dan di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, minggu yang lalu kita telah meninggalkan pasal empat belas ayat lima. Dan pada Hari Tuhan ini, kita akan mulai dari ayat 6. dan khotbah hari ini merupakan sebuah eksposisi dari pasal 14 dimulai dari ayat enam hingga ayat 13.

Di dalam drama Yunani kuno, pembawa berita menyampaikan  perkembangan sejarah, menggambarkan pemandangan yang tidak dapat ditampilkan di atas panggung atau hal itu sangat rumit  bagi pengembangan drama itu, sehingga hal itu tidak akan menjadi sesuatu yag membosankan. Sebagai contoh, jika sebuah pertempuran yang telah dilakukan atau sebuah kota yang terbakar, atau jika ada sebuah pertempuran antara angkatan laut yang ada di samudera, dan hal-hal ini tidak dapat ditampilkan di atas panggung drama, karena itu, hal-hal ini akan disampaikan oleh pembawa pesan. Itu adalah hal yang sama, yang anda temukan di dalam Kitab Wahyu pasal empat belas ini.

Ada tujuh malaikat pembawa pesan yang datang dan membuat pengumuman yang luar biasa berkenaan dengan kejadian terakhir dari kesudahan zaman—di bawah sangkakala ketujuh, yaitu sangkakala yang terakhir. Malaikat pembawa pesan yang pertama adalah seorang imam. Dia adalah seorang pengkhotbah. Mengumumkan Injil Anak Allah dan memanggil manusia dari setiap tempat untuk bertobat dan beriman di dalam Tuhan. Malaikat pembawa pesan yang kedua mengumumkan tentang kejatuhan Babel. Yang ketika mengumumkan tentang siksaan yang kekal terhadap orang-orang yang menyembah dan mengikuti binatang itu. Malaikat berikutnya mengumumkan tentang tuaian di bumi dan pengumuman terakhir tentang perang Harmagedon—pertempuran terakhir dapa hari Tuhan. Saya membaca sebuah bagian dari pasal ini, bagian yang akan kita uraikan pada Hari Tuhan ini. Dan kesimpulan dari pasal empat belas, “Tuaian Di Bumi,” akan menjadi khotbah pada Hari Tuhan berikutnya. Dan ini adalah bagian yang akan kita bahas pada hari ini:   

Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum,

Dan ia berseru dengan suara nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air."

Dan seorang malaikat lain, malaikat kedua, menyusul dia dan berkata: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya."

Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: "Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya,

Maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.

Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya."

Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." [Wahyu 14:6-13]. 

 

Malaikat pembawa pesan yang pertama adalah seorang pengkhotbah. Dan dia berdiri di atas mimbarnya yang ada di cakrawala dan suaranya menjangkau seluruh penjuru bumi, ketika dia mengumumkan penghukuman Allah yang hebat dan memanggil manusia untuk memuliakan Allah dan  takut akan Allah serta menyembah Allah. Anda tahu, merupakan sesuatu yang tidak biasa bagaimana Allah membangkitkan saksiNya ketika mulut manusia terkunci. Pada saat Tuhan kita memasuki Yerusalem, ketika orang Farisi dan ahli-ahli Taurat keberatan terhadap pujian murid-murid kepada Dia yang datang dalam nama Tuhan, Tuhan kita menjawab: “Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (Lukas 19:40). Inilah yang terjadi di dalam Kitab Wahyu, ketika saksi-saksi Allah bermandikan darah. Di sana ada seorang malaikat pembawa pesan yang berdiri di atas langit, yang berseru dengan suara nyaring hingga ujung bumi dan memberitakan Injil Anak Allah yang kekal. Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus di dalam penjara bawah tanah Mamertine di dalam suratnya yang terakhir kepada anaknya Timotius di dalam pelayanan: “Karena pemberitaan injil inilah aku menderita, nmalah dibelenggu sama seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.” “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (Yesaya 40:8). “Dan aku melihat seorang malaikat lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi” [Wahyu 14:6]. 

Malaikat pembawa pesan yang kedua mengumumkan kejatuhan Babel. Epesen, epesen—sebuah kata kerja aoris dalam bahasa Yunani yang menggambarkan sebuah tindakan klimaks dari kehancuran sistem dunia yang jahat dan buruk ini.  “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya” [Wahyu 14:8].  Dan di dalam sebuah campur tangan Allah yang hebat, seluruh sistem perzinahan dari dunia ini akan disingkirkan sehingga Allah dapat menciptakan sebuah dunia yang baru sebagai tempat kediaman orang-orang benar.

Kemudian, malaikat pembawa pesan yang ketiga mengumumkan tentang api yang kekal bagi orang-orang yang menyerahkan dirinya untuk menyembah binatang itu serta patungnya. Itu adalah sebuah kontras dengan pelayan-pelayan Allah yang mati martir. Ketika mereka dibakar di atas tumpukan kayu api, untuk sementara ada nyeri dan rasa sakit yang luar biasa. Kemudian ada kemuliaan yang diberikan Allah kepada mereka yaitu mahkota kehidupan. Tetapi orang-orang ini yang menyembah binatang serta patungnya dan menyerahkan hati mereka kepada hal-hal yang kotor di bumi ini, akan disiksa dalam api yang kekal sampai selama-lamanya.   

Kemudian pengumuman yang klimatik ini untuk menghiburkan dan memberi jaminan kepada pelayan Allah yang membayar dengan nyawa mereka bagi kesaksian mereka tentang anugerah Kristus di dalam dunia. “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus. Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan—bagi mereka, bagi para pelayan Allah di bumi: Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka’”  [Wahyu 14:12, 13].  Ini bukanlah sebuah penilaian dari Rasul Yohanes.  Ini adalah  sebuah mandat. Ini adalah sebuah keputusan dari Allah Bapa di sorga. “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan….” Ini adalah keputusan Allah atas anak-anakNya yang mati di bumi—bahwa mereka diberkati Tuhan. Ini adalah frasa emas. Setiap suku katanya sangat manis seperti madu dan sarang madu. Perjanjian Baru dimulai dengan perkataan Yesus di dalam kebahagaian yang indah untuk kehidupan. Perjanjian Baru ditutup dengan Wahyu terakhir yang merupakan sebuah kebahagiaan untuk orang-orang kudus yang meninggal. Hal itu dituliskan, tentu saja bagi orang-orang yang mati martir dan yang binasa pada masa kesusahan besar yang mengerikan itu. Tetapi hal itu menjadi penghiburan dan jaminan dan kekuatan bagi seluruh orang-orang kudus di seluruh generasi. “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’” [Wahyu 14:13]. 

Allah berkata bahwa maut adalah sebuah musuh. Allah menyebut maut sebagai raja terror, dia adalah seorang perusak. Dia adalah seorang penyusup. Kematian tidak pernah ada di dalam tujuan kebaikan elektif Allah dan anugerah Allah. Kematian adalah sebuah musuh. Itu adalah kenbinasaan. Itu adalah kehancuran. Aspirasi seseorang, mimpi dari hatinya, kelembutan yang mengikatnya kepada hal-hal yang dia kasihi telah dipotong oleh kekejaman dan kebengisan dari penunggang kuda hijau kuning ini. Tetapi Allah di dalam Kristus telah mengambil sengat maut dan telah menang atas kematian. Dan di dalam Tuhan kita, kita memiliki musuh yang mengerikan dan menakutkan, akan tetapi kita memiliki sebuah tujuanpilihan anugrerah dan kebaikan Allah. Allah bahkan telah membuat kematian dan maut sebagai pelayan bagi kebaikan dan berkat bagi anak-anakNya. “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan.” Alkitab, tanpa pengecualian, mengakui kebenaran utama yang menghiburkan ini bahwa di dalam kematian, kita segera diberkati—bukan pada waktu yang lain, bukan pada masa yang lain, bukan pada era yang lain, tetapi di dalam masa setelah kematian, anak-anak Allah akan diberkati dalam penerimaan mereka ke dalam hadirat Tuhan. Tidak ada pengecualian terhadap hal itu di dalam penjelasan Kitab Suci. Ketika kita mati, kita langsung bersama dengan Tuhan—“Beralih dari tubuh untuk menetap bersama dengan Tuhan, pada saat itu anda berada di hadirat Tuhan” [2 Korintus 5:8].  Sebagai contoh, di dalam Kitab Wahyu ini, di pasal tujuh ayat empat belas: “Mereka ini adalah orang-orang yang….telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka” [Wahyu 7:14-17]. 

Segera setelah kita meninggal, atau seperti yang diakui oleh Tuhan dalam Kitab Wahyu pasal yang terakhir: “Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya, mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan” [Wahyu 22:14].  Atau seperti yang disampaikan Tuhan di dalam Kitab Wahyu kepada jemaat Efesus: “Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” [Wahyu 2:7].  Atau seperti yang disampaikan Tuhan dalam Kitab Wahyu kepada jemaat Smirna: “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” [Wahyu 2:10].  Tidak ada pengecualian terhadap hal itu di dalam seluruh Firman Allah. Tuhan berkata kepada penyamun yang berada di sebelah kanan salib itu, “Hari ini—bukan pada masa depan, tetapi hari ini—engkau akan bersama-sana dengan aku di dalam firdaus” (Lukas 1:23). Bahkan seperti yang diakui Paulus: “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama dengan Kristus-itu memang jauh lebih baik. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:23). Berbagialah—“ Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan” [Wahyu 14:13]. 

Betapa merupakan sebuah kebalikan pengakuan dan penegasan yang berasal dari Tuhan da Juruselamat kita. Karena bagi kita, kita selalu berkata: “Berbahagialah mereka yang hidup.” Tetapi Allah berkata, “Berbahagialah orang-orang yang mati.” Kita melihat pada tampilan luar. Kita melihat pada bagian luar. Kita melihat bunga yang lalu dan rumput yang kering. Kita melihat atas kuburan yang terbuka, kita melihat kepala yang tertunduk di dalam kedukaan dan air mata seperti hujan yang jatuh ke tanah, tetapi Allah melihatnya di dalam kekekalan yang akan datang. Allah melihat hadiah bagi umatNya. Allah melihat mahkota kehidupan. Allah melihat melihat persekutuan yang suci dan kudus dari anak-anakNya yang sedang berkumpul di dalam rumah. Tuhan menasehatkan kita agar jangan melihat hal-hal yang kelihatan, tetapi atas hal-hal yang tidak kelihatan. Karena hal-hal yang kelihatan ini bersifat sementara. Tetapi hal-hal yang tidak kelihatan bersifat kekal. Jika merupakan kebahagiaan dan berkat untuk memiliki senyum dan kemurahan Allah di sini, betapa luar biasanya lagi di dalam kemuliaan. Jika sangat mulia kalau kita dapat melihat bahkan secara samar-samar, betapa lebih mulia lagi jika kita melihat muka dengan muka. Jika kita dihiburkan bahwa kita tahu bahwa kita berada dalam bagian itu, bayangkanlah kepenuhan dari wahyu itu, ketika kita mengenal Allah sama seperti Allah mengenal kita. Jika itu merupakan sebuah jaminan bagi kita bahwa kita memiliki sebuah jangkar yang masih terselubung, betapa lebih mulia lagi jika kita sendiri berada di sana! “Berbahagialah,” kata Allah, “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan.” 

“Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”’ [Wahyu 14:13].  Itu adalah sebuah gambaran yang luar biasa di dalam dua kata Yunani itu: karena “beristirahat”—anapauo—dan kata untuk “jerih lelah”—kopos.  Itu adalah gambaran dari seorang mariner yang telah menghabiskan hidupnya di lautan. Dan setelah pertempuran dari prahara dan gelombang serta badai, dia pulang dan tiba di pelabuhan. Itu adalah gambaran dari seorang prajurit yang ketakutan dalam pertempuran. Dan setelah menderita sengsara dalam perang dan pertumpahan darah serta konflik, dia memalingkan wajahnya untuk pulang. Itu sama seperti sebuah perasaan seperti yang ditulis oleh Robert Louis Stevenson, dan kalimat-kalimat itu terukir di atas makamnya.

 

Di bawah langit yang luas dan bertaburan bintang



Galilah kuburan dan biarkan aku berbaring 



Bahagia saat aku hidup dan bahagia saat mati, 



Dan aku membaringkan diriku bersama dengan sebuah kehendak 
Ini akan menjadi ayat-ayat makammu; 

Di sini dia berbaring di mana dia merindukannya,



Rumah dari pelaut, rumah dari lautan,



Dan pemburu pulang dari bukit. 
[Robert Louis Stevenson, “Requiem (and Epitaph)”].   
 

“Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka”’ [Wahyu 14:13].   Itu adalah sebuah penafsiran yang luar biasa, gambaran ini, merupakan penjelasan tentang kematian. Tempat untuk membaringkan orang-orang yang kita kasihi di dalam bahasa Yunani disebut dengan  koimeterion.  Ketika anda mengambil kata koimeterion dan mengejanya keluar menjadi bahasa Inggris kata itu akan menjadi “cemetery.” Kata Yunani koimeterion, adalah sebuah kata yang biasa untuk “sebuah tempat untuk tidur”—sebuah kuburan. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Kristen mula-mula secara hati-hati membaringkan tubuh yang telah meninggal dari orang-orang yang mereka kasihi. Dia percaya berdasarkan Firman dan janji Allah, bahwa orang-orang yang tertidur dalam debu tanah akan bangkit kembali, kita akan hidup di hadapan Allah. Ketika anda mngunjungi Roma, di sana anda akan menemukan katakombe yang sangat luas, tempat bagi orang Kristen dalam membaringkan tubuh yang telah meninggal dari orang-orang yang mereka kasihi. : Para penyembah berhala membakar orang-orang mereka yang mati. Bagi mereka itu adalah akhir dari seluruh kehidupan. Itu adalah ujung dari seluruh jalan. Itu adalah akhir dari setiap pengharapan dan aspirasi. Tetapi bagi orang-orang Kristen, itu hanyalah sebuah peristiwa tidur. Dan dengan penuh kelembutan dan penuh kasih, mereka membaringkan tubuh orang yang telah meninggal menantikan suara Allah dan bunyi sangakakala, ketika mereka akan dibangkitkan untuk hidup di hadapan Allah. Dari situlah anda memperoleh nama koimeterion.  Itu adalah sebuah tempat tidur. Dan gambaran itu seringkali digunakan sepanjang Kitab Suci Perjanjian Baru. Ketika Tuhan pergi ke rumah seorang kepala rumah ibadat yaitu Yairus, yang anak gadisnya telah meninggal, Tuhan berkata, “Anak ini tidak mati, tetapi tidur—dia tidur!” (Markus 5:39). Dan ketika Lazarus telah meninggal selama empat hari, Tuhan berkata kepada murid-muridNya: “Lazarus saudara kita telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya” (Yohanes 11:11). Dan di dalam wahyu yang diberikan kepada Rasul Paulus di surat Tesalonika yang pertama, pasal 4, dimulai dari ayat tiga belas, Paulus berkata: “Selanjutnya kami tidak mau saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak memiliki pengharapan. Jika kita percaya kepada Yesus bahwa Dia telah mati dan telah bangkit maka kita juga percaya bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” [1 Tesalonika 4:13,14].  “Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka”’ [Wahyu 14:13].  Itu adalah sebuah peristiwa tidur di dalam tangan Yesus.

Kedua kata ini: “Beristirahat dan jerih lelah,” bagi kita, dan bagi kebanyakan seniman yang terkenal, mereka akan menggambarkan hidup yang akan datang sebagai sesuatu yang berada di awan-awan—seseorang yang memiliki sayap dengan memegang sebuah harpa. Dan itulah konsep mereka tentang kekekalan yang akan datang. Tidak demikian dengan Allah. Tidak ada sebuah animasi dan tidak ada sebuah isyarat seperti hal itu di dalam seluruh wahyu kekristenan. Karena wahyu Allah bagi kita adalah hal ini, bahwa kehidupan yang akan datang dipenuhi dengan sebuah aktivitas yang intensif. Ya, kata Tuhan kita di dalam perumpamaan yang terkenal tentang uang mina: “Baik sekali perbuatanmu itu hai hambaku yang baik; engkau telah setia dalam perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota” [Lukas 19:17].  “Dan engkau kuasailah lima kota” [Lukas 19:19].  Ekonomi Allah yang hebat di dalam dunia yang akan datang meruoakan sebuah masyarakat yang suci dan sebuah pekerjaan yang mulia dan pelayanan untuk memuji dan memuliakan Allah kita, dalam dunia tanpa akhir. Lalu apa maksudnya di sini ketika dia berkata “beristirahat”—anapauo—dan “jerih lelah”—kopos?  Memang, kadang-kadang sulit untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa lain makna dari kata yang berasal dari bahasa sebelumnya. Anda lihat, kata  anapauo itu, diterjemahkan di sini dengan “beristirahat”—anda lihat, kata itu tidak bermakna tidak memiliki aktivitas. Itu bermakna penyegaran. Itu bermakna peremajaan. Dan kata kopos, disini diterjemahkan dengan “jerih lelah,’ kata itu bermakna “tanpa lelah”—kerja keras dan usaha yang tanpa lelah. Ketika kita melayani Allah di dalam kemuliaan yang akan datang, segala aktivitas akan menjadi sebuah kesegaran yang baru. Saya mendengar tentang burung yang beristirahat di atas angin. Demikian juga dengan pelayanan kita terhadap Allah di dalam tempat sorgawi yang telah Dia sediakan bagi kita. Hal-hal yang kita lakukan bagi Allah di atas sana, merupakan hal-hal yang menyegarkan. Anda melihat kerja keras dan tanpa lelah dan usaha keras dari hidup ini akan disingkirkan, dan pelayanan kita kepada Allah merupakan sesuatu yang berlangsung secara terus menerus dan sangat luar biasa, dan yang selalu menyegarkan. Kita telah dibebaskan sama seperti seekor burung yang dilepaskan dari dalam kurungan, dari tarikan hidup yang fana ini. Dan dibebaskan dan dihidupkan kembali dan dimuliakan dalam melayani Allah, dalam dunia tanpa akhir, di dalam keindahan dan kesegaran dari sebuah hidup yang baru, dari sebuah masa yang baru, dari sebuah karunia yang baru dari sebuah ciptaan yang baru. Ini adalah istirahat  yang berasal dari Allah dari keletihan pengembaraan kita di dalam kegelapan selubung air mata ini.

“Dan segala perbuatan mereka menyertai mereka.”  Bukankah itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa? Bagaimana Allah di dalam seluruh KitabNya selalu benar di dalam pewahyuanNya—doktrin dan pengajaran Roh Kudus. Hal itu kembali ada. Sebagai contoh, di dalam Mazmur dua puluh tiga, yang dinyanyikan oleh Dan Beam dengan sangat indah beberapa saat yang lalu. Di dalam Mazmur dua puluh tiga—pernahkah anda melihat doktrin itu sebelumnya? Pengajaran dari pasal itu?  “Mazmur Daud. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” [Mazmur 23:1-3].  Yang pertama, Allah menyegarkan jiwa. Kemudian Dia menuntun kita di jalan yang benar oleh karena namaNya. Kita tidak melakukan kebenaran dan kemudian Allah melahirbarukan kita. Tetapi benar terhadap pesan Kitab SuciNya, “Ia menyegarkan jiwaku” Dia memberikan kepadaku sebuah hati yang baru dan sebuah hidup yang baru. Dia menyelamatkan aku. Kemudian, “Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.” Hal itu identik dengan hal ini—“ Dan segala perbuatan mereka menyertai mereka” [Wahyu 14:13].  Karena anda lihat, mendahulukan mereka dalam anugerah dan kasih karunia Yesus. Bukan pekerjaan kita yang pertama, tetapi yang terakhir karena Ia mendahulukan kita dalam anugerah dan kasih karunia Yesus. Bagi Dia kemuliaan dan kehormatan dan kuasa dan ucapan syukur sampai selama-lamanya, karena Dia telah menyelamatkan kita dan menyucikan kita dari segala dosa kita di dalam darahNya. Dia mendahulukan kita, mempersiapkan sebuah tempat bagi kita di dalam sorga—dan sesudahnya, pekerjaan kita akan mengikutinya. 

Dan betapa merupakan sebuah berkat dan sebuah kemuliaan dan sebuah penghiburan di dalam ingatan Allah—“Dan segala perbuatan mereka menyertai mereka.” Anda mungkin berpikir bahwa seseorang yang diam, dia akan kehilangan semuanya, setiap pengharapan, setiap visi, setiap mimpi, setiap aspirasi, setiap kepentingan, setiap tugas, setiap pekerjaan; semuanya akan hilang sekarang. Tidak. Allah berkata, semua perbuatan ini, semua tugas yang telah selesai, semuanya merupakan sebuah hadiah yang kekal bagi orang-orang yang telah tertidur di dalam Yesus. Air mata itu dirasakan Allah ketika tidak ada seorang pun yang tahu, tetapi Allah melihatnya. Tuhan melihatnya. Doa yang dipanjatkan yang tidak didengar oleh siapa pun, didengar oleh Allah.  Hal sedikit yang diberikan ke dalam perbendaharaaan yang tidak diperhatikan oleh siapa pun, dicatat oleh Allah. Gerakan tangan itu, kata-kata yang ramah, surat yang ditulis dengan penuh kasih dan dorongan, Allah meletakkan semuanya di dalam Kitab SuciNya—dan itu adalah upah kita sampai selama-lamanya. “Dan segala perbuatan mereka menyertai mereka.”  

Bukankah itu merupakan sesuatu hal yang luar biasa dari segala sesuatu di dunia ini yang dapat diterima di dalam iman dan di dalam jaminan dari keindahan yang tidak ada bandingnya ini? Tetapi hal itu tidak benar sepenuhnya. Sangat menyedihkan. Sangat menyedihkan. Karena Alkitab berkata: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan.” Kemudian Allah akan berkata kepada kita, tidak semua orang yang mati akan berbahagia. Karena beberapa orang mati tanpa Allah, tanpa pengharapan, tanpa Kristus. Beberapa orang mati di dalam dosa yang tidak diampuni. Beberapa orang mati dengan menolak panggilan anugerah dan berkata “tidak” kepada Roh Kudus dari Yesus. Dan bagi mereka, hidup tanpa pengampunan dan mati tanpa dimaafkan, tidak mendapat kebahagiaan, tidak mendapat berkat. Oh, betapa jauh lebih baik, betapa jauh lebih mulia bagi jiwa untuk memandang dalam iman dan percaya kepada Yesus! “Tuhan di dalam darahMu yang telah membasuh dosaku, di dalam kasih dan air mata, di atas salibMu dan penebusanMu, ya Allah, basuhlah aku dan aku akan menjadi putih melebihi salju. Ya Allah, tuliskanlah namaku di dalam Kitab Kehidupan. Ya Allah, ketika aku berdiri di hadapan penghakiman Allah, Engkaulah yang menjadi Pembelaku, ya Juruselamatku. Ya Tuhan, aku menyerahkan jiwaku, hidupku, takdirku ke dalam pemeliharaanMu dan tangan perlindunganMu. Oh, Tuhan, dengan rendah hati dan penuh hormat, aku bersujud di bawah kakiMu. Ya, Allah, ingatlah aku.” Ini adalah berkat bagi orang yang berpaling ke dalam iman kepada Yesus yang mulia.  

Jika kita diselamatkan di sana, maka kita harus menjadi seorang Kristen di sini. Jika Allah mengingat kita di sana, maka kita harus mengingat Dia di sini. Dan jika Allah menerima kita dengan tangan terbuka untuk menyambut kita dalam kemuliaan yang akan datang, maka kita harus membuka hati kita untuk menerima Yesus yang mulia di dunia ini. Dan bagi orang Kristen, di sana tidak ada terror. Dan di sana tidak ada kesia-siaan dan musuh yang merusak, sekalipun kita hidup atau sekalipun kita mati, kita berada di dalam Tuhan. Karena “Aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan—bagi mereka, bagi para pelayan Allah di bumi: Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini. ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”  Kepada seseorang yang percaya kepada Yesus, itu merupakan seluruh kebahagiaan dan kemuliaan dan kemenangan sekalipun di dalam pengembaraan ini, sekalipun di dalam dunia yang membosankan ini atau dibawa di dalam kemenangan dan kejayaan ke dalam kemuliaan dunia yang akan datang.

Dan itulah doa kami yang sederhana dan seruan yang sungguh-sungguh ke dalam hati anda pada pagi hari ini. Seseorang dari anda yang ingin menyerahkan jiwanya di dalam iman dan kepercayaan kepada Tuhan Yesus. Sebuah keluarga dari anda yang ingin bergabung bersama dengan kami di dalam persekutuan jemaat ini. Mari datanglah. Jika anda berada di barisan belakang di atas balkon, turunlah melalui salah satu tangga itu dan majulah ke depan. Ada sebuah tangga di bagian depan, bagian belakang dan kedua sisinya, mari datanglah. “Pendeta, hari ini, saya menyerahkan tangan ini kepada anda. Saya menyerahkan hati saya kepada Yesus.”  Bagi anda yang berada di lantai bawah, dalam kerumunan orang banyak ini, berjalanlah melalui salah satu lorong bangku itu dan majulah ke depan. “Pendeta, hari ini, saya menyerahkan hidup saya dan keyakinan saya kepada Yesus yang mulia. Dan inilah saya. Saya datang segera.” Sebuah pasangan dari anda, atau sebuah keluarga dari anda, atau hanya seseorang dari anda. Ketika Roh Yesus akan membuat seruan dan ketika kita menyanyikan lagu undangan, lakukanlah hari ini, lakukanlah sekarang. Buatlah keputusan itu sekarang. Saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.