TUAIAN DARI BUMI

(THE HARVEST OF THE EARTH)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 14:14-20

06-01-63

 

Kita telah tiba di Kitab Wahyu. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah sampai di pasal 14. Dan minggu yang lalu kita telah berhenti di pasal tiga belas. dan hari ini kita mulai dengan pasal 14. Dan khotbah pagi ini  merupakan sebuah eksposisi dari Wahyu 14 ayat empat belas dan bacaan kita diambil dari ayat empat belas hingga ayat yang terakhir. Jika anda ingin bergabung dengan kami di dalam Alkitab anda, anda dapat membuka bagian ini, sehingga anda dapat dengan mudah dalam mengikuti khotbah pada jam ini. Ini adalah bacaan dari teks kita: 

“Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya.

“Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak."

“Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumipun dituailah.

“Dan seorang malaikat lain keluar dari Bait Suci yang di sorga; juga padanya ada sebilah sabit tajam.

“Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya: ‘Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak.”’

“Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah.

“Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.”

Saya tidak menduga bahwa di dalam kitab yang menakjubkan ini ada sebuah penglihatan yang menakjubkan dan yang sangat hebat yaitu kedua hal yang baru saja kita baca di dalam Kitab Wahyu pasal empat belas ini. Gambaran yang ekspresif dan andmisnistrasi yang mengagumkan dari Allah yang terbentang akan menghasilkan sebuah terror ke dalam hati dan yang tidak diberikan kepada iorang yang percaya kepada Allah.

Di dalam Kitab Wahyu pasal empat belas ini ada sebuah pemberitahuan tentang penghukuman Allah yang akan datang. 

Hal itu selanjutnya diikuti oleh pemberitahuan yang lain bahwa Babel, kota yang besar itu sedang mendekati kebinasaan. 

Dan selanjutnya diikuti oleh pemberitahuan bahwa orang-orang yang mengikuti binatang itu, yang menyerahkan diri mereka ke dalam penghujatan dan penolakan, sekarang akan dihakimi dan penghukuman mereka adalah sebuah lautan api yang abadi.

Kemudian hal itu selanjutnya diikuti oleh dua penglihatan yang melukiskan administrasi terakhir Allah di bumi ini. Ini adalah penglihatan tentang tuaian dari bumi dan pengumpulan buah anggur kemurkaan.

Selanjutnya ada begitu banyak orang ketika mereka membaca kedua penglihatan ini, memiliki keyakinan bahwa keduanya sama—visi yang pertama, penglihatan tentang pengumpulan tuaian yang terakir dan penglihatan tentang anggur, pengumpulan hasil perasaan anggur di bumi. Ada orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa kedua penglihatan ini melukiskan hal yang sama, bahwa tidak ada perbedaan antara keduanya, bahwa mereka menyingkapkan akhir yang sama dari dunia ini, kecuali satu yaitu penglihatan yang pertama berada dibawah gambaran sebuah tuaian gandum dan yang lainnya berada di bawah gambaran dari hasil perasaan anggur.  

Sekarang, saya ingin melihat mengapa mereka memiliki keyakinan itu. Ada sebilah sabit yang tajam dan keduanya berbicara tentang penuaian. Tetapi juga ada perbedaan di dalam penglihatan itu yang bagi saya memiliki makna yang luar biasa dan penuh arti. Dan penglihatan itu, tentu saja tidak sama. Ada banyak banyak perbedaan di dalam detil-detilnya.  

Dan hal yang lainnya: jika mereka merujuk kepada hal yang sama dan hal yang identik, lalu mengapa mencatat keduanya? Satu saja akan cukup dan kita tidak membutuhkan keduanya.

Keduanya hanya sama hanya di dalam hal ini, bahwa itu adalah sebuah tuaian dan pemerasan anggur yang menggambarkan tentang hal akhir. Tetapi mereka sungguh berbeda di dalam makna yang dibawanya. Dan bagi saya perbedaan itu terletak di dalam hal ini: tuaian itu diawasi oleh Anak Allah. Itu adalah hal pertama yang digambarkan dalam penglihatan ini. Penuaian itu diawasi oleh Anak Allah.   

Dan penuaian itu adalah sebuah tuaian yang berbeda. Keduanya tidak sama. Ada sebuah penuaian gandum dan pada saat yang ada penuaian lalalang. Ada sebuah pemisahan yang diawasi oleh Anak Allah dalam memelihara milikNya. Ada sebuah pemisahan di dalam penglihatan pertama di dalam penglihatan tentang tuaian di bumi.

Di dalam penglihatan yang kedua, penuaian itu dipimpin oleh sseorang utusan Allah, oleh seorang malaikat, dan tidak ada pemisahan, karena itu adalah penuaian dari hasil anggur kemurkaan. Ini adalah hasil perasan anggur dari amukan dan kemurkaan dan kegeraman Allah Yang Mahatinggi.

Sekarang kita akan melihat ke dalam perbedaan dan makna dari kedua hal ini bagi kita yang hidup di bumi ini.

“Aku melihat: sesungguhnya.”  Kai eidon kai idou saya menduga pada masa itu ada sebuah ekspresi ungkapan yang sangat umum di antara orang-orang yang berbicara dalam bahasa Yunani.  “Kai eidon kai, Aku melihat: sesungguhnya.” 

Tetapi jika hal itu ditemukan di dalam Firman Allah, hal itu memperkenalkan sebuah wahyu yang luar biasa dan memiliki arti yang sangat penting. “Dan aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya 

“Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi exēranthē, sudah masak."

“Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumipun dituailah.

“Dan seorang malaikat lain keluar dari Bait Suci yang di sorga; juga padanya ada sebilah sabit tajam.

Bahkan di dalam Masa Kesusahan Besar yang terakhir, Allah memiliki kepunyaannya di dalam dunia. Ada begitu banyak orang dari mereka yang tidak terhitung. Di dalam Kitab Wahyu pasal tujuh, Yohanes melihat mereka di dalam penglihatan sorgawi yang sangat luar biasa. Dan setelah itu ada 144.000 orang yang dimateraikan, masing-masing berjumlah 12.000 dari tiap-tiap suku Israel—mereka adalah para penginjil dan pengkhotbah yang sangat berkuasa—kemudian Yohanes melihat orang-orang yang ditobatkan oleh mereka, kumpulan orang banyak yang  keluar dari para penghujat dan orang-orang keji dan jahat yang ada di dunia ini, kumpulan orang banyak itu adalah orang-orang yang telah membasuh jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. 

Allah memiliki kepunyaanNya di dalam dunia ini, bahkan di dalam hari-hari yang gelap dan mengerikan itu. Dan di dalam penuaian ini, termasuk kepada keduanya. Ada anak-anak Allah, tuaian dari gandum, dan ada anak-anak iblis, yaitu lalang. Karena, anda tahu, anda memiliki keduanya pada saat penuaian. Dan ada sebuah sebuah tuaian yang baik, yang diberkati dan kemurahan Yang Mahatinggi, demikian juga di sana ada sebuah tuaian yang buruk. Kejahatan memiliki hasil tuaiannya. Itu adalah kesengsaraan dan penderitaan. Itu adalah penghakiman dan hukuman.

Dan ketika Anak Manusia mengirim para pekerjaNya dan dengan sabitNya yang tajam, Dia memotong tuaian di bumi, kedua-duanya akan dituai: tuaian yang baik dan tuaian yang jahat. Dan hasil keduanya, gandum akan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam lumbung dan tuaian lalang akan dimasukkan ke dalam perapian dan dibakar dengan api yang menghanguskan, keduanya digambarkan dengan sangat jelas di dalam Firman Allah.

Sebagai contoh, Di dalam Injil Pertama ayat tiga belas—dan pada rabu malam, saya berharap kita telah tiba di pasal tiga belas. Jika kita dapat melampaui ayat pertama dari pengantar firman itu, dalam kemurahan Allah kita akan berada di dalam pasal tiga belas ini—ini adalah pasal tentang perumpamaan dari misteri tentang kerajaan Allah.

“Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."

“Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.

“Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.

“Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.

“Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

“Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.

“Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”’  

Nadanya sama seperti yang ada di dalam Kitab Wahyu, bukankah demikian? “Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar.”

Di dalam penuaian itu, keduanya akan dituai, baik yang buruk maupun yang jahat. Dan hal itu digambarkan dalam seluruh Firman Allah.

Di dalam pasal yang sama tentang kerajaan, Tuhan berkata, “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.

“Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.

“Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,

Lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

Ini adalah penglihatan tentang tuaian di bumi. Di sana ada sebuah pembedaan, di sana ada sebuah pemisahan dari tuian itu yang secara hati-hati diawasi, diamati oleh Anak Manusia itu sendiri.

Agar jangan satu pun dari orang-orang yang telah meletakkan kepercayaannya kepada Yesus akan jatuh ke dalam api. Karena seorang malaikat dapat saja mengawasi pelaksanaan  dari murka penghukuman Allah Yang Mahatinggi, akan tetapi ketika Allah menuai dunia ini, Dia sendiri secara hati-hati mengawasi dan mengamati agar setidaknya orang yang paling kecil dan yang paling sederhana dari milikNya  dilupakan atau diabaikan.

Segala sesuatu ada di dalam Alkitab untuk memberi penghiburan dan jaminan bagi orang-orang yang bergantung di atas tangan Tuhan yang kuat.

Bolehkan saya berhenti di sini untuk sejenak? Perbedaan antara tuaian gandum dan tuaian lalang. Gandum adalah simbol anak-anak Allah yang indah dan luar biasa serta penuh makna. Ketika bulirnya menjadi penuh kepalanya akan tertunduk ke tanah. Ketika bulir lalang penuh mereka tetap tegak, tetapi gandum memiliki bulir yang penuh ia akan menundukkan wajahnya ke tanah. 

Ketika anak-anak Allah bertumbuh di dalam anugerah, ketika mereka penuh dengan pengetahuan dan kehadiaran dan kebaikan Allah, dengan rendah hati mereka akan menunduk ke tanah.

Ketika anda melihat seorang anggota jemaat berjalan dengan sombong dan memyombongkan dirinya sendiri, menyombongkan semua kebaikannya, dan menyombongkan segala sesuatu yang telah Allah berikan kepadanya. Dia berjalan dengan kepuasan atas dirinya sendiri dan kecukupannya. Beberapa orang dari mereka bahkan  enggan untuk berbicara kepada yang lain dan mereka merasa diri mereka lebih baik dari orang lain. Ketika anda melihat anggota jemaat seperti itu, yang sombomg dan meninggikan dirinya, kita tidaklah menghakimi, tetapi Alkitab berkata, dia adalah lalang.

Kemudian ketika anda melihat seorang anggota jemaat yang melangkah dengan rendah hati dan sederhana, dan dalam rasa hormat terhadap orang lain dan dia memberikan hidupnya sebagai pengantara dan di dalam permohonan dan doa di samping orang-orang yang tidak mengenal Allah, dia menjadi anggota dari gandum yang dikumpulkan di sorga.

Dan ketika kita bertumbuh dalam anugerah dan pengetahuan akan Allah maka wajah kita akan semakin menunduk ke bumi, tertunduk ke bawah dengan kehadiran dan anugerah Allah.

Saya tidak mengenal pengecualian terhadap hal itu. Ketika Yesaya melihat Tuhan, dia berseru tentang dirinya yang celaka, karena dia adalah manusia yang berdosa. Ketika Petrus mengenali keilahian Yesus, dia tersungkur di kakiNya dan meminta kepada Tuhan agar meninggalkannya, “Aku adalah seorang yang berdosa.” 

Ketika Saulus dari Tarsus dengan penuh kebanggaan, yang akhirnya menjadi rasul, pergi ke Yerusalem dengan kepala yang terangkat, akhirnya bertemu dengan Yesus, dan kemudian mereka menuntunnya ke dalam kota Damsyik. Selalu seperti itu. Kehormatan dari anak-anak Allah, yang mereka peroleh ketika mereka semakin menunduk di dalam kesederhanaan dan kelemah lembutan. Itulah gandum Allah.

Hal lainnya tentang gandum, tuaian Allah: ketika gandum semakin masak, maka bagian bawah akan mati perlahan-lahan. Ketika tuaian semakin masak kepada Allah, maka tangkai dan akar menopang kepada bumi akan mati secara perlahan-lahan. Ketika buahnya semakin ke atas, kepada kehendak Allah maka mereka akan mati terhadap kehendak bumi.

Ketika saya sedang mempersiapkan khotbah ini, saya mempelajari bagian-bagian ini, saya membaca salah satu kalimat yang sangat penuh makna, salah satu hal rohani yang sangat penting yang pernah saya baca dalam hidup saya. Kalimatnya adalah hal ini—yang merujuk kepada tuaian yang ke atas dan mati di bagian bawahnya—kalimatnya adalah, “Ini adalah pengudusan dari genggaman yang mengendur.”

Anda pikirkanlah tentang kalimat itu. “Ini adalah pengudusan dari genggaman yang mengendur.” Ketika kita bertumbuh dalam kehendak Allah dan kehendak sorga dan semakin kita dekat dengan apa yang telah disediakan Allah kepada umatNya. Maka kiata akan semakin pudar dalam rumah kita di dunia ini dan hidup ini hingga akhirnya, ketika kita dekat ke gerbang sorga dan seluruh kemuliaan Allah maka pemandangan dari dunia ini akan layu dan gugur. “Pengudusan dari genggaman yang mengendur.”

Salah satu hal lainnya: saya tidak tahu seberapa sering saya memikirkan tentang hal-hal ini. Hal lainnya tentang gandum, simbol dari anak-anak Allah, gandum: setiap tahun dia tidak berdaya di hadapan badai. Dan dia akan mengalamai panen yang buruk. Dan jika amtahari membakarnya, yang membuatnya coklat dan masak dan mati hingga mati, dan siap dituai

Demikian juga dengan anak-anak Allah di bumi. Di dalam pencobaaan hidup, di bawah panas matahari, di bawah langit yang membara, anak-anak Allah matang bagi Allah. Kita dibuat menjadi orang-orang kudus karena badai dan pencobaan dan gelombang yang menerpa hidup kita. Dan tidak berdaya di hadapannya, Allah hanya mempersiapkan kita untuk pengumpulan hasil panen di dalam sorga.

Dua atau tiga kali dalam minggu ini, saya telah diminta untuk berdoa. Seorang keluarga berkata, “Kami telah berrtemu dengan masalah yang sulit. Kami tidak tahu ke  mana harus berpaling. Pendeta, berdoalah untuk kami. Kami tahu, ada tidak dapat melakukan apa-apa. Tetapi sebutlah nama kami. Ingatlah akan kami.” 

Yang lainnya, saya agak gentar dalam menjelaskannya, karena mereka mendengarkan khotbah ini melalui siaran radio, dan saya tidak suka untuk menunjukkan air mata dan penderitaan kita. Tetapi anak-anak Allah selalu berjalan melewati lembah-lembah.

Saya menduga bahwa tidak akan ada puncak gunung tanpa mereka. Saya menduga, jika hari selamanya cerah dan terang benderang, kita tidak akan pernah mengenal rasa manis dan berkat dari kehadiran anugerah Allah. Kegelapan dibutuhkan bagi kita untuk menyadari tentang terang. Dibutuhkan air mata untuk membuat kita menyadari tentang sukacita. Dibutuhkan usia tua dan kematian untuk membuat kita menyadari janji sorgawi. Itu adalah cara Allah dalam menuntun anak-anakNya yang terkasih.

 

Kadang-kadang di atas gunung

Di mana matahari bersinar sangat terang,

Allah senantiasa menuntun anak-anakNya yang terkasih.

Kadang-kadang melewati lembah

Di dalam kegelapan malam,

Allah senantiasa menuntun anak-anakNya yang terkasih.

Kadang-kadang melewati api,

Kadang-kadang melewati banjir besar,

Kadang-kadang melewati sungai,

Tetapi semuanya melewati darah.

Kadang-kadang melewati penderitaan yang besar,

Tetapi Allah memberikan sebuah nyanyian.

Di waktu malam

Dan sepanjang hari.

 

Kita berada di bawah sinar matahari yang membakar, dituia untuk Allah. Mematikan kehendak bumi, hidup menurut kehendak sorga. Ini adalah tuaian dari bumi.

Kemudian penglihatan yang kedua ini merupakan sebuah terror.  “Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya: ‘Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak.”’

“Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah.

“Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.”

Penglihatan itu memiliki referensi terhadap kebinasaan yang mengerikan dan yang pasti akan terjadi yang dinubuatkan dalam seluruh Firman Allah. 

Sekarang, lihatlah hal itu, seperti yang ditulis Allah di dalam KitabNya ini.  “Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api,” malaikat api ini. Anda lihat, dari mana dia berasal.

Di dalam Kitab Wahyu ini, di pasal enam ayat 9 hingga 11, “Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.

“Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?”’

Itu adalah mezbah tempat dari mana malaikat api itu berasal dengan amarah dan murka dan kegusaran terhadap kejahatan bumi ini, orang-orang yang jahat dan ketidakadilan umat manusia. Dia datang untuk menjawab seruan itu, seperti seruan darah Habel kepada Allah; seperti seruan dari kejahatan Sodom dan Gomora ke sorga; seperti seruan yang digambarkan dalam Wahyu ini tentang dosa Babel yang telah terdengar ke takhta sorga: seruan terhadap penghukuman dan murka serta kemarahan.

Dan seorang malaikat lain datang dari mezbah; ia berkuasa atas api dan ia berseru dengan suara nyaring kepada malaikat yang memegang sabit tajam itu, katanya: “Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak.”

Masa terakhir dari dari kehendak permisif Allah terhadap kejahatan dan kekerasan dan kejahatan dan penolakan dan penghujatan dan ketidakpercayaan, dari hari yang terakhir itu telah datang.

“Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi.”  Itu adalah gambaran yang digunakan dalam pembedaan dengan anggur dari sorga. Tuhan kita yang mulia, Dia adalah pokok anggur dan kita adalah cabang-cabangnya. “Buah-buah pohon anggur di bumi,” anggur dari penolakan dan ketidakpercayaan dan kejahatan serta sikap yang tidak mau bertobat, “buah-buah pohon anggur bumi.”

“Melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah.

“Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah.” 

Anda dapat meliht gambaran dari perumpamaan itu. Itu adalah buah anggur yang dilemparkan ke dalam penggilingan. Tetapi ketika berada di dalam kilang Allah Yang Mahatinggi, darah mengalir keluar. 

Dan itu sama seperti aliran darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.  Akan ada aliran darah sejauh dua ratus mil di dalam pembinasaan yang terakhir di hari kemurkaan yang besar dari Yang Mahatinggi.

Apa yang dirujuk oleh hal itu? Itu adalah maklumat yang pertama dari Kitab Wahyu tentang kengerian, kehebatan, dan sesuatu yang sukar untuk dilukiskan dari pertempuran besar di hari Tuhan yang di dalam Kitab Wahyu disebut dengan Perang Harmagedon.

Oh, hukuman Allah atas orang-orang yang tidak percaya dan yang menguhjat Allah! Anda lihat, mereka berkata bahwa Antikristus, binatang yang pertama itu tidak terkalahkan, “Siapakah yang dapat berperang melawan dia? Lihatlah kuasa yang dia miliki. Lihat kecerdikannya. Lihat kekuatannya. Siapakah yang dapat berperang melawan dia?” Sekarang dia, tidak berdaya, diremukkan di dalam kilang penggilingan Allah Yang Mahatinggi.

Dan mereka berkata tentang nabi palsu, “Lihat kuasanya dalam melakukan mukjijat-mukjijat. Di bahkan dapat menurunkan api dari langit.” Sekarang dia tidak dapat menurunkan api dari langit, karena dia berada di bawah penghukuman dari tangan Allah Yang Mahatinggi.

Betapa merupakan gambaran yang luar biasa yang ada di sini! Pasal ini dibuka dengan pengumpulan anak-anak Allah kepada Anak Domba di Bukit Sion dan pujian yang indah yang mereka nyanyikan. Dan ditutup dengan pengumpulan orang-orang yang tidak percaya yang menolak Allah dan raja-raja dan penguasa-penguasa dan serta pasukan yang ada di bumi.

Hal itu ditutup dengan pengumpulan pasukan di wilayah kecil di Palestina, yang berdasarkan Firman Allah—dan kita akan membacanya sesaat lagi—ukurannya, seperti yang digambarkan Yesaya, dimulai dari Bozra, hingga lembah Yosafat yang digambarkan oleh Yoel, ke gunung Megido yang digambarkan Yohanes, ukurannya sekitar dua ratus mil.

Sekarang, kita harus mengakhiri khotbah ini sesaat lagi. Kita hanya akan membaca bagian-bagian Firman Allah tentang hal ini, karena akhir zaman ini telah berada di dalam pikiran nabi-nabi sejak semula. Bagaimana zaman ini akan berakhir dan bagaimana dunia ini akan tiba di akhir kesudahan sejarahnya di dalam campur tangan Allah.

Sekarang, dengarkan apa yang disampaikan oleh Yesaya di dalam kitabnya pasal enam puluh tiga, “"Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah, dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatannya yang besar?" "Akulah yang menjanjikan keadilan dan yang berkuasa untuk menyelamatkan!"

"Mengapakah pakaian-Mu semerah itu, dan baju-Mu seperti baju pengirik buah anggur?"

"Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.

“Sebab hari pembalasan telah Kurencanakan dan tahun penuntutan bela telah datang.

“Aku melayangkan pandangan-Ku: tidak ada yang menolong; Aku tertegun: tidak ada yang membantu. Lalu tangan-Ku memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarah-Ku, itulah yang membantu Aku.

“Aku memijak-mijak bangsa-bangsa dalam murka-Ku, menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah.” 

Jubah ini berwarna merah, itu adalah Raja segala raja dan Tuhan di atas segala Tuhan akan mengenakannya. Jubah itu akan berwarna merah oleh darah musuh-musuhNya.

Lalu, anda dapat melihatnya di dalam Kitab Wahyu dan di dalam gambaran dari peperangan besar yang akan dilakukan Tuhan. “Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah. 

“Dan dari mulutNya keluarlah sebilah pedang yang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi  dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah.

“Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, Yaitu: RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN SEGALA TUAN.”

Darah! JubahNya dicelup dalam darah. Itu adalah darah dari musuh-musuhNya. Itu adalah hari murka yang besar dan penghukuman dari Allah Yang Mahatinggi. 

Sekarang dari Yoel,  “Maklumkanlah hal ini di antara bangsa-bangsa: bersiaplah untuk peperangan, gerakkanlah para pahlawan; suruhlah semua prajurit tampil dan maju!

Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: "Aku ini pahlawan!"

Bergeraklah dan datanglah, hai segala bangsa dari segenap penjuru, dan berkumpullah ke sana! Bawalah turun, ya Tuhan, pahlawan-pahlawan-Mu

Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru.

Ayunkanlah sabit, sebab sudah masak tuaian; marilah, iriklah, sebab sudah penuh tempat anggur; tempat-tempat pemerasan kelimpahan, sebab banyak kejahatan mereka.

Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari Tuhan di lembah penentuan!

Matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya.

“Tuhan mengaum dari Sion, dari Yerusalem Ia memperdengarkan suara-Nya, dan langit dan bumi bergoncang. Tetapi Tuhan adalah tempat perlindungan bagi umat-Nya, dan benteng bagi orang Israel.”

Dan ini adalah cara Yohanes menyampaikannya dalam pasal enam belas. Bagaimana semua raja-raja itu akan berkumpul bersama-sama? Bagaimanakah seluruh kumpulan itu dapat terikat bersama-sama? Bagaimanakah caranya?

“Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak.

“Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa...."

“Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon.”  Gunung Megido, lembah dari mimpinya, “Dan buah-buah anggur itu dikilang di luar kota dan dari kilangan itu mengalir darah, tingginya sampai ke kekang kuda dan jauhnya dua ratus mil.” 

Tidak pernah ada dalam sejarah manusia, tidak pernah tercatat dalam lembaran-lembaran catatan sejarah umat manusia, sebuah banjir darah besar yang seperti itu dan perang yang mengakhiri dunia ini, yang mana dalam perang besar itu, Tuhan akan campur tangan. Ini adalah hasil dari perbuatan bumi, pada hari kemurkaan Allah. 

Jangan pernah meyakinkan diri anda sendiri bahwa kejahatan akan berada di sini sampai selamanya. Jangan pernah berusaha meyakinkan diri anda bahwa maut akan berkuasa selamanya. Jangan pernah meyakinkan diri anda bahwa kekerasan dan keburukan dan dusta dan ketamakan dan pembunuhan dan peperangan akan merajalela di dunia ini selamanya. 

Berdasarkan Firman Allah, semua itu akan bangkit ke dalam sebuah puncak yang mencapai klimaksnya. Dan ketika semua itu semalkin buruk, maka Allah akan menghakiminya. Dan di dalam campur tangan itu, kerajaan Allah akan datang.

Dan di dalam khotbah-khotbah mendatang dari Kitab Wahyu ini, kita akan melihatnya, tentang campur tangan Allah ini, “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.

Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota

Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "FIRMAN ALLAH."

Di dalam bagian penutup dari penglihatan Yoel, di dalam hari yang mengerikan itu, Tuhan akan menjadi pengharapan umatNya. “Tetapi Yehuda tetap didiami untuk selama-lamanya dan Yerusalem turun-temurun. Aku akan membalas darah mereka yang belum Kubalas, Tuhan tetap diam di Sion.”

Kemudian di dalam Kitab Wahyu anda memiliki gambaran yang indah tentang Millenium, yang digambarkan oleh penyair, nabi, pengkhotbah Yesaya ketika, “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.

“Ketika tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasarnya.”

“Maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.”  KetikaAllah adalah pengharapan umatNya. Itu adalah tuaian yang dibedakan, Allah memperhatikan dan menjaga milikNya sendiri.   

Waktu kita telah habis. Dan ketika kita menyanyikan himne permohonan kita, seseorang dari anda yang pada hari ini ingin meletakkan takdir hidupnya dan mempercayakan jiwanya di dalam pemeliharaan dan perlindungan tangan Allah, maukah anda datang dan berdiri di samping saya?

“Aku akan menemukan di dalam Kristus solusi dari segala masalah yang saya hadapi. Saya percaya kepadanya dan inilah saya datang. Saya tidak sebanding, dan saya mengakuinya, ketika saya menghadapi kedaruratan hidup, kematian, maut, hari penghukuman dari Allah Yang Mahatinggi, tetapi saya percaya di dalam Yesus. Saya akan meletakkannya kedalam pemeliharaanNya, perlindungan tanganNya takdir dari jiwa saya. Saya mempercayakan kepadaNya untuk menyelamatkan saya sekarang dan selamanya.” 

Atau untuk meletakkan hidup bersama dengan kami di dalam persekutuan jemaat yang mulia ini. Ketika Roh, menekankan seruan itu di dalam hati anda, mari datanglah. “Pendeta, inilah saya, Saya akan melakukan keputusan itu sekarang.”

Ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu kita. 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.