KETIKA DIA MEMBUKA MATERAI YANG KETUJUH
(WHEN HE OPENED THE SEVENTH SEAL)
Dr. W. A. Criswell
Wahyu 8:1-5
24-06-62
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Ketika Dia Membuka Materai Yang Ketujuh. Di dalam jadwal anda khotbah pada pagi hari ini seharusnya membahas tentang benang merah internasional yang sesungguhnya. Hal itu seharusnya telah menjadi khotbah yang saya sampaikan pada minggu pagi yang lalu. Pada hari rabu, saya mengubahnya menjadi khotbah yang lain. Dan pada pagi hari ini, saya juga telah mengubahnya menjadi khotbah yang lainnya. Saya memutuskan untuk tetap meneruskan khotbah melalui Kitab Wahyu ini. Dan akan melanjutkannya ke dalam pasal delapan, setelah menyampaikan beberapa khotbah dari pasal tujuh.
Jika anda berpaling ke dalam Alkitab anda di Kitab Wahyu, pasal delapan lima ayat yang pertama, anda akan dapat mengikuti khotbah ini dengan mudah pada pagi hari ini. Ini adalah sebuah eksposisi dari lima ayat pertama dari pasal delapan Kitab Wahyu.
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
Hal pertama yang harus diingat dan hal pertama yang tertulis di sini adalah ketika Anak Domba Allah membuka materai terakhir yaitu materai yang ketujuh, adalah tentang sebuah keheningan di sorga. Itu merupakan sebuah hal yang tidak biasa karena sorga tidak pernah sunyi senyap. Sorga, siang malam dan sepanjang abad dan dunia tanpa akhir selalu dipenuhi penyembahan dan pujian dari para mahluk sorgawi yang dipersembahkan kepada Allah Bapa kita dan kepada Allah Juruselamat kita dan kepada Allah Penghibur kita Yang Kudus dan Pemelihara kita. Tetapi pada pembukaan materai yang ketujuh, seluruh sorga diam dan sunyi senyap.
Anda lihat, ketika Anak Domba membuka materai yang pertama, di sana terdengar sebuah suara bagaikan bunyi guruh yang berkata: “Mari!” Ketika Anak Domba Allah membuka materai yang kedua, ketiga dan keempat, suara guruh yang sama itu terdengar lagi. Ketika Anak Domba membuka materai yang kelima, Dia mendengar seruan dari orang-orang yang telah menjadi martir bagi Kristus, melihat mereka di bawah mezbah, memohon kepada Allah untuk membalaskan darah mereka yang telah tercurah ke bumi. Dan ketika Anak Domba membuka materai yang keenam, di sana ada sebuah getaran yang hebat dari seluruh bingkai alam semesta, kegemparan yang tidak terlukiskan di atas bumi. Tetapi ketika Anak Domba membuka materai yang terakhir, materai yang ketujuh, ada sebuah keheningan di sorga yang dapat dirasakan. Seseorang sukar untuk bernafas. Seluruh gerakan di sorga berhenti. Seluruh pujian dan pemujaan di sorga berhenti. Ada sebuah kesenyapan, sebuah kesunyian luas, yang sukar untuk digambarkan.
Mengapa ada kesenyapan di di sorga? Ini adalah keheningan pertama dari kehebatan dan pengharapan yang besar. Ini adalah drama yang terakhir dari misteri yang besar dari Allah Yang Mahatinggi. Ini adalah materai yang terakhir dan yang paling puncak. Dan kita dapat mendengar intensitas yang tidak diucapkan dan pengharapan dari penghuni sorga ketika mereka berkata kepada diri mereka sendiri,. “Sekarang apa yang ingin Allah lakukan? Dan itu akan menjadi ketetapan akhir dari pelaksanaan hukumanNya di dalam dunia ini yang suka memberontak dan menghujat ?”
Ini adalah kesunyian yang intensif dari pengharapan. Kita diberitahukan dalam Kisah Rasul pasal dua puluh dua bahwa Paulus berdiri di tangga menara Antonio, dan di hadapan orang banyak yang ricuh, berseru untuk nyawanya, dia mengangkat tangannya dan berbicara kepada mereka dalam bahasa Ibrani. Dan ketika dia melakukannya, Alkitab berkata, orang banyak itu menjadi senyap.
Ketika Numa memahkotai raja Roma, mereka datang ke dalam kesempatan yang mulia itu ketika mereka mencari burung, yang mana dewa-dewa akan meramalkan takdirnya. Dan imam meletakkan tangannya yang memberkati di atas kepala raja yang dimahkotai. Dan sejarahwan berkata, “Dan di sana ada sebuah keheningan yang sukar untuk dilukiskan di antara orang-orang.” Seluruh sorga terdiam dan tidak bergerak untuk pengharapan itu dengan perasaan yang hebat.
Ada alasan kedua untuk keheningan yang terjadi sorga: Itu adalah sebuah firasat yang tidak menyenangkan. Bahkan Allah Yang Mahatinggi berhenti di hadapan bencana dari pelaksanaan hukuman yang terakhir itu. Di pembukaan materai yang pertama, kedua, ketiga dan keempat dan kelima serta keenam, menggambarkan keadaan bumi yang oleh perang, oleh kelaparan, oleh wabah dan oleh pertumpahan darah, oleh kekerasan, oleh badai, seperempat dari penduduk bumi dilenyapkan. Dan sekarang ketika mereka tiba di materai yang final dan terakhir, apa maknanya terhadap seluruh penduduk bumi ini? Itu adalah sebuah ketenangan di depan badai. Pernahkah anda melihat awan berkumpul dan terlihat lebih rendah dan langit menjadi gelap dan cahaya kilat jatuh dan menggelegar serta menggentarkan bumi? Kemudian di sana ada sebuah keheningan dan ketenangan daun-daun kelihatan tidak bergerak, dan di sana tidak ada sepoi-sepoi atau hembusan angina untuk sesaat. Kemudian muncullah suara kilatan cahayanya dan guruh yang menggelegar serta bunyi air terjun. Seperti itulah keheningan yang terjadi di hadapan bunyi sangkakala yang merupakan penghukuman Allah yang terakhir.
Ada sebuah jeda di sorga kira-kira setengah jam lamanya—yang tidak berkesudahan dan tidak tertahankan, meskipun sangat singkat. Sama seperti sebuah hal, jika anda melihat anak kecil yang tenggelam dan satu menit dan setengah menit atau sebuah keabadian, jadi seperti inilah keheningan yang terjadi di sorga, sebuah jeda yang tidak akan pernah dapat anda lupakan. Anda dapat merasakannya, anda dapat menyentuhnya, dan hal itu sangat intensitas. Waktu merupakan sesuatu yang sambil lalu dan relatif. Seribu tahun kadang-kadang sama seperti satu hari dan satu hari kadang-kadang sama seperti seribu tahun.
Keheningan yang terjadi di sorga ini pada saat pembukaan materai ketujuh dan yang terakhir membawa drama dari Kesusahan Besar—setelah kesenyapan itu…hal pertama yang dilihat oleh rasul adalah ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala—tujuh, berbeda, tidak biasa, dipilih, terpisah, penguasa kemuliaan yang digambarkan di sini sebagai malaikat kehadiran. Mereka telah ditetapkan, ketujuh malaikat yang berdiri di hadapan Allah.
Di dalam Wahyu pasal lima belas, anda melihat tujuh malaikat yang kepada mereka diberikan tujuh cawan murka Yang Mahatinggi. Tetapi mereka hanya tujuh malaikat. Tetapi artikel yang ada di sini berbeda dan empatik: “Ketujuh malaikat yang hadir di hadapan Allah enopion (ketujuh malaikat yang berdiri enopion, di hadirat Tuhan Allah.)”
Ada tingkatan dari malaikat dalam pelaksanaan tugas dan ketika mereka diciptakan. Beberapa dari mereka adalah yang utama, para pemimpin dan penguasa. Nabi Daniel berbicara tentang pemimpin dari antara kumpulan malaikat. Paulus dan Yudas merujuk kepada penghulu malaikat di dalam kemuliaan. Jadi ketujuh malaikat yang berbeda ini, adalah malaikat yang terkemuka yang bertugas dalam masalah pelaksanaan keadilan Tuhan di bumi, ketujuh malaikat yang berbeda—malaikat kehadiran.
Apakah anda ingat Lukas pasal pertama? Gabriel yang berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan, berkata: “Akulah Gabriel yang berdiri di hadapan Allah.”
Dan ketujuh malaikat itu memiliki kedudukan yang lebih tinggi, yang berada langsung di bawah pengawasan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala, tiap-tiap mereka diberikan satu sangkakala. Mengapa sangkakala? Karena benda itu merupakan alat yang paling sering digunakan dalam Kitab Suci dan menggambarkan kehidupan manusia di hadapan Allah. Jika ada sebuah pernyataan perang maka di sana ada peniupan sangkakala.
Apakah anda mengingat Kitab Yeremia pasal empat? Dia berseru: “Oh jiwaku, bunyi sangkakala, tanda dari perang!” Di dalam pertemuan besar dari orang-orang, ada peniuapan bunyi sangkakala. Seluruh perayaan besar dari Tuhan dimulai dari peniupan sangkakala. Dan terutama pada tahun Yobel. Di dalam penobatan seorang raja, sangkakala dibunyikan. Di dalam kedatangan kehadiran Tuhan di sana ada sebuah suara seperti bunyi sangkakala dan orang-orang menjadi takut karena bunyi suara seperti sangkakala itu. Dan kota Yerikho diruntuhkan karena bunyi sangkakala. Karena itu, saya dapat menduga bahwa di dalam pelaksanaan penghukuman Allah di dalam bumi ini, bahwa ketujuh malaikat itu dengan kejutuh sangkakala itu membawa makna yang penuh dalam pengumuman mereka dan bunyi sangkakala mereka, ketika saya membacanya di dalam Firman Allah.
Jika di sini ada sebuah bunyi sangkakala perang, saya menduga akan ada perang, bahkan pertempuran terakhir dari Allah Yang Mahatinggi. Jika ada bunyi sangkakala yang mengumpulkan orang-orang maka saya menduga bahwa akan ada pengumpulan umat Allah untuk berkumpul bersama-sama di dalam namaNya. Jika ada sebuah bunyi sangkakala untuk menobatkan raja, maka saya menduga penobatan Anak Daud sebagai Tuhan Allah di sorga dan di bumi. Dan jika ada sebuah sangkakala yang menggambarkan kejatuhan orang-orang yang berdosa, kemudian saya menduga tentang kejatuhan kota Babel yang besar. Ketujuh malaikat ini, di tangan mereka ditempatkan ketujuh sangkakala dari penghukuman yang terakhir dari Yang Mahatinggi.
Kemudian diikuti oleh sebuah selingan, sebuah jeda. Ketujuh malaikat itu ketika mereka berdiri di hadapan Allah bersiap-siap untuk meniup sangkakala di ayat enam. Tetapi di antara kesenyapan dan peniupan sangkakala itu ada sebuah selingan. Dan malaikat yang lain datang—ketika ketujuh malaikat itu bersiap-siap untuk mengumumkan pencurahan hukuman Allah, sementara ketujuh malaikat itu berdiri—malaikat yang lain datang dan berdiri di depan mezbah dengan sebuah pedupaan emas:
Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Betapa merupakan hal tidak biasa. Siapakah malaikat ini? Dan “malaikat lainnya:” Saya telah menemukan empat kali di dalam Kitab Wahyu di mana tatanama itu digunakan, yang selalu direferensikan dengan sebuah gambaran pribadi yang mulia di sorga. Sebagai contoh, di dalam pasal tujuh ayat dua:
Dan aku melihat seorang malaikat lain (bahasa yang sama) muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup (Dan dia memateraikan seratus empat puluh empat ribu orang).
Di dalam pasal sepuluh dan ayat pertama, hal yang sama:
Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.
Dan waktu lainnya terdapat dalam Kitab Wahyu pasal delapan belas ayat pertama:
Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliannya.
Dan malaikat ini berdiri di depan altar dan ditangannya terdapat pedupaan emas yang merupakan milik para imam. Karena tulisan ini dan karena pelayanan imam yang digambarkan di sini, begitu banyak pelajar Alkitab berkata bahwa malaikat Yehova ini yang di dalam Perjanjian Lama merupakan pra-inkarnasi Tuhan Yesus Kristus.
Saya tidak memiliki keberatan sama sekali terhadap identifikasi malaikat ini yang tidak lain adalah Kristus sendiri. Hanya penilaian ini menyebutkan bahwa setiap kali di dalam Wahyu ketika Tuhan muncul, Dia dengan sangat jelas ditunjukkan:
Di dalam pasal pertama, Dia disebut Anak Manusia, dan di sana ada sebuah gambaran tentang Dia dengan kunci kehidupan dan kematian yang ada di dalam tanganNya.
Di dalam Kitab Wahyu pasal lima, Dia disebut dengan Singa dari Yehuda, keturunan Daud.
Lebih lanjut di dalam pasal yang sama, Dia digambarkan sebagai Anak Domba yang telah disembelih.
Dan di dalam pasal sembilan belas dari Kitab Wahyu, ketika Dia datang dalam kuasa dan kejayaan serta kemuliaan, Dia disebut Firman Allah, Dia selalu ditunjuk dengan jelas.
Tetapi di sini dan di bagian yang lain, kata yang digunakan adalah “malaikat lain.” Jadi bagi saya, ini adalah malaikat imam, kita hanya menyebutnya dengan hal itu, yaitu malaikat imam. Ketika ketujuh malaikat yang telah dipilih Allah dengan sangkakala penghukuman yang siap untuk dibunyikan, di sana muncullah malaikat imam ini, dan dia berdiri di mezbah korban ukupan. Altar itu disebutkan di dalam ayat ini. Malaikat lain sedang berdiri di depan mezbah dengan pedupaan emas dari Altar dan mencurahkan dupa, dia mempersembahkannya di atas altar emas di hadapan takhta.
Bagi anda semua yang telah bersama dengan kami yang telah berkhotbah selama bertahun-tahun ini melalui Alkitab, sangat familiar dengan pemandangan itu. Di bagian luar dari mezbah tembaga yang besar itu, api terus menyala siang dan malam, dan di atasnya seluruh korban dipersembahkan kepada Allah. Dan di bagian dalam, di Ruang Maha Kudus, di depan tirai, terdapat mezbah emas pembakaran ukupan dengan empat tanduk, yang terdapat dalam tiap sudutnya. Sekali dalam setahun, pada Hari Pendamaian, imam besar dengan darah korban yang dipersembahkan di mezbah korban, masuk ke dalam dan memercikkan darah keadilan dan penghukuman dan kematian, saksi dari penebusan bagi dosa di atas empat tanduk yang ada di mezbah emas. Dan kemudian dua kali sehari sepanjang tahun pada saat korban pagi dan korban petang, imam masuk ke dalam dan mempersembahkan korban ukupan ketika orang-orang berada di luar.
Anda mengingat tentang kisah Zakharia? Itu adalah gilirannya, sekali seumur hidup, untuk masuk ke ruang Maha Kudus dan berada di sana untuk membakar ukupan di situ, sementara seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Dan di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan Gabriel berdiri. “Akulah Gabriel yang berdiri di hadapan Allah.” Di sana ada dua mezbah. Mezbah tembaga yang disebutkan sebanyak enam kali di Wahyu, mezbah emas disebutkan sebanyak dua kali.
Jadi malaikat ini datang dan dia berdiri di mezbah tembaga pengorbanan dan memenuhi pedupaan emasnya dengan api dan bara dari mezbah, dia berdiri di Tempat Kudus, meletakkan kemenyan di atas api suci. Dan Kitab Suci berkata bahwa dia mempersembahkan kemenyan dengan doa dari semua orang kudus. Gambaran dan makna dari hal itu bersifat kekal, bersifat kekal, dan bersifat sorgawi serta penuh berkat. Doa-doa seluruh umat Allah dinaikkan dan disempurnakan. Dan mereka dibuat menjadi indah dan diterima di sorga dengan jasa dan kebaikan dan nilai dan pengorbanan dan kebangkitan dan perantara dari Imam Besar kita di dalam kemuliaan.
Bagaimana pun kita melakukannya, dan mungkin berusaha untuk sempurna di dalam penyembahan kita kepada Allah, bahkan doa-doa kita tidak mengalami kesempurnaan. Mereka tidak disampaikan dengan benar. Mereka tidak disempurnakan dengan benar. Ada ketidaksempurnaan tentang segala sesuatu yang kita lakukan di hadapan Allah, bahkan di dalam doa dan permohonan kita yang terbaik dan tertinggi. Dan malaikat imam ini menambahkan ke dalam doa-doa kita, kemenyan, rasa yang manis dari jasa dan hidup serta nilai-nilai kebajikan Kristus.
Dan apakah anda mencatat dia mempersembahkan kemenyan dengan doa seluruh orang-orang kudus Allah? Semuanya, doa orang-orang kudus Allah, kemarin dan hari ini dan hingga waktu ini akan ditutup. Tidak ada doa yang terhilang. Semuanya dipelihara di depan Allah. Apakah doa itu diucapkan sewaktu masih muda ataukah dibalik sebuah pintu yang tertutup yang tidak seorangpun tahu atau pun lihat, semuanya disimpan di hadapan Allah. Dan bagi semua doa itu ditambahkan jasa dan kebajikan dan anugerah dari Tuhan kita Kristus yang mulia.
Sekarang mengapa bagian ini diletakkan di sini? Ada dua alasan: Yang pertama, hukuman yang terakhir dan utama bagi dunia ini merupakan jawaban bagi doa umat Allah. Apakah permohonan yang paling kudus, apakah seruan rohani orang-orang kudus Allah sepanjang zaman? Doa yang ditempatkan Allah di dalam mulut dan hati umat Allah adalah hal ini: “Datanglah kerajaanMu dan jadilah kehendakMu di bumi sama seperti di sorga.”
Dan sekarang waktunya telah datang untuk doa-doa yang diucapkan umat Allah, masanya telah datang bagi Allah untuk menjawab doa umatNya itu. Dan itulah menjadi poin ini, yaitu ketika doa-doa itu akhirnya dijawab, bahwa Allah telah membawa ke hadapanNya ingatan dari seluruh permohonan itu sepanjang abad. Masanya sudah datang ketika Allah akan melemparkan setan, akan menjatuhkan penyusup, akan menghakimi dosa dan kejahatan dan neraka serta maut sampai selama-lamanya. Masanya telah datang ketika kerajaan Allah akan didirikan di atas bumi. Dan pada masa itu, Allah telah membawa ke hadapanNya seluruh doa orang-orang kudusNya sepanjang abad. “Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu.”
Beberapa orang berpikir dengan buruk tentang doa anak-anak Allah yang sederhana. Seperti seruan Ayub: “Apa untungnya bagi seseorang jika dia berdoa kepada Yang Mahatinggi?” kata mereka. Tetapi Allah berkata bahwa doa-doa ini menggerakkan sorga. Mereka dilemparkan ke dalam tindakan penguasa kemuliaan. Makna dari hal itu bahwa keadilan akan dilaksanakan di atas bumi. Dan dengan sangat mengherankan seluruh ciptaan dan sebelum hukuman akhir itu dijatuhkan dan sebelum kerajaan Allah itu didirikan, ke hadapan Tuhan dibawalah seluruh doa-doa dan ingatan dari seluruh anak-anakNya. Saya telah berbicara tentang hal itu ketika saya berbicara dari Wahyu pasal lima ketika Yohanes melihat Anak Domba yang telah disembelih; dan dua puluh empat tua-tua dan empat kerubim tersungkur di hadapan Allah. Setiap orang memilki cawan emas dan di atasnya penuh dengan kemenyan yang merupakan doa-doa seluruh umat Allah. Semuanya merupakan harta yang ada di cawan emas di dalam kemuliaan, doa-doa dari umatNya.
Kemudian di sana ada alasan kedua mengapa ada sebuah pemandangan kecil di sini sebelum malaikat meniup sangkakala, dan alasan itu adalah: Allah sedang menyingkapkan kepada kita, Allah sedang menunjukkan kepada kita, penghakiman itu, keadilan itu, pelaksanaan karya sorga yang merupakan sisi lain dari iman dan kasih dan pengharapan dan keyakinan dan kepercayaan dan permononan dan seruan kepada Allah. Sebab itu, lihatlah!
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
Betapa merupakan sebuah pemandangan yang hebat. Apakah anda melihatnya? Malaikat imam ini mengambil pedupaan emasnya dan mengisinya dengan api mezbah. Itu adalah mezbah penghakiman Allah, kebenaran Allah, kekudusan Allah yang menentang dosa. Dan di sana korban dipersembahkan dan yang membuat penebusan bagi dosa-dosa umat. Dan malaikat imam memenuhi pedupaannya dengan api dari mezbah tembaga, yaitu penghukuman Allah. Dan dia mengambil pedupaannya dengan api yang berasal dari mezbah tembaga dan dia masuk ke Tempat Kudus. Dan di sana dia mencurahkannya ke atas api, bara yang menyala itu, kemenyan, yang diwarnai dengan jasa dan nilai Kristus. Dan semuanya dipersembahkan kepada Allah, kekudusan, dan ketaatan dan kasih dan pengharapan dan doa-doa dan permohonan dan seruan umat Allah yang dipanjatkan ke dalam kemuliaan.
Kemudian malaikat imam kembali ke latar yang sama. Sekarang dia memiliki pedupaan yang kosong, yang dia kosongkan di atas altar emas; dan pedupaan yang kosong itu dia penuhi lagi dengan api yang berasal dari mezbah tembaga. Tetapi kali ini dia menjatuhkannya ke bumi, dan meledak disertai dengan halilintar dan gempa bumi—tempat pembakaran yang sama, apa yang sama, komposisi yang sama—penghakiman yang bagaimana? Hukuman yang bagaimana?
Lihatlah ke dalam pedupaan emas itu, karena penghukuman dan penghakiman dan murka Allah tidak lain selain merupakan seluruh anugerah yang dinaikkan kepada Allah di atas mezbah emas yang sekarang berbalik ke bawah, dilemparkan ke bawah, dan ditolak dan disakiti. Lihatlah ke dalam pedupaan emas itu, di sana ada kasih, kasih dari orang-orang kudus yang dipanjatkan kepada Allah—kasih Allah yang bersemi ke dalam daging dunia ini.
Lihatlah ke dalam pedupaan emas itu. Di sana ada kasih karunia dan anugerah dan pengampunan dan keselamatan di atas altar emas dari doa dan iman dan komitmen yang dipersembahkan, yang dipanjatkan kepada Allah. Tetapi sekarang dilemparkan ke dalam dunia, kasih karunia dan anugerah dan keselamatan yang telah ditolak itu akan meledak disertai halilintar dan gempa bumi. Itu adalah seluruh hukuman Allah. Anugerah Allah dan kasih karunia Allah yang dihina, ditolak. Seperti yang Paulus sampaikan:
Jika engkau memberitakan Injil Anak Allah, kami adalah bau yang harum dari Kristus yang membawa hidup kepada hidup bagi mereka yang percaya, dan bau kematian bagi mereka yang menolaknya.
Dan itulah sebabnya mengapa saya meminta anda untuk membaca bagian Alkitab pada pagi hari ini dari Kitab Ibrani pasal sepuluh:
Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu.
Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka.
Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi.
Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?
Sebab kita mengenal Dia yang berkata: "Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan." Dan lagi: "Tuhan akan menghakimi umat-Nya."
Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.
“Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. “ Dan kemudian akan diikuti oleh peristiwa selanjutnya, dan kita akan mengkhotbahkannya minggu pagi berikutnya, dan di sana akan diikuti oleh hukuman Allah terhadap orang-orang yang menyangkal Allah, yang sesat, yang mencemooh Allah, yang menolak dan orang-orang yang tidak percaya dari dunia ini.
Oh, Allah jiwaku gemetar. Jiwaku gemetar. Inilah hidup—Tuhan Yesus ini, kematianNya, kebangkitanNya, perantaraanNya—itulah hidup bagi orang yang bertobat dan percaya. Itu adalah sebuah penghukuman, itu adalah sebuah kematian, itu adalah neraka bagi orang-orang yang berkata tidak kepada Roh anugerah dan yang menolak kemurahan Allah.
Oh, oh, (kata nabi Perjanjian Lama), mengapa engkau harus mati? Bertobatlah, bertobatlah, sebab mengapa engkau harus mati?
Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!
Dan seperti syair lagu yang kadang-kadang kita nyanyikan, yang berbunyi, “Ketika salib yang menyucikan, ketika sumber berkat, ketika Roh Allah, ketika kasih Yesus begitu dekat, oh, mengapakah engkau harus mati?” Mengapa seseorang lebih suka untuk terhilang ketika kasih karunia dan anugrah Allah adalah milik kita yang harus diambil, ketika penolakan terhadap hal itu adalah kematian sampai selama-lamanya? Mengapa kita berkhotbah, mengapa kita berdoa, mengapa kita bernyanyi, mengapa kita membuat seruan, hal itu dilakukan supaya anda berpaling dan diselamatkan.
Ketika jemaat kita berdoa pada saat ini dan ketika kita menyanyikan lagu kita, dan ketika Roh Kudus berseru ke dalam hati anda, maukah anda datang sekarang? Katakanlah, “Pendeta, inilah saya, saya memberikan tangan ini kepada anda sebagai tanda bahwa saya telah menyerahkan hati ini kepada Allah.”
Bagi anda yang berada di atas balkon, mari datanglah. Bagi anda yang berada di lantai bawah, mari datanglah. Sebuah keluarga, sebuah pasangan, atau seseorang dari anda, ketika kita menyanyikan lagu undangan kita, dalam baris yang pertama, melangkahlah untuk datang kepada Allah dan kepada Kristus. Lakukanlah sekarang, saat kita berdiri dan menyanyikan lagu kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM