KRISTUS DAN MAUT

(CHRIST AND DEATH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 1:17-18

 

03-31-72

 

           Ini akan menjadi khotbah penutup dalam ibadah pra-paskah yang telah kita lakukan selama lima puluh tahun di sebuah teater yang berada di tengah kota. Dan yang telah menjadi tema utama tahun ini adalah Kristus Dalam Krisis Kontemporer, Tuhan kita di dalam kehadiranNya yang penuh makna dan pesan bagi kita pada hari ini.

            Pada hari Senin, judul kita adalah Kristus dan Negara—Kristus dan Politik, Pemerintahan. Dan pada hari Selasa, judul khotbah adalah Kristus dan Perang. Dan pada hari Rabu, Kristus dan Pengetahuan Modern. Kemarin, judul khotbah kita adalah Kristus dan Komunis; tantangan dan konfrontasi terbesar yang pernah dihadapi oleh orang Kristen, gerakan komunis yang menyebar ke seluruh dunia. Dan  hari ini, sebagai khotbah terakhir pada hari Dia disalibkan adalah sebuah khotbah yang berjudul: Kristus dan Musuh Terakhir Kita, Maut.

            Kita akan mengambil teks yang akan menjadi latar belakang khotbah kita dari Kitab Wahyu:

 

Aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, katanya, Akulah Alpa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.

Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.

Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api.

Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah.

Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik. Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku lalu berkata: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, Dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.  

 

            “Dan Aku—Aku Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Kristus Dan Musuh Terakhir Kita, Maut.  

           Merupakan sesuatu yang melampaui pikiran kita dan bayangan kita, kedalaman yang mulia dari kedatanganNya ke dalam kehinaan yang hebat dari kematianNya. Paulus mengekspresikannya di dalam Filipi pasal 2: Kristus, Tuhan Mesias kita, preinkarnasi Kristus, “yang walaupun dalam rupa Allah,”  morphos Allah. Apapun morphos, rupa Allah itu, Kristus, 

Yang walau pun dalam morphe Allah tidak menganggap kesetaraan itu-- untuk menahan—untuk setara tetap setara dengan Allah: Melainkan telah mengosongkan diriNya. dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia; Dan dalam keadaanNya sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

 

            Turun dan turun dan turun, Dia turun datang dari ketinggian yang mulia, Dia adalah Alpa dan Omega, yang awal dan yang akhir. Turun dan turun, Dia datang hingga menjadi seorang manusia, memiliki daging yang terbuat dari debu tanah. Seorang budak miskin di antara orang-orang miskin. Ya, bahkan Dia mati di kayu salib sebagai seorang penjahat, sebagai seorang pemberontak, disalibkan di antara dua orang penyamun; ditinggikan di antara langit dan bumi; seakan keduanya menolak Dia; ditolak oleh Allah; ditolak oleh manusia, dikutuk dan disiksa.

            Seakan berpikir bahwa siksaan itu tidak cukup, mereka meludahiNya. Dan seakan berpikir bahwa ludah itu tidak cukup hina, mereka menarik jenggotNya. Dan mereka berpikir bahwa menarik jenggotNya belum cukup kejam mereka memahkotaiNya dengan mahkota duri. Dan mereka berpikir bahwa mahkota itu tidak cukup tajam, mereka memakuNya dengan paku yang besar. Dan mereka berpikir bahwa paku itu belum cukup dalam menusukNya, mereka menikam lambungNya dengan sebuah tombak orang Roma. 

            Saat itu adalah hari dimana bumi mengalami hari yang paling gelap. Saat itu merupakan waktu yang paling kelam bagi umat manusia. Telapak yang lembut berada di sekitar salib karena Yesus mati. Dia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya dan mati seperti seorang manusia. Kepala itu sangat indah, yang telah diurapi oleh Maria dari Betani, dan tertunduk dalam keheningan. Dan mulut yang memanggil Lazarus dari kuburan tertutup dan hening. Mata yang menangis atas keruntuhan Yerusalem tertutup dalam kematian. Tangan yang memberkati anak-anak itu dipakukan ke atas kayu salib. Dan kaki yang berjalan di atas Danau Galilea yang berwarna biru dipakukan ke atas salib. Dan hati yang mengasihi dunia itu rusak dan hancur,  mengucurkan darah dan air serta membasahi tanah. Dia telah mati.

            Orang banyak yang memandang Dia itu bubar dan berkata, “Dia telah mati.” Dan orang-orang yang lewat, melalui jalan itu berhenti sejenak, dan berkata, “Dia telah mati.” Dan orang-orang Saduki memberikan selamat atas diri mereka sendiri karena musuh mereka, mereka kembali ke pendengar mereka dan bait mereka serta berkata kepada yang lainnya, “Dia telah mati.” Dan orang-orang Farisi, berbicara dengan penuh kemenangan atas seseorang yang telah mengkhianatiNya, “Akhirnya, Dia telah mati.” Dan kepala pasukan yang menulis surat laporan kepada wali negeri Roma, Pontius Pilatus menulis, “Dia telah mati.” Para prajurit yang datang untuk mematahkan tulang-tulangNya berkata, “Tidak perlu untuk mematahkan tulang orang yang berada di tengah, karena Dia sungguh-sungguh sudah mati.”    

            Dan Yusuf dari Arimatea serta Nikodemus, sahabatnya menghadap Pilatus dan meminta jenazahNya berkata, “Dia telah mati.” Maria ibunya dan Maria Magdalena dan wanita-wanita lain yang mengikuti Dia ke salib dan yang menangis di hadapanNya berkata, “Dia telah mati.” Dan sebelas rasul yang lain, seperti domba yang tercerai berai berkata satu sama lain, “Dia telah mati.” Dan Kleopas yang sedang berjalan ke Emaus berkata kepada orang asing yang berjalan disampingnya, “Dia telah mati.” Kedukaan terdengar berulang-ulang dari hati ke hati dan dari mulut ke mulut. Sekali pun berada di ruang atas, atau di balik pintu yang terkunci rapat atau di jalan yang sepi atau di tempat yang tersembunyi, “Dia telah mati.”

            Semua pengharapan dan mimpi dan visi yang pernah kita miliki bagi kita, rakyat kita, bangsa kita dan dunia terhempas ke dalam debu tanah. Dia telah mati. Terang dunia telah padam. Pengharapan umat manusia telah binasa.

            Petrus sang batu bukan lagi seorang batu. Dia berada di dalam keputusasaan. Yakobus dan Yohanes yang disebut anak-anak Boanerges, anak-anak guruh, sekarang bukan lagi guruh. Mereka telah terhempas ke dalam debu tanah. Simon Zelot bukan lagi seorang Zelot. 

            Para rasul, murid-murid, berada dalam jurang keputusasaan. Dia telah mati dan dikuburkan dan dimeteraikan dan penjaga berdiri di depan kuburNya. Dia sungguh sudah mati. 

            Kemudian pada suatu hari, sebuah hari yang mulia, sebuah hari kemenangan, pada hari Tuhan, pada hari minggu, manusia berdiri ketakutan setengah mati dalam jalur mereka. Seperti cairan api menyambar dari hati ke hati dan mulut ke mulut. Seorang malaikat berkata, “Dia hidup. Dia hidup.” Maria Magdalena berkata, “Aku telah melihat Tuhan.” Kleopas dari Emaus berkata, “Aku mengenal Dia saat Dia memecahkan roti.” Dan segera saja Petrus sang Batu berdiri dan memenuhi Yerusalem dengan pemberitaan yang jelas, “Dia yaitu Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Dia hidup. Dia hidup.”  

            Sepanjang jalan raya Yudea dan sepanjang pantai Galilea dan sekitar pesisir Mediterania dan di atas jalan Athena ke Roma dan ke London hingga ke New York dan Dallas dan seluruh dunia, pemberitaan yang mulia dari pemberita injil adalah : Kristus hidup selama-lamanya.

            Dia akan kembali untuk memerintah bangsa-bangsa dan raja-raja manusia. Angkatlah kepalamu, hai orang-orang yang berduka. Angkatlah hatimu. Dunia, hari Kalvari, hari Paskah, hari yang paling menyedihkan di dunia hanya sebuah bagian hari. Dia hidup. Dia hidup.

            Dan salib sebagai tempat kematiannya menjadi sebuah simbol dari kemenangan dan kejayaan. Benih kepahitan telah menghasilkan buah yang manis dan menakjubkan. Pemakaian mahkota duri itu menjadi sebuah ide yang luar biasa, itu adalah mahkota.

            Darah yang mengalir keluar dari lambungnya telah membuat ungu dari jubah kerajaan yang Dia kenakan. Paku-paku yang dari besi, besi yang dibuat menjadi tombak itu akan dibuat menjadi tongkat untuk memerintah bangsa-bangsa dunia. Salibnya adalah sebuah tanda kemanusiaanNya, identitasnya bersama dengan kita. Kalvari tempat Dia di salibkan merupakan titik tersuci di hadapan dunia Allah. Dan lencana penaklukannya adalah di dalam pengharapan,  winco, di dalam pengharapan, cignowincos, ini adalah sebuah tanda untuk menaklukkan. Dan Tuhan kita Yesus Mesias hidup.

            Sekarang jika Dia hidup, pastilah Dia berada di suatu tempat. Dimanakah Dia? Dimanakah ribuan orang dari imperium Roma yang telah menyaksikanNya bangkit dari kematian? Dan dimanakah kesaksian mereka yang ditulis oleh Yosephus dan Tacius dan Suetonius di dalam karangan mereka dan karya-karya yang mereka tulis? Mereka membenarkan kesaksian yang tidak berkaitan dan tidak memiliki getaran  seperti yang kesaksian yang kita miliki pada hari ini bahwa Yesus hidup. Dia adalah Tuhan yang hidup. Dia adalah Juruselamat yang berkuasa.

            Jika demikian, dimanakah Dia dan apa yang Dia lakukan? Saya menemukan kebenaran tentang kebangkitan dan Tuhan yang hidup. Saya menemukannNya dalam banyak jalan. Yang pertama, saya menemukanNya dalam doa kesembuhan. Saya mungkin tidak percaya tentang penyembuh ilahi, tetapi saya percaya terhadap kesembuhan ilahi. Dan di sisi tempat tidur hanya Allah yang tahu, berapa banyak jemaat saya selama lima puluh tahun sebagai seorang pendeta, saya telah berlutut dan berdoa untuk kesembuhan ilahi.

            Saya tahu bahwa Dia hidup dalam jawaban doa, bersujud di hadapanNya, memohon dan meminta dengan sangat. Dia menyendengkan telingaNya dari sorga dan mendengarkan anak-anakNya ketika mereka berdoa. Saya tahu bahwa Dia hidup dalam regenerasi roh yang mempertobatkan hati kita dan menyelamatkan jiwa-jiwa kita.

            Sebagaimana Dia telah menyelamatkan Simon Petrus dan Rasul Yohanes, sebagimana Dia telah menyelamatkan Ignatius dan Pilikarpus dan Papias dan Savonarola dan John Hus dan John Knox dan John Wesley dan John Calvin dan sebagaimana Dia menyelamatkan Ekarscarba dan George W. Truett, demikianlah Dia menyelamatkan kita pada hari ini. Kita merasakan kehadiranNya, kehadiran yang hidup dan kuasa yang menyucikan dari tangan dan hati serta regenerasi roh dari Kristus yang hidup.

Hari yang sunguh bahagia, hari yang sungguh bahagia

Ketika Yesus membasuh semua dosaku

Dia mengajarku untuk melihat dan berdoa

Dan hidup bersukacita setiap hari

Hari yang sungguh bahagia, hari yang sungguh bahagia

Ketika Yesus membasuh semua dosaku.

           Saya mengenal Dia sebagai Kristus yang hidup ketika saya telah diselamatkan dan bersyukur kepadaNya dan bersukacita di dalam Dia sampai selama-lamanya. Saya mengetahui bahwa Dia hidup dalam kehadiranNya di dalam jemaat kita.  Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia”—Yesus di antara umatNya; Yesus di dalam jemaat-jemaatNya.  

            Saya telah merasakan kehadiranNya ketika saya berpikir bahwa saya dapat menyentuhNya ribuan kali. Dan saya menyembah di dalam nama Kristus di dalam jemaat-jemaatNya. Dan saya mengenal Dia sebagai Tuhan yang hidup di dalam janji dan di dalam iman dan di dalam kemenangan dan di dalam kemuliaan tentang kedatanganNya kembali.

Lihat! Dia datang bersama awan-awan yang turun

Sekali dan selamanya bagi kemurahan orang-orang berdosa

yang telah mati

Dan ribuan orang kudus yang menyertai

Menambah besar kejayaan dari keretaNya

Haleluya, haleluya

Allah menampakkan diri ke dunia untuk berkuasa

            Dan Dia berkata: “Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Sekalipun orang berpikir bahwa kunci itu dimiliki oleh tangan yang lain, Tuhan telah memberi pengakuan kepada rasulNya: Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut. Kita tidak akan mati jika Dia belum menginginkannya. Hidup kita berada di dalam tanganNya yang mahakuasa. Dan selama Dia menginginkannya, hidup kita akan abadi hingga tugas kita selesai dan pekerjaan kita telah berakhir. Dan ketika ajal kita tiba, tidak akan ada tangan yang lain selain dari tangan Dia yang telah memegang kunci dan membuka pintu itu melalui kematian ke dalam kemuliaan yang akan datang. Orang-orang Kristen tidak akan mati, sebab maut telah dikalahkan dan sengatnya telah dipatahkan. Sekarang orang-orang Kristen masuk melalui gerbang kematian dan menuju gerbang kemuliaan—“Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Dan kita berada di dalam tujuannya yang berdaulat, baik dalam hidup ini, baik saat kematian dan di dalam kehidupan yang akan datang. Karena itu dia berkata kepada rasul yang mulia itu: jangan takut. Aku memiliki kunci yang berada di dalam tanganKu. Jangan takut.

            Di dalam gereja kita, di dalam Sekolah Minggu kita, ada seorang gadis kecil yang jatuh sakit dan dokter berkata bahwa ia akan meninggal dunia. Dan ketika ibunya berada di samping gadis kecil yang sedang mendekati akhir hidup dan hampir meninggal, perlahan-lahan menjadi buta.

             Dan dia berseru dengan menyedihkan kepada ibunya, “Oh, Ibu, semuanya mulai nampak gelap, dan aku takut. Ibu, mendekatlah. Mendekatlah. Aku takut. Semuanya menjadi gelap.” Dan ibunya membalas, “Anakku yang manis, Yesus bersama dengan kita di dalam gelap sama seperti Dia berada bersama dengan kita di dalam terang. Janganlah takut.” 

“Ya, sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku.” “Jangan takut! Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”

            Yang pertama adalah salib, kemudian mahkota. Yang pertama adalah pengembaraan di dunia, rasa sakit yang kita alami dalam hidup ini, kemudian kemuliaan dari kehidupan yang telah Allah pulihkan bagi kita di dalam sorga. 

 

Oh salib yang mulia,

Oh, mahkota yang mulia,

Oh, hari kebangkitan,

Para malaikat dari bintang-bintang turun

Dan membawa jiwaku pergi.

 

 

           Kristus dan musuh terakhir kita yaitu kematian.  Kemenangan dan kejayaan bagi kita berada di dalam kebangkitanNya sampai selama-lamanya, amin.

             Dan Tuhan kami yang mulia, semoga Paskah ini memiliki ribuan makna bagi kami karena janji dan pengharapan dan kemenangan dari Tuhan kami yang telah dimenangkan bagi kami di dalam daerah kematian dan lembah kekelaman. Dan sekarang, tanpa rasa takut, kami menghadapi musuh terakhir kami, dan kami tahu bahwa Kristus tealah memenangkan kami sebuah kejayaan yang mulia, dan sekarang, kematian hanyalah sebuah pintu yang telah dibuka oleh Allah ke dalam sorga yang telah Dia sedikan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Di dalam RohNya, di dalam anugerahNya, di dalam kasihNya dan di dalam namaNya, Amin.

 

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.