NYANYIAN SORGA

(THE SONGS OF HEAVEN )

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 5:8-14

03-11-62

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Nyanyian Sorga. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, setelah beberapa tahun belakang ini, kita telah tiba di bagian klimaks dari Alkitab, yaitu Kitab Wahyu. Dan di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal 5, bagian terakhir dari pasal itu. Jika anda berpaling ke dalam Alkitab anda, maka anda akan dapat dengan mudah mengikuti pesan yang terdapat dari Kitab Suci. Wahyu pasal 5 dimulai dari ayat 7:

Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.

Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."

Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta, makhluk-makhluk dan tua-tua itu; jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa, katanya dengan suara nyaring: "Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!"

Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"

Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin". Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. [Wahyu 5:7-14]. 

 

Ini adalah penyembahan terhadap Allah di dalam sorga dan ini adalah pujian dari ciptaan yang telah ditebus dan kumpulan para malaikat sorgawi.

Sekarang sebuah kesimpulan kecil dari khotbah selama dua minggu berturut-turut sebelumnya, yang merupakan khotbah yang didasarkan atas kitab Wahyu pasal lima. Pemadangan di dalam sorga yang terbuka, dengan Allah yang duduk di atas takhta; dan di sekitar takhta Allah, terdapat takhta dari umat tebusan Allah, yaitu dua puluh empat tua-tua; dan di sekelilingnya da empat kerub. Dan kemudian di tangan Allah, di tangan kanan Yang Mahatinggi, terletak sebuah kitab yang dimaterai dengan tujuh materai. Kitab itu adalah sebuah tanda warisan yang hilang. Kitab itu dimaterai dengan tujuh materai yang menggambarkan rintangan di atas kitab itu. Kemudian di sana ada sebuah suara yang nyaring  dari seorang dari seorang malaikat, seperti bunyi sangkakala mengumumkan sebuah pertanyaan yang menembus sudut terjauh dari alam semesta Allah—di sorga, di bumi, di bawah bumi dan dunia yang tidak terlihat. “Dimanakah seseorang,” kata malaikat, “yang mampu untuk datang dan mengambil buku tentang warisan yang telah hilang itu yang terletak di tangan Allah dan membuka materai yang ada di dalamnya? Dimanakah dia?” Sebuah pencarian telah dilakukan di sorga, di bumi, di bawah bumi dan dunia yang tidak terlihat. Dan tidak seorang pun yang mampu—oudeis—“seorang pun tidak.” Tidak seorang pun yang di sorga, di bumi, di bawah bumi dan dunia yang tidak terlihat yang mampu untuk membuka kitab itu dan melepaskan materainya. Dan ketika tragedi itu terlihat, Rasul Yohanes menangis dengan amat sedihnya. Itu berarti bahwa warisan yang telah dibuat Allah untuk keturunan Adam akan hilang selamanya. Tidak ada seorang pun penebus yang ditemukan untuk membelinya kembali. Dosa, kematian, neraka, dan Setan berkuasa selamanya. Tetapi di tengah-tengah tangisan dan ratapan dari rasul itu, maka datanglah seorang dari tua-tua itu—salah seorang yang telah ditebus dan berkata, “Jangan menangis, sesungguhnya, Singa dari suku Yehuda, Tunas Daud, Anak Domba Allah, telah menang untuk mengambil kitab itu, untuk menghancurkan ketujuh materainya, untuk melempar penyusup, dosa, kematian dan neraka serta Setan, dan untuk memberikan kepada ras Adam yang telah hilang, warisan yang telah terjual itu, ciptaan yang ditebus, langit baru dan bumi baru.”

Dan ketika Anak Domba Allah datang—hanya Dia sendiri yang layak dam mampu, Dia adalah kerabat penebus kita. Ketika Dia datang untuk mengambil kitab itu, seluruh ciptaan dipenuhi dengan kegembaraan dan sukacita yang penuh kejayaan. Dam kemudian diikuti oleh penyembahan dalam kemuliaan, nyanyian sorga, yang terdapat di dalam pasal lima ini, yang meliputi tiga doksologi, tiga nyanyian pujian yang luar biasa. Yang pertama, dimulai kerub dan empat puluh dua tua-tua. Kemudian mereka bergabung dengan bala tentara malaikat di sorga. Salah satu frasa Yunani yang ekspresif yang anda temukan di dalam Alkitab—para malaikat dan jumlah mereka: chiliades chiliadon muraides muraidon—jumlah yang sangat banyak, yaitu berlaksa-laksa. Dan kemudian nyanyian pujian yang naik dalam kekuatan dan momentum yang berkumpul dan berkembang luas hingga seluruh ciptaan Allah bergabung di dalam nyanyian pujian dan penyembahan itu. Dan segala ciptaan yang ada di sorga dan segala ciptaan yang ada di bumi dan segala ciptaan yang ada di laut dan segala ciptaan yang telah diciptakan oleh Allah “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: "Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" Dan keempat makhluk itu berkata: "Amin". Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah.” [Wahyu 5:13, 14].  Betapa luar biasa!

Sekarang kita akan berbicara dalam tiga bagian: Yang pertama, penyembahan dari makhluk yang telah ditebus; kemudian penyembahan malaikat; dan yang ketiga, pujian—doksologi yang mereka nyanyikan.

Yang pertama, penyembahan dari makhluk yang telah ditebus: “Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus” [Wahyu 5:8].  Dalam klimaks ini, dan momen yang paling berarti dan yang paling bermakna di seluruh sejarah umat manusia—ketika Anak Domba Allah dilantik sebagai raja atas alam semesta, dan ketika warisan yang telah hilang itu dikembalikan kepada keturunan Adam yang telah jatuh dan penyusup itu dilemparkan—ketika Anak Domba, satu-satunya yang layak mengambil kitab itu untuk menghancurkan ketujuh materainya dan untuk melemparkan Setan dan dosa dan kematian, kemudian kedua puluh empat tua-tua ini, mahluk tebusan Allah, membawa ingatan ke hadapan Allah Yang Mahatinggi semua hal yang telah disampaikan para nabi dan  seluruh hal yang telah didoakan oleh orang-orang kudus Allah. Beban dari permohonan mereka selama bertahun-tahun, kecapi dan mangkuk emas, perkataan dan janji dan ucapan dan doa dan beban kerinduan dan permohonan umat Allah.

Sekarang , saya akan menunjukkan hal-hal ini kepada anda, jika saya memiliki waktu yang cukup. Dan seringkali jemaat akan berkata kepada saya, “Pendeta, anda menyampaikan hal-hal tertentu dan memulainya dan meninggalkan kami. Kami tidak tahu dari mana anda memperoleh hal-hal itu.” Baiklah, saya tidak dapat berhenti atau kita akan berada di sini sampai selamanya. Dan saya takut bahwa saya akan meninggal sebelum saya dapat menyelesaikan mengkhotbahkan seluruh kitab ini. Dan saya mengingat ucapan dari seorang remaja kepada saya, “Tuhan Yesus akan datang, sebelum anda menyelesaikan Kitab Wahyu.” Hal itu hanya untuk menunjukkan kepada anda dari mana saya memperoleh hal-hal itu.

Kecapi adalah sebuah tanda dari para nabi. Sebagai contoh, di dalam 1 Samuel 10:5, nabi Samuel berkata kepada Saul, “Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Allah, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi. Maka Roh Tuhan akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain.” [1 Samuel 10:5, 6].  Nabi datang dengan kecapi. Baiklah kita lihat lagi dalam 2 Raja-raja pasal 3, roh nubuatan belum ada di di dalam diri Elisa. Dan ketika dia berdiri di hadapan kedua raja itu, Elisa berkata, “Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi." Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan Tuhan meliputi dia. Kemudian berkatalah ia: "Beginilah firman Tuhan: …” [2 Raja-raja 3:15, 16].  Ada sebuah pelayanan di dalam penyampaian pesan Allah. Elisa berkata, “Roh nubuatan tidak ada padaku, maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.” Dan ketika pemetik kecapi itu memainkan kecapinya, Roh Tuhan meliputi dia. Nyanyian—Allah mentahbiskan  di dalam petikan senar dan dalam melodi itu, Roh Allah akan bekerja. Kemudian selanjutnya, kita lihat dalam 1 Tawarikh 25:1: “Selanjutnya Daud,” ketika dia mengatur pembagian untuk ibadah dan kemudian dia berbicara tentang Asaf, Heman dan Yedutun, “yang bernubuat dengan kecapi.” Bukankah itu sangat luar biasa? Di dalam ibadah yang hebat itu, Daut membuat pengaturan dalam ibadah, kemudian menetapkan Asaf, Heman dan Yedutun, harus bernubuat dengan kecapi. Kemudian dalam ayat yang ketika, “Yedutun yang bernubuat dengan diiringi kecapi pada waktu menyanyikan syukur dan puji-pujian bagi Tuhan” [1 Tawarikh 25:3].  Kita lihat lagi dalam Mazmur empat puluh sembilan: Aku akan menyendengkan telingaku kepada amsal, aku akan mengutarakan peribahasaku dengan bermain kecapi” (Mazmur 49:5).

Bukankah itu sangat luar biasa? Roh Allah bekerja di dalam nyanyian itu. Mengapa, karena seseorang yang telah kaku, seseorang yang menjadi sama seperti tembaga dan besi yang dapat, rohnya tidak akan bergerak, ketika urapan Allah jatuh di atas paduan suara ketika mereka menyanyikan pujian  dan kemuliaan bagi Allah. “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” [Wahyu 5:13].  Hal-hal ini merupakan tanda dari nubuatan. Dan itulah sebabnya mengapa di tangan tua-tua itu mereka memegang kecapi. Hal itu sebagai sebuah ingatan bahwa Allah telah telah berbicara ketika mereka mendengarkan nubuat melalui nabi-nabiNya, dan ketika Dia memberikan penglihatan kepada para pelihatNya dan ketika Dia menyampaikan pesanNya melalui pelayan yang telah diurapiNya. Jadi, di dalam doksologi ini, para tua-tua memegang sebuah kecapi, yang mengingatkan Allah bahwa melalui semua itu Allah telah berfirman melalui nabi-nabiNya yang kudus.

Dan tiap-tipap orang memegang cawan emas penuh dengan kemenyan, yang merupakan doa orang-orang kudus. Dan saya tidak perlu membicarakan hal itu. Ketika imam besar masuk ke dalam dan ketika jemaat berdoa di luar, imam masuk ke dalam dan membawa mangkuk kemenyan dan ketika kemenyan itu dibakar asapnya naik ke sorga, dengan demikian doa umat Allah dicurahkan di depan takhta Allah Yang Mahatinggi. Di dalam mangkok itu, terdapat doa dan permohonan dan penderitaan dari seluruh anak-anak Allah sepanjang zaman. Karena, tidakkah Ia yang mengajarkan kita berdoa, “Datanglah kerajaanMu?” Dan doa-doa ini tidak hilang. Akan tetapi sepertinya doa itu telah jatuh ke tanah: “Datanglah kerajaanMu,” dan kerajaan itu tidak datang; dan “jadilah kehendakMu,” dan seluruh kehendak di dunia ini terlaksana kecuali kehendak Allah; dan kekerasan merajalela dan kegelapan serta kesalahan memenuhi daratan ini, tetapi anak-anak Allah tetap berdoa, “Datanglah kerajaanMu dan jadilah kehendakmu.” 

Itu adalah sebuah bagian dari tujuan Allah yang didoakan oleh anak-anakNya itu. Dan itu adalah bagian dari kemanjuran doa bahwa di dalam kesudahan zaman, setiap doa dari setiap orang kudus akan menjadi baru dan segar di hadapan Tuhan Allah ketika tua-tua itu membawa mangkok emas yang berisi kemenyan itu di hadapan Allah Yang Mahatinggi dan mencurahkan permohonan dan beban serta penderitaan umat Allah sepanjang abad. Jadi di dalam sorga, ketika mereka menyembah dan mencurahkan mangkok doa mereka, itu berarti mereka sedang membawa ke dalam ingatan Allah tetang janji yang telah Dia buat kepada nabi-nabi. 

Saya sering terkejut dengan para penyembah modern ini, yaitu orang-orang liberal yang duduk di atas kursi professor mereka dan berdiri di mimbar mereka dan mereka berbicara tentang nabi-nabi, dan tidak mengharapkan Allah untuk menggenapinya. Hal-hal besar yang telah disampaikan manusia Allah di dalam Perjanjian Lama di bawah kuasa, baptisan dan perlindungan Roh Kudus, dan kita berharap bahwa hal itu tidak digenapi. Betapa berbedanya dengan kovenan pemeliharaan Allah  yang mengingat setiap janji yang telah Dia buat dan yang pada akhir zaman Dia akan menggenapi setiap perkataan yang telah Dia sampaikan. Ini adalah bagian dari penyembahan dan pujian di dalam kemuliaan, yang dibawa ke dalam ingatan Allah dengan kecapi nubuatan dan mangkok emas yang penuh dengan doa.

Kemudian, penyembahan dari malaikat.  “Maka aku melihat dan mendengar suara banyak malaikat sekeliling takhta…, jumlah mereka berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa” [Wahyu 5:11].  Setiap tempat di dalam Firman Allah, jumlah malaikat tidak pernah disebutkan secara spesifik. Mereka memiliki jumlah yang sangat banyak. Dan di sana, di sekitar takhta ada dua puluh empat tua-tua dan empat kerub. Dan kemudian, sejauh mata memandang, ada kumpulan sorgawi yang tidak terhitung jumlahnya. Dan hal itu sangat signifikan, dan inilah pertama kali kumpulan malaikat sorgawi disebutkan. Dan merupakan sesuatu yang tidak biasa, mengapa hal itu dilakukan. Karena, lihatlah, ketika tua-tua itu menyanyi, mereka bernyanyi dan ditujukan kepada Anak Domba: “Engkau layak…. Engkau telah membeli mereka….. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan....” [Wahyu 5:9-10].  Nyanyian untuk Anak Domba. Para malaikat sehubungan dengan kedudukan mereka, tidak ikut bernyanyi dalam pujian itu, bukankan itu merupakan sesuatu yang mengherankan? Umat tebusan Allah lebih tinggi dari malaikat, para malaikat sehubungan dengan kedudukan mereka, dan mereka tidak bernyanyi secara langsung kepada Anak Domba. Tetapi mereka hanya berbicara tentang Dia. “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!” 

Dan hal lainnya yang sangat mengherankan saya. Malaikat tidak pernah bernyanyi. Tidak pernah! Saya mengetahui dari bagian itu. Saya akan berbicara sebentar yttentang hal itu. Ketika saya tersandung tentang hal itu, itu merupakan sebuah penemuan yang luar biasa. Dan saya telah memikirkan itu di dalam pikiran  saya sebelum saya menyampaikan hal-hal ini, bahwa malaikat tidak pernah bernyanyi. Dan saya akan tetap memegang pemikiran itu. Kita sering berpikir bahwa para malaikat bernyanyi. Paduan suara sorgawi. Berbicara tentang kumpulan penghuni sorgawi. Tetapi sesungguhnya malaikat tidak pernah bernyanyi. Itu merupakan sebuah kejutan di dalam hidup saya. Tetapi ketika saya melihat hal ini, sesungguhnya mereka tidak bernanyi. Kemudian saya melihat Alkitab saya dan mereka berkata bahwa malaikat bernyanyi ketika Yesus lahir. Bukankah hal itu benar? Di dalam seluruh hidup saya dan di dalam seluruh kehidupan seseorang, segala hal yang saya ketahui dan mereka ketahui adalah malaikat bernyanyi ketika Yesus lahir: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi.” Anda tahu tentang nyanyian malaikat. Kita bisa melihatnya kembali di dalam Alkitab kita. “Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” [Lukas 1:13, 14].  Hal itu sama seperti yang terdapat dalam Kitab Wahyu ini. Ada sebuah bala tentara sorga yang berkata dengan suara yang nyaring. Alkitab tidak pernah berkata, bahwa malaikat bernyanyi. Tidak pernah, mereka hanya disebutkan “berkata.” Mereka berada dalam sebuah doksologi, mereka berada dalam sebuah kumpulan yang besar, mereka berada dalam sebuah deklamasi, ucapan yang disampaikan secara bersama-sama. Tetapi Alkitab tidak pernah menyebutkan bahwa malaikat bernyanyi. Dan itu merupakan sebuah hal yang sangat mengherankan bagi saya.  

Kemudian saya mulai membaca dan mempelajari Alkitab dengan lebih teliti lagi dan berusaha untuk menemukan dengan seluruh kemampuan terbaik saya. Dan yang selalu saya lihat adalah nyanyian umat tebusan Allah, nyanyian dari orang-orang yang telah dibasuh oleh darah Kristus, nyanyian dari anak-anak Allah, tetapi malaikat tidak bernyanyi. Dan hal terbaik yang dapat saya temukan adalah hal ini: musik terdiri dari nada mayor dan nada minor. Dan nada minor berbicara tentang kelemahan dan kematian dan penderitaan dan ciptaan Allah ini. Dan secara alami, rintihan dan erangan dan kesedihan berada di dalam kunci minor. Bunyi angin di pepohonan; suara badai, suara angin di sekitar rumah, selalu berada di kunci minor. Ratapannya—bunyi samudera merintih dalam kegelisahannya, dalam debur yang tanpa henti. Bahkan burung bulbul, nyanyian burung yang paling manis, juga merupakan kesedihan. Kebanyakan suara alam berada di dalam kunci minor. Keadaan buruk, keputusasaan,  rasa sakit, keluhan dari ciptaan yang telah jatuh ini. Tetapi malaikat tidak mengetahui hal itu. Malaikat tidak memahami keadaan yang buruk. Tidak memahami keputusaasaan. Tidak memahami kejatuhan. Malaikat tidak memahami semuanya itu. Kunci mayor dan nada mayor merupakan nada kemenangan dan kejayaan. Ia telah mengangkat kita dari celah yang dalam. Ia mengambil kita dari lumpur yang kotor. Dia telah menjejakkan kaki kita di atas karang dan Dia telah menempatkan sebuah nyanyian baru di dalam jiwa kita dan pujian yang baru di atas bibir kita. Seorang malaikat tidak pernah ditebus. Seorang malaikat tidak pernah jatuh dan dibawa kembali kepada Allah. Hanya itu yang dapat saya temukan  atu pikirkan mengapa malaikat tidak pernah bernyanyi. Hanya umat Allahlah yang bernyanyi.

Kita melihat sebelum dan sesudah

Dan rindu akan apa yang bukan:

Tawa kita yang sungguh-sungguh

Dengan beberapa rasa sakit yang penuh;

Atau nyanyian kita yang paling manis

Menandakan kesedihan kita.

 [“To a Skylark,” by Percy Bysshe Shelley] 

Hanya memikirkan sebuah stanza Shelley di dalam pikiran saya, saya tidak pernah memikirkan hal itu sejak saya masih kecil. Nyanyian kita yang paling manis adalah bersamaan dengan kesedihan kita yang paling dalam. Entah bagaimana bahwa penderitaan hidup dan kekecewaan hidup dan keputusasaan dari hidup membuat orang-orang bernyanyi.  Bahkan di masa yang paling gelap atau dalam kemuliaan dari pelepasanNya. Itulah sebabnya orang-orang tebusan bernyanyi dan para malaikat hanya  membicarakannya. Mereka melihatnya. Mereka mengamatinya. Tetapi mereka tidak mengetahui apa-apa tentang hal itu. Karena itu tercipta dari kehilangan dan kejatuhan manusia yang dibawa kembali kepada Allah, manusia yang telah diampuni dosa-dosanya, manusia yang telah ditebus, hal itu membuat sebuah jiwa yang telah selamat untuk bernyanyi.

Sekarang, bolehkah saya berbicara tentang lagu yang mereka nyanyikan. Ada tiga doksologi di dalam pasal ini. Sekarang, saya ingin menunjukkan sesuatu di dalam kitab ini. Meninggalkan doksologi dari para malaikat yang tidak bernyanyi, dan mengikuti nyanyian dari umat tebusan Allah, saya ingin menunjukkan kepada anda, bagaimana hal itu berkembang dan berkembang dan terus berkembang. Baiklah, yang pertama terdapat di dalam Wahyu pasal pertama ayat keenam—dan itu adalah dua lipatan doksologi (doksologi yang bolak-balik): “Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah BapaNya – bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin” [Wahyu 1:6].  Dua bagian doksologi—“ Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.” Kemudian doksologi berikutnya akan menjadi  tiga bagian. Kita bisa lihat di dalam Wahyu pasal 4 di ayat yang terakhir: “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa” (Wahyu 4:11). Doksologi berikutnya adalah yang dinyanyikan oleh umat tebusan itu, yang memiliki tiga bagian: “Pujian-pujian dan hormat dan kuasa.” Sekarang doksologi berikutnya yang dinyanyikan oleh umat yang tekah ditebus itu, memiliki 4 bagian dalam pasal 5 ayat tiga belas, “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:13).  Kemudian di dalam pasal 7 ayat 12, adalah doksologi yang memiliki tujuh bagian yang merupakan yang terakhir—“Amin! Puji-pujian dan kemuliaan dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya. Amin” (Wahyu 7:12). Ketika Wahyu makin berkembang, umat tebusan Allah semakin menyadari tentang apa yang telah Allah lakukan bagi mereka, dan doksologi ini semakin terus berkembang di dalam kemuliaan dan keagungan dan peninggian dan ketakjuban dan penghormatan serta penyembahan.

Sekarang mari kita lihat tiga hal di dalam nyanyian itu untuk sejenak. Yang pertama, dan anda memiliki terjemahannya, “Dan mereka menyanyikan”—kata kerja dalam bentuk masa kini, menekankan intensitas dari nyanyian itu: “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru.” Ada dua kata Yunani untuk kata “baru”—neos adalah baru dalam bentuknya; kine, kinos, adalah baru dalam karakter, dalam jenisnya, dan kata yang ada di sini adalah kinen—mereka menyanyikan sebuah jenis lagu yang baru. Mereka menyanyikan sebuah nyanyian baru yang belum pernah didengar oleh dunia sebelumnya. Nyanyian—anda tahu ada tiga kata Yunani untuk kata “nyanyian”—sebuah psalmos adalah sebuah Mazmur, sebuah hymnos—bukankah sangat aneh bentuk dari kata Yunani ini dalam bahasa kita—sebuah hymnos itu adalah sebuah lagu suci, dan sebuah ode, o-d-e, mereka mengucapkannya dengan “ode.”  Dan sebuah ode adalah sebuah nyanyian umum, dan itulah kata yang digunakan di sini. “Dan mereka menyanyikan suatu ode baru, mereka menyanyikan suatu nyanyian baru, katanya….” Dan ada empat hal di dalam nyanyian mereka. Mereka menyanyikan—“Ini adalah untuk kemuliaan Allah”—menebus kita bagi Allah. Hal ini terdapat dalam surat Efesus pasal pertama.  Saya berharap agar anda membacanya, dan melihat penebusan yang telah dilakukan bagi kita, keselamatan jiwa kita dan menjadi ciptaan yang baru untuk kemuliaan Allah. Dan yang kedua, hal itu dilakukan dengan salib—“ Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah”—menebus kita bagi Allah.” Dan yang ketika, hal itu tidak terbatas—“ dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.” Dan kemudian, ketika saya berkata bahwa banyak orang, terutama orang liberal yang berkata, betapa kasar, betapa bodoh dan betapa duniawinya serta tidak bersifat rohani—bahwa kita harus menanti sebuah kerajaan dan bahwa kita akan menjadi manusia yang nyata di dalamnya dan kita akan menjadi raja dan imam bagi Allah kita dan bahwa kita akan memerintah di bumi ini—sebuah kebangkitan yang nyata, sebuah tubuh yang nyata, sebuah penebusan yang nyata, sebuah bumi yang nyata, sebuah Kristus yang nyata, sebuah kerajaan yang nyata dan umat Allah tinggal dalam hadiratNya adalah sebuah kehidupan yang nyata.” Sekalipun begitu, di dalam perkataan saya, hal itu sesuai dengan apa yang diakui dalam Alkitab ini, bahwa hal-hal ini disingkapkan dan dinyatakan oleh Allah Yang Mahatinggi. Kita akan menjadi manusia yang nyata; anda akan tetap menjadi anda, dan kita semua akan menjadi diri kita sendiri. Dan kita akan hidup di dalam tubuh yang telah ditebus, seperti tubuh Tuhan kita; dan kita akan menjadi manusia yang nyata; dan kita akan memerintah di bumi ini. Nyanyian umat tebusan Allah. Dan kemudian doksologi para malaikat.

Dan sekarang, saya akan menutupnya dengan tulisan nyanyian pujian itu. Lihatlah. Bilangan empat adalah bilangan untuk dunia ini. Dan empat pujian yang ada di sini disusun dengan mantap. Tiap-tiap pujian itu memiliki sebuah artikel di depannya. “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ha eulogia,” dalam bahasa Inggris kata itu adalah “eulogy”—ha eulogia.  Dan aku mendengar mereka bernyanyi, “kemuliaan”—ha eulogia.  Dan kemudian yang kedua—ha time, hormat.  Kemudian yang ketiga—he doxa, puji-pujian—he doxa. Dan kemudian he kratos—kratos, kuasa.  Masih-masih telah ditetapkan sedemikian. Itu adalah pujian dari seluruh mahluk kepada Allah. “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!"

Dan selanjutnya di dalam Kitab Wahyu, Anak Domba dan Allah Yang Mahatinggi, bersama-sama di dalam pujian. Dan di dalam pasal berikutnya, bersama-sama dalam kemurkaan, kemudian dalam pasal 7, bersama-sama dalam penghiburan. Dalam pasal 19, bersama-sama dalam kemenangan dan di dalam pasal 21 dan 22, Anak Domba dan Allah Yang mahatinggi berada di dalam cahaya itu, dan mereka berada di dalam Bait Suci dari kota sorgawi itu. Dan mereka berada di dalam berdaulat di atasnya.  Dan saya seringkali berkata bahwa kita saya berharap memiliki kesempatan untuk mempertahankan dan menjelaskan hal ini—bahwa satu-satunya Allah yang pernah anda lihat adalah Yesus. Satu-satunya Allah yang pernah anda rasakan adalah Roh Kudus. Dan satu-satunya Allah yang berada di atas sana adalah Tuhan Allah Yang Mahatinggi. Dan ketika anda tiba di sorga, anda akan melihat Tuhan Allah Yang Mahatinggi, Yesus Kristus. Dan kita akan menyembah Dia, memuja Dia, dan kita akan memandang wajahNya dan Dia akan menjadi Tuhan dan Raja kita. Dan kita akan mengasihi Dia dan menyembah Dia dan bernyanyi bagi Dia dan melayani Dia, sampai selama-lamanya.

 

Ini adalah jemaat yang bernyanyi tentang kemenangan

Layaklah Anak Domba

Seluruh sorga penuh dengan nyanyian,

Layaklah Anak Domba

Takhta dan kuasa tertunduk di hadapanNya

Dupa dan suara yang manis naik keatas

Gelombang paduan suara tidak pernah berhenti

Layaklah Anak Domba

Bergabung ke dalam nyanyian keselamatan yang besar

Nyaring seperti guruh yang menggelegar

Banjir dari sungai yang besar tercurah,

Tersungkur dalam pujian di bawah kakiNya,

Layaklah Anak Domba.

Kecapi dan nyanyian selamanya bergema

Layaklah Anak Domba.

Anugerah yang besar melimpah atas dosa

Layaklah Anak Domba

Dengan darahNya Dia telah membeli kita

Dengan mengembara, Dia mencari kita

Dan membawa kita ke dalam kemuliaan

Layaklah Anak Domba

Bernyanyi dengan penuh berkat,

Layaklah Anak Domba

Melalui penderitaan dan kelam kabut

Layaklah Anak Domba

Catatan yang manis yang paling unggul.

Berdiam diatas tema yang kekal,

Tak terhitung, tak dapat disampaikan,

Layaklah Anak Domba.

 [Anonymous, “’Tis the Church Triumphant Singing”] 

 

“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.” [Wahyu 5: 9,10]. Itulah yang mereka nyanyikan dalam kemuliaan. Allah telah menguduskan kepada kita kasih itu, pujian itu, penyembahan itu, bahkan sekarang, bahkan pada saat ini.  

Dan ketika kita menyanyikan lagu undangan kita, jika ada seseorang dari anda atau sebuah keluarga yang ingin menyerahkan hatinya kepada Yesus dan percaya kepada Yesus atau yang ingin bergabung ke dalam jemaat ini, maukah anda datang? Majulah ke depan dan berdiri di samping saya dan katakan, “Pendeta, saya mengulurkan tangan ini kepada anda sebagai tanda bahwa saya menyerahkan hati ini kepada Yesus.” Atau, “Pendeta, ini istri saya dan anak-anak saya, hari ini kami maju ke depan untuk bergabung dengan jemaat ini.” Ketika Roh Kudus membuka pintu itu dan memimpin jalan anda, maukah anda melakukannya pada pagi hari ini? Lakukanlah, ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM