KELAYAKAN ANAK DOMBA

(THE WORTHINESS OF THE LAMB)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 5:1-14

03-04-62

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Kelayakan Anak Domba. Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dalam Alkitab, kita telah tiba di Kitab Wahyu. Dan di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal 5. Ada dapat melihat tempat itu dengan mudah di dalam Alkitab anda, dan anda dapat dengan  mudah mengikuti khotbah ini. Kitab Wahyu pasal 5—

Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?" Tetapi tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya. Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorangpun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya. Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya." Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. [Wahyu 5:1-7] 

 

Seperti yang telah saya sampaikan pada minggu yang lalu, saya berharap dapat menyampaikan tiga khotbah berturut-turut dari pasal lima ini, yaitu minggu yang lalu, hari ini dan minggu berikutnya. Karena semuanya berhubungan dengan sebuah pemandangan yang agung di dalam sorga, tentang penebusan ciptaan Allah ini. Kita tidak tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikannya dalam satu khotbah karena akan sulit bagi kita untuk melihat semua pemanndangan itu sekaligus dalam satu khotbah, sebagai konsekuensinya, kita membaginya menjadi tiga bagian. Minggu yang lalu, kita telah berbicara tentang kitab dengan tujuh materai. Minggu yang akan datang kita akan berbicara tentang nyanyian orang-orang kudus dan umat tebusan dan respon dari kumpulan ribuan malaikat sorgawi. Manusia memiliki jumlah yang dapat dihitung. Kerub memiliki jumlah yang dapat dihitung. Para tua-tua memiliki jumlah yang dapat dihitung. Orang-orang pilihan memiliki jumlah yang dapat dihitung. Tetapi tidak pernah ada sebuah hitungan bagi kumpulan malaikat sorgawi. Dan minggu depan kita akan berbicara tentang nyanyian pujian mereka.

Minggu pagi yang lalu, kita telah berbicara tentang kitab dengan tujuh materai. “Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai” [Wahyu 5:1].  Dan kitab itu merepresentasikan sebuah warisan yang telah hilang. Dan ketujuh materai kitab itu—gulungan itu digulung dan dimateraikan, kemudian digulung lagi dan dimateraikan, demikian seterusnya hingga materai yang ketujuh memateraikan seluruh gulungan itu. Kemudian ketika kitab itu dibuka, materai yang pertama dihancurkan, kemudian materai yang kedua dan materai yang ketika dan seterusnya hingga materai yang ketujuh dihancurkan dan seluruh gulungan kitab itu terbuka dan dapat dibaca. Kitab itu adalah sebuah kitab tentang sebuah warisan yang telah hilang. Warisan yang telah diciptakan untuk kita, untuk keturunan Adam. Dan kita telah menghilangkannya di dalam dosa dan kejahatan kita. Dan seorang pengacau mengambilnya: dosa dan kematian dan neraka dan setan dan kejahatan dan hukuman dan murka serta kutuk telah mengambil warisan kita itu hingga hari ini. Dan berdasarkan hukum dan adat istiadat dari Yunani kuno, tanda dari sebuah warisan yang hilang adalah sebuah gulungan kitab yang dimateraikan. Dan fakta bahwa di dalamnya ada tujuh materai menekankan rintangan  yang kuat atas warisan ini. Dan seorang penyusup, seorang perusuh, sebuah mahluk asing, seorang musuh telah mengambilnya dan kitab penebusan itu menunggu seorang goel, “seorang kerabat penebus”—yang layak, yang mampu dan kerabat yang resmi untuk membelinya kembali dan memperbaharuinya kepada pemilik yang sah. Dan ketika kitab penebusan itu berada di tangan seseorang yang layak maka materai itu dibuka kemudian dilemparkan ke dalam hukuman Allah yang diikuti dengan pembukaan materai itu—pengusiran dan pelemparan penyusup itu dan perusuh itu dan mahluk asing itu dan musuh itu hingga akhirnya seluruh kepemilikan itu ditebus. Dan dosa dan neraka dan maut dan Setan dilemparkan ke dalam lautan api, dan dihancurkan selamanya dan sampai selama-lamanya, dan Allah menciptakan sebuah bumi baru dan langit baru bagi kita dan mengembalikan warisan kita yang telah dihilangkan di dalam Adam dan di dalam dosa. Itu adalah kitab dengan tujuh materai yang berada di tangan Allah. Itu adalah simbol dari sebuah warisan yang telah dijual dan hilang. Kitab itu merepresentasikan rintangan yang terletak di atas kepemilikan itu yang sedang menunggu seseorang untuk menebusnya, untuk membelinya kembali, untuk mendapatkannya kembali dan mengangkat kembali pemiliknya yang semula.

Sekarang kita akan memulai khotbah kita pada pagi hari ini. “Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?” [Wahyu 5:2].  Seluruh moral dan pikiran yang cerdas serta mata dari alam semesta Allah terpusat atas kitab yang dimateraikan itu. Dan suara malaikat yang nyaring berkata bahwa masa itu telah datang. Jika ada seorang wakil yang resmi, jika ada seorang goel yang mampu,  jika ada seorang kerabat penebus yang layak dan mampu membeli kembali warisan ini, maka dia boleh melangkah ke depan, sebab waktunya telah datang untuk menebus seluruh kepemilikan itu.

Dan suara malaikat yang kuat itu jauh menembus ke dalam sudut kemuliaan dan mencari hingga seluruh bumi dan menjangkau hingga dunia dari orang yang telah meninggal. Dimanakah seseorang itu? Dan pencarian dibuat di dalam sorga? Dimanakah seseorang itu? Dan pencarian dilakukan di seluruh bumi. Dimanakah seseorang itu? Dan pencarian dilakukan di dunia lain. Dimanakah seseorang yang mampu untuk datang dan memangku jabatan penebusan ini dan untuk mendapatkan kembali kepemilikan warisan ini dan untuk membelinya kembali dari penyusup itu, mahluk asing dan seorang musuh yang sekarang memilikinya? Siapakah, kata Allah, kata malaikat dengan suara yang nyaring. Siapakah yang layak untuk membuka kitab itu dan untuk melepaskan ketujuh materai itu dan untuk membersihkan warisan itu dari rintangan yang berat?

Kemudian kata yang terdapat dalam ayat berikutnya: “Dan oudeis di sorga, dan  oude di bumi, oude yang dapat membuka gulungan kitab itu” [Wahyu 5:3].  Tidak ada seorang pun yang mampu untuk membuka kitab itu bahkan untuk melihat sebelah dalamnya. Kemudian kata ini, cara bahasa Yunani membentuknya sama seperti bahasa Jerman, kata ini adalah kata ekspresif, yang memiliki penekanan yang kuat.  Anda memiliki terjemahan, “Tetapi tidak ada seorangpun yang di sorga atau yang di bumi atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.” Cara untuk membentuk kata itu, oudeis, kata Yunani untuk “tidak” adalah heis.  Jadi, “oudeis—mereka meletakkan kata itu bersama-sama dan membentuk sebuah kata oudeis—“tidak ada seorang pun, satu pun tidak.” Pencarian dilakukan di sorga dan tidak seorang pun yang di sorga yang mampu atau layak. Ketika malaikat dan dan kuasa-kuasa dan penghulu malaikat dan semua tingkat lapisan yang berada di sorga, melihat kitab yang dimateraikan itu dan melihat tulisan yang ada di sebelah dalamnya, dan satu pun tidak ada yang mampu dan layak, mereka  mundur dalam rasa malu dan ketidak-mampuan; dan mereka menjadi diam dan kelu; dan seluruh sorga menjadi hening. Dan, oudeis, oude—dan tidak seorang pun yang ditemukan di dunia bawah—tidak seorang pun, oudeis—tidak seorang pun yang ditemukan dalam kematian, di dunia roh, yang layak. Dan, oude—atau bahkan tidak ada seorang pun yang ditemukan di bumi. Tidak ada satu pun.

Itu adalah cara kalimat itu dibingkai—“ Siapakah yang layak membuka gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?"—cara dari hal-hal itu dibingkai, anda mungkin akan berkata bahwa di sana ada orang yang mencobanya—seseorang yang berusaha untuk mencapainya. Dan jika kalimat itu dibingkai sedemikian maka sebuah pertanyaan timbul. Yang merujuk kepada hal itu. Dan hal itu benar secara historikal. Selama berabad-abad sejak Adam kehilangan warisannya, ada begitu banyak orang yang berusaha untuk membelinya kembali, untuk memenangkannya kembali, untuk menemukan kebaikan yang tertinggi dan memberikan kita kembali warisan yang telah hilang itu. Ini adalah Utopia, yang telah lama dilakukan oleh jiwa kita. Seni dari peradaban dunia telah berusaha melakukannya. Seluruh ilmu pengetahuan politik sepanjang abad telah berusaha melakukannya. Revolusi ini, bentuk pemerintahan yang berbeda, berusaha untuk menemukan beberapa cara untuk membawa kembali warisan yang telah hilang itu kepada umat manusia. Filsafat, pemikiran manusia yang terbaik, telah berusaha memikirkan hal itu.  Dan agama yang diciptakan manusia berusaha untuk mendapatkan hal itu kembali. Selama berabad-abad, sepanjang sejarah umat manusia, usaha itu telah dilakukan. Siapakah yang layak, yang mampu, untuk membeli kembali, untuk memberikan kembali kepada kita, warisan yang telah hilang itu? Siapakah? Dan tidak ada seorang pun di sorga, di bumi dan dan di bawah bumi, tidak seorang pun yang mampu untuk membuka kitab itu ataupun melihat di sebelah dalamnya.  

Dan kemudian muncullah ungkapan yang ekspresif dalam bahasa Yunani, sebagaimana Yohanes menulisnya: “Maka menangislah aku dengan amat sedihnya” (Wahyu 5:4). Penekanannya adalah di dalam tekanan dan penderitaan hati dan kedukaan dari Yohanes ketika dia menanti seseorang dari sorga atau dari dunia bawah atau di atas bumi untuk maju ke depan dan menebus warisan yang telah hilang ini—ciptaan Allah yang telah hancur. Dan ketika dia menunggu, tidak ada seorang pun yang ditemukan, tidak bumi, tidak di sorga, tidak di bawah bumi, tidak ada seorang pun yang dapat ditemukan. Dan Yohanes menulisnya dalam sebuah cara di mana anda dapat melihat penderitaan yang dalam dari jiwanya. “Kai ego, dan saya—dan kata ganti orang itu juga merupakan kata kerja—“Maka menangislah aku dengan amat sedihnya.” Anda akan menemukan kata kerja yang identik dengan hal itu, yang sama seperti dalam Wahyu itu di dalam Kitab Lukas 19:41: “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya.” Kalimat itu memiliki kata kerja imperfek yang sama. Dia menangis ketika melihat hal itu. Itu adalah penjelasan Yohanes dari penderitaan yang ada di dalam jiwanya ketika dia menunggu seorang penebus yang mampu untuk maju ke depan dan mengambil kepemilikan itu dan mengembalikannya kepada umat manusia yang telah rusak dan hilang. Dan ketika dia menunggu, seluruh sorga berada di dalam penantian dan keheneningan. Tidak ada seorang pun yang maju ke depan, seseorang yang mampu dan layak mengambil kitab itu dan menebusnya kembali kepada orang yang berhak memilikinya. Dan Yohanes, ketika dia menunggu dan ketika tidak ada seorang pun yang maju ke depan, dia menangis dengan amat sedihnya.   

Ini adalah air mata dari seluruh umat Allah sepanjang abad. Air mata dari Rasul Yohanes adalah air mata dari Adam dan Hawa, yang diusir keluar dari Taman Eden, ketika mereka menunduk di hadapan maut, ketika mereka membasahi tanah dengan air mata melihat tubuh yang kaku dan hening dari anak mereka Habel. Ini adalah air mata anak-anak Israel yang berada di dalam perbudakan ketika mereka berseru kepada Allah di dalam kesusahan dan penderitaan mereka. Ini adalah air mata dari orang-orang pilihan Allah selama berabad-abad ketika mereka berseru ke atas sorga. Ini adalah tangisan dan air mata yang memancar dari dalam hati dan jiwa umat Allah, ketika mereka melihat keheningan dari kematian orang-orang yang mereka kasihi, ketika mereka berdiri di depan kuburan mereka yang terbuka, ketika mereka mengalami pencobaan dan penderitaan dalam hidup, hati yang luka dan kekecewaan yang sukar untuk dilukiskan. Kematian adalah kutuk dari dosa dan pemberontakan yang terletak di atas ciptaan Allah yang indah. Dan ini adalah hukuman dari dia yang telah memegangnya, yaitu sang penyusup itu, perusuh itu, makluk asing itu, naga itu, ular tua itu, iblis itu. “Maka menangislah aku dengan amat sedihnya,” karena makna dari itu adalah bahwa bumi ini akan tetap berada di dalam kutukannya. Karena makna dari hal itu adalah kematian dan dosa dan hukuman dan neraka akan bertakhta selama-lamanya dan kedaulatan dunia Allah akan tetap tinggal di tangan Setan sampai selama-lamanya. “Maka menangislah aku dengan sedihnya, karena oudeis”—tidak ada seorang pun yang ada di sorga, di bumi dan di bawah bumi yang dapat membuka kitab itu dan melepaskan ketujuh materai itu, dan untuk mengusir keluar orang-orang yang telah mengutuk dan menghukum bumi kita. “Maka menangislah aku.”

“Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya….”[Wahyu 5:5]—dan salah seorang tua-tua. Mengapa? Saya berpikir itu adalah seorang malaikat yang yang gagah dan yang berseru dengan suara nyaring. Tidak. Ia adalah salah satu dari tua-tua itu. “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Matius 5:4). “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu”—seseorang yang dirinya sendiri telah mengetahui bagaimana hatinya telah diregenerasikan, seseorang yang tahu bagaimana dirinya telah ditebus, yang tubuhnya telah dibangkitkan dari debu tanah, dan salah satu tua-tua, seorang tebusan, seseorang yang telah dibayar oleh darah—“Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku, Jangan menangis! Lihatlah!” Dan itu telah menjadi tangisan jemaat sepanjang abad-abad ini: “Jangan menangis, jangan menangis. Angkatlah mukamu. Angkatlah hatimu. Bangkitkanlah jiwamu. Lihat! Lihatlah!” Itulah yang dilihat oleh nabi-nabi ketika mereka melihat ke depan untuk melihat sebuah hari, dan mereka melihatnya dan mereka bersukacita. Ini adalah yang diberitakan oleh Kristen mula-mula, inilah yang diumumkan oleh mereka kepada dunia. Itulah yang mereka sampaikan. Itulah yang mereka khotbahkan. Itu adalah Injil Anak Allah: “Jangan menangis, jangan menangis! Lihat! Lihat!” “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya” (Wahyu 5:5).

Hanya untuk sesaat—setiap suku kata di dalam Alkitab ini dan dalam setiap kata dan setiap kalimat penuh dengan makna yang memiliki maksud yang sangat dalam. “Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda.” Saya mengetahui hal itu. Di dalam Kitab Kejadian pasal empat puluh sembilan, ketika Israel sedang memberkati dan bernubuat tentang kedua belas anaknya, dia berpaling kepada anaknya yang keempat, yaitu Yehuda:  

Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu—itulah arti dari nama Yehuda, yaitu “pujian”—tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.

Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya?

Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. [Kejadian 49:8-10]. 

 

Yehuda—Singa dari suku Yehuda! Dan Tunas Daud! Di dalam Kitab Wahyu pasal yang terakhir yaitu pasal 22 ayat enam Dia berkata, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud…” (Wahyu 22:16). Aku adalah Tunas dan keturunan Daud—tunas Daud. Itu adalah hal yang sama, yang seringkali anda temukan disebutkan di dalam Firman Allah. Itu adalah hal yang sama seperti yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis dalam Injil Yohanes pasal pertama ayat lima belas. Yohanes Pembaptis berkata, “Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku sebab Dia telah ada sebelum aku.” Inilah aku, utusan, yang memberitakan jalan Tuhan dan mengumumkan kepada dunia bahwa sesudah aku akan datang Mesis Tuhan yaitu Kristus, tetapi “Dia telah ada sebelum aku” (Yohanes 1:15). Tunas Daud! 

Hal yang sama akan anda temukan di dalam diskusi Tuhan kita di dalam Kitab Matius pasal dua puluh dua, ketika Dia berkata kepada orang-orang yang berusaha membinasakan Dia,

"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud."

Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata:—kemudian Dia mengutip Mazmur 110:1—Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.

Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"

Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya. [Matius 22:42-46]. 

 

Bagaimanakah Daud raja yang besar sujud menyembah? Bagaimanakah Daud akan menyembah di hadapan anaknya dan memanggil anaknya dengan Tuhan? Nama yang sama adalah untuk Tuhan. Saya memiliki jawaban di dalam wahyu dari Firman Allah. “Sebab Dia telah ada sebelum aku”—Tunas dari keturunan Daud.

Mengapa Daud? Mengapa bukan tunas Abraham? Bisa saja terjadi. Mengapa bukan tunas Musa? Mengapa bukan tunas Elia? Karena Daud adalah raja yang paling utama, dan hal itu merepresentasikan tujuan Allah bagi PutraNya—bahwa Dia akan berkuasa, bertakhta. Kedaulatan atas dunia ini, dan otoritas tertinggi atas seluruh ciptaan ini berada di dalam tanganNya—putra Daud, tunas dan keturunan Daud. Abraham adalah tentang perjanjian, Musa adalah tentang hukum, Elia adalah tentang nabi, tetapi Daud, berhubungan dengan jabatan raja. Dan Yesus Kristus merupakan tunas dan keturunan Daud. Dan seluruh makna dari hal itu adalah apa yang pernah dimiliki Daud akan muncul seorang Putra yang lebih hebat dan kerajaan yang lebih besar yang telah disediakan Allah dan diberikan kepada Tuhan Yesus Kristus.

Singa dari suku Yehuda—Tunas dan keturunan Daud— Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu, berdiri Singa dari Yehuda—berdirilah Tunas dan keturunan Daud. Allah datang—dan Tuhan kita yang berkuasa. Betapa merupakan hal sangat luar biasa!  “Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih” (Wahyu 5:6). Seekor Anak Domba. Tidakkah saya memberitahukan kepada anda, bahwa setiap suku kata, setiap kata dari Alkitab memiliki makna yang dalam dan bersifat kekal? Dan dia melihat seekor Anak Domba. Kemudian dalam bahasa Yunani kata untuk seekor Anak Domba adalah  amnosamnos.  Kata itu hanya dua kali digunakan dalam Perjanjian Baru. Yang pertama dalam Injil Yohanes ketika Tuhan berkata kepada Simon, “Simon, apakah engkau mengasihi Aku? Jawab Petrus kepadaNya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Rawatlah  arniaKu—domba-dombaKu yang kecil” (Yohanes 21:15). Dan yang kedua digunakan di dalam Wahyu ini yaitu Wahyu 5:6. Maka dia melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu, di tengah-tengah ciptaan Allah dan di tengah-tengah tua-tua itu, di tengah-tengah orang-orang kudus tebusan Allah, dia melihat seekor  arnion—seekor anak domba.

Apakah anda mengingat perintah di dalam Paskah, mereka tidak boleh keluar dan menyembelih seekor anak domba, tetapi anak domba itu harus secara hati-hati dipilih dari yang terbaik yang ada di kawanannya, untuk keindahan dan kesempurnaannya. Dan harus dikurung sampai hari yang keempat, di tempatkan di pangkuan dan ditengah-tengah keluarga, hingga anak-anak mengasihinya dan melihatnya sebagai anggota keluarga, anak domba peliharaan dan menjadi kesayangan  dari orang-orang yang tinggal dalam rumah itu. Arnion kecil itu telah diidentifikasikan dengan keluarga—dikasihi, dipeluk, ditimang dan dibelai—seekor arnion, anak domba kesayangan. Dan dia melihatnya sphazo—“disembelih, dengan kejam.”  Itu adalah makna dari kata itu—“disembelih dengan kejam.” Dan itu adalah sebuah kata yang untuk darah dan pengorbanan dan korban persembahan di atas altar. Anak domba kesayangan itu telah disembelih. Dan tubuhNya, tanda dari penderitaanNya dan di tanganNya terdapat bekas paku. Dan di lambungnya terdapat luka oleh tusukan tombak yang mengerikan. Di dalam tubuhNya terdapat tanda-tanda dari penderitaanNya. Seekor anak domba yang telah disembelih—yang telah diremukkan.

Dan Dia berdiri seperti telah disembelih, diremukkan dan darahnya dicurahkan ke atas tanah, Yohanes melihatnya estekos.  Kita memiliki terjemahan yang menerjemahkannya dengan, “berdiri”—di sana berdiri seekor Anak Domba. Berdiri, Anak Domba yang telah disembelih sedang berdiri. Yohanes telah melihatNya mati di Kalvari. Di sana Dia berdiri di tengah-tengah takhta, sedang bersiap untuk menerima kedaulatan Allah atas alam semesta ini. Berdiri di atas dasar pengorbananNya, telah mengidentikkan diriNya dengan kita sebagai seorang kaum dan kerabat penebus. Berdiri untuk mengambil seluruh kepemilikan dan untuk melemparkan penyusup, dan perusuh dan musuh dan mahluk asing yaitu iblis, sang naga tua. “Dan Anak Domba seperti telah disembelih.” Ini adalah kebesaran singa, ini adalah kesabaran dan hasil dari anak domba.

Itu adalah gambaran dari Tuhan kita Yesus Kristus di dalam kedatanganNya yang pertama ketika Dia berdiri dan mereka meludahi Dia. Ah! Penghinaan yang menyakitkan itu. Anda lihat, janggutnya ditutupi oleh ludah—sangat hina. Dan mereka menarik janggutNya. Dan mereka menekan mahkota duri di atas keningNya dan mereka mengejek Dia dan memberika sebuah buluh sebagai tongkat lambang kekuasaan, dan memakaikan sebuah jubah ungu yang lapuk. Dan mereka memaku Dia seperti penjahat pada umumnya ke sebuah salib dan meninggikanNya supaya dilihat oleh seluruh dunia—sebuah penampilan yang memalukan dan dikutuk oleh dunia. Sebuah mahkota duri dikenakan kepadaNya. Dia berdiri seperti seekor anak domba yang telah disembelih, dengan tenggorokan yang telah dipotong, dengan darah yang telah dicurahkan hingga Dia mati. Itu adalah dasar dari penebusan, darah yang membasuh dosa, korban yang telah membayar harga dan hukuman atas kejahatan kita. Dasar dari penebusan: seekor anak domba yang telah disembelih.  

Tetapi sekarang, masanya telah datang, ketika korban itu, ketika hamba Allah yang menderita itu yang telah membayar dosa-dosa kita, yang telah menebus kita dan membawa kita kembali kepada Allah—masanya telah tiba bagi Anak Domba Allah itu untuk mengambil dari dari tangan penyusup, dari tangan kematian, dari tangan maut, dari tangan kutuk dan hukuman atas dosa—masanya telah tiba ketika  di dalam keagungan Singa itu, sebagai Raja Kemuliaan—untuk menerima kembali bagi kita dan menyerahkan bagi kita warisan kita yang telah hilang. Dan Dia berdiri, dan Dia berdiri—Singa dari Yehuda, Tunas Daud telah menang.

Dan anda sangat terbiasa dengan kata itu, sama seperti saya. Anda memiliki sebuah misil Nike. Itu adalah kata Yunani untuk kata “kemenangan”—sebuah nike, sebuah kemenangan. Sebuah sayap kemenangan disebut sebuah nike—jika anda membeli sebuah patung kecil. Itulah kata yang terdapat di sini. Nikao, “Ia telah menang” (Wahyu 5:5). Dia telah berjaya. Dia telah menaklukan semuanya. Singa dari Yehuda, Tunas Daud telah menang: nikao.  Dia adalah pemenang. Dia telah menang pada masa pencobaan di padang gurun. Dia telah menang pada hari penyaliban, ketika Dia jatuh ke dalam belenggu kematian. Dia telah menang ketika Dia meremukkan mereka dan bangkit dari kematian. Dia telah menang ketika Dia masuk ke dalam sorga, membawa para tawanan dan memberikan hadiah kepada manusia. Dan Dia telah menang sekarang ketika Dia mengambil seluruh kepemilikan itu dari tangan penyusup dan mengembalikannya kepada kita, ras Adam, keturunan Adam yang telah jatuh.

“Maka aku melihat berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh” (Wahyu 5:6). Tujuh tanduk merupakan representasi dari kepenuhan kuasa yang telah diberikan ke dalam tanganNya. Dan tujuh mata, penglihatannya, --kecerdasan Allah dalam memelihara umatNya—mengamati, mengarahkan, mengawasi, memimpin dan menempatkan mereka terhadap hari yang terakhir itu, seperti yang disebutkan dalam kitab Wahyu ini, ketika Dia akan mengambil kekuasaan bagi diriNya sendiri dan menerintah dunia ini. Jadi, Dia adalah seekor Anak Domba—menebus dengan darah, dengan penderitaan dengan menjadi korban; dan Dia adalah Singa—menebus dengan kuasa dengan mengambil. Anda memiliki gambaran dari kedua hal itu di dalam Alkitab dan di dalam Kitab Wahyu ini—seekor anak domba yang telah disembelih, mengorbankan hidupnya untuk dosa kita, dan singa, mengambil dalam kebesaranNya dan tanganNya yang berdaulat atas alam semesta ini.

Oh, kapankah kita tiba ke dalam Kitab Wahyu pasal sembilan belas, dan saya akan mulai berkhotbah dari ayat sebelas—Oh, Tuhan, seandainya saya memiliki bahasa dan kefasihan dan kemampuan untuk menggambarkan hari dan waktu yang terakhir itu ketika Tuhan datang sebagai singa Yehuda, sebagai Tunas dari keturunan Daud—Raja yang akan memberikan kepada kita warisan kita yang telah hilang!

Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.

Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota….

Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." …dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama yaitu: “RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN [Wahyu 19:11-16]. 

 

“Dan Firman Allah” (Wahyu 19:13)—dan di sana, di dalam sorga, Dia diikuti oleh orang-orangNya yang benar, orang-orang tebusanNya, orang-orang kudusNya ketika mereka masuk ke dalam seluruh kepemilikan mereka yang pernah hilang.

“Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. [Wahyu 5:7]  Itu adalah tindakan terbesar dari seluruh sejarah penciptaan Allah. Itu adalah tindakan terbesar di dalam Kitab Wahyu. Dan itu adalah tindakan terbesar dalam sejarah umat manusia—lalu dia datang untuk mengambil kitab itu. Dia mengangkat surat bukti hak penebusan untuk mengembalikan kepada kita warisan kita yang telah hilang. Dan tindakan itu merupakan jawaban doa dari orang kudus sepanjang zaman. Dan di dalam tindakan itu ada hukuman Allah terhadap dosa, terhadap Setan tehadap maut, terhadap alam maut dan terhadap neraka. Dan di dalam tindakan itu adalah pengusiran dan pelemparan orang-orang yang menyangkal tujuan Allah bagi kita, ketika Dia melihat kita sebelum dan sesudah dasar-dasar bumi diciptakan. Jangan menangis! Jangan menangis! Lihatlah! Dan dia melihat Juruselamat kita yang juga merupakan Tuhan kita dan Raja kita yang datang. Lihatlah! Angkatlah hatimu, angkatlah wajahmu, angkatlah matamu, angkatlah jiwamu. Lihatlah! Dan di balik kematian, ada Yesus, Tuhan yang hidup. Dan dibalik air mata kita, ada Yesus, Allah yang memberi penghiburan. Dan dibalik hati yang hancur dan keputusasaan dan kekecewaan hidup, ada Raja Kemuliaan dengan hadiah yang ada di tanganNya. Lihatlah! Lihatlah! Bahwa Allah akan menolong seseorang untuk berkhotbah, menyampaikan hal-hal yang seharusnya mereka sampaikan, dan menggambarkannya dengan keadaan yang sesungguhnya. Ah, bahwa seseorang dapat berkhotbah! Minggu pagi berikutnya, judul khotbah kita adalah, “Bagaimana Mereka Bernyanyi Di Atas Sana, Di Dalam Kemuliaan.” Ketika Dia mengambil kitab itu, seluruh ciptaan Allah tersungkur dan masuk ke dalam penyembahan dan pujian—Glory, glory, glory.

Sekarang, ketika kita menyanyikan lagu undangan kita, jika ada seseorang dari anda yang ingin menyerahkan hatinya kepada Yesus atau ingin bergabung ke dalam persekutuan jemaat ini, anda dipersilahkan untuk maju ke depan. Bagi anda yang berada di atas balkon, ada sebuah tangga yang berada di bagian depan dan belakang, supaya anda dapat datang. Bagi anda yang berada di lantai bawah, telusurilah salah satu lorong bangku ini, dan majulah ke depan, katakan, “Pendeta, saya mengulurkan tangan ini kepada anda, sebagai tanda bahwa saya telah menyerahkan hati ini kepada Allah.” Ketika kita berdiri dan bernyanyi, ketika Roh Kudus berseru kepada anda, dan mebuka pintu serta mengundang anda, ketika Allah melakukannya, mari datanglah.  Katakan, “Saya percaya kepada Yesus dan menyerahkan kepadaNya, jiwa dan hidup serta takdir ini sampai selama-lamanya.” Atau sebuah keluarga dari anda, mari datanglah, kami menyambut anda. Lakukanlah saat kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM