NAMA YANG KEKAL DI SARDIS

  (IMMORTAL NAMES IN SARDIS)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 3:1-6

10-01-61

 

           Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung bersama dengan kami dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah dalam ibadah pukul delapan pagi, khotbah yang berjudul, Nama Yang Kekal Di Sardis.  Di dalam seri khotbah kita melalui Alkitab, dan Kitab Wahyu, kita telah sampai di pasal tiga, yang berisi tentang pesan Tuhan kita yang disampaikan kepada ketujuh jemaat di Asia:

 

Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu. Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

 

           Di dalam lingkaran besar dari ketujuh jemaat Asia, pembawa pesan membawa pesan itu ke Efesus, kemudian ke bagian utara yaitu Smirna, kemudian lebih jauh ke utara yaitu Pergamus. Di sana di berpaling ke utara dan selanjutnya ke bagian timur yaitu Tiatira dan turun ke Sardis, yang jaraknya sekitar tiga puluh mil dari Tiatira dan enam puluh mil dari Pergamus dan bagian timur Smirna sekitar lima puluh mil. Sardis merupakan nama dari bangsawan dan yang paling banyak dikisahkan di kota-kota bagian timur. Selama dua ribu tahun, kota itu merupakan sebuah kota yang terkenal di bawah kekuasaan kerajaan yang berurutan. Pertama kali kota itu diperkenalkan kepada kita di dalam kemuliaan, dan kemegahan sebagai ibukota kerajaan kuno Lydia yang rajanya adalah Croesus, yang namanya sinonim dengan kekayaan.

Tetapi Sardis tidak terkenal karena orang-orang kaya yang tinggal di dalamnya, tetapi kota itu juga terkenal karena orang-orang bijaksana yang tinggal di dalamnya. Tales, salah satu filsuf Yunani yang terkenal adalah warga kota Sardis. Dan Solon, yang namanya adalah nama lain untuk seorang pembuat undang-undang yang bijaksana, pada suatu waktu juga tinggal di Sardis. Ketika Xerses telah mempersiapkan konflik yang besar dengan kerajaan Hellas, dia menimbun pasukannya di dataran yang luas di depan Sardis.

            Salah satu hal yang paling brilian dan menarik dari semua sejarah kuno yang disampaikan oleh Herodotus, sejarahwan Yunani yang pertama, berkaitan dengan topografi kota ini—sebuah hal yang terjadi ketika Cyrus, raja Media Persia telah mengepung Croesus yang tertutup di dalam benteng dari ibukota kerajaannya. Anda lihat, Sardis memiliki benteng yang tidak tergoyahkan. Kota itu dibangun di lereng Gunung Tmolus, di dasar yang dialiri oleh Sungai Pactolos, yang mengandung emas. Dan sama seperti ada tempat seperti sebuah dermaga yang menonjol dari Gunung Ptomolos, itu merupakan sebuah batu karang dengan karang-krang yang menonjol di sebelahnya. Dan di atas karang yang tinggi dan menonjol itu, Sardis telah membangun benteng yang tidak tergoyahkan.

Ketika Cyrus mengepung kota itu, dia tidak dapat menyerang lebih lanjut sebelum benteng pertama diambil alih.  Kemudian jendral Persia berkata, “Jika seseorang menemukan sebuah jalan untuk menyerang benteng itu dan menguasainya, saya akan memberikan hadiah yang besar kepadanya.” Di dalam pasukannya dia memiliki seorang prajurit Mardian yang bernama Hyeroeades. Dan pada suatu hari Hyeroeades sedang berdiri mengamati karang itu dan garis depan benteng iu, serta seorang prajurit Lydia yang berada di depan benteng pertahanan itu. Dan ketika dia mengamatinya, prajurit Lydia itu secara tidak sengaja menjatuhkan helmnya dan jatuh ke dasar karang itu. Prajurit Lydia itu menuruni karang itu dan berjalan dengan pelan ke dasar karang itu untuk memungut helmnya. Dan memanjat kembali ke tempat jaganya.

Dan prajurit Mardian, memasukkan ke dalam memorinya, ketika dia secara hati-hati mengamati orang Lydia saat turun dan naik kembali ke atas benteng. Dan pada malam itu, dengan sejumlah kelompok tentera Persia, dia mengambil jalan melalui karang itu untuk naik ke atas benteng. Tempat itu sama sekali tidak dijaga, dan Sardis jatuh ke dalam tangan Persia. Kembali ke dalam kisah, dan topografi itu, kita dapat melihat penekanan dari Tuhan kita ketika dia berkata, “Karena itu berjaga-jagalah. Jika engkau tidak siap sedia, Aku akan datang kepadamu sama seperti seorang pencuri.”

            Sekarang, jemaat di Sardis adalah sebuah jemaat yang, “dikatakan hidup, padahal  mati.” Betapa merupakan sebuah hal yang tidak biasa! “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!” Terkontaminasi dengan dunia, mengalami kerusakan di dalam, perpecahan rohani dan mengalami kebusukan. “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”   

Ketika anda masuk ke dalam sebuah museum alami Amerika, ada begitu banyak binatang-binatang Amerika yang besar, seringkali tampaknya mereka hidup dalam habitat mereka, mereka tampak hidup tetapi sesungguhnya mereka telah mati. Dan seorang anak sekolah dididik ke dalam kelas modern ini dan diwajibkan membaca di dalam Literatur Inggris yang berjudul, “Sajak Dari Pelaut Kuno.” Itu adalah imaginasi yang asing yang diletakkan secara bersama-sama. Di dalam kisah itu, mayat orang mati naik untuk memimpin kapal. Orang mati menarik dayung. Orang mati menaikkan layar. Orang mati mengendalikan kemudi. Anda akan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Tidakkah anda melihat hal itu di dalam jemaat-jemaat Kristus? Orang mati di atas mimbar; orang mati duduk di bangku gereja; orang mati menjalankan mesin yang besar, mati secara rohani: “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!”

            Bahkan ketika hal-hal ini terapung ke dalam kehancuran dan kemunduran, akan tetapi selalu ada kemungkinan adanya individu-individu yang saleh dan memiliki komitmen rohani. Dan hal itu juga yang disampaikan Tuhan di sini, “Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.” Ketujuh jemaat yang berada di dalam kitab nubuatan ini merupakan gambaran dari tujuh periode perkembangan di dalam gereja:

Periode Efesus pada masa rasul-rasul, gereja apostolik;

Periode Smirna, gereja para martir, dibawah penganiayaan  yang berat dari Imperium Roma;

Jemaat Pergamus, gereja yang tetap. 

Jemaat Tiatira, gereja ketika Izebel, seseorang yang memimpin umat Allah kedalam kesesatan besar; gereja mengenakan kepadanya pakaian yang terbuat dari warna merah tua dan ungu, dengan rantai emas, dan menunjuk dirinya sebagai nabi dan peramal dari Allah.

Dan kemudian, periode yang kelima, gereja di Abad Kegelapan.

Dengan sebuah label, dikatakan hidup padahal mati. Akan tetapi bahkan di dalam masa yang gelap, di sana ada bintang-bintang yang bersinar di tangan Allah. Ada beberapa nama yang kekal bahkan di Sardis yang berjalan dengan layak di hadapan Allah, yang menang dalam nama Kristus yang hidup.

            Tidak pernah ada suatu masa yang sangat gelap, dan di sana Allah selalu memiliki bintangNya, manusiaNya. Di kegelapan yang terjadi pada masa Air Bah, di sana ada orang saleh Henokh dan Nuh. Kemudian ada Ayub, manusia Allah yang paling saleh di Timur. Pada masa hari tragis dari penyembahan berhala yang universal, di sana ada Abraham yang dipanggil Allah dari Ur Kasdim. Di sana bahkan ada Lot di Sodom. Dan Tuhan Allah berkata, di tengah-tengah kekeringan dan kegelapan dari gereja yang mati, Dia berkata: “Tetapi di Sardis ada beberapa nama yang kekal.”

Dan Tuhan berkata saat Dia memperkenalkan diriNya kepada mereka, “Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu.”  Roh Kudus Allah di dalam setiap kegelapan sanggup untuk mengiluminasikan dan menyadarkan dan mengajar dan menuntun dan memimpin serta menghiburkan. “Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah,” kelimpahan dari kemampuan Allah Yang Mahatinggi.  Yang memiliki ketujuh bintang. Bahkan di dalam abad kegelapan dan jemaat Sardis yang mati, di sana ada cahaya bintang yang bersinar di dalam cahaya cakrawala Allah.

Dan kita tidak pernah berpikir bahwa langit sangat mendung dan bintang-bintang ini tidak dapat bersinar.  Bahkan di daratan es dan di sungai es di pegunungan Alpen dan Himalaya, anda akan menemukan sekuntum bungan yang mekar. Tidak ada padang gurun di bumi ini yang sangat steril dan tandus tanpa memiliki oasis dan sumber air serta vegetasi. Suatu kali saya pernah terang di atas Padang Gurun Sahara. Dan yang mengejutkan saya, ketika saya memandang atas pasir yang oanas itu, saya melihat formasi awan dan di sampaing saya ada sebuah gerimis. Jadi di tengah-tengah kegelapan dan kematian jemaat Allah, di sana ada bintang-bintangNya yang bersinar seperti cahaya di angkasa.

            Ketujuh bintangKu—nama-nama yang kekal, bahkan di Sardis. Saya telah mengambil tujuh di antaranya. Peter Waldo pada tahun 1170, mendengar sebuah himne Kristen. Dia adalah seorang pedagang kaya di Lyon, Prancis. Dia segera menyewa dua orang sarjana untuk menerjemahkan Firman Allah bagi dia. Dan ketika dia membaca Injil, dia bertobat. Segera saja, dia mulai berdiri di jalanan dan memberikatan pengharapan yang baik di dalam Yesus Kristus. Menjadi seorang kaya, dia menerjemahkan injil ke dalam bahasa daerah dari penduduk itu. Dan para pengikutnya disebut dengan Waldensian. Jemaat Waldensian, para pengikutnya, mulai menebarkan benih Firman Allah di antara orang-orang buta huruf yang digelapkan dan orang-orang yang percaya akan takyul. Allah memberkati mereka dan di sana ada nyala api yang berkobar dan gairah serta penginjilan. Kemudian pada tahun 1208, kepausan menerapkan perang salib dan segera saja satu juta orang Waldensian dan Albigensis dihapus dari muka bumi. Mereka mengalami penganiayaan yang kejam, dibantai dan dibinasakan. Tetapi mereka adalah salah satu bintang dari ketujuh bintang Allah.

            Pada tahun 1320, John Wycliffe, sedang membaca Kitab Suci, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris leluhur kita. Dan John Wycliff, dengan sebuah Alkitab di tangannnya, mengajar saudara-saudaranya untuk mengingat Kitab Suci. Dan menelusuri jalan Inggris untuk memberitakan kekayaan dari anugerah Allah di dalam Kristus Yesus. Sebelum gereja Katolik menangkapnya, dia telah meninggal dunia. Tetapi setelah dia mati dan dikuburkan, mereka menggali tubuhnya, dan membakarnya di hadapan umum, dan mereka menyebar abunya di atas Sungai Swift. Tetapi Sungai Swift mengalir ke Severn dan Severn mengalir ke Avon dan Avon mengalir ke samudera, dan ombak samudra menyapu pantai seluruh daratan dunia. Dan Alkitab John Wycliff dan khotbahnya serta tulisannnya menutupi seluruh daratan itu, bukan dengan tangan yang kejam dan bengis, sebab anda tidak dapat membinasakan sebuah ide atau injil, dan akhirnya Alkitab terjemahannya itu, tumpah ke Bohemia. 

            Dan di sana pada tahun 1367, seorang pria, sebuah bintang, John Huss, membaca terjemahan John Wycliff, membaca khotbah dari pengkhotbah Inggris kita. Dan akhirnya dia memiliki nyala api dan kobaran dari  penginjil Allah di dalam jiwanya. John Huss, mulai mengkhotbahkan Injil Anak Allah di Bohemia. Ribuan orang berpaling dan mendengarkannnya. Dia kemudian dipanggil kehadapan sidang gereja dari Constance. Dia diberikan sebuah surat plakat dan pas yang ditandatangi oleh raja, sehingga dia dapat jalan dengan aman saat mennggalkan kota Prague. Tetapi gereja berkata, “Tidak ada janji yang dapat disepakati dengan sebuah bidat.” Mereka menghukum dia dengan membakarnya di atas tiang api. Mereka meletakkan sebuah mahkota, sebuah topi uskup di atas kepalanya dan diatasnya mereka menuliskan kata-kata ini, “Bidat yang Menyimpang.” Dan John Huss, ketika dia berjalan ke tiang pembakaran itu berkata, “Dengan sukacita, aku mengenakan mahkota kehinaan ini demi kasih kepada Dia yang mengenakan mahkota duri.” Dan ketika nyala api itu mulai membesar, dia menyanyikan sebuah lagu, dan berdoa. Dan sekalipun bibirnya terus bergerak, mereka tidak dapat mendengar apa yang disampaikan olehnya saat nyala api mulai naik ke atas dan merenggut jiwa dari pengkhotbah itu ke dalam takhta anugerah di dalam sorga—dia adalah salah satu dari bintang Allah.

           Dan pada tahun 1452, Savanarola dari Florence—salah satu pengkhotbah yang berkobar-kobar yang pernah hidup; salah seorang yang sangat fasih, dan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengekspos Firman Allah, yang membuka Kitab Sucinya dan menjelaskannya kepada orang banyak, “Demikianlah firman Tuhan.” Kemudian petugas kepausan datang, dan mereka menghadapkannya ke dalam sebuah sidang. Dia diputuskan untuk dihukum gantung dan dibakar. Di alun-alun kota Florence yang indah, dia adalah orang pertama yang digantung di atas tiang gantungan dan dibakar.  

           Pada tanggal sepuluh Maret 1928, sekelompok pengkhotbah Baptis berkumpul di alun-alun kota Vienna. Dan mereka melakukan sebuah ibadah di sana, untuk mengenang   salah satu pengkhotbah Baptis kita yang hebat yaitu Balthasar Hubmaier, yang empat ratus tahun sebelumnya dibakar di tiang api oleh gereja Vienna, selanjutnya mereka kemudian pergi ke Sungai Danube yang memiliki air yang biru dan di atas sungai itu berbaringlah istrinya yang setia, yang mereka tenggelamkan akibat dari kasih dan ketaatannnya terhadap Yesus. Balthasar Hubmaier adalah seorang pria yang memberitakan Injil dari bahasa aslinya yaitu bahasa Ibrani dan Yunani. Dan Allah memberkatinya. Dan di Moravia, setelah bertahun-tahun dia membaptiskan ribuan orang dalam setahun, pengkotbah yang memberitakan kekayaan anugerah dari Anak Allah. Dan karena khotbahnya, mereka membakarnya di atas tiang pembakaran dan menenggelamkan istrinya di sungai.

           Seseorang yang sekontemporer dengan Balthasar Hubmaeir adalah Felix Manz di kota Zurich. Dia berada di bawah asuhan ayahnya yang terpelajar, yang merupakan seorang pelayan di katedral Zurich, dia kemudian membaca Kitab Suci di dalam bahasa aslinya dan menjadi orang Baptis.  Dia kemudian mengangkat suaranya, di ladang-ladang, di jalan-jalan dan rumah ibunya untuk memproklamasikan dan menjelaskan Firman Allah. Dan ribuan orang mulai mendengarkannnya serta bertobat. Akhirnya mereka mengadapkannya ke sidang gereja dan gereja menjatuhkan hukuman mati atas dia. Dan mereka mengarak dia sepanjang jalan Zurich, ibunya yang saleh berjalan di sisinya, mendukung anaknya untuk tetap setia kepada Kristus, bahkan sampai mati. Dan ketika Sungai Lamont di kota Zurich mengalir ke Danau Zurich, mereka berkata kepada Felix Manz, “Sama seperti dia menyukai air. Jadi mari kita mremberikan air kepadanya.” Dan mereka menenggelamkannya di Sungai Lamont yang mengalir ke Samudera Zurich.

            Pada tahun 1628, John Bunyan—salah satu bagian yang paling menyedihkan dari seluruh literatur Inggris adalah tulisan John Bunyan yang sangat terkenal saat dia menguraikan tentang pembuatan renda selama dua belas tahun di penjara karena dia adalah seorang pengkhotbah Baptis. Dia membuat renda dan melalui pintu penjara dia memberikannnya kepada anak perempuannnya yang buta yang berumur dua belas tahun . Bagian yang paling menyedihkan dari seluruh literatur Inggria adalah ketika John Bunyan menggambarkan pandangannya saat dia melihat Mary anaknya yang buta yang menjual renda itu untuk menyokong seluruh kehidupan keluarga pengkhotbah Baptis itu, sementara selama dua belas tahun dia menjadi layu di penjara karena mengkhotbahkan Injil Anak Allah.

            Bahkan di Sardis, pada masa ketika gereja mati, “Engkau memiliki nama-nama yang kekal.” Hal ini disampaikan oleh “Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah,” kelimpahan anugerah dan kemampuan dari sorga dan “Aku memegang ketujuh bintang di tanganKu.”

            Kemudian lihatlah upah mereka. “Dan mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu…. Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.”

Ada tiga hal di dalam upah itu. Yang pertama, “Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan.” Anda lihat, gereja berada di dalam kutuk ilahi yang mengerikan dari pengucilan, memisahkan mereka dari keluarga Allah dan menyerahkan jiwa mereka ke neraka. Ketika utusan Paus berdiri di hadapan Savanarola, orang Florence yang luar biasa itu, dia mengangkat tangannya dan berkata, “Dan aku akan memisahkan engkau dari gereja yang militan dan dari gereja yang menang.”   

Savonarola, dihadapan orang-orang yang menghukum mati dirinya menjawab, “Dari gereja yang militan ya; tetapi dari gereja yang menang, tidak akan pernah! Sebab kamu tidak memiliki kuasa untuk melakukan hal itu.’ Dari daftar gereja ini, di dalam kehidupan ini, ya! Tetapi dari gereja kelahiran baru yang namanya tertulis di dalam kemuliaan—tidak akan pernah! “Sebab tidak ada kekuasaan di dalam kamu untuk melakukan hal itu.” Dan Tuhan berkata, “Dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan.”

Pada tanggal tiga puluh satu Oktober 1517, Martin Luther dikucilkan dari gereja, dan jiwanya dikutuk untuk masuk ke dalam neraka yang kekal dan penghukuman.Tetapi Allah berkata, “Dan Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan.” “BintangKu—bahkan di Sardis! Dan mereka akan berjalan bersamaKu di dalam pakaian putih.”  

Anda lihat pelayan yang dirujuk sebagai pria yang berjubah,  yang berpakaian seperti seorang pelayan. Jadi ketika seorang pelayan dikucilkan, dia dipecat. Sebagai contoh, hal pertama yang mereka lakukan terhadap John Huss ketika mereka membawanya ke tiang pembakaran, dan ketika nyala api mulai berkobar, mereka memotong jubah kependetaannya, tanda bahwa dia menjadi seorang pengkhotbah Kristus. Mereka mengoyak jubah kependetaannnya dan melemparkannnya ke dalam nyala api serta membakarnya terlebih dahulu. “Baiklah,” kata Tuhan, “Bakarlah. Dan Aku akan mengenakan jubah putih atas mereka. Dan mereka akan berjalan bersamaKu.”

Pakaian putih: Bagi orang Yahudi, sebuah tanda kemurnian dan kekudusan dan ketaatan kepada Allah; dan bagi orang Roma, menggambarkan tiga kelas warga Roma: Seorang ningrat, seorang kesatria, seorang cama. Dan seorang ningrat, seorang senator mengenakan jubah panjang yang berwarna putih, menggambarkan martabat, keagungan dari panggilan dan tugasnya. Dan Allah berkata, “Aku akan mengenakan pakaian putih kepada mereka.” Dipecat, mereka kehilangan jubah kependetaan mereka. “Aku akan mengenakan kemurnian dan keagungan dan martabat dari pakaian yang berasal dari Allah Yang Mahatinggi. Dan mereka layak, dan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” Bintang-bintang Allah ini. Bahkan di Sardis.

            Para Covenanters yang berada di Skotlandia diburu dan ditembak seperti binatang. Orang-orang miskin dan sederhana berkumpul bersama-sama di pondok-pondok mereka untuk membaca Kitab Suci dan berdoa, dan mendorong satu sama lain dalam iman. Disebut dengan Covenanters karena mereka sepakat untuk berkumpul bersama-sama untuk membaca Alkitab dan berdoa serta mendorong satu sama lain dalam iman. Isabel Weir menikah dengan John Brown, seorang Covenanter. Dan pelayan gereja, dalam sebuah upacara berkata kepada Isabel, “Peganglah dia dengan erat di dalam hatimu dan tetaplah dekat dengan sebuah kain kafan. Engkau akan membutuhkannnya.”

John Brown memiliki dua puluh domba. Dan itu adalah kehidupannnya. Tetapi dia mengasihi Allah. Dan di dalam rumah-rumah orang yang sederhana dia pergi dan membaca Alkitab, dan berlutut dalam doa serta nmengajarkan Firman Allah kepada mereka. Dan petugas gereja memburu dia dan memperlakukannya seperti binatang. Dan seorang utusan dari gereja yang bernama Claverhouse, membawa enam prajurit untuk menembaknya, sebelum eksekusi dilakukan mereka mendapati dia dalam sebuah rumah yang sederhana. Lalu mereka membawa istrinya sambil menggendong bayinya sehingga dia dapat menjadi saksi dalam eksekusi suaminya. Suaminya diminta untuk berdoa. Dan dia berlutut dan berdoa. Dan dia berdiri tanpa rasa takut dan penuh dengan keberanian sama seperti seorang manusia Allah yang sejati. Dan keenam prajurit itu berbaris di depannnya untuk mengeksekusi dia. Mereka memandang manusia Allah itu, mereka melihat kesederhanaannya dan dorongan istrinya yang sedang menggendong bayinya. Keenam pria itu meletakkan senjata mereka dan berkata, “Kami tidak dapat melakukannnya.”

Claverhouse mengutuk mereka atas nama gereja dan mengambil pistolnya dan berjalan menghampiri John Brown dan meledakkan kepalanya. Dan ketika bersimbah darah, dia berpaling ke Isabel Brown dan berkata dengan sebuah seringai, “Dan apa yang kamu pikirkan tentang suamimu yang baik itu saat ini?”

Dan Isabel Brown membalas, “Tuan, saya berpikir tentang banyak kebaikan yang dia lakukan dalam hidup ini, dan semakin banyak lagi di dalam kematiannya.”

“Sebab mereka layak. Dan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” Bahkan di Sardis, pada Abad Kegelapan, pada masa kematian dan kebusukan gereja, bintang-bintang Allah mengumumkan tentang kedatangan sebuah Reformasi. Pencurahan hidup yang baru dan hari yang mulia dari jemaat Philadelfia, kepada jemaat yang menjadi tujuan pesan Tuhan, gereja misi dan penginjilan serta kasih persaudaraan. Jadi, hal itu hidup di dalam api dan darah dan banjir. Dan tetap hidup sampai hari ini. Oh, terberkatilah namaNya. Dan kita adalah bagian dan menjadi miliki dari persekutuan dari orang-orang kudus Allah.   

            Ketika kita menyanyikan lagu undangan kita, jika seseorang dari anda ingin menyerahkan hidup anda kepada Kristus, mari datanglah. Seseorang dari anda yang ingin bergabung ke dalam gereja ini, mari datanglah. Ketika Roh Yesus berseru ke dalam hati anda, dan membuat undangan bagi anda, mari datanglah. Bagi anda yang berada di atas balkon atau di lantai bawah, datanglah. Berikanlah hati anda kepada Yesus dan peracayalah, atau bergabunglah ke dalam persekutuan jemaat ini. Sebagaimana Allah menekankan seruan ini, lakukanlah pada hari ini. Saat kita berdiri dan menyanyikan lagu undangan ini.

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.