EFESUS KOTA ARTEMIS

(THE ARTEMESIAN CITY OF EPHESUS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Revelation 2:1-7

06-25-61

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio atau yang menyaksikannya melalui siaran televisi, bagi anda semua yang sedang bergabung bersama dengan kami di dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pagi, yang berjudul, Efesus Kota Artemis. Kita akan melihat teks kita dalam Kitab Wahyu pasal dua: “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus….. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” [Wahyu 2:1-5]. 

Ada tujuh keajaiban dunia di dalam dunia kuno. Salah satunya adalah di Paros—mercusuar yang berada di Aleksandria; yang kedua Piramida besar di dekat kota modern Kairo; yang ketiga—taman gantung di Babel; yang keempat—makam Raja Mausolus di Halicarnassus; yang kelima—patung besar Colossus di Rhodes; yang keenam patung arca Jupiter atau Zeus, oleh seniman Yunani yang luar biasa yaitu Phidias di Gunung Olympus tempat penyelenggaraan Olimpiade; dan yang ketujuh—kuil Diana di kota Efesus.

Dan dari ketujuh keajaiban dunia pada masa lalu, tempat yang paling indah dan yang paling mengesankan dan yang paling bagus adalah kuil kuno Efesus. Tidak pernah ada sebuah bangunan yang dibuat oleh tangan manusia di dalam sejarah manusia yang memiliki keindahan, kemewahan dan yang mengesankan seperti kuil yang ada di dalam kota Efesus. Bangunan itu lebih besar dan lebih terkenal dibandingkan dengan Parthenon di Akropolis Athena. Pausinus berkata, “Bangunan itu jauh melebihi setiap bangunan yang dibuat oleh tangan manusia.” Dan penulis sejarah kuno Yunani lainnya berkata, “Aku telah melihat dinding dan taman gantung Babel, Patung Olimpus Jove, Collosus di Rhodes, pyramid yang tinggi, dan kuburan kuno Mausolus. Tetapi ketika aku melihat kuil di Efesus, yang menaranya menjangkau awan-awan, semua hal yang menakjubkan itu menjadi pudar.” Di dalam daftarnya, penulis kuno itu berkata bahwa dia telah melihat keenam keajaiban dunia itu. Hanya satu yang tidak dia lihat yaitu mercusuar Pharos di dekat Aleksandria. Tetapi semuanya itu, dia katakan tidak sebanding dengan kemegahan dan keindahan dan kebesaran dari kuil Efesus yang luar biasa ini.

Seseorang yang bernama Edward Faulkner menulis sebuah buku yang berjudul The Lost Temple, dan di dalam buku itu dia membuat sebuah dugaan bagaimanakah bangunan itu tampak kelihatanan. Dan dia merujuk kepada kuil Efesus ini. Selama berabad-abad, bangunan itu telah menghilang dari dunia. Dimanakah tempat itu dibangun, bagaimanakah dengan pembangunannya, seperti apakah kelihatannya. Kecuali dari penjelasan yang ditemukan di dalam literature kuno, mereka tidak memiliki bukti-bukti lainnya. Ada seorang Viktori yang bernama J.T. Wood yang membaca buku itu—The Lost Temple dan dengan dibiayai oleh Museum Inggris, dia pergi ke lokasi kuno kota Efesus untuk menemukannnya. Dan selama enam tahun yang padat, dia menggali tanah di sepanjang reruntuhan yang luas dari Kota kuno itu tanpa bayang-bayang kesuksesan. Tidak ada sebuah isyarat dimanakah kuil besar itu dibangun.

Kemudian dia mulai menggali di Gedung Teater, Gedung Kesenian  yang anda baca di dalam Kitab Kisah Rasul, dimana kerusuhan itu berlangsung, dia menggali teater itu, dan dia menemukan sebuah prasasti Roma. Mereka menempatkannnya di situ sebagai sebuah penghormatan kepada seorang Roma yang bernama Caius Vibius Salutarius. Dan Salutarius ini telah memberikan kepada kuil itu beberapa patung yang terbuat dari emas  dan perak yang beratnya sekitar enam atau tujuh pon. Dan agar setiap orang dapat melihat hadiahnya yang luar biasa itu, dia juga meninggalkan sebuah kepercayaan  bagi mereka untuk memelihara patung-patung itu sehingga tetap bersih, indah dan mengkilap. Dan memberi perintah kepada mereka agar mempertunjukkannnya dan membawanya ke Teater sehingga dapat dilihat oleh orang banyak. Pertunjukan itu dimulai dari Gerbang Magnesian dan membawanya kembali melalui Gerbang Corresian. Itu merupakan sebuah perintah agar orang-orang dapat melihat kehebatan dari dermawan ini.  

Jadi, ketika J.T. Wood melihat prasasti itu, yang dia temukan di timbunan Teater itu, segera saja dia melihat kegunaannya. Jika saja dia dapat menemukan dimanakah Gerbang Magnesian dan Gerbang Corresian dan mengikuti jalan yang menghubungkannya dan memiliki titik temu atas kuil itu. Pertama-tama dia menemukan Gerbang Magnesian. Kemudian dia menemukan Gerbang Corresian. Kemudian dia mengikuti jalan yang menghubungkannnya, dan di sana, sekitar dua puluh lima kaki di bawah delta Sungai Cayster, dia menemukan Kuil kuno itu. Bangunan itu memiliki sebuah karakteristik arsitektur yang tidak biasa. Satu-satunya Kuil Yunani kuno yang pernah dibuat dengan tiang besar dan arcanya lebih tinggi dari kepala manusia terdapat di kuil Efesus ini. Dan J.T. Wood menemukan arca yang besar ini. Dan Angkatan Laut Inggris membawanya ke Inggris. Dan sekarang arca itu berada di Museum Inggris. Dan anda bisa melihatnya di sana pada hari ini. Potongan besar dari keajaiban dunia yang pernah dilihat. 

Sekarang, pada hari ini, kita akan melihat kota Efesus. Kita akan melihatnya pada masa Rasul Paulus yang mengunjungi kota itu pada tahun 54 A.D. hingga 57 A.D. dan kita akan melihatnya pada masa Rasul Yohanes, yang mengunjungi kota itu serta tinggal di kota itu, dan menggembalakan sebuah jemaat di Efesus dari tahun 69 A.D, hingga sekitar tahun 100 A.D.

Efesus merupakan sebuah kota perdagangan yang besar dan memiliki sebuah Pelabuhan. Kapal-kapal dari Mediterania datang ke Cayster sebuah kanal yang dibuat oleh manusia, kanal yang mengalir ke lembah sungai dan pelabuhan yang berada di dalam kota itu sendiri. Dan kota itu dilalui oleh empat jalan utama. Yang pertama adalah jalan utara, yaitu dari Pergamus dan Smirna hingga Efesus. Dan kemudian jalan yang berasal dari bagian barat daya, yaitu jalan yang menghubungkan Sardis, ibukota Lydia kuno dengan Efesus, dan itu merupakan jalur yang dilalui oleh para pedagang yang berasal dari Galatia dan Firgia, dan yang berada di pedalaman Asia Timur. Dan Efesus juga memiliki sebuah jalan yang berasal dari Eufrat yang dilalui oleh orang-orang Kolose dan Laodekia serta para pedagang dari timur. Dan kota itu juga memiliki sebuah jalan yang berada di bagian selatan, dari Miletus dan lembah sungai Maendar. Efesus merupakan sebuah kota perdagangan yang sangat besar pada masa lampau.  

Dan kemudian, kota itu merupakan pusat politik. Itu merupakan sebuah kota yang bebas. Dia memiliki pemerintahan sendiri dan dipegang oleh orang Roma. Dan Efesus merupakan sebuah kota perwakilan, sebuah tempat dimana pengadilan Roma dilaksanakan dan menjadi barometer hukum bagi seluruh propinsi Asia. Dan menjadi sebuah kota politik, yang menjadi tempat berkumpulnya para pengembara dan seluruh penduduk yang berada di dunia Mediterania. Pertandingan Olimpiade di Hellas. Menjelang pertandingan Olimpiade, aktivitas utama di seputar politik dan budaya berada di kota Efesus di dalam pertandingan Artemis. Kata Yunani  bagi dewi-dewi yang berada di kuil itu adalah Artemis dan bulan Mei mereka dedikasikan kepada Artemis, Artemesion; pertandingan dunia yang terkenal dan drama serta pertunjukan kebesaran dan tontonan yang penuh dengan kemegahan dari seluruh dunia Yunani-Roma. Kata Yunani untuk bulan Mei adalah Artemesion, yang didedikasikan kepada Artemis. Dan pertemuan besar itu diadakan selama sebulan penuh di kota Efesus.

Sebagai contoh, Paulus berkata di dalam 1 Korintus 16:8: “Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta.” Artinya sampai bulan Mei. Dan alasan bagi dia untuk tetap tinggal di Efesus hingga bulan Mei sangat jelas. Dia dapat tinggal di kota itu dan memberitakan Injil sebagai seorang misionaris bagi seluruh peradaban dunia ketika para pengembara tercurah ke Efesus dari seluruh penjuru imperium Yunani_Roma. Dan akhirnya dia tidak dapat tinggal lebih lama karena huru hara yang anda baca di dalam Kisah rasul yang membuat dia akhirnya pergi dari kota itu. Ttetapi kota Efesus merupakan sebuah pusat politik yang padat, kepentingan dan kegiatan komersial yang ramai. Dan Efesus merupakan yang utama dari semua dan yang paling terkenal dari semua adalah karena kota itu merupakan pusat yang paling suci dari seluruh agama dunia. Dan merupakan tempat yang paling suci dari patung Jupiter dan pusat yang paling suci dari dewi-dewi dari seluruh dunia yang berada di kuil Efesus itu.  

Sekarang ini, jika kita ingin pergi ke kota Efesus kita dapat pergi dengan sebuah kapal boat dari Mediterania hingga ke mulut Sungai Cyster dan melalui sebuah kanal yang dibuat oleh manusia, hingga ke Pelabuhan yang berada di kota itu dan lembah sungai dan kita akan melihat kota yang tinggi, sebuah kota yang tinggi yang berada di sebelah kanan bukit. Dan sekitar satu mil di sebelah bukit itu, tampak jelas dari Sungai Cayster, di hadapan kita tampak sebuah pemandangan bangunan arsitektur yang sangat megah yang pernah ada di dunia. Bangunan yang berwarna warni dengan kilauan marmer yang menjadi dekorasi bangunannya. Kemegahan dari bangunan itu seakan-akan merupakan hadiah yang berasal dari sorga. 

Bangunan itu merupakan sebuah kuil yang sangat besar. Panjangnya sekitar 425 kaki. Lebarnya sekitar 225 kaki. Dan tiang-tiang penopangnya memiliki tinggi sekitar 60 kaki. Masing-masing tiangnya merupakan hadiah dari seorang raja. Dan tiang-tiang itu dihias, yang berbeda dengan kuil-kuil lain yang ada di dunia, dan tingginya melampaui kepala manusia. Dan 37 dari 130 tiang itu didekorasi dengan lapisan emas dan permata dan ukiran dari beberapa raja yang ada di dunia kuno.

Kemudian, ketika kita melangkah dan melalui setiap tiang itu, di dalamnya ada sebuah tempat suci, yang merupakan sebuah latar yang terkenal yang di ukir oleh ahli ukir Yunani yang sangat terkenal setelah Phidias, yaitu Praxiteles. Dia merupakan seorang pemahat Yunani yang sangat terkenal dan altar itu merupakan hasil karyanya. Dan dibalik dari altar yang diukur itu, dibalik sebuah tirai merupakan dewi itu sendiri, yaitu dewi Artemis. Dan dibalik patung dewi itu, ada tempat suci yang berfungsi sebagai tempat menyimpan seluruh barang-barang yang bernilai dari dunia Yunani-Roma. Para raja dan orang-orang kaya menyimpannya di sana agar tetap aman.

Dan kuil yang besar itu merupakan museum pertama di dunia. Selama berabad-abad, ada begitu banyak orang kaya yang membawa hadiah mereka dan mendedikasikannya kepada dewi-dewi itu. Sebagai contoh, salah satu lukisan yang paling terkenal sepanjang masa adalah karya Apelles, yaitu lukisan Aleksander Agung yang memegang sebuah petir ditangannya, dan dia memberikan lukisan itu kepada dewi-dewi yang ada di Efesus.  

Dan kuil itu merupakan sebuah suaka. Jika seseorang melakukan kejahatan di mana saja, dia dapat terbebas dari hukum atau dari pembalasan dendam oleh keluarga korban jika dia dapat melarikan ke kuil Efesus, dan dia tidak akan mendapat gangguan. Dia akan bebas. Kuil itu telah memiliki koleksi dari para penjahat dunia masa lalu yang telah melarikan diri ke dalam kuil Efesus itu. Dan dari masa ke masa, batas dari halaman kuil itu telah diperluas. Yang pertama dilakukan oleh Mithrades, kemudian oleh Markus Atonius dan akhirnya dilakukan oleh Kaisar Augustus, yang membangun tembok disekelilingnya. Tetapi setiap penjahat dunia yang dapat mencapai kuil di Efesus itu akan bebas dari penahanan.

Dan saya katakan bahwa tempat itu merupakan sebuah bank yang sangat besar. Kuil itu tidak diganggu dan merupakan tempat yang paling aman bagi seseorang yang ingin menyimpan hartanya. Dan kekayaan dunia yang paling tersohor ditempatkan di tempat itu. Dan kemudian hal itu merupakan sebuah bisnis yang luar biasa. Itu merupakan satu-satunya tempat yang ingin anda lihat di seluruh dunia. Orang-orang datang ke sana, khususnya selama masa  Artemesion dan mereka membawa altar-altar kecil yang akan diberkati oleh imam-imam yang ada di kuil itu. Dan mereka akan menempatkannya di atas kereta mereka dan di dalam seluruh peralatan mereka. Mereka meletakkannya di atas tembok-tembok rumah mereka. Dan mereka mengenakannya seperti sebuah medali di leher mereka, dan mereka berharap bahwa hal itu akan membawa keselamatan bagi mereka dalam perjalanan mereka dan bebas dari penyakit menular dan bahaya dan kematian serta memperoleh keberuntungan serta kemakmuran dalam usaha mereka. Dan hal itu akan terjadi jika anda memiliki sebuah berhala kecil, atau altar kecil yang dibawa dari Kuil Diana yang besar di Efesus, dan hal itu akan memberikan semua karunia yang diinginkan oleh seseorang.

Dan saya juga melihat yang seperti itu pada hari ini. Berhala-berhala kecil yang berada di tembok-tembok rumah. Berhala-berhala kecil yang ada di mobil-mobil. Dan medali yang dikalungkan di leher mereka. Dan di tempat-tempat lain yang saya lihat. Dan hal itu berasal dari kebiasaan masa lalu, yang membuat manusia melihat hal-hal ini sebagai jimat. Jika mereka dapat memiliki sebuah berhala kecil yang diberkati oleh para imam yang ada di kuil Diana, mereka berpikir bahwa mereka akan terhindar dari wabah atau bencana atau kecelakaan atau keluarga mereka akan diberkati serta anak-anak mereka akan tetap terlindungi. Dan takhyul itu, kebodohan itu dan pemberhalaan itu datang ke dunia modern ketika Konstantin mengawinkan Gereja dengan penyembahan berhala dari dunia kuno Yunani-Roma. Dan pada hari ini, anda melihat hal itu ada di mana-mana. Dari situlah hal ini berasal. Dan itu yang telah terjadi. Akan tetapi karena Allah telah berkata dalam perintah utama yang diberikan oleh Musa, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air, di bawah bumi” (Keluaran 20:4). Dan anda tidak akan menemukannya di dalam diri orang Yahudi yang sejati. Dan anda tidak akan menemukannnya di dalam agama Islam. Dan anda tidak akan menemukannnya di dalam orang Kristen yang sejati. Satu-satunya tempat dimana anda akan menemukannya adalah pada orang-orang yang tinggal di Efesus dan penduduk dunia dari ImperiumYunani-Roma. Dan keyakinan terhadap hal itu, bahwa jika saya memiliki sebuah berhala kecil di dalam mobil saya atau di dalam rumah saya atau di dalam kalung saya dan diberikan kepada anak saya atau keluarga saya maka rumah saya dan keluarga saya dan mobil saya akan mendapat berkat dari sorga merupakan sebuah takyul yang gelap.

Selalu ada sebuah kuil berhala di Efesus. Orang-orang Amazon kuno, yang percaya akan mitologi tentang prajurit wanita, yang pertama kali mendiami tempat itu di awal sejarah dan mereka juga percaya bahwa ibu dari dewi-dewi dunia lahir di sana. Dan mereka membangun sebuah kuil di sana. Dan mereka menyembah dewi-dewi mereka. Dan ketika orang-orang Yunani datang kesana dibawah pimpinan Androculus bersama dengan prajurit Yunani kuno, dia menaklukan kota Amazon itu, dan menemukan berhala itu. Amazon memiliki kesatria-kesatria hebat, para wanita itu. Dan mereka adalah wanita-wanita pemburu. Kemudian untuk menyesuaikannnya dengan kepercayaan Yunani dan untuk disembah oleh orang Yunani mereka memberikan nama yang indah, dari saudara perempuan Apollo yaitu Artemis, dan mereka memberikan nama Artemis kepada dewi itu. Dan kemudian seseorang yang bernama Herostratus menghancurkan kuil itu. Kuil itu dibakar pada hari kelahiran Aleksander Agung. Dan ketika kuil itu hendak dibangun kembali, Aleksander menawarkan untuk memberikan dana pembangunannya dengan catatan di tempat itu harus ada prasati namanya. Tetapi mereka menolak karena mereka berpikir bahwa tempat itu didedikasikan kepada dewi sorga yang wajahnya jatuh dari sorga. Dan mereka mengumpulkan uang mereka sendiri, dan orang-orang Yunani serta kota-kota Asia menyumbangkan uang mereka untuk membangun kuil itu. Para wanita yang ada di kota memberikan permata mereka dan dari kekayaan imperium Yunani-Roma yang luas, membuat kuil dan altar itu dapat dibangun kembali.

Jenis seorang dewi seperti apakah dia? Seperti apakah dia bagi kita? Saya telah melihat sebuah lukisannnya. Ada sebuah patung Efesus Diana, Artemis di museum Naples. Dan di dalam seni kuno anda akan melihat lukisannya. Dia terlihat seperti saudari Apollo—Artemis. Dia sama seperti raksasa Asia yang berasal dari pikiran takyul mitos manusia pada masa lalu. Dari bagian dada hingga atas, dia ditutupi dengan barisan payudara. Dari bagin dada hingga bawah, dia seperti sebuah mumi dengan hieroglif, tulisan simbolik yang diukur dari kaki hingga bagian bawahnya yang ekstrim. Tidak ada seorang pun yang tahu dari manakah asalnya. Tidak seorang pun yang tahu bahwa dia terbuat dari apa. Ada dugaan pertama yang cukup meragukan bahwa ia berasal dari sebuah meteor yang jatuh dari langit dan takhyul manusia memiliki keyakinan bahwa ia memiliki kuasa. Dan seseorang membuat patung berhala yang jelek itu dan menjadi dewi yang paling tinggi serta dewa utama dan altar yang paling besar di dunia kuno.

Dan penyembahan yang dilakukan terhadapnya sangat histeris. Mereka memiliki imam yang mengeluarkan suara yang gemuruh dan berpakaian seperti wanita. Dan mereka memiliki ribuan imam wanita yang menjadi pelacur-pelacur bakti. Dan mereka menyembahnya dengan musik dengan tarian dan teriakan dan meraung hingga orang-orang melakukan pesta seks yang sukar untuk dilukiskan serta memotong-motong tubuh mereka sendiri dan menyembah dewa mereka di dalam kuil pelacuran mereka. Bagi kita itu merupakan sesuatu yang sukar untuk diterjemahkan. Yang tidak perlu untuk disebutkan. Dan anda tidak dapat mengirim surat melalui Kantor Pos Amerika sebuah gambaran dari pemujaan di kuil Efesus itu. Salah satu warga yang paling terkemuka dari dunia kuno adalah filsuf Yunani di Efesus adalah Heraclitus.  Dan dia dikenal oleh dunia sebagai seorang filsuf yang suka meratap. Mereka menyebutkan bahwa dia tidak pernah tersenyum. Dan ada sebuah surat yang ditulis sebagai sebuah penghormatan bagi filsuf Yunani yang tinggal di kota Efesus ini. Dan di dalam surat itu, dia berkata bahwa kegelapan dari pemujaan altar Diana adalah kegelapan yang sangat kotor. Dia berkata bahwa moral dari kuil itu jauh lebih buruk dari moral binatang buas. Bahkan anjing yang berzinah tidak melakukan mutilasi satu sama lain. Dan kemudian dia berkata bahwa warga Efesus lebih cocok untuk ditenggelamkan, dan  itu menjadi alasan kenapa dia tidak pernah tertawa atau tersenyum, karena dia tinggal di tengah-tengah kenajisan yang sangat mengerikan.

Akan tetapi, itu adalah tempat di mana Paulus mengadakan sebuah pertemuan besar. Dan dia tinggal di sana jauh lebih lama dibandingkan dengan setiap kota yang ada di Imperium Roma. Dan di sana ada sebuah kemenangan yang luar biasa dari anugerah Allah. Dan di tempat itu ada orang-orang Kristen yang tetap setia yang digembalakan oleh Rasul Yohanes sendiri. Dan ketika kita memiliki kekecewaan dan sulit untuk mendakinya, dan sulit untuk memberitakan Firman Allah di dalam industri dunia modern ini, ingatlah apa yang terjadi di Efesus, di sana ada orang-orang Kristen yang berada di antara sampah yang buruk di dalam dunia kuno.

Sekarang, apa yang telah terjadi dengan kota itu? Apa yang telah terjadi dengan kuil itu? Pada tahun 252 A.D., bangsa Goth menghancurkan kota itu dan menghancurkan kuil itu. Dan pada abad-bad selanjutnya mereka membangun Konstantinopel dengan marmer Efesus, marmer putih yang sangat indah. Dan tempat itu juga dijadikan sebagai sumber marmer bagi penakluk Turki dan batalyon abad pertengahan. Dan kota itu tentunya sangat luas sekali. Dan kota itu pasti dilapisi dengan marmer bermil-mil jauhnya. Dan kota itu penuh dengan potongan marmer yang bertebaran di mana-mana. Itu adalah sebuah bagian yang telah hilang, yang menjadi sarang nyamuk malaria. Pada masa Rasul Paulus dan Yohanes, di sana ada sebuah danau yang sangat indah yang berada di mulut Sungai Cayster, dimana laut membentuk sebuah cagar alam. Pada hari ini tempat itu menjadi sebuah rawa dan dipenuhi dengan rumput dan alang-alang. Dan tempat menjadi sarang nyamuk malaria.

Dan ampiater, stadium yang besar itu telah menjadi tempat pembuangan yang sangat luas yang terdiri dari batu-batu padat. Dan tentang Ampiater ini, Paulus berkata tentang gambaran tempat itu, di dalam 1 Korintus 4:9, “Sebab menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.” Dan penekanan dari kalimat itu adalah di dalam bagian yang paling akhir. Karena Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. Anda juga bisa lihat di dalam I Korintus pasal lima belas, Paulus berkata, “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus” (1 Korintus 15:32). Itu adalah gambaran dari ampiater. Arena yang ada di Efesus. Dan ampiater itu merupakan sebuah gambaran, sebuah metafora. Itu mungkin tempat Paulus berjuang melawan binatang buas. Jika demikian, betapa ajaibnya pemeliharaan Tuhan atas hidupnya.  

Tetapi di dalam tempat itu, Paulus menggunakannya sebagai gambaran dari hal ini: “Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia” (1 Korintus 4:9). Dia telah melihat pertandingan Artemis itu. Dan setelah pertandingan atletik, dan pertandingan fisik serta pertandingan lainnya. Maka yang selalu menjadi bagian akhir yang menjadi penutup setiap hari adalah mempertontonkan para tahanan yang akan dihukum mati. Mereka ditelanjangi dan dipertontonkan di sepanjang ampiater. Kemudian kandang-kandang dibuka dan pintu-pintu dibuka, dan mereka melepaskan  singa-singa dan binatang lainnya yang kelaparan dan sangat buas, untuk memangsa para tahanan itu. Orang-orang berteriak dan bersorak-sorak dengan penuh sukacita di dalam Stadium yang besar itu ketika menyaksikan binatang buas itu mencabik-cabik ibu-ibu dan anak-anak yang tidak berdaya hingga mati. Jika anda pernah melihat sebuah lukisan Coliseum, bangunan itu tidak dibangun pada masa Paulus. Paulus telah menjadi martir sebelum Coliseum itu dibangun—jika anda pernah melihat sebuah lukisan Coliselum  dan ada orang-orang Kristen di tengah-tengahnya dan Pendetanya berdiri di tengah kelompok itu sambil berdoa—para pelukis melukis pakaian bagi orang-orang Kristen itu. Tetapi yang sesungguhnya, pada hari yang mengerikan itu, mereka dilemparkan ke tempat yang berpasir itu dengan telanjang dan langsung dicabik-cabik oleh binatang buas itu. Dan Paulus telah melihat hal itu di ampiater dan menuliskan hal itu.  Dia berkata, “Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia.”

Sekarang tempat itu telah menjadi sebuah reruntuhan yang sangat luas. Dan tempat dimana kuil itu dibangun, telah menjadi sarang nyamuk. Dan setelah tempat itu di gali kembali, tempat itu dipenuhi oleh puing-puing dan sampah yang berasal dari Sungai Cayster, selama berabad-abad kemudian tempat itu kembali dipenuhi oleh air dan sampah di atasnya. Dan ketika seseorang melewati tempat itu, ribuan katak tampaknya mulai bersuara seakan-akan berseru untuk mengulangi seruan “Besarlah Diana dewi orang Efesus. Besarlah Diana dewi orang Efesus.” Dan mungkin pada suatu hari dua ribu tahun dari sekarang, seseorang akan berjalan di antara sarang nyamuk untuk menelusuri Bukit Ludgate, untuk menemukan sisa dari kuil yang berada di sana yang bernama St. Paul. Dan mungkin pada suatu hari, dua ribu tahun kemudian ada mahasiswa Arkeologi dari sejarah Amerika yang berjalan di sekitar pantai Sungai Trinity di sebuah tempat yang dikenal sebagai Texas, yang sedang berusaha untuk menemukan apakah di sana ada sebuah kota yang bernama Dallas—dan bagaimana luasnya, perdagangannnya dan budayanya serta kehidupan masyarakatnya. Sebab seandainya anda berada di Efesus, dua ribu tahun yang lalu ketika Paulus dan Yohanes berada di sana, anda tidak akan pernah membayangkan bahwa kota itu atau kota-kota lain di Roma, yang sangat besar dan luar biasa, serta kuil yang sangat megah itu setelah bertahun-tahun kemudian akan menjadi sarang nyamuk.

Karena Tuhan Allah berkata, “Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” (Wahyu 2:5). Hal-hal yang dicari manusia untuk membangun sebuah monumen yang besar bagi diri mereka sendiri, dan hal-hal yang dicari manusia untuk melindungi diri mereka sendiri, semuanya akan lenyap seperti debu yang ditiup oleh angin. Semuanya akan seperti sekam di hadapan badai yang besar dan di hadapan tangan Allah Yang Mahatinggi. Salah satu sonata yang sangat indah di dunia ditulis oleh Shelly yang berjudul “Ozymandias.” Dia memiliki seorang sahabat yang baru kembali dari Mesir dan menceritakan kepadanya tentang patung dan puing-puing yang bertebaran di Gurun Sahara. Setelah mendengar kisah sahabatnya itu, Shelly yang merupakan penyanyi Inggris menulis sonata ini: 

 

Aku bertemu dengan seorang penjelajah dari sebuah negeri yang antik (Mesir)

Yang berkata: ada dua vas dan kaki dari batu tempat menyimpan barang

Berdiri di atas padang pasir. Dan tebaran pasir disekitarnya

Setengah terbenam, ada sebuah roman yang hancur, yang berkerut

Dan bibir yang keriput serta seringai yang dingin yang memberi perintah

Memberitahukan bahwa itu adalah patung yang penuh nafsu

Yang pernah ada, yang dimeteraikan atas hal-hal yang tak bernyawa ini…

Dan di atas alas patung itu kata-kata ini muncul.

“Namaku adalah Ozymandis, raja segala raja:

Lihatlah ke atas pekerjaanku, yang hebat dan akhirnya sia-sia!”

Tidak ada yang tersisa. Rentetan kehancuran.

Dari rongsokan yang kolosal, yang tidak ada batasnya dan gundul.

Hanya daratan pasir semata yang terbentang sangat luas

 [Percy Bysshe Shelly “Ozymandias”]

 

Dan sejauh mata memandang yang hanya dapat dilihat oleh mata adalah hamparan pasir yang bertebaran hingga jauh.  Baik kita hidup atau mati, semuanya terletak di dalam faktor-faktor yang menjadi perhitungan Allah. Dengan seluruh kekuatan kita dan kemampuan angkatan laut kita dan dengan seluruh senjata atom kita dan dengan seluruh kapal selam kita, dan dengan seluruh kekuatan ekonomi kita, dan dengan seluruh kemuliaan politik Amerika kita, “Konstitusi kita, ” “Deklarasi Kemerdekaan” kita, kebebasan kita, baik kita hidup atau mati semuanya terletak di dalam tujuan dan pilihan Allah. Jika masyarakat kita berpaling dari Allah dan jika rakyat kita menjadi penyembah berhala dan materialistik, dan jika rakyat kita menyembah allah-allah buatan manusia, maka Dia akan datang dan mengambil kaki dian kita dari tempatnya.

Dan akan datang para arkeolog dan orang-orang yang terpelajar yang hidup pada generasi yang akan datang, jika Allah membiarkan dunia tetap berdiri, dan mereka akan mengadakan penyelidikan di sekitar reruntuhan sebuah pulau yang sekarang dikenal dengan Manhattan, dan sebuah Pelabuhan yang disebut San Franscisco, dan sebuah kota yang disebut Dallas untuk melihat beberapa bekas jenis kehidupan dan peradaban yang kita gunakan pada tahun 1961 A.D. Ketika Aleksander Agung dengan pasukannnya menyeberangi Sungai Tigris untuk melakukan peperangan di India, di bawah kakinya adalah reruntuhan kota Niniwe yang sangat besar. Dan Aleksander beserta dengan tentaranya tidak mengetahui tentang tanah yang mereka lewati itu. Semua hal ini berada di tangan Allah.

 

Amerika! Amerika!

Allah mencurahkan anugerahNya atas engkau

Dan memahkotai kebaikanmu dengan persaudaraan

Dari ujung samudera hingga samudera yang bersinar!

 

 [Katherine Lee Bates, “O Beautiful, for Spacious Skies”]


Negeri dimana leluhurku meninggal,

Negeri dari kebanggaan pengembara

Dari setiap sisi gunung,


Allah leluhur kami semuanya bagi Engkau.

[Samuel F.  Smith, “My Country ‘Tis of Thee”]

 

Sebuah bangsa yang besar yang berada di bawah pemerintahan Allah. sebuah rakyat yang berdoa. Sebuah rakyat yang berdedikasi. Sebuah rakyat dari jemaat-jemaat Allah. Sebuah rakyat yang beribadah pada hari Tuhan. Sebuah rakyat yang mencintai Alkitab. Sebuah bangsa yang terdiri dari orang-orang Kristen. Dan jika bangsa kita tetap beribadah kepada Allah dan mengikuti jalan Allah, maka semua bom yang dapat dibuat oleh musuh dan semua roket serta peluru kendali yang dapat menghancurkan sebuah bangsa tidak akan pernah dapat menjangkau hati dan jiwa serta takdir dari kehidupan Amerika. Tetapi jika bangsa kita menolak warisan yang berasal dari tangan Allah dan berpaling kepada berhala-berhala dan berpaling kepada materialisme. Dan menolak tawaran anugerah yang berasal dari sorga, maka Amerika akan berada dalam di dalam kisah yang panjang dari kejatuhan bangsa-bangsa seperti Khaldea dan Asyur dan Mesir dan Byzantium dan Yunani serta Roma. Ini adalah sebuah waktu untuk bertobat. Untuk menyerahkan hati dan jiwa dan hidup kita kepada Allah. Ini adalah masa dari anugerah dan waktu untuk bertobat.

Dan itu adalah tawaran yang kami buat untuk hati anda di dalam Hari Tuhan yang mulia ini. Bagi anda yang berada di atas balkon. Atau bagi anda yang berada di lantai bawah. Jika anda ingin menyerahkan hati anda kepada Tuhan. Atau sebuah keluarga yang ingin menyerahkan hati anda bagi Tuhan, atau yang ingin bergabung dengan jemaat ini. Ketika Allah berfirman ke dalam hati anda dan Roh Kristus Yesus menuntun anda, maukah anda datang dan berdiri di sampaing saya? Telusurilah salah satu lorong bangku itu dan katakanlah, “Pendeta, saya mengulurkan tangan ini kepada anda, dan saya ingin menyerahkan hati saya kepada Allah.” Mari datanglah. Dan bagi anda yang berada di atas balkon, ada tangga di bagian belakang dan di bagian depan. Datanglah dan berdiri di samping saya. Katakanlah, “Pendeta, saya bersama dengan seluruh keluarga saya, datang pada pagi hari ini, untuk menyerahkan hidup kami kepada Tuhan.” Ketika kita menyanyikan lagu undangan ini, maukah anda melakukannnya sekarang? Saat kita menyanyikan lagu ini pada baris yang pertama dan bait yang pertama, mari datanglah.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.