JANJI YANG TERAKHIR

(THE LAST PROMISE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Seri Wahyu-Bagian 93

Wahyu 22:20

06-10-63

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Anda sedang melihat salah satu hari yang paling penting yang dapat dibayangkan dalam kehidupan seorang pendeta di mana saja. Setelah berkhotbah melalui kitab per kitab dari Alkitab selama tujuh belas tahun delapan bulan, kita telah tiba di bagian akhir, bagian penutup, doa penutup yang menjadi ayat penutup dalam Kitab Suci. Ini adalah sebuah hari yang penuh makna bagi saya dibandingkan dengan segala sesuatu yang dapat saya bagikan atau nikmati.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika saya mulai berkhotbah melalui kitab per kitab dalam Alkitab, nubutan telah dibuat bahwa saya akan kehilangan jemaat saya. Orang tidak akan datang hanya untuk mendengar Alkitab. Telinga mereka harus digelitik dengan khayalan peristiwa atau pemandangan yang sedang lewat. Dan untuk mengkomitmenkan diri anda hanya dengan berkhotbah dari Alkitab, seluruh Firman Allah, Perjanjian Lama, nabi-nabi kecil, surat-surat umum akan menghilangkan minat jemaat. Hal ini telah  ditopang untuk sebuah periode yang lama dari apa yang telah saya pikirkan dibandingkan dengan pelayan lain yang telah membawa sebuah seri khotbah sejak Yesus datang ke dunia—selama lebih dari tujuh belas tahun, hampir delapan belas tahun.

Dan sukacita telah datang ke dalam hati saya saat saya berdiri di sini pada Hari Tuhan ini! Ini adalah salah satu auditorium yang terbesar di Amerika, dan anda harus ingat bahwa pada pukul 8.15, dalam ibadah pagi yang lebih awal, kita memiliki pendengar yang lebih banyak dari saat ini. Datang untuk mendengar apa? Khayalan yang terbaru? Politik? Mode? Barang dagangan? Teori ekonomi? Diskusi tentang peristiwa-peristiwa utama? Tidak sama sekali! Sama sekali tidak pernah! Datang untuk mendengarkan seseorang membuka Alkitab dan menjelaskan Firman Allah yang hidup. Sukacita pribadi yang saya rasakan pada jam ini sukar untuk digambarkan. 

Atau pun dapat saya sampaikan dalam sebuah kalimat dan di dalam kata-kata tentang kekayaan yang telah saya temukan di dalam jiwa saya dan di dalam Firman Suci Allah dalam beberapa tahun terakhir ini. Kita telah berada di lantai ketiadasalahan Allah, kekayaan laut dari kasih dan wahyuNya yang tidak terbatas, dan menemukan intan dan permata. Dan untuk hal-hal yang telah kita temukan dan diskusikan, ada ribuan hal lainnya yang setara dengan kebesaran dan kemuliaan, yang terbentang di sana, untuk dilihat oleh telinga manusia dan untuk dinikmati oleh hati dan jiwa dari umatNya.

Sekarang, kita telah tiba di bagian akhir Kitab Wahyu, dan sekaligus bagian akhir dari Alkitab. Dan teks kita, merupakan ayat terakhir dan ayat penutup dari kanon Kitab Suci, yang terdapat dalam Wahyu 22:20-21:

Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus! Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.

 

Dan Alkitab ditutup! Tidak ada lagi nabi-nabi untuk memberitakan pikiran Allah. Dan tidak ada lagi rasul-rasul untuk menulis otoritas yang tanpa salah. Tidak ada lagi instruksi dan mandat dari sorga. Penglihatan yang ditulis di sini telah menjangkau akhir zaman dan ke dalam kekekalan kekal. Mereka telah mencakup seluruh sejarah, seluruh abad dan seluruh dispensasi. Hanya ada satu peristiwa terbesar yang tersisa dan itu adalah parousia, kehadiran, kedatangan kembali dari Tuhan Allah kita dari dalam sorga. 

Ini adalah suaraNya yang terakhir terdengar di bumi. Kita akan kembali mendengar suara Anak Manusia pada saat ketika Dia turun dalam kemuliaan dengan seruan, dengan suara penghulu malaikat dan dengan kemenangan dari Allah. Kalimat terakhir dan penutup ini, ayat terakhir yang menutup kanon Kitab Suci sangat penuh dengan kebenaran dari Allah, dengan pemikiran bahwa Roh Kudus meringkasnya dalam beberapa kata ini, seluruh wahyu dan kesaksian Tuhan kita sepanjang abad: Yang pertama, kedatanganNya yang pasti, janji terakhir Allah. Yang kedua, kata-kata terakhir dari seorang manusia, keyakinan, doa terakhir yang diucapkan dari mulut seorang manusia—dan yang ketiga, dan yang terakhir, doa penutup yang mengingat kasih dan anugerah daari Tuhan Yesus atas umatNya. 

Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!”  Sebuah pengakuan yang pasti dari kedatangan kembali dari Tuhan kita. Ini telah menjadi teks dan tema dari Kitab Wahyu. Wahyu 1:7: “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” 

Dan di dalam epilog besar yang menutup Kitab Wahyu, penglihatan yang dilihat dalam pasal dua puluh dua, pasal yang terakhir ayat lima, dimulai dari ayat enam, Yohanes menulis sebuah epilog. Dan di dalam ayat terakhir dari epilog penutup itu, sebanyak tiga kali Tuhan sendiri yang membuat pengumuman yang agung dan luhur itu:

Di dalam ayat tujuh: “Sesungguhnya Aku datang segera.”

Di dalam ayat dua belas: “Sesungguhnya Aku datang segera.” 

Dan di dalam bagian akhir, ayat dua puluh satu: “Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: ‘Ya, Aku datang segera!”’ 

Alkitab dibuka dengan sebuah janji kedatangan Tuhan. Dan Roh Kudus menutup Alkitab dengan sebuah janji tentang kedatangan kembali dari Tuhan kita. Di dalam Kitab Kejadian, di dalam pasal tiga ayat lima, Tuhan kita berkata kepada ular, Iblis, naga yang telah membawa kepiluan dan air mata yang membasahi tanah ini dengan kematian dan penderitaan, Tuhan berkata kepada ular itu:

Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.

 

Dan berdasarkan Kitab Roma pasal enam belas ayat dua belas, ada dua kedatangan yang dijanjikan Tuhan. Di dalam janji yang pertama itu, di Taman Eden, kedatangan yang pertama dari Tuhan kita dan ketika Setan akan meremukkan Juruselamat kita, “Akan meremukkan tumitnya.” Dan Tuhan telah disalibkan dalam kehinaan, dalam penderitaan, dalam air mata dan rasa sakit. HidupNya dan darahNya dicurahkan karena dosa-dosa kita. “Engkau akan meremukkan tumitnya.”

Tetapi ada bagian lain dari janji itu. Akan datang sebuah hari, seperti pengakuan Tuhan Allah, ketika Kristus dari sorga akan meremukkan kepalanya, ketika Allah akan memerintah atas umatNya dalam kejayaan, ketika kebenaran akan memenuhi bumi ini seperti air yang menutupi samudera, ketika Tuhan di dalam kemuliaan PribadiNya akan memerintah atas orang-orang kudus yang telah ditebusNya. Dua kedatangan di dalam janji yang pertama itu, dan Alkitab membukanya dengan hal itu, serta Alkitab menutupnya dengan janji yang sama.

Pertama Dia datang. Dia datang sehingga Dia dapat dihancurkan dan diremukkan dan disalibkan dan dibuat sebagai sebuah korban atas dosa. Dia datang untuk mati sebagai Penebus bagi jiwa-jiwa manusia. Ratusan tahun telah berlalu. Beberapa millenium telah berlalu dan Tuhan tidak datang. Ketika akhirnya Dia tiba, Dia datang kepada milik kepunyaanNya dan milik kepunyaanNya itu tidak menerimaNya. Dia telah berada di dalam dunia, dan dunia telah diciptkan oleh Dia, dan dunia tidak mengenalNya.

Ribuan generasi telah melupakan janji itu dan mereka menolak penggenapannya. Ketika akhirnya sebuah pemberitahuan tiba bahwa Dia datang, mereka menunjukkan tempat di mana Dia akan lahir, tetapi tidak pernah mengambil waktu untuk mengadakan perjalan sejauh lima mil dari Yerusalem ke Betlehem, untuk melihat Juruselamat dunia yang telah dijanjikan itu. 

Tetapi berapa lama pun penundaan itu, dan sekalipun manusia menolak dan melupakannya, dan meskipun sedikit orang yang setia dan menunggu penghiburan bagi Israel, seperti Simeon yang sudah tua dan seperti nabiah Hana, akan tetapi Dia datang. Dia telah datang! Untuk menggenapi janji Allah yang bersifat tetap, Tuhan Yesus datang. Demikian juga dengan teks yang disampaikan Allah di dalam bagian penutup AlkitabNya, “Sungguh, Aku pasti datang segera.” Dan sekalipun orang-orang kafir menolak dan orang lain menolaknya dan abad-abad berubah menjadi millennium, itu adalah Firman dan janji Allah yang tetap dan tidak berubah: Sungguh Dia pasti akan datang. 

Merupakan hal menarik untuk melihat bagaimana pertama kali Allah menggunakan kata “pasti.” Di dalam Kitab Kejadian, Tuhan berkata kepada Adam dan Hawa, “Pohon itu—terlarang—janganlah engkau memakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” “Pasti.” Pertama kali Dia menggunakan kata “pasti.”

Dan juga menarik untuk melihat penggunaan kedua kali kata “pasti” digunakan. “Dan ular—sebuatan dari naga, Setan—dan ular itu berkata kepada perempuan, ‘Ya, apakah Allah berkata engkau pasti mati?’” Lihat penggunaan kata itu yang kedua kalinya. “Kamu pasti tidak akan mati.” (versi King James). 

Dan penyangkalan terhadap Firman Allah akan memulai sebuah kejatuhan. “Pastilah engkau mati,” kata Tuhan Allah, “Pada hari engkau memakannya.” Dan Setan berkata, “Apakah Allah berkata seperti itu? Engkau tidak akan mati,” jawab Setan.

Oh, jiwaku. Apa pun makna dari kata “pasti” itu, ketika Allah pertama kali menggunakannya, itu adalah kata yang sama ketika Allah menggunakannya. “Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Ketika Adam mengambil buah itu pada hari itu, jiwanya mati.

Dan di dalam hari Tuhan, 2 Petrus 3:8, hari Tuhan adalah seribu tahun, dan pada  Tuhan, tubuh Adam mati. Bukankah itu sangat unik, di dalam catatan umur manusia, tidak pernah ada seorang manusia yang hidup selama seribu tahun dari hari Tuhan itu? Adam mati saat dia berusia 930 tahun dan Metusalah, manusia yang tertua, mati ketika dia berusia 969 tahun.

“Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”  Setiap kuburan memotong bagian tanah ini, setiap air mata yang jatuh ke tanah, setiap dukacita, setiap  rasa sakit, setiap penderitaan merupakan sebuah seruan yang menunjuk kepada perkataan Allah itu “pastilah engkau mati.”

Tetapi di sini ada “pasti” yang kedua. Ada bagian lain dari janji itu. Ada bagian lain dari kutukan yang mengerikan itu, dari kematian dan keputusasaan. Dia datang. Dia datang! Dia akan datang, yang akan meremukkan kepala Setan dan meremukkan hidupnya. Dia datang. Ada Penebus yang datang. Ada seorang Juruselamat yang akan datang. 

Salah satu bagian yang paling menarik dari bahasa Ibrani yang dapat anda baca dalam Perjanjian Lama adalah bagian ini: “Dan Adam bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: ‘Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.”’ Itu adalah cara Alkitab versi King James menerjemahkannya, Alkitab yang dari dalamnya saya berkhotbah.

Tetapi kata Ibrani dari kalimat itu merupakan sebuah hal yang menakjubkan dan mengejutkan, bagaimana Hawa mengingat janji Allah tentang seorang Penebus yang akan datang.  “Dan ia melahirkan Kain maka kata perempuan itu, Cainithi, Cainithi, di mana dia memberi nama Kain. Cainithi ish eth-Jehovah.”  Cainithi, Cainithi.  “Aku telah memperoleh, aku telah mendapatkan,” ish, “seorang laki-laki,” eth-Jehovah, “bahkan Tuhan.” “Aku telah memperoleh seorang laki-laki, bahkan Tuhan Allah.” 

Ketika anak itu ditempatkan di pangkuan Hawa, dia berpikir bahwa anak itu adalah jawaban dari janji Tuhan. Dia telah datang. Dia telah datang. Dia berpikir itu adalah Kain. Dia salah, kita tahu. Tetapi janji dan pengharapan dan penantian kedatangan Tuhan tidak pernah mati di bumi ini atau di dalam hati manusia. 

Di dalam Kitab Yudas ayat empat belas, Yudas berkata: “Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya.”

Ayub, duduk di dalam debu tanah, di dalam keputusasaan dan di dalam rasa sakit dengan seluruh rasa sakit yang menutupi tubuhnya, dan Ayub berseru:

Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit dari atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa daging pun aku akan berusaha melihat Allah. Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikanNya.

 

Daud mengangkat suaranya dan bernyanyi di dalam Mazmur dua puluh empat:

Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!

 

  Yesaya bernubuat:

Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Dan serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing dan bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, ketika Dia datang (“Ketika Dia datang.”)

 

Daniel bernubuat dan berkata:

Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia…..Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja.

 

  Dan Zakaharia bernubuat:

Pada waktu itu kaki-Nya akan berjejak di bukit Zaitun  …  tetapi akan ada satu hari—hari itu akan diketahui oleh Tuhan—dengan tidak ada pergantian siang dan malam, dan malam pun menjadi siang.

 

  Dan Maleakhi menutup kanon Kovenan Lama dengan sebuah janji:

Tetapi kamu yang akan takut akan namaKu, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya.

 

Dan pengharapan kudus yang sama terdapat di dalam lembaran-lembaran dan kitab-kitab dan surat-surat serta Injil-Injil dari Kovenan Baru, Perjanjian Baru.

Tuhan kita berkata:

Apabaila Aku pergi, Aku akan datang kembali. Aku akan datang kembali.

 

Dan malaikat dari sorga berkata:

Yesus ini akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia ke sorga.

 

Dan rasul-rasul menulis:

Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

 

Dan penulis Ibrani berkata:

Sesudah itu, Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia.

 

  Dan Rasul Yohanes menulis Wahyu itu disekitar teks ini:

Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.

 

Sepanjang abad menggemakan refrain yang melegakan itu, “Dia datang! Dia darang! Dia datang! Dia datang!” Gelombang yang pecah dalam laut yang menderu berseru, “Dia datang! Dia datang! Dia datang!” Sungai-sungai dan anak sungai yang jatuh dalam sisi bukit bernyanyi, “Dia datang! Dia datang!” Para malaikat dalam kemuliaan dan Jemaat yang telah ditebus berseru dan berkata, “Dia datang! Dia datang! Dan orang-orang kudus sepanjang zaman, suara dari Jemaat, yang di dalamnya kita membaurkan kata-kata kita yang penuh kasih dan peninggian mengulang refrain yang sama, “Dia datang! Dia datang!” “Sesungguhnya, Aku datang segera.” 

Siapakah “Aku” ini? Siapa yang kita harapkan? Oh, saudara yang terkasih, begitu banyak penafsir dan komentator dan orang-orang rohani yang membaca Alkitab ini, mereka berkata bahwa Tuhan datang pada tahun 70 A.D., saat kehancuran Yerusalem. Itu adalah kedatangan Tuhan. Mereka berkata Tuhan datang saat pertobatan Konstantin. Itu adalah saat kedatangan Tuhan. Mereka berkata bahwa Tuhan datang saat penyebaran Injil Kristus di seluruh muka bumi. Mereka berkata Tuhan datang dalam budaya dan peradaban. Mereka berkata, Tuhan datang dalam tanda-tanda yang fantastis dan terobosan-terobosan yang kita kenal pada hari ini.

Siapakah “Aku” ini di dalam “Sesungguhnya Aku segera”? Di dalam Yohanes pasal empat belas:

Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.

 

  Siapakah “Aku” itu? Apakah maksud Tuhan kepada murid-muridNya yang berduka itu adalah hal ini: Aku pergi apabila Aku pergi, Aku akan datang kembali saat kehancuran Yerusalem?” Apakah seperti itu yang Dia maksudkan?

“Aku akan datang kembali saat pertobatan kaisar Konstantin.”

“Aku akan datang kembali di saat penyebaran injil di dunia.”

“Aku akan datang kembali pada saat perkembangan peradaban dan di dalam terobosan-terobosan Ilmu Pengetahuan.”

Siapakah itu “Aku” yang kita harapkan? Oh, tidak! “Sesungguhnya Aku datang segera.” Siapakah “Aku” yang kita harapkan? Kita sedang menantikan Tuhan Yesus yang mulia! Biarkanlah malaikat yang menjawab:

Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.

 

            Kita sedang menantikan Tuhan Yesus yang sama dalam jawaban Rasul Paulus: “Maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga.”  “Sesungguhnya Aku datang segera.” Siapakah “Aku” itu? Itu adalah berkat penampakan dan kehadiran, parousia, yang satu beserta dengan kita, Juruselamat kita yang mulia, Tuhan Yesus!   

“Sesungguhnya, Aku datang segera.” Segera. Segera! Oh, Tuhan, hal itu telah dua ribu tahun. Tidak ada jawaban untuk janji itu, “Sesungguhnya Aku datang segera.”  Tachu, “segera.”  Itu adalah kata dalam bahasa Yunani.  Tachu, “segera.” Aku datang segera.”

Tuhan apakah “segera?” 2 Petrus 3:8: “Bagi Tuhan, seribu tahun sama seperti satu hari.” Tuhan kita telah pergi sehari sebelum kemarin—sehari sebelum kemarin! Dan sebelum hari yang ketiga terbit, Dia mungkin datang, setiap saat, setiap waktu. “Sungguh Aku datang segera.”

Sukar bagi kita mahluk yang terbatas yang terbuat dari debu tanah untuk menyadari bahwa tidak ada “waktu” bagi Allah. Masa lampau, masa sekarang, masa yang yang akan datang. Dia melihat permulaan, Dia melihat bagian akhir, Dia melihat masa yang sekarang. Semuanya sama bagi Dia. Tidak ada waktu bagi Allah. Waktu adalah sebuah ciptaan seperti materi. Dan bagi Pribadi yang tidak memori waktu, hari-hari ini tidak ada sama sekali.

Dan bahkan bagi kita, hal itu sedekat masa hidup kita yang panjang yang telah berlalu. Di Kairo, saya telah melihat sebuah mumi. Tiga ribu tahun sebelum Kristus, 3000 B.C.  Mereka membungkusnya dengan kafan. Jika dia terbangun, itu sama seperti sebuah jam pada waktu malam. Tidak ada waktu di dalam kekekalan Allah. Dan kita sangat dekat dengan hal itu di dalam pribadi kita yang sekarang ini dan pada saat mata kita ditutup dalam tidur.

Nubuatan Allah tidak pernah diberikan sengan sebuah rentang waktu. Seperti melihat sebuah barisan pegunungan, bukit-bukit yang saling berdampingan. Sebenarnya, ada perbedaan yang besar di antara mereka. Seperti yang ada di cakrawala langit, dan bintang-bintang terlihat tampak sama. Sebenarnya ada jutaan cahaya yang terpisah. Di dalam nubuatan Allah, tidak ada waktu bersama dengan Tuhan. Dia telah berlalu sekitar dua hari. Dia mungkin datang dalam fajar hari yang ketiga. “Sesungguhnya Aku datang segera.”

Ada sebuah makna rohani di dalamnya. Ada sebuah alasan di dalamnya. Allah akan memastikan kepada umatNya tentang kedatanganNya. Tetapi tidak pasti dalam waktu, bahwa di dalam setiap generasi dan di dalam setiap rumah tangga iman, dan di dalam setiap gereja yang menyebutkan nama Tuhan, supaya umatNya mengamati dan berdoa dengan sunguh-sungguh. Dia mungkin datang pada hari ini. Dia mungkin datang pada saat senja. Dia mungkin datang pada saat tengah malam. Dia mungkin datang pada saat fajar pagi hari. Amatilah, ingat dan berdoa karena, “Sesungguhnya Aku datang segera.”

Dan jawaban doa serta doa penutup dari rasul kudus yang mendengarkan kata terakhir yang jatuh dari mulut Juruselamat kita: “Amin,’ jawab Yohanes yang menuliskannya. “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” Kata-kata terakhir manusia yang tercatat dalam Alkitab.  

Apakah anda mengingat perkataan pertama yang diucapkan manusia di dalam Alkitab? Apakah anda mengingat kata yang pertama? Apakah anda mengingatnya? Di dalam Alkitab, di dalam Kitab Kejadian pasal tiga, apakah anda mengingat perkataan pertama yang diucapkan oleh manusia? Dan Tuhan datang ke dalam Taman Eden pada hari yang sejuk dan Dia tidak menemukan manusia. Dan Dia tidak menemui manusia itu. Dan Tuhan mengangkat suaraNya dan berkata, “Adam. Adam. Dimanakah engkau? Adam. Adam. Dimanakah Engkau?”

Ingatkah anda perkataan pertama dari suara manusia? Dan Adam membalas:

Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.

 

 Pertama kali suara seorang manusia didengar, “Tuhan, aku takut. Aku takut. Karena Aku telanjang dan aku telah menyembunyikan diriku.” Pertama kali suaranya terdengar adalah ketika dia berkata, “Tuhan Aku takut.” Apakah suara manusia yang terakhir kali didengar? “Oh Tuhan, Oh, Tuhan, datanglah segera, Yesus yang mulia. Yesus yang mulia.” 

Ketelanjangan kita telah ditutupi dengan darah Anak Domba, dosa-dosa kita telah dibasuh di dalam penebusan Pribadi yang telah tersalib, nama-nama kita telah ditulis dalam Kitab Kehidupan Anak Domba, menunggu dengan penuh penantian dan harapan dan doa: “Amin, datanglah, Tuhan Yesus.’ Itu adalah suara terakhir kali dari seorang manusia yang tercatat dalam Alkitab: Tidak ada lagi takut, tidak akan ada lagi kematian, tidak akan ada lagi ratap tangis. “Amin, datanglah, Tuhan Yesus.”  

Dan doa penutup yang terakhir: “Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.” Apakah anda mengingat ayat penutup dalam Kovenan Lama, dari Perjanjian Lama? Apakah anda mengingat bagaimana ia ditutup. Ayat terakhir dari Malekahi pasal empat: “Supaya jangan Aku datang dan memukul bumi dengan sebuah kutukan” (terjemahan versi KJV). Kovenan yang Lama tidak pernah dapat melampaui kutukan itu.

“Terkutuklah,” dikatakan, “setiap orang yang tidak menerima perkataan dari hukum ini.” Dan kata yang terakhir, “Supaya jangan Aku datang dan memukul bumi dengan sebuah kutukan.” Tetapi ada kovenan yang lain. Ada perkataan yang lain. Oh, anugerah yang manis dari Tuhan kita yang mulia! “Kemurahan dan ingatan dari Tuhan Yesus yang mulia menyertai kami semua, Amin. Amin.”  

Seperti Kitab Ibrani yang sangat fasih menggambarkannya:

Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar." Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,  dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.…

 

Damai sejahtera dari Yesus Kristus Tuhan kita selalu menyertai kamu. Amin …

Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.  Amin.

 

Dan Kanon ditutup, dan Wahyu selesai, dan umatNya, berkumpul di gereja-gereja, mengangkat wajah mereka, menanti hari kemenangan mereka dan hari penebusan yang final. “Amin, datanglah, Tuhan Yesus.”

Ketika kita menyanyikan himne undangan kita, seseorang dari anda, serahkanlah hati anda bagi Tuhan pada hari ini. Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda ke dalam persekutuan jemaat ini. Ketika kita menyanyikan himne undangan ini, ketika jemaat kita bersabar dalam undangan, buatlah keputusan itu pada hari ini: “Pendeta, inilah saya, dan saya datang segera. Pendeta, saya menyerahkan tangan ini kepada anda, sebagai tanda bahwa saya telah menyerahkan hati saya kepada Allah.” Atau, “Pendeta, kami datang untuk bergabung ke dalam persekutuan jemaat ini. Ini istri saya, ini anak-anak kami, kami semua datang pada hari ini.” Atau hanya seseorang dari anda, lakukanlah sekarang, pada baris yang pertama dan bait yang pertama saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.