DUNIA DI BALIK LANGIT

(THE WORLD BEYOND THE SKIES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 21-22

11-04-68

 

           Pada hari ini, khotbah kita berjudul: Dunia Dibalik Angkasa. Ini adalah sebuah khotbah tentang sorga. Alkitab berkata bahwa ada tiga langit, dan merujuk kepada ketiga lanmgit itu.  Yang pertama, adalah langit yang berada di atas kita, di mana burung terbang dan awan-awan bergerak.  Langit kedua yang digambarkan kepada kita adalah langit yang terdiri dari bintang-bintang Galaksi Bima Sakti dan alam semesta yang di atas kita. Dan kemudian Alkitab berkata ada lagi yang berada di atasnya. Ada langit yang di dalamnya ada takhta Allah, itu adalah langit yang ketiga.

Saya telah mengunjungi Katedral St. Isaac di Leningrad pada bulan September satu tahun yang lalu. Itu adalah monumen terbesar bagi iman Kristen di Eropa Timur, dan salah satu katedral yang paling indah dan mengesankan yang pernah dibuat oleh kecerdasan manusia yang dapat didirikan untuk memuliakan Allah. Tetapi seperti yang anda tahu, komunis, orang-orang atheis telah mengambil alih katedral itu di Leningrad, seperti Kazan dan seperti St. Isaac yang telah mereka dedikasikan kepada atheisme. Dan di katedral St. Isaac itu, rumah ibadah bagi Tsar Rusia, di altar yang tinggi terdapat sebuah foto dari Gagarin, dan sebuah gambar dari kosmonot Rusia Petrov.

            Dan dibawahnya ada sebuah tulisan dalam bahasa Rusia, Jerman, Prancis dan Inggris yang berbunyi: Kami telah menyelusuri sorga dan tidak ada Allah. 

            Saya sangat terkejut terhadap keyakinan manusia yang telah mengelilingi dunia sejauh ratusan mil, kemudian kembali dan memberikan pengakuan, “kami telah menjelajahi langit.”

           Planet kita yang sangat kecil, yang sangat luas dan tidak terbatas, yang membuat banyak orang berpikir seolah-olah Allah dapat dibatasi di tempat di mana burung terbang atau sebuah bintang akan bersinar. Akan tetapi ada langit yang ketiga, di mana takhta Allah ditempatkan—sorga adalah tempat di mana Allah ada, dan tempat di mana orang-orang kudus Allah berkumpul di rumah.  

            Seorang pengusaha yang sangat kaya yang hidupnya terjerat di dalam dunia ini memiliki seorang putra tunggal, dan anak muda itu menderita sakit lalu akhirnya meninggal. Hal itu sangat menghancurkan pria yang kuat itu beserta dengan istrinya. Dan setelah ibadah pemakaman dilakukan atas anak laki-lakinya itu, setiap malam di perpustakaan, pengusaha itu mengambil Alkitab dan membacanya dan membacanya serta membacanya dan membuat garis bawah di dalam ayat-ayatnya.

            Suatu hari, istrinya, curiga ingin tahu apa yang sedang dia baca dan dia garis bawahi, jadi ketika dia sedang bekerja, dia menyelinap ke dalam perpustakaan dan mengambil Alkitabnya dan berpaling ke dalam lembaran-lembarannya dan menemukan bahwa setiap tempat di dalam Firman Allah di mana Tuhan berkata sesuatu tentang sorga, suami itu dan pria yang berduka itu telah menggarisbawahinya.  

            Ketika saya masih muda, seorang gembala yang masih muda, jika ada seorang pasangan yang sudah tua atau seseorang yang sudah tua yang mulai berbicara tentang sorga kepada saya, saya berusaha untuk mengubah subjeknya. Saya berpikir jika berbicara tentang hal itu di dalam usia tua itu, seakan-akan memberi kesan bahwa saya berharap mereka akan segera meninggal, jadi saya berusaha untuk mengubah subjeknya.

            Dan seorang pendeta tua yang pernah bersama dengan saya pada suatu kali menilai apa yang telah saya lakukan  dan berkata kepada saya, “Pendeta muda, biar saya memberikan sebuah kata-kata nasehat. Ketika seseorang yang sudah tua bertanya kepada anda tentang sorga, jangan pernah mengubah subyeknya.” Dia berkata kepada saya, “Jika anda ingin menempuh sebuah perjalanan yang sangat jauh, tidakkah anda ingin mengetahui wilayah dan negara yang ingin anda jelajahi? Mereka sedang pergi dalam sebuah perjalanan yang panjang, dan mereka tertarik terhadap negeri itu, orang-orangnya dan tempat itu. Berbicaralah kepada mereka tentang hal itu.” Dan saya selalu melakukannya sejak saat itu.

 

Aku akan menyanyikan sebuah lagu bagimu tentang negri yang indah itu

Jauh disana, kediaman bagi jiwa

Dimana badai tidak akan pernah menghempas diatas hamparan pantai yang berkilau

Dimana tahun-tahun keabadian menggelinding

 

Oh, betapa manisnya jika berada di negeri yang indah itu

Terbebas dari semua kedukaan dan kesakitan

Dengan lagu diatas bibir kita dan pengharapn diatas tangan kita

Untuk bertemu kembali antara satu dengan yang lain

 [Ellen M. H. Gates, 1865]

 

            Dan ketika kita mendekati sorga, di mana Allah memiliki takhtaNya, lihat itu adalah sebuah kota: “Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

            Dan betapa menakjubkan dan mengagumkan perkembangan dari kemuliaan dan keindahan dan kebesaran serta cahaya sorgawi ini, betapa luar biasa indah ketika Allah membuat ciptaan pertama bagi eksistensi dunia kita yang temporer ini—pohon-pohon hutan, bintang-bintang di langit, hamparan ladang, sungai-sungai, pegunungan dan lapisan salju. Betapa indahnya Allah menciptakan dunia yang pertama, dan betapa luar biasa dan hebat serta mengagumkan ketika saya melihat Apa yang telah Allah sediakan di langit yang baru dan bumi yang baru!

           Tidak heran Paulus memberi pengakuan:  

Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.

 

            Ketika kita mendekati kota itu, kita takjub terhadap kemuliaan dan kebesarannya. yang pertama, Yohanes menggambarkan bagian luar. Ketika dia mendekati kota itu dan melihatnya, dia menggambarkan bagian luar. Kota itu terletak di sebuah panggung yang memiliki dua belas fondasi. Dan kemuliaan dari setiap fondasinya, batu dasarnya, yang pertama adalah intan yang padat; dan selanjutnya adalah batu safir dan yang selanjutnya adalah batu mirah; dan yang selanjutnya adalah batu zamrud. Dan seterusnya hingga yang kedua belas dan yang terakhir adalah batu kecubung.

            Dan ketika kita mengukur kedalaman dari dua belas dasar itu, kita melihat ke bawah dan ke bawah, itu adalah pemandangan kemuliaan yang luar biasa. Jika ini adalah fondasinya, bagaimanakah dengan temboknya? Jika ini adalah temboknya, seperti apakah kota itu? Jika ini adalah bagian luarnya, bagaimanakah dengan bagian dalamnya? Jika ini adalah bagian dalamnya seperti apakah jalan-jalannya? Jika ini adalah jalan-jalannya, seperti apakah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya? Jika ini adalah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya, seperti apakah istananya? Dan jika ini adalah istananya, seperti apakah takhtanya? 

            Dua belas batu dasar dan sebuah dinding yang terbuat dari intan, yang memiliki dua belas gerbang, seperti dua belas dan dua belas sebelumnya dan dua puluh empat tua-tua, dua belas batu dasar, rasul-rasul Anak Domba, dua belas gerbang, suku-suku Israel, umat tebusan Allah yang telah selamat, dari Habel hingga orang terakhir yang akan masuk ke dalam kerajaan Tuhan kita. Dan kota itu, sangat besar sekali: Panjang, lebar dan tingginya sama, yaitu seribu lima ratus mil. Sebuah kota yang besarnya dapat meliputi seluruh Britania Raya, Inggris, Irlandia, Skotlandia, Wales, Prancis, Italia, Swiss, Belgia, Belanda, Jerman, Deutschland, Austria, Turki, Polandia, Skandinavia dan Eropa Rusia—satu jalan dari kota itu jaraknya sekitar seribu lima ratus mil dan bertingkat-tingkat.

            Dan betapa merupakan sebuah perkembangan dari warna, betapa luar biasa, cahaya yang berkilau-kilauan; cahaya yang membeku di dalam intan, safir dan rubi dan mutiara serta jamrud, seakan-akan Allah mencampur bersama-sama warna biru dari  langit yang biru dan pecahan ombak dan warna pelangi dan warna musim gugur dan warna dari sunset agustus. Kota itu berbentuk simetris dan kubus yang sempurna: Sama seperti Ruang Mahakudus dan  kota besar yang memiliki empat siku.

            Dan setelah menggambarkan bagian luar, Rasul Yohanes masuk ke dalam. Dan ketika dia berjalan melalui salah satu gerbang itu, dia melihat bahwa gerbang itu tebuat dari mutiara. Muatiara adalah satu-satunya permata yang dibuat dari hewan kecil yang terluka dan menderita. Kita masuk ke dalam sorga melalui penderitaan, penebusan, pengorbanan dan itu digambarkan sebagai sebuah tempat di mana tidak akan ada lagi air mata. Apakah makna dari hal itu bagi seseorang yang tidak pernah menangis? Itu adalah sebuah tempat di mana tidak ada lagi penderitaan.  Apakah makna dari hal itu bagi seseorang yang tidak pernah kecewa?

            Itu adalah sebuah tempat di mana tidak ada lagi kematian. Apakah makna dari hal itu bagi seseorang yang tidak pernah menguburkan orang yang dia kasihi, yang tidak penah berdiri di depan sebuah kuburan yang terbuka? Sebuah tempat di mana tidak ada lagi rasa sakit. Apakah makna dari hal itu bagi seseorang yang tidak pernah sakit dan menderita? Kita masuk melalui gerbang mutiara, dan jalannya terbuat dari emas murni, tidak ada hal yang kotor di dalamnya. Orang-orang kudus Allah yang dibasuh dalam darah Anak Domba yang tercampur di sana. Dan kota itu tidak memiliki Bait Suci, karena Tuhan Allah adalah Bait SuciNya, dan Dia memenuhi kota itu.

            Dan mereka tidak membutuhkan matahari atau bulan atau cahaya lain, karena Tuhan Allah memberikan terang bagi mereka. Itu adalah sebuah prisma yang tidak dapat dipisahkan dari keindahan dan kemuliaan dan cahaya. Apakah kemuliaan? Kemulian adalah cahaya. Kemuliaan adalah kilauan. Cahaya adalah pakaian Allah, shekinah kemuliaan Tuhan. Sama seperti wajah Musa yang bercahaya setelah dia turun dari gunung, dia telah bersama-sama dengan Tuhan. Sama seperti wajah Tuhan kita di dalam transfigurasi; keilahian yang memancar. Sama seperti Paulus yang menjadi buta karena sinar yang terang dari cahaya Allah.

            Dan ketika dia menggambarkan kota itu, di tengah-tengahnya, di pusatnya terdapat Sungai Kehidupan, dan di sini yang lain ada pohon-pohon kehidupan, yang daun-daunnya akan menyembuhkan orang-orang, Bayangkanlah hal itu!  Orang buta akan melihat, orang yang sudah tua akan menjadi muda, orang lumpuh akan berjalan, tidak akan ada lagi yang sakit dan terbaring di ranjang orang sakit. Karena daun pohon itu adalah untuk menyembuhkan orang-orang.

           Salah satu pengkhotbah yang terkemuka sepanjang masa adalah Richard Baxter, seseorang yang sangat menderita—dianiaya dan dipenjarakan—tetapi dia adalah seorang pria yang memiliki kemampuan yang luar biasa tentang Alkitab dan seseorang yang fasih berkhotbah, seorang manusia Allah. Dan dia terbaring di dalam sakitnya yang terakhir, sekarat dan menderita serta berduka karena terbaring sekarat.

            Dan pada suatu malam, seorang sahabatnya datang menemui dia dan melihat dia sedang terbaring sekarat. Dan sahabatnya itu berkata, “Richard, bagaimana kabarmu?”

            Dan pengkhotbah yang hebat itu menjawab, “Oh, saya hampir sembuh,” dan setelah berkata demikian, dia meninggal. Bayangkanlah hal itu!

 

Bayangkanlah,  tentang melangkah di tepi pantai dan mendapatinya bahwa itu sorga. Bayangkahlah tentang sentuhan sebuah tangan dan mendapatinya bahwa itu Allah.

Bayangkanlah tentang bernafas di udara yang baru dan mendapatinya bahwa itu sorga.

Bayangkanlah tentang merasakan transformasi dan mendapatinya bahwa itu kekekalan.

Bayangkanlah tentang terbangun di dalam kemuliaan dan mendapatinya bahwa itu adalah rumah.

[Robert E. Selle]

 

Dan setelah dia menggambarkan bagian luar kota itu dan bagian dalam dari kota itu, kemudian dia menggambarkan orang-orang yang berada di sana. Karena, di atas semuanya, merekalah orang-orang yang membuat sorga. Salah satu kesaksian yang paling berkesan di dalam hidup saya adalah kesaksian dari seorang pria tua, pria yang sudah sangat tua. Dan dia berkata, “Anda tahu, ketika saya masih kecil, saya sering membayangkan  sorga sebagai tempat yang jauh, yang terbuat dari dari emas, gerbangnya terbuat dari permata, dindingnya terbuat yaspis, dan malaikat yang berpakaian putih, serta sebuah kumpulan orang banyak yang tidak seorang pun yang saya kenal, semuanya asing bagi saya.” 

            Kemudian dia berkata, “Ketika saya masih kecil, saudara laki-laki saya yang masih kecil meninggal dunia, dan saya membayangkan sorga sebagai sebuah tempat yang terdiri dari emas, yang temboknya terbuat dari yaspis dan gerbang perak, malaikat yang serba putih, sekumpulan orang-orang asing dan satu wajah kecil yang saya kenal.” 

            Kemudian dia menghitung kembali tahun-tahun yang telah berlalu. Ibunya meninggal, ayahnya meninggal. Istrinya meninggal. Anak-anaknya meninggal. Semua sahabat-sahabatnya mendahuluinya. Kemudian dia berkata, “Sekarang ketika saya membayangkan tentang sorga, saya tidak membayangkannya sebagai sebuah tempat yang memiliki tembok yang tinggi, istana yaspis dan malaikat yang berpakaian putih, tetapi saya membayangkan keluarga yang manis dan banyak sahabat yang menunggu saya di sana.”

            Sorga adalah sebuah tempat pertemuan besar dari anak-anak Allah. Dan untuk sejenak, biarkan saya menyampaikan apa yang akan kita lakukan di dalam sorga. Saya tidak mengetahui sebuah karikatur yang paling tidak alkitabiah dan jauh dari kebenaran selain dari pada seorang kartunis yang melukis sebuah gambar dari beberapa orang yang berada di atas sebuah awan dengan sayap dan memegang sebuah kecapi. Itukah sorga?

            Oh, di sini dikatakan: “Dan hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya.” Dan saya tidak memiliki waktu untuk melihat sepanjang Alkitab tentang tugas yang telah disediakan Allah bagi kita. Oh, kita akan diberikan tugas dan  tanggung-jawab dan tempat dan pemerintahan serta kantor.

            Kota besar yang menjadi rumah kita dan kita akan memerintah berdasarkan Firman Allah, seluruh alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, alam semesta dan dunia yang tidak terbatas yang di atas kita. Pemerintahan atas alam semesta ini akan diberikan kepada kita, pemerintahan atas ciptaan Allah akan diserahkan kepada kita.

            Dan, Leroy, kita akan berkumpul bersama-sama dalam sebuah ibadah dan anda tidak akan pernah mendengar nyanyian yang seperti itu di dalam gereja. Oh, Daud akan berada di sana dengan harpanya dan Gabriel akan berada di sana dengan sangkakalanya dan Handel akan berada di sana dengan organnya dan Asaf akan berada di sana dengan  paduan suaranya. Dan beberapa dari kita yang tidak dapat bernyanyi akan berada di sana dengan nyaring memuji Tuhan. Oh, seperti apakah jadinya keadaan itu nantinya! 

            Saya harus menutup khotbah ini: Apakah anda mengetahui puncak dari semuanya? Itu merupakan sebuah susunan yang menakjubkan, ketika dia menggambarkan bagian luar dari kota itu dan bagian dalam dari kota itu dan kemudian orang-orang yang berada di sana. Dan puncak dari semuanya: “Dan kita akan melihat wajahNya dan namaNya akan tertulis di dahi kita.” Kita akan melihat Yesus pada suatu hari! Itu adalah puncak dari wahyu tentang rumah sorgawi kita. Yesus ada di sana dan kita akan melihat wajahNya dan tetap hidup. Itulah sebabnya mengapa bagian ini dimulai dengan ayat ini:

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.

 

            Mengapa disebutkan: “Dan laut tidak ada lagi?” Mengapa, hal itu sangat mudah untuk dijelaskan: Yohanes berada di sebuah pulau kecil, pulau yang terdiri dari bebatuan, dia dikirim ke sana agar mati kekurangan atau kelaparan dan sendirian; dan antara dia dan orang-orang Efesus yang dikasihinya—jemaat yang dia gembalakan dan orang-orang yang dekat ke hatinya—ada lautan yang memisahkan mereka. Dan Yohanes menulis: Tetapi di dalam kemuliaan tidak akan ada lagi pemisah, tidak akan ada lagi laut di antara mereka. Kita akan bersama dengan Tuhan kita serta yang lain dan kita akan melihat wajahNya dan tinggal berdiri di tepi pantai itu, melihat ke sisi yang lain.

            Tidak ada puisi yang lebih indah atau yang lebih mulia di dalam bahasa Inggris dibandingkan dengan sentiment yang ditempatkan oleh Alfred, Lord Tennyson di dalam kata-kata ini:

 

Mentari telah terbenam dan bintang malam bersinar

Dan sangat jelas memanggilku

Dan mungkin di sana tiada rintangan yang akan menghadang

Saat kuarungi lautan

 

Tetapi pasang menghempas tanpa henti

Tuk bersuara dengan berisik dan berbuih

Hingga akhirnya terhempas hingga kedalaman tanpa batas

Kembali pulang ke rumah

 

Senjakala dan deringan malam

Dan setelah kegelapan itu!

Dan mungkin di sana tidak ada kesedihan dari perpisahan

Saat kunaiki kapal

 

Dari engkau, dari waktu dan tempat yang telah kita tinggali

Air yang besar mungkin membawaku jauh

Kuberharap tuk melihat pilotku muka dengan muka

Ketika aku telah melewati rintangan

 [Lord Tennyson]

 

Dan di sisi lain di mana di sana tidak ada lagi laut. Dan Tuhan kami, hiburkanlah hati kami pada hari ketika kami berada di lembah bayangan kematian, hiburkanlah hati kami. Melalui pengembaran hidup kami ketika kami berdiri di pinggir pantai dan melihat ke seberang ke sisi yang lain, di mana Allah berada di sana. Juruselamat kami berada di sana. Di sanalah orang-orang yang kami kasihi berada yang telah hilang untuk sejenak. Dan pada suatu hari, bersama dengan Engkau dan orang-orang lainnya, di dalam dunia tanpa akhir, kami akan memuji Engkau dan mengasihi Engkau sampai selama-lamanya.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.