DUNIA DI BALIK LANGIT

(THE WORLD BEYOND THE SKIES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Wahyu 21-22

07-04-77

  

Tema tahun ini adalah, Dunia Halus, dunia yang tidak kelihatan, dunia yang lain, dunia roh dan kecerdasan dan personalitas—dunia Allah. 

Hari senin, kita telah berbicara tentang Dunia Dibalik Kematian:

Pada hari selasa, Dunia Setan, Kejahatan:

Kemarin kita telah membahas, Dunia Para Malaikat:

Besok kita akan membahas tentang, Dunia Dibalik Tirai,  ketika Tuhan disalibkan dan kita masuk ke dalam sorga dengan Dia melalui iman di dalam Dia melalui kehancuran, air mata dan pengorbanan dagingNya.

           Di dalam Alkitab, daging Tuhan kita dilambangkan oleh tirai di dalam Bait Suci, dan ketika Tuhan mati, tirai itu dikoyakkan. Dan melalui pengorbananNya dan penderitaanNya, kita masuk ke hadirat Allah. Dalam khotbah besok, kita akan membahas: Dunia Dibalik Tirai.

Hari ini, kita akan berbicara tentang, Dunia Dibalik Angkasa—ini adalah sebuah pesan tentang rumah sorgawi yang telah dipersiapkan oleh Allah kepada kita, yang dengan sangat indah dan menakjubkan serta penuh keagungan digambarkan di dalam dua pasal yang terakhir di dalam Alkitab. Yohanes menulis:

Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu

Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

 

            Dan kemudian selanjutnya diikuti oleh dua pasal yang menggambarkan tentang rumah yang ada dibalik angkasa itu. Dan itu adalah pesan bagi kita hari ini. Yang pertama, kita akan melihatnya dari bagian luar. Kemudian kita akan melihat bagian dalam. Kita akan pergi melalui gerbang ke dalam kota itu. Kemudian kita akan melihat orang-orang yang tinggal di dalamnya, umat tebusan Allah, yang diam di dalam kota Tuhan ini.

            Ketika kita tiba ke kota itu sendiri dan melihatnya, itu adalah sebuah pemandangan dari kemuliaan dan keagungan dan keindahan serta hal-hal yang menakjubkan. Ketika Allah membuat ciptaan yang pertama, betapa luar biasa dan betapa indahnya karya dari Yang Mahatinggi, bintang-bintang, pegunungan,  padang rumput yang menghijau, sungai yang berkelok-kelok, hutan yang luas, buatan tangan Allah di dalam ciptaan yang pertama.

            Tetapi betapa lebih indah lagi ciptaan yang kedua ini yang berasal dari tangan Allah Yang Mahatinggi. Lalu, kita akan mendekatinya dan melihatnya, terlebih dahulu dari bagian luar, kota Allah yang indah ini, rumah sorgawi dari jiwa. Yang pertama dari semua, terbentang di hadapan kita sebuah panggung dari dua belas pondasi. Yang pertama adalah intan. Yang kedua adalah safir. Yang ketiga adalah batu mirah. Yang keempat adalah batu zamrud, demikian seterusnya hingga yang kedua belas, dan yang paling atas adalah batu kecubung.

            Dan ketika akhirnya, ketika kita selesai mendaki puncak dasar itu, kita baru berada di dasar kebesaran dari kemuliaan Allah. Dan ketika kita melihat ke bawah, dan ke atas, betapa merupakan pemandangan yang sangat mempesona! Jika ini adalah fondasinya,  bagaimanakah dengan temboknya? Jika ini adalah temboknya, seperti apakah kota itu? Jika ini adalah bagian luarnya, bagaimanakah dengan bagian dalamnya? Jika ini adalah bagian dalamnya seperti apakah jalan-jalannya? Jika ini adalah jalan-jalannya, seperti apakah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya? Jika ini adalah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya, seperti apakah istananya? Dan jika ini adalah istananya, seperti apakah takhtanya? 

            Kemudian dengan berdiri di atas puncak dari panggung yang luas, kita tiba di pemandangan tembok yang sangat indah. Tembok itu terbuat dari mutiara yang keras, yang tingginya sekitar dua ratus lima puluh kaki. Di dalam Alkitab, kata itu tidak diterjemahkan. Kata itu adalah iaspis, tetapi tidak seorang pun yang tahu seperti apakah "iaspis, jernih seperti kristal.” Lalu, ketika kata itu tidak dapat diterjemahkan, mereka hanya mengejanya ke dalam bahasa Inggris menjadi kata "jasper" (dalam bahasa Indonesia kata itu diterjemahkan dengan “yaspis’). Dindingnya terbuat iaspis, yang jernih seperti kristal. Saya dapat menerjemahkan kata itu. Itu adalah “intan.” Tembok yang tingginya sekitar dua ratus lima puluh kaki, yang dibuat dari intan yang padat, jernih seperti kristal, intan yang putih biru.

            Dan temboknya memiliki dua belas gerbang, sama seperti fondasi kota itu yang terdiri dari dua belas batu dasar, yang merupakan dua belas rasul. Kota itu dapat dimasuki melalui dua belas gerbang—masing-masing tiga di dalam tiap-tiap sisinya, dan mereka mewakili umat tebusan Allah di dalam kovenan yang lama dan umat tebusan Allah di dalam kovenan yang baru. Sebagaimana ada dua puluh empat tua-tua yang mewakili bapa-bapa leluhur dan rasul-rasul kovenan yang baru, demikian juga dengan kota Allah yang didirikan di atas dua belas fondasi, yaitu rasul-rasul dan dua belas gerbang, suku-suku dari umat perjanjian yaitu Israel.

Lalu, kita melihat kota itu sendiri: Betapa merupakan sebuah panorama yang menakjubkan di hadapan kita, yang terbuat dari emas murni dan jernih seperti kaca. Dan ukurannya sangat luas. Kemudian kota itu sendiri: terdiri dari panjang dan lebar serta tinggi yang sama, yaitu sekitar 12.000 stadia. Di dalam Inggris, maka ukuran itu sama dengan 1.500 mil. 1.500 mil ke arah sana, 1.500 mil ke arah satunya lagi, dan 1.500 mil ke atas.

           Itu adalah sebuah kota yang sangat luas, yang dapat meliputi seluruh Inggris Raya, seluruh Prancis, seluruh Spanyol, seluruh Italia, seluruh Australia, seluruh Jerman, seluruh Eropa Barat, seluruh Turki dan setengah Rusia. Dan terketak di atas jalan yang bertingkat-tingkat yang tingginya sekitar seribu lima ratus mil

            Dan betapa merupakan sebuah perkembangan warna yang luar biasa, warna yang cemerlang, cahaya yang membeku di dalam intan dan safir dan emerald dan rubi dan pirus. Allah telah mengambil warna biru langit dan ombak lautan dan warna pelangi dan kemuliaan musim gugur dan cahaya sunset yang dicurahkan di dalam kota itu. Allah pastilah menyukai warna.

            Dan merupakan simetris yang sempurna. Yang ukurannya adalah seribu lima ratus mil, baik panjangnya dan lebarnya dan tingginya. Sebuah kubus yang sempurna, simetris yang sempurna seperti Ruang Mahakudus di dalam kemah suci dan Bait Suci.

            Setelah mendekati kota itu bersama dengan Yohanes, pelihat kudus itu, kita berjalan melalui gerbang ke rumah jiwa. Dan ketika Yohanes berjalan melalui salah satu gerbang itu ke dalam kota emas yang indah itu, dia mencatat bahwa gerbangnya terbuat dari mutiara. Tiap-tiap gerbangnya diukir dari mutiara. Mutiara adalah satu-satunya permata yang dibuat melalui penderitaan binatang kecil; tepat seperti itu, kita masuk ke sorga melalui penderitaan. Hal itu menggambarkan sebagai sebuah tempat di mana tidak ada lagi air mata. Apa maknanya bagi seseorang yang tidak penah menangis?

            Itu adalah gambaran sebagai sebuah tempat di mana tidak ada lagi penderitaan. Apa maknanya bagi seseorang yang tidak pernah sakit hati? Itu adalah gambaran sebagai sebuah tempat di mana tidak ada lagi rasa sakit. Apa maknanya bagi seseorang yang tidak pernah diremukkan di atas baja dan mengalami penderitaan dan rasa sakit? Itu adalah gambaran sebagai sebuah tempat di mana di sana tidak ada lagi kematian. Apa maknanya bagi seseorang yang tidak pernah membaringkan orang-orang yang mereka kasihi di dalam debu tanah dan hilang untuk sementara? Kita masuk ke dalam kota itu melalui gerang mutiara, melalui penderitaan.

            Dan ketika kita masuk ke dalam, di depan kita ada jalanan yang terbuat dari emas, murni dan jernih seperti kaca; yang artinya tidak ada dosa atau noda yang masuk ke dalam rumah jiwa yang indah itu. Dan ketika Yohanes berjalan melalui jalanan itu, dia mencatat  bahwa tidak ada lagi Bait Suci. Karena Allah sendiri adalah Bait Suci dari kota itu. Hadirat Allah berada di mana-mana. Allah memenuhi semuanya.  

            Dan Yohanes melihat bahwa tidak ada matahari atau cahaya bulan yang menerangi kota itu, karena dia berkata bahwa kemuliaan Allah meneranginya. Kota itu sendiri merupakan sebuah prisma yang tidak dapat dipisahkan dari kemuliaan dan keindahan serta cahaya.  Apakah “kemuliaan?” Kemulian adalah bercahaya. Kemuliaan adalah kilauan. Cahaya adalah pakaian Allah, shekinah kemuliaan Tuhan. Dan hadirat Tuhan dan cahaya dari wajahNya membuat kota itu terang dan bersinar-sinar. 

            Kemuliaan: Ketika Musa turun dari gunung, wajahnya menyinarkan kemuliaan Allah. Ketika Tuhan bertransfigurasi di atas gunung, wajahNya bersinar seperti matahari. Ketika Rasul Paulus bertemu dengan Tuhan di jalan Damsyik, dia dibutakan oleh kemuliaan dari cahaya itu. Wajah Tuhan menerangi seluruh kota itu dengan kemuliaan dan cahaya yang bersinar-sinar.   

            Dan ketika Rasul Yohanes berjalan di sepanjang kota itu, dia melihat di sana ada Sungai Kehidupan. Dan di tepi sungai itu, Pohon Kehidupan, daun-daunnya dipakai untuk menyembuhkan orang-orang, sehingga di sana tidak ada lagi kesakitan dan kebutaan dan kelumpuhan  dan luka-luka. Karena daun-daun itu adalah untuk menyembuhkan orang-orang.

            Ada seorang pengkhotbah yang luar biasa dan salah satu teolog yang terkemuka dalam sejarah kekristenan di Inggris yang bernama Richard Baxter. Karena dia merasa bebas di dalam hatinya dan berpegang teguh kepada kebenaran Firman, dia dianiaya dan dipenjarakan oleh gereja negara. Tetapi hal itu tidak memudarkan cahaya kemuliaan dari pengkhotbah ini. Di dalam hari-hari yang terus berlalu, dia terbaring sekarat di dalam rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Dan salah satu sahabat dekatnya datang mengunjunginya dan melihat Richard Baxter terbaring sekarat. Dan sahabatnya itu duduk di sampingnya dan berkata: “Richard, bagaimana keadaanmu?” 

            Dan pengkhotbah besar itu menjawab, “Aku hampir sembuh…” dan dia meninggal. 

 

Bayangkanlah, sedang melangkah di tepi pantai dan mendapatinya bahwa itu sorga. Sentuhan sebuah tangan dan mendapatinya bahwa itu Allah.

Bernafas di udara yang baru dan mendapatinya bahwa itu nuansa sorgawi.

Merasakan transformasi dan mendapatinya bahwa itu kekekalan.

Terbangun di dalam kemuliaan dan mendapatinya bahwa itu adalah rumah.

[Robert E. Selle]

 

 

"Saya hampir sembuh,” dan meninggal.

            Kita telah berbicara tentang kota itu dari bagian luar. Kita akan berbicara tentang kota itu di bagin dalamnya. Sekarang kita berbicara tentang umat Allah, orang-orang tebusan Allah yang hidup di sana. Ada seorang pria tua yang bersaksi dalam sebuah pertemuan doa, dan inilah yang dia sampaikan. 

 Dia berkata, "Ketika saya masih seorang bocah kecil, ketika saya masih seorang pengikut yang masih kecil, saya diberitahukan tentang surga, mendengar tentang surga. Surga adalah sebuah kota yang besar, jalanannya terbuat dari emas, gerbangnya terbuat dari permata, dindingnya terbuat yaspis, dan malaikat yang berpakaian putih, serta sebuah kumpulan orang banyak yang tidak seorang pun yang saya kenal. Ketika saya masih kecil saya selalu membayangkan sorga seperti itu.”

            Lalu dia melanjutkan, “Saudara laki-laki saya yang kecil meninggal dan saya berpikir tentang surga yang dindingnya  terbuat permata yaspis, gerbang permata, jalanan yang terbuat dari emas, malaikat yang berpakaian putih, dan sekumpulan orang yang tidak ada seorangpun yang saya kenal kecuali satu wajah yang mungil: wajah saudara laki-laki saya yang kecil.”

            Kemudian orang tua itu mengambarkan tahun-tahun yang telah berlalu, dan ayahnya meninggal dunia dan ibunya meninggal dan istrinya meninggal dan anak-anaknya meninggal dan semua sahabat-sahabatnya telah pergi. Dan orang tua itu berkata, “Sekarang, ketika saya membayangkan sorga, saya tidak pernah membayangkan tentang emas atau permata dan permata atau kumpulan malaikat putih, tetapi saya membayangkan tentang orang-orang yang saya kasihi dan yang sedang menunggu saya di angkasa.”  

            Sorga adalah di mana Yesus berada dan umat tebusan Allah berkumpul di rumah. Ada sebuah karikatur tentang sorga yang menggambarkan kita sedang duduk di atas sebuah awan dengan sebuah lingkaran di kepala, dan memegang kecapi tanpa melakukan apa pun sampai selama-lamanya. Tidak, bukan seperti itu! Karena Kitab Suci menyingkapkan kepada kita bahwa rumah sorgawi menuugaskan kepada kita sebuah kehidupan yang penuh semangat. 

            Ketika Allah menciptakan Taman Eden, Dia menempatkan manusia di sana untuk mengusahakannya dan mengolahnya dan memeliharanya, dan berkuasa atas seluruh ciptaan. Ada seluruh dunia ciptaan Allah untuk diperintah.  

Dan Tuhan berkata di dalam perumpamaan tentang uang mina, “Engkau telah setia, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Dan kepada yang lainnya, “Engkau telah setia, karena itu terimalah kekuasaan atas lima kota.”  Planet-planet ini dan system tata surya serta Galaksi Bima Sakti dan lapisan atas berada di bawah kekuasaan kita, di bawah pemerintahan kita.

           Ini adalah rumah kita. Ini adalah tempat di mana rumah kita yang besar berlokasi di beberapa jalan, beberapa taman yang sangat indah. Tetapi seluruh dunia ciptaan Allah adalam milik kita untuk kita pimpin dalam hidup yang penuh semangat dan sibuk.  

            Dan betapa merupakan  sebuah pelayanan yang luar biasa, kita akan memuji dan menyembah serta mengagungkan Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Daud akan berada di sana dengan kecapinya. Gabriel akan berada di sana dengan sangkakalanya. Asaf akan berada di sana dengan paduan suaranya. Handel akan berada di sana dengan organnya, dan kita semua akan menyanyikan Nyanyian Musa dan Anak Domba. Kita akan menyembah Dia di dalam ibadah sorgawi dan pujian yang belum pernah kita kenal di dalam ibadah yang ada di dunia ini dan di dalam hidup ini. 

            Dan apakah anda mengetahui puncak dari semua, “Dan mereka akan melihat wajahNya dan hidup?” Tidak seorang pun yang pernah melihat wajah Allah. Seperti yang disampaikan oleh Yehova, “Tidak seorang pun yang dapat melihat wajahKu dan tetap hidup.” Tetapi di dalam sorga, kita akan melihat wajah Allah dan hidup. Ada sebuah alasan mengapa salah satu penyair Inggris yang terkemuka di dalam sejarah meminta, dimana saja puisinya diterbitkan, puisi ini akan menutup buku itu,

 

Mentari telah terbenam dan bintang malam bersinar

Dan sangat jelas memanggilku

Dan mungkin di sana tiada rintangan yang akan menghadang

Saat kuarungi lautan

 

Tetapi pasang menghempas tanpa henti

Tuk bersuara dengan berisik dan berbuih

Hingga akhirnya terhempas hingga kedalaman tanpa batas

Kembali pulang ke rumah

 

Senjakala dan deringan malam

Dan setelah kegelapan itu!

Dan mungkin di sana tidak ada kesedihan dari perpisahan

Saat kunaiki kapal

 

Dari engkau, dari waktu dan tempat yang telah kita tinggali

Air yang besar mungkin membawaku jauh

Kuberharap tuk melihat pilotku muka dengan muka

Ketika aku telah melewati rintangan

 [Alfred Tennyson]

 

            Kita akan melihat wajahNya dan tetap hidup. Tuhan kami, sorga sudah cukup bagi kami jika berada di dalam hadiratMu. Dan jika orang-orang yang kami kasihi dan orang-orang yang kami kasihi berada di sana, oh, betapa indah dan mulianya hal itu. 

            Dan Tuhan, jika bersama sebagai umat tebusan kami dapat menyembah dan melayani Engkau, maka sorga adalah melampaui apa yang dapat dikandung dan dipahami oleh hati kami. Piala kami melimpah. Kami bersyukur kepadaMu, Tuhan, karena keselamatan yang menjangkau setiap kami. Di dalam namaMu yang mulia, Amin.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.