APAKAH SORGA ITU ADA?
(IS THERE A HEAVEN?)
Dr. W. A. Criswell
26-03-86
Wahyu 21, 22
Di dalam sebuah penglihatan, Dan berada di atas sana, di dalam kemuliaan dan berkata kepada Santo Petrus, “Saya ingin memiliki sebuah paduan suara yang besar, ribuan soprano, ribuan alto dan ribuan tenor.”
Dan Santo Petrus berkata, “Bagaimana dengan bass?
Dan Dan berkata, “Saya akan menyanyikannya sendiri.”
Kami senang untuk mendapati anda berada di sini pada hari ini. Ini adalah sebuah waktu makan, yang sudah terjadwal. Dan anda harus ingat bahwa anda dapat pergi tanpa perasaan bersalah, sekali pun anda menginterupsi ibadah ini. Anda dapat pergi sewaktu-waktu jika anda memang harus melakukannya. Kami berbahagia bersama dengan anda jika anda dapat tinggal untuk menikmati ibadah ini, dan jika waktunya tiba jika anda harus pergi, anda dapat bebas melakukannya.
Ibadah dalam minggu ini, seperti yang telah disampaikan oleh asisten kita, Ed Pool adalah:
Tema utamanya “Hidup Kekal: Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan.” Kemarin, kita telah berbicara tentang: “Adakah sebuah Neraka?”—apakah ada sebuah pemisahan dalam hidup? Besok: “Adakah sebuah Penghakiman?” Hari berikutnya: “Apakah Jiwaku Hidup Selama-lamanya?” Dan yang terakhir, pada hari jumat: “Dapatkah Darah Kristus Menyelamatkan Kita?” Dan hari ini: Apakah Ada sebuah Sorga?
Saya tidak memiliki kesempatakan untuk membaca dasar Kitab Suci yang menjadi latar belakang khotbah kita. Yaitu dua pasal terakhir di dalam Kitab Wahyu yaitu pasal 21 dan 22.
Di dalam Kitab Suci, ada tiga langit yang digambarkan. Yang pertama, langit yang berada di atas kita, di mana burung terbang dan awan-awan bergerak.
Langit kedua yang digambarkan kepada kita adalah alam semesta yang di atas kita: lapisan angkasa dan alam semesta serta Galaksi Bima Sakti.
Kemudian, Alkitab berbicara tentang langit yang ketiga: Di mana Allah ada dan orang-orang kudusNya berkumpul, rumah sorgawi—Takhta Allah yang Mahatinggi di langit ketika yang melampaui seluruh angkasa.
Ada seorang pengusaha yang sangat kaya yang tidak memiliki waktu untuk Allah. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang masih muda yang sakit dan akhirnya meninggal. Dan sesudahnya, malam demi malam, istrinya melihat dia membaca Alkitab, mengambil sebuah pensil dan menggaris bawahi Alkitab itu.
Dan ketika suaminya itu bekerja, istrinya mengambil Alkitabnya dan melihat apa yang dibaca oleh suaminya itu. Setiap tempat di dalam Alkitab yang berbicara tentang sorga dia garis bawahi. Tempat itu berada di sana. Tempat itu sangat dekat, dan bahkan jika kita hidup selama 150 tahun, latar belakang kekekalan itu berada di sana.
Itu adalah rumah sorgawi kita yang kekal. Dan untuk mengetahui kemana kita akan pergi dan seperti apakah tempat itu, dan seperti apakah jadinya merupakan sesuatu yang normal sama seperti kita bernafas dan hidup. Jadi kita akan melihat rumah sorgawi kita, di dalam sorga.
Kita akan melihat bagian luarnya. Kemudian kita akan pergi ke bagian dalam dan melihat ke bagian dalamnya. Selanjutnya kita akan melihat penduduk dari kota sorgawi yang baru itu.
Yang pertama, bagian luar dari tempat itu: seperti apakah kelihatannya. kota itu dibangun di atas dua belas batu dasar. Yang pertama adalah mutiara. Kemudian, disusul oleh yang lainnya satu demi satu, di dalam warna yang sangat indah, seperti cahaya pelangi, yang berkilau-kilauan, ciptaan Allah yang sangat indah; dan yang terakhir adalah batu kecubung yang berwarna ungu.
Kota itu dibangun di atas sebuah platform yang sangat luas. Dan ketika kita mendaki ke atas, kita akan melihat kemuliaan yang bersinar di atas kita dan kita akan melihat pemandangan yang sangat indah di bawah kita. Jika ini adalah fondasinya, bagaimanakah dengan temboknya? Jika ini adalah temboknya, seperti apakah kota itu? Jika ini adalah bagian luarnya, bagaimanakah dengan bagian dalamnya? Jika ini adalah bagian dalamnya seperti apakah jalan-jalannya? Jika ini adalah jalan-jalannya, seperti apakah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya? Jika ini adalah rumah-rumah besar yang ada di dalamnya, seperti apakah istananya? Dan jika ini adalah istananya, seperti apakah takhtanya? Betapa merupakan sebuah perkembangan keindahan dan kemuliaan yang penuh dengan warna-warni!
Dan tinggi dari temboknya sekitar 250 kaki dan terbuat dari yasper, jernih seperti kristal.
Apakah yasper? Ketika anda mengejanya ke dalam bahasa Inggir kata itu berubah menjadi “jasper,” (sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut dengan “yaspis”). Apakah yasper, “jernih seperti kristal?” Saya telah menemukan kata itu di dalam beberapa terjemahan, mereka menyebutnya “es.”
Saya membayangkan tentang yasper—yang tidak kita kenal, merujuk kepada apakah kata itu? Saya pikir maksudnya adalah “intan”—“intan,” yasper, jernih seperti kristal, sama seperti es.
Dapatkah anda membayangkan sebuah tembok dengan tinggi 250 kaki, yang terbuat dari mutiara? Hal itu diluar dari bayangan kita atau pengertian kita.
Kemudian kota itu sendiri: terdiri dari panjang dan lebar serta tinggi yang sama, yaitu sekitar 12.000 stadia. Di dalam Inggris—di dalam Amerika—maka ukuran itu sama dengan 1.500 mil. 1.500 mil ke arah sana, 1.500 mil ke arah satunya lagi, dan 1.500 mil ke atas.
Itu adalah sebuah kota yang dapat menutupi seluruh Inggris Raya dan Prancis dan Spanyol dan Portugal dan Italia dan Austria dan Turki serta setengah Rusia. Kota itu tidak hanya sangat panjang dan lebar tetapi juga bertingkat-tingkat satu sama lain. Dan karena kota itu tidak lagi membutuhkan matahari dan bulan, karena kemuliaan Allah meneranginya, maka setiap tingkatnya berada di bawah kubah langit Allah yang biru.
Dan lihatlah perkembangan dari warnanya. Allah kelihatan seperti mencampurkan warna langit yang biru dan ombak laut dan warna-warna pelangi dan sunset. Allah menyukai warna.
Apakah baiknya sebuah pelangi? Atau kontribusi pragmatis apa yang dibuat oleh keindahan sunset? Dan mengapakah langit memiliki warna biru yang indah?
Hanya karena Allah menyukai warna. Dia membuat segala sesuatu sangat indah. Dia menyukai hal-hal yang mulia.
Dan kota yang besar itu, rumah sorgawi kita, adalah sebuah kubus yang sempurna, sama seperti tempat suci sanctorum, seperti Ruang Mahakudus di kemah suci atau Bait Allah. Kubus itu memiliki ukuran masing-masing tiga puluh kaki. Jadi rumah sorgawi kita merupakan sebuah simetri yang sempurna, sebuah ciptaan yang indah yang dibuat oleh tangan Allah. Itu adalah bagian luar.
Sekarang, kita masuk ke dalam bagian dalam rumah sorgawi kita ini, kota yang indah. Ketika Yohanes masuk ke dalam gerbang, masing-masing ada tiga gerbang di tiap sisinya—ketika dia masuk ke dalam gerbang itu, dia mencatat bahwa mereka terbuat dari mutiara.
Mutiara adalah satu-satunya permata yang dibuat oleh seekor hewan, dan diciptakan dari sebuah luka, sebuah rasa sakit, sebuah penderitaan. Apa yang Allah sampaikan bagi kita adalah bahwa saat kita masuk ke dalam kerajaan, dan saat kita masuk ke dalam sorga, kita memasukinya melalui penderitaan dan kematian.
Di bagian dalam, tidak akan ada lagi penderitaan atau rasa sakit atau air mata atau kematian. Tetapi kita masuk ke kota itu melalui air mata dan penderitaan dan kematian.
Saya sering berpikir tentang hal itu. Apa maknanya bagi seseorang yang tidak penah menangis, seseorang yang tidak pernah sakit hati? Apa maknanya bagi seseorang yang tidak pernah menderita? Apa maknanya bagi seseorang yang tidak pernah meninggal? Sorga menjadi mulia dan berharga karena pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami sepanjang hidup ini, Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik bagi kita.
Dan jalan-jalannya: murni, terbuat dari emas tulen. Dan ketika dia berjalan sepanjang kota itu, dia melihat, sungai kehidupan berkelok-kelok sepanjang jalan itu dan diseberang kota itu terdapat pohon kehidupan yang daunnya dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Ada seorang Puritan tua, yang hidup pada tahun 1600-an, seorang teolog yang luar biasa, dan salah satu pengkhotbah terbesar sepanjang masa, namanya adalah Richard Baxter. Dia sungguh-sungguh mengalami penderitaan yang besar. Dia dianiaya dan dipenjarakan.
Pada hari-hari terakhirnya, seorang sahabat datang untuk menemui dia dan menemukan dia sedang sekarat. Dan sahabat yang melihat Richard Baxter sekarat berkata kepadanya, “Richard, bagaimana keadaanmu?”
Dan pengkhotbah yang luar biasa itu berkata, “Oh, tuan, saya hampir membaik,” dan ia meninggal.
Apakah anda mempercayai hal itu? Di dalam kematian, Aku hampir membaik. Bayangkanlah, jika anda sedang melangkah di sebuah tepi pantai dan mendapati bahwa itu sorga. Bayangkan tentang sentuhan sebuah tangan dan mendapati bahwa itu adalah Allah. Bayangkanlah tentang bernafas di dalam sebuah udara yang baru dan mendapati bahwa itu adalah sorga. Bayangkanlah tentang perasaan yang mengalami transformasi dan mendapati bahwa diri anda kekal. Bayangkanlah tentang sedang terbangun di sorga dan mendapati bahwa itu adalah rumah.
Dan orang-orang yang berada di sana, orang-orang yang menjadi milik Allah, kumpulan dari keluarga Allah yang kudus. Saya pernah mendengar seorang pria yang berkata, ketika dia masih kecil. Dan ketika pendeta berbicara tentang sorga, dia membayangkan bahwa sorga adalah sebuah kota yang indah dengan tembok yang tinggi dan kubah dan menara kecil dan sekumpulan malaikat yang berjubah putih dan sebuah kumpulan orang banyak yang seorang pun tidak dia kenal. Kemudian ketika hari berlalu, saudara kecilnya meninggal. Dan dia berkata, “Saya membayangkan sorga sebagai tempat yang temboknya terbuat dari yaspis dan gerbang perak, malaikat yang serba putih, sekumpulan orang-orang asing dan satu wajah kecil yang saya kenal.”
Kemudian dia menggambarkan tahun-tahun yang terus berlalu, dan sebagai seorang pria tua yang sendirian, yang akan meninggalkan dunia ini. Seluruh keluarganya telah meninggal. Seluruh sahabat-sahabatnya telah pergi. Kemudian dia berkata, “Sekarang ketika saya berpikir tentang sorga, saya tidak memikirkannya sebagai sebuah tempat yang memiliki tembok yang tinggi, istana yaspis dan malaikat yang berpakaian putih, tetapi aku memikirkannya sebagai tempat dari orang-orang yang saya kasihi berada dan terhilang untuk sesaat.”
Dan di dalam rumah sorgawi itu, kita akan memiliki sebuah kehidupan yang memiliki tugas. Saya tidak tahu sebuah karikatur yang sangat sombong tentang sorga dari pada karikatur yang menggambarkan beberapa seorang yang memakai jubah di atas sebuah awan dengan sebuah lingkaran di atas kepalanya dan memegang kecapi.
Alkitab tidak pernah menggambrakan suatu hal seperti itu. Kita akan terlibat di dalam sebuah kegiatan hidup yang berkesinambungan. Kota yang indah itu hanyalah rumah kita..
Di Taman Eden, manusia ditempatkan di sana untuk mengusahakannya dan mengolahnya dan memeliharanya, dan untuk tinggal dan berkuasa atas seluruh ciptaan. Allah menciptakan manusia untuk sebuah kehidupan yang penuh semangat.
Gambaran yang sama yang diberikan kepada kita di dalam sorga terdapat di dalam perumpamaan uang mina: “Engkau telah setia, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.” Dan kepada yang lainnya, “Engkau telah setia, karena itu terimalah kekuasaan atas lima kota.”
Tercurah dari rumah sorgawi kita, kita akan memiliki sebuah tanggung-jawab terhadap pemerintahan dan pengaturan Allah terhadap seluruh alam semesta yang telah diciptakan kembali. Seluruh planet-planet ini dan tata surya yang sekarang telah mati akan dibuat hidup kembali. Dan mereka berada di bawah pengaturan kita dan perawatan kita.
Kita akan memiliki sebuah kehidupan yang penuh semangat, dan kita akan memuji Allah sampai selama-lamanya. Oh, betapa mulianya! Daud akan berada di sana dengan kecapinya. Handel akan berada di sana dengan organnya. Asaf akan berada di sana dengan paduan suaranya. Gabriel akan berada di sana dengan sangkakalanya. Dan kita semua akan menyanyikan nyanyian Musa dan Anak Domba. Seluruh kehidupan akan mengikuti kehendak Allah.
Saya harus menutup khotbah ini.
Salah satu hal yang paling ganjil di dalam Firman Allah bagi saya adalah kata-kata terakhir yang menggambarkan sorga. Setelah semua kemuliaan dan keindahan dan kemegahannya, yang terakhir adalah: Kita akan melihat Dia. Kita akan melihat Tuhan kita. Kita akan memandang wajahNya.
Itu adalah puncak dari kemuliaan: Kita akan melihat Yesus. Kita akan bersama dengan Dia.
Mentari telah terbenam dan bintang malam yang bersinar
Dan sangat jelas memanggilku
Dan mungkin di sana tiada rintangan yang akan menghadang
Saat kuarungi lautan
Tetapi pasang menghempas tanpa henti
Tuk bersuara dengan berisik dan berbuih
Hingga akhirnya terhempas hingga kedalaman tanpa batas
Kembali pulang ke rumah
Senjakala dan deringan malam
Dan setelah kegelapan itu!
Dan mungkin di sana tidak ada kesedihan dari perpisahan
Saat kunaiki kapal
Dari engkau, dari waktu dan tempat yang telah kita tinggali
Air yang besar mungkin membawaku jauh
Kuberharap tuk melihat pilotku muka dengan muka
Ketika aku telah melewati rintangan
Kita akan melihat wajahNya dan tetap hidup. Ini adalah langitnya Allah.
Dan Tuhan kami, tanpa kehilangan satu orang pun, semoga kami semua berada di sana, untuk menyanyikan pujian bagi Tuhan Allah kami, Yesus Kristus, dan untuk berada di hadirat raja kami yang agung sampai selama-lamanya. Di dalam namaMu yang ajaib kami menyembah dan berdoa, Amin.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.