API NERAKA
(THE FIRE OF HELL)
Dr. W. A. Criswell
Wahyu 20:14-15
06-09-63
Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio dan yang menyaksikannya melalui siaran televisi, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi, khotbah yang berjudul: Api Neraka.
Setelah bertahun-tahun berkhotbah melalui kitab-kitab di dalam Alkitab, kita telah tiba di Kitab Wahyu. Di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu, kita telah tiba di pasal 20 ayat yang terakhir. Dan saya akan membaca konteksnya, dimulai dari Wahyu 20:11:
Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Dan yang menjadi teks kita: Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Yang pertama kita akan berbicara tentang keseriusan dari subjek ini, terhadap latar belakang dari penghukuman yang terakhir itu, seluruh Firman Allah yang telah ditulis. Tentang peringatannya, permohonannya, dakwaannya dan penghukumannya—semuanya telah disampaikan tentang latar belakang hari penghakiman dari Allah Yang Mahatinggi.
Saya tidak dapat memikirkan hal yang lain selain dari pada gema perkataan yang yang ditulis oleh penulis Ibrani ketika dia berkata, “Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup; sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.”
Terhadap latar belakang itu, nabi-nabi telah berkhotbah. Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh Yehezkiel ketika dia berkata, “Demi Aku yang hidup, demikianlah Firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati?”
Atau dengarkanlah Rasul Paulus, ketika dia memberikan permohonan: “Karena itu, berkenaaan dengan hal yang mengerikan yang berasal dari Tuhan, kami meminta kepada orang-orang.” “Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.” “Sebab Allah berfirman: "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.”
“Mengetahui hal mengerikan yang berasal dari Tuhan”—dan semua hal-hal ini disampaikan oleh Tuhan sendiri yang berbicara tentang penghukuman yang hebat ini. Ya, Tuhan kita berkata:
Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka, di mana apinya tidak pernah padam dan ulatnya tidak pernah mati dan di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Lebih baik memotong kakimu dan membuangnya dari padamu dari pada masuk ke dalam hidup yang kekal, ke dalam neraka dengan dua kaki.
Atau jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.
Ini adalah perkataan Tuhan kita yang hidup.
Terhadap latar belakang yang sungguh-sungguh itu, seluruh Alkitab menyampaikan penghakiman Tuhan Allah. Itu merupakan kutukan yang tragis atas dosa manusia yang terhilang yang diberikan Allah dari dalam sorga. Seperti yang Paulus sampaikan, “Dia telah dibuat menjadi kutuk bagi kita sehingga kita dapat ditebus dari hukuman dan penghakiman dan api serta kutukan dari hukum Taurat.” Tuhan kita telah menjadi manusia, sehingga Dia dapat dikorbankan atas dosa-dosa kita, hingga Dia dapat mencurahkan darah ilahi untuk keselamatan kita.
Jangan pernah anda membiarkan seseorang meyakinkan anda bahwa Tuhan datang dari sorga untuk mengajarkan kepada kita sikap yang lebih baik—kita memiliki seluruh hukum yang kita butuhkan—sehingga kita dapat memberikan sebuah contoh yang baik—kita memiliki seluruh contoh yang kita butuhkan.
Tetapi apa yang telah menarik Tuhan kita dari sorga adalah keadaan tragis dari hukuman dan penghakiman kekal yang kita hadapi: orang-orang berdosa di hadapan Allah yang kudus. Ini adalah dari sebuah pengharapan yang baru, dari penghapusan dosa di dalam penebusan Kristus, yaitu di dalam darahNya sendiri.
Itulah sebabnya mengapa Dia datang. Karena sebuah tragedi yang kita hadapi yang di bawa Tuhan kita dari dalam sorga.
Dan dengan kata lain tentang kesungguhan dari pesan ini: terhadap latar belakang itu, jika seorang pelayan sejati berkhotbah tentang latar belakang itu, dia harus mengangkat suaranya, setiap kali dia menyampaikan sebuah pesan dari Allah, di sana harus ada bayangan tentang apa makna dari keterhilangan itu. Penolakan dari seseorang tang berkata tidak kepada Allah dan yang berkata tidak kepada Kristus, setelah seluruh permohonan dan seruan dari Roh Kudus yang menyampaikan anugerah, sebab, “Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup.”
Saya telah bermimpi bahwa penghakiman yang besar itu telah datang pada pagi hari dan sangkakala telah ditiup. Saya telah bermimpi bahwa bangsa-bangsa telah berkumpul untuk dihakimi di hadapan takhta putih. Dari takhta itu datanglah seorang malaikat yang bersinar terang benderang dan menjejakkan kainya di atas bumi dan lautan, dan bersumpah dengan tangan yang terangkat ke sorga, waktunya telah tiba.
Orang kaya ada di sana tetapi uangnya telah hilang dan lenyap. Dengan sebuah kemiskinan dia berdiri di penghakiman itu. Orang besar berada di sana, tetapi kebesarannya telah tertinggal. Seorang malaikat membuka catatannya dan dia tidak menemukan sebuah jejak dari kebesarannya.
Para penjudi berada di sana dan para pemabuk serta orang-orang yang menjual minuman kepadanya dan orang-orang yang memberikan izin kepadanya. Mereka semua berasama-sama tenggelam di dalam neraka.
Seorang manusia bermoral berada di sana, tetapi kebenarannya yang usang tidak dapat berbuat apa-apa. Orang-orang yang telah menyalibkan Yesus lewat sama seperti orang bermoral itu juga. Semua orang yang mengabaikan keselamatan, yang berkata, “Jangan hari ini, bukan hari ini, saya akan diselamatkan dan menemukan keyakinan tetapi bukan hari ini” dan akhirnya dia menemukan bahwa dirinya telah mati, dan di tengah-tengah ratapan dan tangisan, ketika orang terhilang disampaikan tentang pentingnya iman, mereka berseru kepada batu-batu karang dan gunung-gining, tetapi doa mereka terlambat.
“Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” Ah, keseriusan dari Firman Allah.
Sekarang, saya berbicara tentang wahyu Allah yang berkaitan dengan orang-orang yang dihukum, orang-orang yang terkutuk. Secara berulang-ulang, halaman demi halaman, Allah berbicara di dalam Kitab Suci ini: Akan ada sebuah hari pemisahan antara yang terhilang dan yang telah diselamatkan, antara orang-orang yang dosanya telah diampuni dan orang-orang yang mati tanpa ada pengampunan atas dosa-dosanya. Halaman demi halaman, Allah berkata, “Suatu hari akan ada pemisahan antara yang terhilang dan yang telah diselamatkan.”
Sebagai contoh, di dalam perumpamaan tentang lalang, Tuhan kita berkata, “Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Kemudian, di sana ada perumpamaan tentang ikan yang tertangkap dalam jaring. Ikan-ikan yang baik akan dipertahankan dan ikan-ikan yang buruk akan dibuang.
“Akan menjadi apakah seseorang itu?” kata Tuhan kita, ketika Dia berbicara tentang pemisahan besar antara yang baik dan yang jahat, antara orang-orang yang dosanya telah diampuni dan orang-orang yang mati tanpa pengampunan dosa.
Saya berpaling ke bagian yang berikutnya: “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, ketika Nuh diambil keluar dan penghukuman Allah dijatuhkan atas dunia ini”—mungkin seperti itu, pada saat kedatangan Kristus, “Ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan”—“Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan”—“Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan?”—Pemisahan besar.
Saya berpaling ke dalam lembaran kisah tentang lima gadis bijaksana yang masuk ke dalam kerajaan Allah, dan lima gadis bodoh yang ditinggalkan.
Saya berpaling ke dalam lembaran berikutnya untuk membaca perumpamaan atau kisah tentang penghakiman Allah, ketika Dia datang dan seperti seorang gembala, memisahkan domba dengan kambing. Demikianlah Allah akan memisahkan orang yang telah diselamatkan dari orang yang terhilang.
Saya berpaling ke dalam lembaran demi lembaran, dan inilah pemisahan besar itu. “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.”
Atau di dalam pasal berikutnya, pasal dua puluh satu: Dan anak-anak Allah berkumpul di dalam kota yang indah itu—
Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini. Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."
Secara berulang-ulang, Allah menyingkapkan pemisahan besar yang terakhir antara orang yang terhilang serta yang telah diselamatkan.
Hal hebat lainnya yang disingkapkan Allah di dalam Kitabnya adalah bahwa ada sebuah kediaman abadi antara orang yang telah diselamatkan dan orang yang dihukum. “Kemudian matilah Lazarus, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham”—ke Firdaus, ke hadapan Allah, di mana umat Tuhan berdiam bersama dengan Juruselamat. “Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.” Baik keduanya ditetapkan dengan abadi. Dan ada sebuah jurang pemisah, dan mereka tidak dapat menyeberang dari satu tempat ke tempat lainnya. Mereka tidak dapat melintasinya.
Ada sebuah kediaman abadi bagi orang-orang yang telah selamat dan orang-orang yang terhilang. Kediaman bagi orang yang telah selamat adalah sorga, di mana Allah telah menghapuskan dosa anak-anakNya, di mana mereka berdiri di hadapanNya dengan sempurna, tanpa noda dan cela. Nama-nama mereka telah dituliskan di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba. Mereka ini adalah anak-anak Allah.
Dan ada sebuah kediaman abadi bagi orang-orang yang menolak kemurahan dan panggilan Roh anugerah. Di dalam bahasa Yunani, Yesus menyebut tempat itu dengan nama Gehenna—Neraka—Gehenna. Lembah Hinom, tempat para penyembah berhala membakar anak-anak mereka kepada Molokh, sebuah hal yang dibenci Allah. Allah mengutuk tempat itu. Dan tempat sampah—tempat mengerikan yang berada di luar Yerusalem—Gehena, tempat di mana, “ulatnya tidak pernah mati dan di sana terdapat ratapan dan kertakan gigi dan srigala saling berkelahi dan menggeram untuk memperebutkan bangkai yang ada di tempat itu—Gehenna—Neraka.
Tuhan kitalah yang berbicara tentang ketetapan takdir nasib yang abadi ini. Tidak ada seorang pun yang diselamatkan setelah mati. Tidak ada seorang pun yang diselamatkan dibalik kuburan. Tidak ada seorang pun yang diselamatkan ketika dia jatuh ke dalam neraka. Ketika pemisahan besar itu dilakukan, hal itu akan berakhir hingga selama-lamanya.
Di dalam pemboman yang mengerikan di London, dan perang dunia yang terakhir ini, setelah salah satu serangan yang paling buruk, dengan amukan api di sekirar bangunan-bangunan yang roboh, ada seorang penginjil yang berdi di jalanan, memberitakan Injil Anak Allah. Dan ketika Dia sedang berkhotbah, seorang skeptis menyela khotbahnya dan berkata, “Pendeta, dengarlah. Ini adalah neraka: pemboman kota London.”
Dan pengkhotbah itu berkata: “Tuan, ini bukan Neraka. Saya akan memberikan anda tiga alasan: Yang pertama, saya adalah orang Kristen dan tidak ada orang Kristen di Neraka. Yang kedua, ada sebuah gedung gereja di pojok jalan dan tidak ada gedung gereja di Neraka. Dan yang ketiga, saya sedang memberitakan Injil Anak Allah. Dan tidak ada pemberitaan Injil di Neraka.”
Sekitar tiga minggu setelah hal itu, penginjil yang sama sedang berbicara di sebuah ibadah di Hyde Park, sedang memberitakan injil Yesus. Ketika dia memberikan undangan, orang pertama yang maju ke depan adalah orang skeptik itu.
Dan ketika dia memegang tangan pendeta itu, dia berkata, “Pendeta, saya adalah otrang yang berkata ‘Inilah Neraka.’ Dan anda menjawabnya dengan sangat baik, dan sangat benar, hal itu mempertobatkan hati saya dan saya maju ke depan untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat saya dan saya menerima Dia sekarang.”
Ah, kekekalan dari tempat itu, tempat di mana Allah memisahkan orang-orang yang percaya dalam namanya dari orang-orang yang tidak percaya, yang telah menolak anugerahNya. Dan hal itu berlaku hingga selama-lamanya. “Domba-domba yang berada di sebelah kananKu, mereka akan masuk ke dalam hidup yang kekal. Dan orang-orang yang berada di sebelah kiriKu, yang menolak anugerah Allah akan masuk ke dalam hukuman yang kekal.
Kata yang diterjemahkan di sini, di dalam versi King James, kata “kekal” atau “selama-lamanya,” merupakan kata yang sama yaitu kata—aionios, aionias—kata aionios itu digunakan sebanyak 69 kali di dalam Perjanjian Baru—aionios. Enam puluh dua kali digunakan untuk menjelaskan tentang berkat yang kekal. Salah satu contohnya terdapat dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang aionios ”— hidup yang kekal, hidup yang selama-lamanya.
Enam puluh dua kali kata itu digunakan merujuk kepada berkat dari hidup yang kekal. Tetapi tujuh kali, kata yang sama, yaitu kata, aionios, digunakan untuk merujuk kepada kehidupan yang hilang, yang telah dihukum. Dan jika salah satunya adalah singkat, maka yang lainnya juga singkat. Jika yang satunya pendek maka yang lainnya juga pendek. Itu adalah kata yang sama.
Jika penghukuman terhadap hidup berlangsung sampai selama-lamanya, mereka akan tinggal selama-lamanya di dalam api neraka. “Orang-orang ini akan pergi ke tempat penghukuman—aionios—kekal dan mereka ini akan pergi ke dalam hidup yang—aionias—kekal.” Itu adalah kata yang sama.
lalu, saya akan berbicara tentang hal yang terakhir secara cepat dan ringkas, saya akan berbicara tentang sukacita terakhir yang diberikan kepada kita dari takdir kekal kita. Jangan biarkan orang berkata, “Allah mengirim saya ke dalam neraka.” Jangan seorang pun dari kita yang berkata, “Allah menghukum jiwa saya.” Jangan seorang pun yang pernah berkata, “Saya menderita di dalam nyala api ini karena ketidakadilan dari Allah Yang Mahatinggi.”
Tidak. Sebab anda lihat: “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal, api aionios, yang tidak disediakan bagi kita— yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Dan tempat itu telah disedikan untuk para malaikat, bukan untuk kita, bukan untuk manusia—lautan api; nyala api neraka disediakan untuk Iblis dan para malaikatnya, bukan untuk manusia. Satu-satunya alasan yang membuat orang berada di sana adalah orang-orang yang memilih takdir mereka bersama dengan Iblis dan para malaikatnya.
Tidak ada orang yang pergi ke sana kecuali orang-orang yang memilih untuk pergi ke sana. Karena seseorang yang jatuh ke dalam Neraka, dia pergi bersama dengan Iblis dan para malaikatnya, karena tempat itu tidak dibuat untuk anda tetapi dibuat untuk Iblis, orang harus memilih. Dan ke dalam lautan api itu, binatang dan nabi palsu itu dilemparkan dan kemudian yang masuk selanjutnya adalah Setan.
Apa yang harus dilakukan dengan seseorang yang memilih untuk bersama dengan Iblis? Mengapa, itu adalah salah satu hal yang paling menakjubkan yang dapat dikandung oleh pikiran! Saya tidak dapat memahami penghakiman yang lebih benar lagi.
Jika seseorang hidup bersama dengan dunia ini, ketika dunia ini berlalu, hidup anda akan terhilang. Jika hidup anda berada di dalam dunia ini, anda juga akan terhilang. Dan jangan terkejut: Allah berkata bahwa di sana ada sebuah penghukuman atas dosa. Jika anda memberikan hidup anda kepada kejahatan dan ketidakbenaran, ada sebuah hukuman terhadap penolakan itu.
Saya ingin tahu, berapa banyak orang yang akan berkata di dalam penderitaan neraka itu, saya merasakan sentakan dari Roh Kudus. Saya merasakan panggilan Allah ketika pengkhotbah membuat seruan untuk Yesus. Tetapi saya menyerahkan Yesus untuk botol minuman keras. Saya telah menyerahkan Kristus untuk untuk sebuah kehidupan yang kotor dan bejat. Saya telah menyerahkan Kristus untuk kesenangan dunia ini. Saya telah menyerahkan Kristus untuk memperoleh uang yang mudah. Saya telah menyerahkan Kristus untuk kepemilikan saya atau pekerjaan saya. Saya telah menyerahkan Kristus untuk upah yang murahan dari dunia ini.
Ketika maut dihapuskan, dan penghakiman itu ada atas dunia ini, jika kita menjadi bagiannya dan jika kita berada di dalamnya—itu adalah hidup kita; itu adalah kasih kita; itu adalah harta kita—maka hukuman akan dijatuhkan atas kita, hukuman “yang telah disediakan bagi Iblis dan para malaikatnya,” bukan untuk kita. Tidak seorang pun yang seharusnya pergi ke tempat hukuman itu, kecuali dia yang memilihnya, dia memilih untuk terhilang dan untuk dihukum.
Itu adalah keseriusan dari kata-kata yang ada di sini: “Barangsiapa”—dan “barangsiapa”—ada sebuah pilihan. Di sana ada sebuah pilihan.
Di dalam pembacaan saya di dalam eksegetikal pasal ini, ketika seseorang berusaha keras untuk memahami makna dari Wahyu ini, ada sebuah penjelasan mengapa Setan dilepaskan di dalam pasal dua puluh ini, setelah Millenium hal itu tentu saja benar. Dan ini adalah alasannya: Setiap manusia yang pernah hidup akan memiliki sebuah pilihan apakah dia akan memilih Allah atau Setan, apakah dia memilih sorga atau neraka, apakah dia akan memberikan hidupnya kepada Kristus atau menginvestasikannya di dalan upah yang murahan dari dunia ini. Setiap orang akan memiliki sebuah pilihan.
Di dalam masa seribu tahun dari Millenium, ada orang-orang yang tidak pernah dicobai, orang-orang yang tidak pernah berhadapan dengan kejahatan. Tetapi di akhir periode Millenium, Setan dilepaskan, untuk pergi mencobai seluruh bangsa-bangsa di dunia ini. Mereka juga akan memiliki sebuah pilihan.
Allah memiliki tujuan di dalam hatiNya bagi orang-orang yang berada di sorga dengan orang-orang yang memilih Allah, dengan orang-orang yang mengasihi Kristus, dengan orang-orang yang bersujud di hadapanNya dan meminta pengampunan atas dosa-dosa. Dan orang-orang yang tidak berhenti, orang-orang yang terlalu sombong, orang-orang yang merasa terlalu benar untuk mengakui dosa-dosanya dan orang-orang yang berpikir bahwa dia cukup bagi kematian dan penghukuman, dia terhilang. Dia sudah terhilang.
Dia akan memiliki pilihannya. Allah berkata bahwa dia akan memiliki pilihannya. Dan kata ‘barangsiapa” tidak akan ditemukan ditulis di dalam kitab kehidupan. Kata “barangsiapa” adalah kata yang sama dari kata “barangsiapa” seperti yang tertulis dalam Wahyu 22:17—“barangsiapa yang mau hendaklah ia datang.” Dan itu adalah kata “barangsiapa” yang sama yang anda temukan di dalam Yohanes 3:16—“supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,” jika kita memandangNya di dalam pengharapan, untuk keselamatan di dalam Dia. Bagi mereka, “Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa—terpisah dari dosa—untuk menganugerahkan keselamatan.”
Tidak pernah seorang pengkhotbah membaca sebuah teks seperti ini dan tidak pernah ada seorang pengkhotbah yang pernah mempersiapkan sebuah khotbah seperti ini—jika dia adalah manusia Allah yang sejati, kecuali dia melakukannya di dalam tangisan dan air mata. Kata “barangsiapa” hilang dan nama anda tidak tertulis di dalam kitab kehidupan, untuk menghabiskan kekekalan di dalam lautan api. Tetapi “barangsiapa mau,’ hendaklah ia datang. “Hendaklah ia diselamatkan,” kata Tuhan. “Hendaklah ia berdiri bersamaKu.”
Saya harus menutup khotbah ini. Saya hanya ingin menunjukkan satu hal di dalam pilihan itu: di dalam pasal berikutnya:
Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku. Tetapi orang-orang penakut …
Bukankah merupakan sebuah perkataan yang lucu dari apa yang telah ditulis Allah di sini?
Tetapi orang-orang penakut…, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.
Apakah maksudnya di sana: “orang-orang penakut”? Ada tiga kata Yunani yang dapat digunakan untuk kata “takut.” Yang pertama adalah phobos. Kata fobia anda berasal dari kata itu—takut. Itu berarti takut secara umum, tanpa baik atau buruk.
Kemudian ada kata yang lain yaitu: eulabeia. Kata itu berarti baik—selalu digunakan dalam sebuah perasaan yang baik, seperti seseorang yang takut Tuhan. In adalah sebuah ketakutan yang baik dan saleh.
Tetapi kata yang digunakan di sini adalah deilia, selalu digunakan dalam sebuah perasaan buruk. Selalu digunakan di dalam perasaan dari sebuah ketakutan yang menolak untuk mengambil sebuah posisi, yang tidak mau keluar untuk Allah, yang tidak mau berdiri untuk Kristus. Tetapi kata deilia, penakut, orang-orang yang takut, yang tidak mau mengambil sebuah posisi berdiri bersama dengan Yesus, dia akan dilemparkan ke dalam api penghukuman.
Oh, bagaimana kitab bergema dan bagaimana Alkitab berdiri dan bagaimana Alkitab itu menyampaikan seruan! Saudara, berdiri pada Hari Tuhan, memandang kepada Yesus, menyerahkah hati anda kepada Yesus. Menunduk di hadapan Allah. Meminta Dia untuk mengampuni dosa-dosa anda. Meminta Dia untuk menuliskan nama anda di dalam Kitab Kehidupan Anak Domba. Meminta Dia untuk menyelamatkan anda di hari penghakiman.
Minta kepadaNya. Dan Allah berkata, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga”—memberi pengakuan secara terbuka di hadapan umum, di mana semua orang dapat melihatnya.
Saya telah menjadi pendeta selama 35 tahun dan tidak pernah ada sebuah waktu di dalam hidup saya, ketika saya membaptiskan seorang petobat, saya tidak menyampaikan perkataan ini: “Atas sebuah pengakuan iman di dalam Yesus Kristus yang terbuka dan tanpa rasa malu, aku membaptiskan engkau saudaraku, di dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus,”—di mana setiap orang dapat melihat, di mana setiap orang mengetahuinya—secara terbuka dan di hadapan umum, saya mengakui iman saya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan saya—dan anda telah selamat, dan anda telah diselamatkan.
“Barangsiapa mau, hendaklah ia datang”—hendaklah ia datang. Dan ketika kita menyanyikan himne ini dan membuat seruan ini, ketika kita dengan sungguh-sungguh menanta di hadapan Allah dan ketika Roh Kudus memohon, dan menarik anda kepada Tuhan Yesus, datanglah—mari datanglah.
Bagi anda yang berada di atas balkon, di baris yang terakhir—datanglah dan turunlah melalui salah satu tangga itu, dan katakan: “Pendeta, saya menyerahkan tangan saya kepada anda dan saya menyerahkan hati saya kepada Allah.” Bagi orang banyak yang berada di lantai bawah ini, mari majulah ke depan, katakan: “Pendeta, ini saya datang. Kami semua datang. Ini istri saya. Ini anak-anak saya. Kami semua datang, beberapa dari kami mau percaya kepada Yesus, beberapa dari kami ingin meletakkan hidup kami di dalam persekutuan jemaat ini, seperti yang difirmankan Allah.”
Buatlah keputusan itu sekarang, ketika kita berdiri dan menyanyikan lagu kita.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.