PERJAMUAN KAWIN ANAK DOMBA

(THE MARRIAGE OF THE LAMB)

Dr. W. A. Criswell

Wahyu 19:1-10

03-03-63

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, anda sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah pada pukul sebelas pagi yang berjudul Perkawinan Anak Domba.

Di dalam seri khotbah kita melalui kitab-kitab dari Firman Allah, setelah bertahun-tahun kita telah tiba di dalam Kitab Wahyu. Dan di dalam seri khotbah kita melalui Kitab Wahyu dalam beberapa tahun ini, kita telah tiba di pasal sembilan belas dari kitab yang terakhir dalam Alkitab.

Jika anda senang untuk membuka Alkitab itu ke dalam bagian itu, anda dapat mengikuti eksposisi dari sembilan ayat yang pertama yang merupakan teks kita pada pagi hari ini. Wahyu 19:1-9, “Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya!’”

Di dalam Alkitab versi King James itu, kata itu dieja dengan, “Alleluia.”  Hal itu karena sudah diterjemahkan dari bahasa Yunani. Bahasa Yunani tidak dapat menerjemahkannya dengan baik, dan tidak dapat dieja dalam alphabet Yunani, sebuah pengucapan dari bahasa Ibrani, “Hallelujah.” 

Tetapi bahasa Inggris dapat melakukannya. Kita dapat melakukannya dengan sangat tepat. Dan dalam bahasa Ibrani kata itu adalah “hallelujah,” “pujilah Tuhan.”

“Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita,

“Sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."

“Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."

“Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya."

“Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu: ‘Pujilah Allah kita, hai kamu semua hamba-Nya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar!’”

“Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: ‘Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.”’

“Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!”—tidakkah anda mendengar itu di dalam lagu nasional, “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia”?—“Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”

“Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)

“Lalu ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’ Katanya lagi kepadaku: ‘Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.’”

Betapa merupakan sebuah pasal yang luar biasa. Sebuah penyempurnaan! Sebuah antisipasi! Pasal itu dimulai dengan empat paduan suara Haleluya. Dua dari antaranya berhubungan dengan hal yang sebelumnya, dua di antaranya akan segera terjadi. 

Haleluya yang pertama adalah atas kehancuran pelacur besar, rahasia Babel, perempuan sundal dengan cawan emas ditangannya. Ketika dia dibinasakan, seluruh sorga berkata, “Haleluya!”

lHaleluya yang kedua atas kehancuran kota Babel.  “Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya.”  Beban Babel, terletak dengan sangat berat atas hati alam semesta Allah yang kudus. 

Dan ketika dia dihancurkan, ketika kesesatan yang terakhir dari kejahatan, dari orang-orang yang kotor, dan orang-orang yang menolak Kristus tergenapi, ketika kesesatan yang terakhir dibinasakan, seluruh sorga merasakan kemenangan dari kemuliaan dan anugerah Allah.

“Dan mereka berkata, “Haleluya.” “Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya.” 

Haleluya selanjutnya.  “Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya!’” 

Kata Amin, anda temukan pertama kali di dalam Bilangan pasal lima ayat dua puluh dua. “Amin.” Itu adalah kata ilahi yang mengesahkan pengudusan yang suci. Itu adalah kata pengakuan, dari komitmen terhadap kebenaran, dari materai, dan dari penegasan. Itu adalah kata pujian yang tertinggi yang dapat diucapkan oleh bahasa manusia.

Sebagai contoh, kita dapat melihat di dalam Mazmur tujuh puluh dua, “Dia”—berbicara tentang Tuhan kita—“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!

“Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.”

“Sekianlah doa-doa Daud bin Isai.”

Itu adalah ungkapan yang tertinggi dari sebuah keyakinan yang dimateraikan. Dan orang-orang yang didekatnya dan yang sangat dekat dengan takhta itu, mereka berkata, “Amin! Haleluya!” 

Kemudian Haleluya yang keempat, “Maka kedengaranlah suatu suara dari takhta itu, dan berkata, ‘Pujilah Allah”’—itu adalah “haleluya”—“Pujilah Allah kita, hai kamu semua hambaNya, kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar1”

Lalu ada seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: ‘Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, pantokratōr telah menjadi raja.” 

Kemudian dilanjutkan dengan keagungan dan pengumuman yang mulia, “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia. Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap.’

“Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih.  Lenan halus itu adalah dikaiōmata, perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.” 

Betapa merupakan hari yang sangat mulia! Sebuah hari yang penuh prospek! Sebuah kesempurnaan! Sebuah kemenangan! Sebuah kejayaan! “Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”

“Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)

Jadi, di perjamuan kawin Anak Domba dan di pernikahan Anak Domba, kita memiliki mempelai laki-laki. Mempelai laki-laki adalah Kristus, yang dirujuk sebagai Anak Domba, berbicara tentang darah penebusanNya yang dihubungakan dengan kita yang telah diselamatkan oleh anugerahNya. 

Mempelai laki-laki adalah Kristus, Anak Domba Allah, Juruselamat kita. Seberapa sering anda membaca dari mulutNya sendiri yang merujuk diriNya sendiri sebagai mempelai laki-laki? 

Sebagai contoh, di dalam Injil pertama, pasal sembilan, ketika orang Farisi dan yang lainnya menemukan kesalahan di dalam diri  murid-muridNya yang tidak berpuasa, Tuhan kita menjawab, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama-sama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Dia adalah mempelai laki-laki. Di dalam Injil pertama, Dia memberitahukan kisah tentang perkawinan anak raja dan pakaian perkawinan. Dan Dia adalah anak raja itu yang akan menikah. Dia adalah mempelai laki-laki.

Di dalam Injil Pertama Tuhan kita memberitahukan perumpamaan tentang sepuluh gadis, sepuluh perawan, dan mereka akan bertemu dengan mempelai laki-laki ketika dia datang. Dan mempelai laki-laki itu adalah Juruselamat, Anak Domba Allah. 

Yohanes Pembaptis merujuk Yesus sebagai mempelai laki-laki. Di dalam Injil Yohanes, pasal tiga ayat dua puluh sembilan, Yohanes berkata, “Yang empunya mempelai perempuan adalah mempelai laki-laki.

“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”

Dia adalah mempelai laki-laki. Dan Rasul Paulus di dalam 2 Korintus pasal sebelas ayat dua, dan rasul Paulus di dalam bagian yang baru saja anda baca, yaitu Kitab Efesus pasal lima, yang merujuk Yesus sebagai mempelai laki-laki, suami dari istri Allah yang sedang dipersiapkan bagi Dia.

Lalu, siapakah mempelai wanitanya? Mempelai wanita adalah jemaat Kristus. Mempelai wanita bukanlah Israel di Perjanjian Lama. Israel Perjanjian Lama yang disebutkan di dalam Yesaya, dan Yehezkiel dan Hosea, digambarkan sebagai istri Yehova.

Dan sekarang, Israel adalah istri yang telah disisihkan. Dia adalah istri yang telah diceraikan. Dia adalah istri yang telah ditolak karena pemberhalaannya dan karena perzinahannya dan penolakan terhadap PenciptaNya, kepada Allah yang telah menikahinya.   

Tetapi ketika dia dipulihkan dan ketika dia kembali, tidak ada istri yang telah dipulihkan dirujuk sebagai seorang perawan. Tetapi mempelai wanita ini adalah seorang perawan.

Sebagai contoh, di dalam surat 2 Korintus pasal delapan ayat 2, Paulus berkata, “Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.” 

Dan Kitab Efesus pasal lima yang baru saja anda baca, “Karena kita adalah anggota tubuhNya.”

“’ Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” 

Mustērion, tetapi yang aku maksudkan, ialah hubungan Kristus dan jemaat.” 

Mempelai yang menikah dengan Tuhan kita adalah keluarga rumah tangga iman. Dari seluruh bahasa dan suku dan keluarga serta seluruh orang-orang di dunia, dari antara orang Yahudi, dari bangsa-bangsa lain dari bangsa-bangsa barbar, dari segala tempat di dunia ini. Allah sekarang memanggil sebuah umat bagi namaNya, sehingga Dia dapat mempersembahkan kepada Tuhan pada hari perkawinan Anak Domba.

Dan mempelai wanita itu adalah jemaatNya. Dan sekarang Allah sedang mempersiapkannya untuk hari yang penuh makna itu. “Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih.  Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.” 

Lalu, Tuhan sedang mempersiapkan mempelai wanita Kristus pada hari perkawinan yang indah itu. Betapa merupakan sebuah kekudusan, sebuah kebahagiaan, sebuah kemenangan, sebuah kemenangan bagi umat Tuhan sendiri!

“Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih.  Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.” 

Anda lihat, ada dua jubah yang dikenakan mempelai Kristus itu, bahwa seorang Kristen akan mengenakannya, seperti seorang Roma, seperti Tuhan kita sendiri. Tuhan kita mengenakan sebuah kain dalam yang disebut orang Roma dengan sebuah tunik. Tuhan kita juga mengenakannya pada saat itu, sebuah pakaian luar yang disebut orang Roma dengan sebuah toga.  

Dan kedua pakaian itu, pakaian dalam yang diberikan Kristus kepada kita dan pakaian luar yang merupakan hasil pekerjaan kita, akan kita kenakan pada hari yang indah itu, akhir dari kesudahan zaman dari Tuhan kita.

Ada sebuah pakaian, sebuah pakaian dalam dari pembenaran oleh iman, yang merupakan karunia Allah. Di sana juga ada sebuah pakaian luar atas ketaatan kita terhadap mandat dan perintah Tuhan kita.

Ada sebuah pakaian dalam dari imputasi, kebenaran yang datang kepada anak Allah oleh iman. Di sana juga ada sebuah pakaian luar, perbuatan yang kita usahakan untuk meninggikan doktrin dan memuliakan nama Juruselamat kita. 

Ada sebuah posisi kebenaran yang dimiliki oleh seorang Kristen yang diberikan kepadanya oleh Tuhan. Dan di sana juga ada sebuah kebenaran praktikal yang kita lakukan bagi Tuhan kita.

Jadi, pakaian dalam adalah sesuatu yang diberikan Kristus atas kita ketika Dia menghapus dosa kita, ketika kita membasuh jubah kita, jiwa kita dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Tetapi di sana juga ada sebuah pakaian luar yang ditempa oleh tangan kita dan dibuat dari hal-hal ini, yang berusaha kita lakukan dan kita doakan untuk Yesus yang mulia. 

“Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih.  Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.” 

Lalu, disebutkan di sini, “Dan pengantinNya telah siap sedia.” Dia telah memakai pakaian yang indah dan putih dan siap sedia untuk masuk ke dalam pernikahan Tuhannya.

Lalu, kapankah dia membuat dirinya sendiri telah siap sedia? Kapankah ketika semua upah itu akan diberikan kepadanya? Bagaimanakah pakaian yang indah itu dihiasi dan didandani? Kita diberitahukan sangat jelas tentang hal itu. 

Paulus berkata di dalam surat 2 Korintus pasal lima, “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus.”  Itu bukanlah Pengadilan Takhta Putih, ketika Allah akan menjatuhkan penghukuman bagi semua orang yang menolak Dia.

Ini adalah takhta penghakiman, bēma dari Tuhan kita, yang di depannya semua umatNya akan berdiri, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat. 

Kita akan berdiri di hadapan Kristus kita ketika kita diangkat ke sorga dan di sana pekerjaan kita akan diuji seperti dalam api. Dan jika pekerjaan kita merupakan kayu dan jerami dan rumput kering, mereka akan terbakar dan binasa.

Jika pekerjaan kita terbuat dari permata dan emas serta perak, mereka akan menghiasi pakaian pernikahan yang indah itu ketika kita dipersembahkan kepada Anak Domba, “dan pengantinNya telah siap sedia.”

Beberapa dari jemaat kita akan memiliki pakaian yang indah—semua hal baik yang telah mereka lakukan dan pekerjaan yang telah mereka mendedikasikan sebuah hidup yang indah bagi Tuhan kita. Pakaian mereka akan bertaburan dengan permata sorgawi, upah yang berasal dari tangan Tuhan kita Yesus yang mulia.

Beberapa dari kita secara praktikal akan telanjang, “diselamatkan seperti dari dalam api,” semua pekerjaan mereka akan terbakar. Saudara, jika saya memiliki waktu saat ini, saya suka untuk menjelaskan beberapa hal yang dari yang dilakukan oleh jemaat kita, yang akan terbakar di dalam api.

Mereka akan diselamatkan tetapi seperti dari dalam api, seperti ketika mereka lari dari dalam rumah dengan telanjang. Oh, bayangkanlah tentang hari itu.

“Dan pengantinNya telah siap sedia.” O, Tuhan, itu adalah waktu yang mulia ketika Tuhan akan memberikan kepada kita, buah dari tangan kita, dari perbuatan yang kita lakukan dalam hidup kita, dan jumlahnya akan sangat banyak.  

“Karena itu, saudara-saudara yang kekasih”—seberapa sering Paulus berkata kepada kita—“Karena itu saudara-saudara yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah,  dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengaan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”

Itu akan menjadi milik anda sampai selama-lamanya, upah yang kekal dari Allah. Pakaian yang indah yang kita tempa “ketika pengantinNya telah siap sedia.”

Sekarang perkawinan itu sendiri. Bukankah hal itu sangat aneh, hal-hal yang dihilangkan Kitab Allah? Tidak menyebutkan apa-apa tentang hal itu. Tidak ada sama sekali. Tidak ada kata yang digunakan untuk menggambarkannya. Kata Yunani yang ada di sini berkata, “Untuk perkawinan Anak Domba ēlthen”—aoris: hanya itu, hanya fakta dari hal itu.

Tampak jelas bahwa hal itu akan digenapi oleh waktu ketika hal ini tiba. Yohanes hanya mendengar paduan suara yang mengumumkan hal itu.

Kemudian dia memiliki sebuah perkataan untuk menyampaikan tentang istri, mempelai wanita Kristus yang telah siap sedia. 

Kemudian dia menjelaskan pakaian kebenaran kita yang akan menjadi milik kita di bēma Kristus.

Kemudian dia tidak pernah merujuk pernikahan yang nyata itu. Hal itu hanya terjadi demikian dan seluruh sorga dipenuhi “Haleluya!” berkaitan dengan hal itu, tetapi tidak ada perkataan tentang perayaan itu sendiri.

Baiklah, biarkan saya menunjukkannya. Jenis perayaan apakah yang anda harapkan ketika pengantin wanita dipersembahkan kepada Tuhan? Apa yang akan terjadi? Ini hanyalah sebuah imajinasi yang sepekulatif. Ini adalah sesuatu yang dipikirkan oleh pendeta anda di dalam kepalanya. Alkitab tidak menjelaskan hal seperti itu. Tetapi ini hanyalah sebuah kemungkinan.

“Maka datanglah dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: “Marilah ke sini, aku akan menunjukan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.”

Dan saya memiliki sedikit hal untuk disampaikan dalam sebuah waktu yang masih tersisa.

“Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar tinggi dan ia menunjukan kepadaku kota yang tinggi itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya..” 

Ini adalah apa yang saya pikirkan. Ini adalah sebuah spekulasi. Ini adalah apa yang saya pikirkan. Apakah anda mengingat ketika kemah suci telah sempurna dan siap sedia? Dan apakah anda mengingat perayaan yang indah, bagaimana Allah turun dan bagaimana orang-orang menyembah dan bagaimana hati mereka dipenuhi dengan ketakjuban dan kemuliaan? Apakah anda mengingatnya?

Apakah anda juga mengingat ketika Bait Salomo diselesaikan? Bahwa mereka tidak dapat masuk karena kehadiran dari kemuliaan Allah.

Dan apakah anda mengingat perayaan-perayaan itu dan upacara-upacara itu dan hal-hal yang menakjubkan yang hadir pada saat pentahbisan bait Salomo, sama seperti ketika mereka mentahbiskan kemah suci? Semuanya berlangsung sangat lama dan panjang dan penuh kemuliaan.

Lalu, ini hanyalah hasil dari pikiran saya. Ketika Allah membawa pengantinNya, ketika Allah membawa umatNya dan Dia menempatkan kita di kota yang kudus dan indah itu, itu akan menjadi perayaan pernikahan kita bagi Anak Domba. 

Saya tidak tahu, seperti apakah itu jadinya. Anda hanya dapat memikirkan tentang senua hal yang dapat terjadi, dan banyak hal yang dapat dilakukan oleh Allah dan sebuah dunia yang dipenuhi keindahan, upacara yang menakjubkan ketika Allah membawa umatNya yang telah dibangkitkan dan menempatkan mereka di kota suci itu, Yerusalem Baru, rumah sorgawi kita yang kekal.

Dan itu hanyalah sebuah spekulasi, tetapi sangat baik. Itu adalah sebuah hal yang indah. Itu akan menjadi perkawinan Anak Domba, ketika Tuhan membawa umatNya dan Dia menempatkan mereka di dalam kota Allah yang indah. 

Sekarang, kita harus bergegas. Itulah yang terjadi dengan pengkhotbah anda, dia berusaha untuk memberikan spekulasi dan segera saja seluruh waktu akan hilang.

Sekarang, saya ingin berbicara tentang perjamuan kawin. “Dan dia berkata kepadaku”—setelah pernikahan—“dan ia berkata kepadaku, ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.” “Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.”

Pernikahan adalah satu hal, perkawinan adalah satu hal, perjamuan, pesta, makan malam adalah sesuatu yang sangat berbeda. Pengantin yang menikah, tamu-tamuu menikmati perjamuan dan malaikat-malaikat merupakan penonton.

Seandainya mereka merupakan hal yang sama, seandinya orang-orang kudus sepanjang masa menjadi pengantin, dan ketika malaikat memerintahkan Yohanes untuk menulis perkataan, “Berbahagialah mereka yang merupakan istri, yang merupakan pengantin Anak Domba.”

Tetapi mereka tidak melakukan hal yang seperti itu. Setelah dia mengumumkan perkawinan Anak Domba, setelah hal itu selesai, setelah dia menjelaskan tentang persiapan itu, pakaian dari pengantin wanita, kemudian dia menyampaikan sesuatu yang lain, “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba”—suatu hal yang berbeda.  

Dan anda akan menemukan perbedaan itu secara jelas disampaikan di dalam Firman Allah. Sebagai contoh, anda dapat melihat di dalam Matius pasal dua puluh lima, sepuluh orang gadis perawan, lima gadis yang bijaksana dan lima gadis yang bodoh. Mereka adalah sepuluh orang gadis yang akan bertemu dengan mempelai laki-laki.

Di manakah mempelai perempuan? Dia berada di dalam rumah. Dia berada di dalam rumah Bapa. Dan ini adalah sahabat dari mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, dan mereka berada di sana untuk bertemu dengan kedua pengantin itu dan bersukacita bersama dengan mereka dan masuk ke dalam perjamuan itu, kebahagiaan dari perjamuan itu. Mereka berada di sana untuk bergabung dalam perayaan itu, perjamuan kawin Anak Domba.

Saya tidak akan memiliki pikiran bahwa kesepuluh gadis itu akan menjadi pengantin wanita. Mereka adalah sahabat-sahabat, mereka adalah para tamu, dan mereka menunggu hingga pengantin itu keluar dan mereka dapat masuk bersama dengan pengantin itu ke dalam perjamuan, ke dalam perayaan pernikahan itu.

Mari kita mengambil contoh lainnya. Di dalam pasal yang saya baca ini, dalam Wahyu pasal dua puluh satu,  “Marilah ke sini, aku akan menunjukan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba.”

“Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.” 

Lalu, di dalam kota itu, saya pikir anda akan menemukan seluruh anak Allah. Tetapi di sana ada mempelai, di sana ada pengunjung dan rekan-rekan serta sahabat-sahabatnya.

Dan seluruh hal disebut mempelai karena mereka melakukan kehormatan dan kemuliaan kepadanya. Dan di sana ada pengantin di dalam kota itu dan seluruh sahabat-sahabatnya dan seluruh rekan-rekan dan seluruh pengunjung, itu adalah rumah mereka, pengantin dan para tamu.

Ini adalah sebuah kebahagiaan yang luar biasa, berkat yang lebih luas dibanding dengan menjadi pengantin itu. “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”  

Sekarang mari kita memanggil salah satu contohnya, salah satu tamu, salah satu tamu yang terhormat, yaitu Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis mati sebelum salib. Dia tidak pernah menjadi sebuah bagian dari jemaat Yesus Kristus. Dia menjadi milik dan dia mati dalam sebuah “dispensasi lama.”

Itulah sebabnya Yohanes berkata di dalam Injil Yohanes pasal tiga, “Yang empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki, tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.”

Yohanes bukanlah sebuah bagian dari mempelai wanita. Yohanes bukanlah bagian dari jemaat. Yohanes adalah sahabat yang berdiri dan bersukacita di dalam kemurahan Allah atas pasangan pengantin yang menikah. 

Itulah sebabnya, saya pikir di dalam Kitab Matius pasal sebelas, berbicara tentang Yohanes Pembaptis, Tuhan kita berkata, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya”—di dalam dispensasi dan masa jemaat Tuhan kita—“dia yang terkecil lebih besar dari pada Yohanes.”

Mengapa? Mengapa karena yang terkecil dari kita yang akan diselamatkan, yang paling terkecil, kita akan menjadi mempelai perempuan Tuhan kita. Kita menjadi milik jemaatNya. Tetapi mereka ini adalah para tamu, yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. Tetapi mereka tidak menjadi bagian tubuh Allah, yang dipanggil secara khusus bagi Yesus. 

Dan sekarang, agar jangan seorang pun yang berpikir bahwa mereka kurang terhormat dan kurang diberkati—para tamu dalam dispensasi yang lama ini—perintah diberikan kepada Yohanes, “Yohanes, tuliskanlah sebuah berkat khusus bagi mereka. Berbahagialah mereka, para tamu, yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba,” sebuah berkat khusus bagi orang-orang kudus di Perjanjian Lama.

Terberkatilah hati anda. Saya dapat melihat hal itu, pada perjamuan kawin Anak Domba dan tamu-tamu terhormat yang datang. Saya menduga bahwa Yohanes adalah yang paling terhormat di antara semuanya. Dan dia masuk ke dalam dan duduk di meja perjamuan Tuhan kita. Dan Abraham merupakan yang berikutnya, yang melihat hari Tuhan dan bersukacita dalam melihatnya. 

Lalu, bayangkanlah tentang orang-orang yang datang: seluruh para nabi, seluruh anak-anak Allah di zaman yang lama dan di bawah kovenan yang lama. Dan mereka duduk bersama dan memecahkan roti di dalam perayaan dari Tuhan kita yang mulia.

Sekarang dalam sedikit waktu yang masih tersisa, kemudian saya harus berhenti, saya ingin berbicara tentang perayaan Tuhan kita, perjamuan kawin Anak Domba. Itu adalah hal yang paling sering disebutkan dari semua hal yang anda temukan di dalam Alkitab.

Sebagai contoh, di dalam Yesaya pasal dua puluh lima, “Tuhan semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.”

“Dan di atas gunung ini Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa.

“Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab Tuhan telah mengatakannya.

“Pada waktu itu orang akan berkata: "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!"

“Sebab tangan Tuhan akan melindungi gunung ini.”

Kemudian di dalam pasal selanjutnya merupakan sebuah nyanyian, “Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan.” Itu adalah perjamuan kawin Anak Domba.

Apakah anda mengingat kisah dalam Kitab Lukas pasal dua puluh dua, ketika Tuhan duduk bersama-sama dengan murid-muridNya pada saat Paskah?  “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.”

“Sebab Aku berkata kepadamu: ‘Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.”’

Dan apakah anda mengingat lagi dalam perayaan ketika Dia melaksanakan Perjamuan Tuhan, “Sebab Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai kerajaan Allah telah datang”—memandang ke depan, ke perjamuan kawin Anak Domba.

“Hingga Aku meminum yang baru bersama dengan kamu”—sebuah jenis yang baru. Anda tahu, orang kadang-kadang sangat terganggu tentang Yesus yang mengubah air menjadi anggur. Dan mereka menduga—ini semua merupakan perkiraan—mereka menduga bahwa ketika Yesus mengubah air menjadi anggur bahwa Dia melakukan sesuatu yang olehnya Dia dapat membuat orang menjadi mabuk.

Pernahkah anda mendengar kisah itu? Bacalah; di situ disebutkan: ketika mereka membawa anggur itu, buah anggur yang dibuat Tuhan dari air, ketika pemimpin pesta itu mengecapnya, dia berkata, “Aku belum pernah merasakan buah anggur, jus anggur, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini. Ini adalah sebuah jenis yang baru.”

Itu adalah jenis yang akan kita minum di perjamuan kawin Anak Domba. Anggur sorgawi yang telah dipersiapkan oleh tangan Tuhan. Dan tidakkah anda tahu ketika Melkisedek membawa elemen sorgawi itu dan menghidangkannya di hadapan Abraham, roti dia pecahkan dan anggur itu dia minum.

Dan ketika kita berkumpul di sekitar di sekeliling meja Tuhan dan memecahkan roti serta meminum anggur, itu adalah sebuah nubuatan dan itu adalah sebuah rasa pendahuluan dari perjamuan sorgawi ketika kita duduk bersama dengan Tuhan di perjamuan kawin Anak Domba.

Sekarang saya ingin membaca hal ini bagi anda. Ini adalah sebuah himne yang lama, dan menggambarkan tentang hari itu. 

 

Akan ada, yang hadir di perjamuan kawin itu

Akan ada semua nabi yang bijaksana

Para rasul enam dan enam,

Para martir yang mulia dalam sebuah barisan

Dan para pengaku dosa

Dan memikirkan kemuliaan satu sama lain

Yang berbeda dalam derajat tingkatan

Akan tetapi memiliki sukacita yang sama

Dan secara umum, tentu saja

Di sana Daud berdiri dengan kecapi di tangannya,

Sebagai master dari paduan suara.

—sekarang, dia akan membiarkan anda terlambat sedikit, tetapi akan memulainya dengan istimewa—

Di sana Daud berdiri dengan kecapi di tangannya

Sebagai master dari paduan suara.

Ribuan kali manusia diberkati,

Yang membuat musiknya terdengar

Maria mereka bernyanyi “Keagungan”

Dengan nada yang jauh melebihi hal-hal yang manis,

Dan seluruh pelayan wanita mengambil bagian mereka,

Bernyanyi di bawah kakinya.

Te Deum nyanyian dari Ambrose yang kudus,

Dan Augustinus melakukan hal yang sama.

Simeon yang tua dan Zakharia

Kembali lagi menyanyiklan lagu mereka yang membara

Maria Magdalene telah meninggalkan air matanya

Dan nyanyian yang penuh air mata

Dengan  semua orang kudus yang harmoni

Sepanjang jalan menyanyi dengan gembira.

Dan di dalam persekutuan yang kudus

Mungkin engkau dan aku menemukan tempat,

Melalui kelayakan Dia yang telah mati bagi kita.

Dan melalui anugerahNya yang mulia,

Dengan kerubim dan seraphim

Dan kumpulan manusia yang telah ditebus,

Untuk menyanyikan pujian kita bagi Anak Domba,

Dan menambahkan kebahagiaan kita “Amin.”

 

Dan dia akan memiliki kekuasan dari samudera hingga samudera, dan dari sungai hingga ujung dunia.

“Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin.”

“Sekianlah doa-doa Daud bin Isai.”

Betapa mulainya, berkat yang luar biasa, sebuah prospek sorgawi yang diberikan Allah bagi kita! 

Sekarang, ketika kita menyanyikan lagu kita, sesorang dari anda, serahkanlah hati anda dan percayalah kepada Tuhan Yesus. Atau sebuah keluarga dari anda, ketika Allah akan menyerukan firman dan ketika Roh menuntun di jalan itu. Ketika kita menyanyikan himne seruan ini, lakukanlah pada pagi ini.

Datang dalam sebuah pengakuan iman, “Pendeta, inilah saya. Saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya.” Atau datang untuk meletakkan hidup anda bersama dengan kami di dalam jemaat ini dengan sebuah surat atau dengan pernyataan ketika Allah akan membuka pintu dan menyampaikan firman; datanglah dan berdirilah di dekat saya.

Ketika kita semua akan menyanyikan himne kita bersama-sama, dengan sungguh-sungguh dan penuh doa untuk undangan ini.