SEBAB WAKTUNYA SUDAH DEKAT

(FOR THE TIME IS AT HAND)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

 

01-15-61

Wahyu 1:3

 

            Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan siaran radio, anda sedang bergabung dengan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah kedua dari Wahyu Yesus Kristus.

            Merupakan sebuah kekecewaan bagi saya, jika saya tidak dapat menyampaikan seluruh khotbah yang telah saya siapkan sebelumnya. Ada sebuah perbedaan besar antara mengajar dan berkhotbah. Ketika seseorang mengajar, dia dapat mengajar hingga bagian pertengahan dan kemudian berhenti dan melanjutkannya pada pelajaran berikutnya, dimulai dari kalimat terakhir sebelumnya dan melanjutkannya lagi. Dan ketika dia sampai pada akhir pelajaran, dia dapat meninggalkannya dan mengulangnya kembali dan melanjutkan pelajaran itu.

            Tetapi sebuah khotbah adalah sesuatu hal yang sangat berbeda. Sebuah khotbah harus memiliki sebuah permulaan yang pasti, pertengahan yang pasti, dan harus pergi ke suatu tempat. Dan harus memiliki sebuah akhir klimaks yang mulia dan disertai dengan permohonan. Sebuah khotbah dibuat untuk mengambil kebenaran dan membuatnya berpijar dan hidup. Berkhotbah adalah kebenaran yang diekspresikan secara pribadi. Berkhotbah adalah sebuah pengalaman yang hidup. Dan kebenaran seseorang itu berada di dalam jiwanya, harus dirasakan dan harus hidup pada saat khotbah itu disampaikan. Sekarang saya katakan bahwa saya telah menyiapkan khotbah ini dan akan selalu mengecewakan hati saya ketika saya tidak dapat menyelesaikan seluruhnya. Dan bagi saya hampir setengah dari mereka tidak pernah disimpulkan. Dr. John Bagwell, yang yang memimpin doa, ketika seseorang berbicara dengan dia tentang apa yang dilakukan oleh Pendeta ketika dia telah selesai berkhotbah selama bertahun-tahun melalui kitab-kitab dalam Alkitab, Dr. Bagwell berkata, “Saya berharap dia akan kembali dan menyelesaikan seluruh khotbah yang belum dia selesaikan.”

            Sekarang khotbah pagi ini akan dibagi menjadi dua bagian. Karena di dalam ibadah 8:15, saya tahu bahwa saya tidak akan dapat menyelesaikannya maka saya membuatnya menjadi dua. Jadi pagi ini kita akan melihat bagian yang pertama dan satu bagian lagi akan kita bahasa pada minggu depan berikutnya. Saya telah meratap untuk hal ini di akhir khotbah minggu yang lalu dan salah satu dari anggota jemaat ini datang kepada saya dan berkata, “Pendeta, mengapa anda meratap atas hal itu? Anda memiliki waktu dua puluh tahun untuk berkhotbah apa yang anda inginkan melalui Wahyu ini.”

            Saya pergi berkhotbah dalam sebuah konferensi penginjilan pada pagi hari di Tennessee, Nashville, sebuah pertemuan dari para pengkhotbah. Dan seringkali di dalam pembicaraan kepada para pengkhotbah saya menjelaskan bagaimana mereka seharusnya. Secara praktis seluruh pengkhotbah akan pergi ke ruang belajar mereka dan mereka akan berjalan bolak balik. “Oh Tuhan, apa yang harus saya khotbahkan minggu berikutnya? Oh Tuhan, apa yang akan menjadi teks saya minggu malam berikutnya? Oh Tuhan, apa yang akan saya sampaikan minggu berikutnya?” Dan mereka akan bolak balik dan berusaha menemukan apa yang akan mereka sampaikan dan teks yang akan mereka gunakan. Dan saya berkata kepada para pengkhotbah, “Anda tahu, saya juga melakukan hal itu. Saya pergi ke ruangan belajar saya dan mondar mandir. Tetapi saya memiliki sebuah alasan yang berbeda. Ketika saya pergi ke ruang belajar saya dan merenungkan masalah saya, saya berkata, ‘Oh Tuhan, rasanya saya akan mati bila sebelum saya mengkhotbahkan apa yang ada di dalam hati saya dan hal-hal yang ingin saya sampaikan.”              Jika seseorang berpusat kepada Alkitabnya, mengkhotbahkan Firman Allah, pesan Allah, dia akan memiliki banyak hal yang akan disampaikan dan akan begitu banyak khotbah yang dapat disampaikan sekalipun dia hidup ribuan kali, dia tidak akan pernah dapat menyelesaikannya. Alkitab ini sama seperti samudera. Tidak ada habis-habisnya. Tidak ada akhir baginya. Anda tentu ingat bahwa saya telah berkhotbah selama enam bulan atas Kitab Ibrani pasal sembilan. Dan saya tetap dapat berkhotbah atas Kitab Ibrani pasal sembilan hingga hari ini, dan itu terjadi jika saya merasa bahwa saya telah kehilangan rasa untuk bergerak ke seluruh bagian Alkitab. Oleh karena itu saya pindah ke bagian yang selanjutnya. Mungkin  dalam hari-hari selanjutnya, saya akan kembali ke dalam Kitab Ibrani pasal sembilan dan menyelesaikannya dalam tahun-tahun berikutnya. Ketika anda mencintai Alkitab, dan memiliki sebuah hati yang terbuka terhadap Alkitab, maka itu merupakan sebuah hal yang luar biasa. Kekayaan yang tidak ada batasnya, mutiara yang berharga, harta yang melampaui segalanya, pernyataan yang melampaui apa yang dapat dipikirkan manusia. Dan anda dapat menemukan hal itu di kedalaman yang tidak terbatas, dan kekayaan yang tidak terhingga dari firman Allah. 

            Sekarang, judul dari khotbah pagi ini merujuk kepada akhir dari hal-hal itu, tetapi saya tidak memiliki waktu untuk mengkhotbahkan akhir dari hal itu, lalu kita akan mengambil judulnya saja dan pada minggu berikutnya serta minggu berikutnya lagi, kita akan menyelesaikannnya. Judul dari khotbah kita adalah, “Waktunya Sudah Dekat.” Dan bacaan kita akan diambil dari Kitab Wahyu pasal pertama di ketiga ayat yang pertama. Inilah Wahyu, penyingkapan Yesus Kristus, dan minggu pagi kemarin, itu merupakan khotbah kita—Wahyu, penyingkapan, pernyataan Yesus Kristus. Kitab ini adalah sebuah presentasi, sebuah manifestasi dan sebuah penyingkapan dan kepribadian yang mulia dan keagungan Tuhan kita Yesus, ketika Dia datang menjadi manusia. KemanusiaanNya menutupi keilahianNya, lahir dalam kemiskinan, hidup seperti seorang budak dan seorang pelayan, mati dalam kesengsaraan dan kehinaan. Dan terakhir kali dunia yang tidak percaya ini melihatNya adalah saat Dia ditinggikan antara langit dan bumi.

            Dan ketika Dia meninggal, Dia meninggal sama seperti seorang penyamun, seperti seorang penjahat, Dia kemudian menampakkan diri kepada murid-muridNya, akan tetapi terakhir kali dunia ini melihatNya adalah saat mereka menyalibkan Dia di atas salib Roma. Tetapi Allah berkata bahwa dunia akan memiliki pandangan yang lain tentang Tuhan kita. “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia.” Mereka akan melihat Tuhan pantokrator, Tuhan Yang Mahakuasa yang tidak terselubung, dinyatakan di atas awan-awan, di kerumunan malaikat dan orang-orang kudusNya, di dalam shekinah awan-awan kemuliaan, penyataan Yesus Kristus yang telah dikaruniakan Allah kepadaNya karena Dia telah merendahkan diriNya sendiri dan taat sampai mati. “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan.”

            Wahyu, penyataan dari Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah dikaruniakan Allah kepadaNya. Sama seperti seorang penakluk Roma yang telah ditetapkan oleh Senat Roma sebagai seorang pahlawan yang kembali ke Roma, demikian juga Allah telah memberikan kepada Juruselamat kita, kejayaan yang pokok dan gelar atas dunia ini. Semuanya berada di dalam tanganNya. “Inilah wahyu Yesus Kristus, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya kepada hamba-Nya Yohanes. Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah dan tentang kesaksian yang diberikan oleh Yesus Kristus, yaitu segala sesuatu yang telah dilihatnya.”         Yohanes berkata di sana bahwa, “Aku telah menuliskannya. Hal-hal itu tidak dimateraikan. Aku menuliskan semuanya, firman Allah yang aku dan kesaksian Yesus yang aku lihat, aku menuliskan semuanya.”  “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.”

            Di dalam pengantar yang singkat ini, ada dua kalimat yang mengacu kepada waktu. Ayat yang pertama: “Supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.” Kemudian di dalam ayat yang ketiga: “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. “Sebab waktunya sudah dekat.” Sekarang yang menjadi sorotan dari khotbah kita adalah apa maksud dari frasa itu? “Apa yang harus segera terjadi.” “Kapankah hal-hal ini akan terjadi?” kata rasul-rasul ketika Tuhan melewati Bait Allah yang di Yerusalem, salah satu keajaiban dunia. Kata Yesus kepada mereka, “Sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas yang lain. Semuanya akan diruntuhkan. “Guru bilamanakah hal itu akan terjadi? Bait Allah ini akan dihancurkan dan dunia akan tiba pada akhir zaman dan kedatanganMu akan dikumandangkan oleh para malaikat dan orang-orang kudus di angkasa. Kapankah hal-hal ini akan terjadi?” Dan itulah yang akan menjadi pokok khotbah kita pada hari ini. “hal-hal ini akan segera terjadi,” dan “sebab waktunya sudah dekat.” Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan kita? 

            Baiklah. Mari kita mulai. Kita akan membahas bagian pertama dari hal itu. Ada empat jawaban. Ada empat penafsiran ketika kita membaca fiman dari nubutan ini. Ada empat cara dalam usaha manusia untuk menafsirkan firman dari Wahyu ini yang telah diberikan Allah kepada Yesus, tentang kapankah mereka digenapi. Kemudian ada banyak variasi dari keempat penafsiran ini. Banyak yang menafisrkan kitab ini, akan tetapi setelah mereka direduksi ke dalam sebuah kategori umum, maka setiap orang yang membaca Wahyu ini dalam ditempatkan dalam salah satu kategori dari keempat kategori itu.  Yang pertama, mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa perkataan dalam kitab Wahyu ini mengacu kepada sebuah masa di waktu yang lampau. Orang-orang yang memegang posisi itu disebut Preteris (orang-orang yang melihat dalam perspektif masa lalu). Kata latin untuk bentuk lampau adalah praeter, dan “preterist” adalah sebuah kata dalam bahasa Inggris yang dibentuk dari kata Latin itu. Seorang preterist adalah orang-orang yang percaya bahwa Wahyu itu telah digenapi oleh generasi masa lampau.

            Ada dua sekolah dari dari orang-orang preterist ini, yang percaya bahwa Kitab Wahyu digenapi berabad-abad yang lampau. Preterist yang pertama adalah mereka yang percaya bahwa Wahyu itu digenapi pada masa Nero, bahwa hal itu ditulis pada masa Kaisar Nero, yang berkuasa atas Imperium Roma dari tahu 54 hingga 68 A.D. Nero adalah kaisar Roma yang pertama kali menganiaya orang-orang Kristen. Paulus dipenggal pada masa Kaisar Nero. Petrus disalibkan pada masa kekuasaan Kaisar Nero. Pada saat Roma terbakar, mereka menduga bahwa Nerolah yang melakukannya, sehingga dia dapat membangun kembali kota itu dan membangun istana emasnya, dan untuk menghindari tuduhan terhadap dirinya, Nero menyebutkan bahwa orang-orang Kristenlah yang melakukannya. Dia menangkap orang-orang Kristen dan menusuk mereka serta membakarnya dan ditempatkan di sepanjang jalan sebagai obor bagi orang-orang di malam hari dan mengendarai kereta perangnya  dalam cahaya kematian orang-orang Kristen dan orang-orang yang mati martir. Mereka adalah orang-orang yang berkata bahwa Wahyu ini telah ditulis pada masa Nero. Dan kitab ini merupakan refleksi dari penganiayaan Nero.

            Kemudian, Sekolah yang kedua dari orang-orang preterist ini adalah orang-orang yang percaya bahwa Wahyu ditulis pada masa kaisar Domitian. Domitian berkuasa dari tahun 81 hingga 96 A.D.  Dan mereka berkata bahwa apa yang ditulis dalam Kitab Wahyu ini merupakan refleksi dari penyembahan kaisar dan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen pada masa Domitian.

            Orang-orang yang memegang posisi itu secara umum adalah orang-orang Roma Katolik. Mereka adalah teolog-teolog Roma Katolik. Dan alasan bagi mereka terhadap pandangan itu adalah seperti ini: Di dalam pasal tujuh belas dari Kitab Wahyu, ada sebuah penjelasan tentang seorang wanita yang disebut pelacur besar. Dia digambarkan sebagai seorang wanita yang menunggang seekor binatang. Dan dia merupakan perwakilan dari ajaran sesat yang duduk di atas sebuah kota yang berdiri di atas tujuh bukit. Dan namanya secara misteri adalah Babilon. Kota yang sepanjang generasi dikenal sebagai kota yang berdiri di atas tujuh bukit adalah Roma. Dan di sana ada sebuah kepercayaan yang telah mabuk oleh kehidupan dari lima puluh juta martir, pria Allah, wanita Allah, yang telah dibunuh oleh agama itu. Mabuk oleh darah lima puluh juta martir. Dan Kitab Wahyu pasal tujuh belas menggambarkan kebangkitan dan sebab-sebab serta kejatuhan total dari agama yang mengerikan itu.

            Dan untuk mendapatkan identifikasi yang jelas, dari apa yang tertulis dalam Kitab Wahyu pasal tujuh belas, teolog Roma Katolik berkata bahwa semua hal yang terdapat di dalam Kitab Wahyu mengacu kepada hal-hal yang telah terjadi pada masa lampau baik di dalam masa kekuasaan Nero atau pun dalam masa kekuasaan Domitian. Membutuhkan sebuah kecerdasan bagi mereka untuk menyebutkan bahwa hal itu nyata dan faktual. Bagi mereka, Kitab Wahyu tidak lebih dari sebuah hal yang aneh dari masa lalu yang ditulis dalam bahasa profetik yang dikenal dalam Yahudi kuno. Hal itu tidak memiliki arti apa-apa bagi kita, dan tidak memiliki makna. Itu adalah sebuah literatur masa lalu yang menjadi milik sebuah museum di suatu tempat dan tidak memiliki sebuah pesan sama sekali bagi kita.  Jadi itu adalah salah satu penafsiran atas firman itu. Orang-orang Preterist, yang percaya bahwa semuanya telah digenapi pada masa lampau.

            Sekarang, kita sampai kepada kelompok penafsir kedua. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa mereka lihat di dalam Wahyu kisah sejarah lanjutan yang membentangkan masa-masa sejarah umat manusia; jemaat, bangsa-bangsa, masyarakat, semua hal ini tertulis  lebih awal di dalam Kitab Wahyu ini. Mereka disebut sebagai kelompok Historis, atau para penafsir dari penafsiran historikal lanjutan. Orang-orang ini, seperti yang saya katakan, mereka melihat dalam Wahyu sebuah panorama dari semua tahun-tahun yang terbentang sejak masa rasul-rasul hingga kesudahan zaman di dalam Yesus Kristus.

            Itu merupakan sebuah hal yang menarik. Orang-orang yang memiliki pemahaman yang lebih maju tentang penafsiran ini adalah orang-orang Reformasi. Mereka melihat di dalam Wahyu kejatuhan Roma, kebangkitan Gereja Roma, kesesatan para penguasa, dan kehancuran sistem kepausan. Dan mereka melihat di dalam Kitab Wahyu, bahwa peristiwa besar ini telah melanda seluruh dunia. Mereka juga terbagi dalam dua kelompok. Beberapa dari mereka adalah orang-orang yang sinkronis. Yaitu orang-orang yang percaya bahwa pelajaran-pelajaran sejarah mereka temukan di dalam Kitab Wahyu, mereka menemukan tujuh meterai, tujuh sangkakala, tujuh cawan adalah sinkron, yaitu bahwa mereka mencakup periode yang sama dari waktu sejak permulaan hingga akhir. Tujuh meterai berlangsung secara penuh. Kemudian tujuh sangkakala berlangsung secara penuh.  Tujuh cawan berlangsung secara penuh. Meterai, sangkakala, cawan merupakan suatu sinkronisasi. Mereka menggambarkan periode waktu yang sama. Kemudian ada orang-orang yang percaya bahwa hal itu adalah sebuah urutan yang berturut-turut. Yaitu, materai menggambarkan kebangkitan dunia kedalam sebuah periode waktu tertentu, dan kemudian sangkakala, membawanya ke dalam sebuah waktu tertentu. Dan kemudian cawan mengambil alih dan membawanya kepada kesudahan. Sekarang, semua hal itu sangat menarik. Dan mereka sangat jujur menunjukkannya dalam sejarah, hal-hal yang mereka katakan telah diprediksi di dalam Kitab Wahyu.

            Tetapi saya memiliki keyakinan seperti Dr. Joseph Angus, seorang sarjana yang luar biasa, menulis dalam teori historikalnya tentang hal ini, dia berkata, “Itu akan menjadi sebuah kesalahan yang menjadi cemoohan dan kontradiksi dari para penafsir yang sungguh-sungguh melakukan pencarian terhadap kebenaran itu di dalam perhitungan masa dan waktu dan penafsiran mereka terhadap simbol Wahyu. Tetapi di dalam fakta dari otoritas itu dari orang-orang yang memiliki reputasi seperti dari Bengel, Wordsworth, Eliott dan yang lainnya memiliki perbedaan yang sia-sia membuat sistem ini hancur. Ketika seorang penafsir (Eliot) melihat di dalam ketujuh materai sebagai sebuah referensi kepada Konstantin, yang lainnya yaitu Feber melihatnya sebagai sebuah kiasan bagi revolusi Prancis. Kalajengking-belalang yang memiliki kuasa selama lima bulan memiliki makna kepada Mede sebagai seratus lima puluh tahun bagi kekuasaan Saracens, tetapi bagi Vitringa, mereka bermakna bagi Goths, dan bagi Schertzer, hal itu merujuk kepada Yesuit. Semua hal ini berubah-ubah dan merupakan opini yang ekstrim.” Dan dengan posisi itu, saya setuju dengan Dr. Joseph. Saya pikir anda tidak dapat mengambil Wahyu dan membuat poin-poinnya: “Ini adalah Revolusi Prancis, dan ini adalah invasi Islam, kaum Saracens, dan ini adalah kejatuhan Roma, dan ini adalah pendirian Republik Amerika. Saya pikir anda tidak akan dapat melakukannya. Dan saya berpikir bahwa Wahyu itu tidak berkenaan dengan hal itu. Dan saya akan memberitahukan apa yang berkenaan dengan Wahyu itu sendiri sebelum khotbah ini berakhir. 

            Sekarang kita telah berbicara tentang dua pandangan, yaitu preterist dan historikal. Sekarang kita akan melihat kelompok yang ketiga. Kelompok ketiga dari penafsir Wahyu adalah orang-orang spiritualis, orang-orang idealis. Mereka juga memiliki jumlah yang banyak. Mereka berkata bahwa Kitab Wahyu tidak merujuk kepada peristiwa yang spesifik. Kitab Wahyu tidak merujuk kepada sebuah waktu tertentu. Itu bukanlah sebuah nubuatan dari suatu pribadi atau suatu hal yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Tetapi itu adalah sebuah alegori. Kitab ini digambarkan dalam sebuah metaforikal, bahasa figuratif dari peperangan yang kekal antara kejahatan dan kebaikan, di mana pada akhirnya, kebaikan akan mengalami kemenangan. Di dalam Kitab Wahyu, mereka melihat sebuah gambaran dramatik dari konflik yang mengerikan antara Allah dengan iblis, antara kegelapan dan terang, antara kejahatan dan kebaikan, dan yang menjadi pemenang akhir adalah kebaikan. Bagi mereka, itu adalah makna dari Kitab Wahyu.    

            Sekarang, secara pribadi, bagaimana persaan saya terhadap hal-hal ini. Saya tidak setuju dengan pemikiran terakhir itu. Saya tidak suka merohanikan atau menjadikan Firman Allah sebagai sebuah kiasan. Dan bagi saya, mengkiaskan atau merohanikan Alkitab merupakan khotbah yang buruk di dunia ini. Penafsiran dengan merohanikan atau mengkiaskan Firman Tuhan adalah mengambil firman Allah dan membuatnya menjadi apa yang anda inginkan, atau maksudkan. Jadi, firman dapat memiliki banyak arti. Bagi saya, pengkhotbah harus berada di bawah pimpinan Allah untuk menjadi seorang pelayan dan menyampaikan kepada umat Allah apa yang difirmankan oleh Allah. Inilah yang Allah sampaikan dan itulah sebabnya pengkhotbah dipanggil untuk berkhotbah. Dan dia harus belajar untuk mengetahui latar belakang dan makna firman dan dia harus mampu untuk membacanya dalam bahasa aslinya. Dan dia harus pergi ke sekolah untuk belajar bagaimana menggunakannya. Dan setelah belajar, dia harus mengambil Alkitab dalam bahasa aslinya dan berdiri di hadapan jemaat dan memberitahukan konggregasi Allah, tentang apa yang Allah sampaikan. Inilah yang Allah sampaikan. Dan saya tidak suka alegorisasi atau menspiritualisasikan Alkitab.

            Anda bisa melihat bahwa ada begitu banyak nubuatan mesianik di dalam Perjanjian Lama. Dan semua nubuatan itu digenapi dengan tepat di dalam Perjanjian Baru. Dan ada begitu banyak nubuatan di dalam Perjanjian Baru yang telah digenapi. Dan semuanya digenapi sesuai dengan yang telah dinubuatkan oleh Allah. Mungkinkah  saya tidak akan langsung menyimpulkan bahwa nubuatan yang saya lihat telah digenapi, akan menjadi bukti bahwa nubuatan yang belum digenapi akan digenapi sama seperti nubuatan yang telah digenapi? Jika Allah membuat sebuah nubuatan di sana dan digenapi dengan tepat berdarsarkan firman Tuhan di sini, mungkinkah saya tidak akan diyakinkan juga bahwa ketika Allah membuat nubuatan lainnya di sini, yang belum digenapi, suatu hari pasti akan digenapi, seperti yang dikatakan oleh Allah? Jika Allah menyampaikan suatu hal, bagian saya adalah untuk percaya, sekalipun saya tidak memahaminya. Dan Allah menyampaikan apa yang menjadi maksudNya dan memberikan makna terhadap apa yang Dia sampaikan. Dan tugas saya sebagai seorang gembala dan seorang pengkhotbah adalah berdiri di sini di atas tempat yang suci dan memberitahukan kepada jemaat, apa yang disampaikan oleh Allah. Dan mengalegoriskan firman Allah merupakan ide yang salah tentang apa yang menjadi maksud dari firman Allah itu, apa yang dimaksud oleh Allah ketika Dia menyampaikan hal ini dan yang lainnya? Apakah firman itu? Seperti perkataan raja kepada Yeremia: “Adakah firman dari Allah?Apakah engkau mengetahui sesuatu yang telah Allah sampaikan?” 

            Jangan khawatir akan hal-hal ini yang dapat saya dengarkan melalui siaran radio dan saya dapat membacanya di atas sofa di rumah saya dengan membeli majalah seharga dua puluh sen, itu pun jika saya tidak tertidur. Jangan khawatir tentang hal-hal ini. Anda beritahukanlah bahwa hal itu akan menyelamatkan jiwa kami dari kematian dan pada suatu hari akan membuat kami hadir di dalam pandangan Allah. Adakah firman dari Allah? Itulah yang harus dilakukan oleh pengkhotbah, yaitu menyampikan Firman Allah kepada jemaat. Bukan mengalegoriskannya. Kita memiliki seorang pengkhotbah yang luar biasa yang bernama Charles Haddon Spurgeon. Dan dalam generasi terakhir ini, dia adalah salah seorang pengkhotbah terkemuka yang prernah kita hasilkan, dan saya pikir dia adalah pengkhotbah yang terkemuka sepanjang masa, jika kita mengecualikan beberapa orang seperti Yohanes dan Paulus di dalam Alkitab. Tidak ada seorang pribadi, yang ketika saya mempelajari pribadi dan karya-karya mereka memberikan pengaruh yang sangat besar ke dalan jiwa dan hati saya seperti yang dilakukan oleh Charles Haddon Spurgeon, di dalam hidup saya sekarang ini. Dan dia telah meninggal dalam beberapa waktu tahun yang lampau. Dia adalah seorang yang sangat jenaka dan pintar dan memiliki kemampaun serta manusia Allah yang sejati. Dan seorang seseorang datang menemuinya, seorang pengkritik, dan berpikir bahwa dia dapat menjebaknya. Dan dia mengambil sebuah bagian dari Alkitab dan dia berkata, “Tuan, Spurgeon, lihatlah ini. Lalu, beritahukanlah kepada saya, apa artinya.” Dan Mr. Spurgeon dengan sekilas melihat ke dalam Alkitab itu dan kembali kepada pengkritik itu dan berkata, “Saya dapat memberitahukan secara tepat apa artinya. Artinya tepat seperti apa yang disebutkannya.” Itu adalah cara yang terbaik bagi seorang pengkhotbah, yaitu mengambil Kitab Allah ke dalam tangannya, dan apa yang disampaikannya?

            Maka itu adalah maksudnya, sama seperti yang ditulis oleh Allah. Kita mungkin mengajukan sebuah pertanyaan dalam sekejap, tetapi hal itu akan membutuhkan banyak abad untuk menjawabnya, tetapi pertanyaan itu akan dijawab. Tidak akan ada firman Alah yang akan jatuh ke bumi dengan sia-sia. Ketika Allah berkata bahwa orang-orang Yahudi akan kembali ke Palestina, itu merupakan sesuatu yang sukar untuk dipercayai, hampi dua ribu tahun mereka tidak memiliki tanah itu, tetapi Allah berkata bahwa mereka akan kembali. Dan pada masa anda, di dalam hidup anda, di dalam generasi anda, anda telah melihat bahwa bangsa Yahudi tidak hanya kembali ke Palestina, tetapi juga menciptakan sebuah bangsa Israel yang baru, tepat seperti yang disebutkan dalam firman Allah. Sekalipun hampir selama dua ribu tidak ada tanda-tanda sama sekali. Dan itu adalah permulaan. Allah berkata bahwa mereka akan kembali memiliki wilayah mereka, dan mereka mendapatkannya. Allah berkata bahwa mereka akan membangun kembali Bait Allah mereka, dan mereka sedang berusaha melakukannya. Mereka akan kembali ke Gunung Moria pada suatu hari, sebuah kuil Yahudi akan dibangun dalam kemuliaan yang dimiliki oleh Salomo, dan ribuan hal lainnya. Hal-hal yang telah ditulis oleh Allah di sini, di dalam KitabNya. Sekarang kita akan mempercepat khotbah ini.

            Apa yang anda percayai pendeta? “Di dalam penafsiran Kitab ini, dan menunjukkan kepada hambaNya hal-hal yang akan segera terjadi. Sebab waktunya sudah dekat.” Apa yang anda percayai tentang Kitab ini. Saya dapat memberitahukan anda dengan sangat jelas, sangat jelas bahwa saya bukanlah seorang praterist. Saya tidak percaya bahwa kitab ini merupakan sebuah literatur yang aneh, sama seperti anda menggali sebuah kuineform dari kekuasaan Asyurbanipal dari Asyur, dan hal itu akan menjadi sebuah daya tarik bagi apara arkeolog, dan dia akan meletakkan sebuah nomor di atasnya dan akan mengirimkannya ke Museum Inggris. Lupakanlah tentang itu, saya tidak percaya terhadap pandangan itu. Dan saya juga tidak yakin bahwa apa yang kita miliki di sini adalah sebuah garis besar dari seluruh sejarah dari rasul-rasul hingga kesudahan zaman. Memang ada sebagai di dalamnya, tetapi itu bukan maksud dari keseluruhan kitab itu. Sejarah yang sudah tertulis sebelumnya. Dan tentu saja, seperti yang anda tahu bahwa saya bukanlah kelompok yang suka mengalegoriskan firman Allah, yang mengambil Firman Allah dan menafsirkannya seperti yang saya inginkan.

            Ada sebuah kelompok yang keempat, yang kita sebut dengan futuris. Mereka adalah para penafsir yang menafsirkan Kitab Wahyu sebagai sebuah penyingkapan kedatangan Tuhan yang mulia. Mereka percaya bahwa Wahyu adalah sebuah catatan tentang kesudahan zaman. Mereka percaya bahwa di dalam pemandangan yang hebat itu dari masa yang akan datang itu, Allah akan campur tangan dalam sejarah dan langit akan menyusut sama seperti sebuah gulungan dan mereka akan melihat Dia di atas awan-awan yang merupakan Tuhan yang berkuasa penuh dan ahli waris dunia. Dan mereka akan hidup dalam sebuah kerajaan yang menjadi miliki Kristus dan di dalam kuasaNya dan di dalam kemulianNya, kita akan memiliki langit yang baru dan bumi yang baru. Dan pada suatu hari kita akan melihat kemuliaan Allah di rumah sorgawi kita, kota Yerusalem Baru. Dan kita akan duduk bersama dengan Tuhan di dalam kerajaan Tuhan kita dan kita akan melihat wajahNya dan bersukacita dengan Dia sampai selama-lamanya. Dan bagi saya, Kitab Wahyu adalah sebuah kitab yang membentangkan kemenangan pokok di akhir zaman, atas generasi kita dan sejarah kita yang bergerak sangat cepat. “Waktunya sudah dekat untuk menunjukkan kepada hambaNya apa yang harus segera terjadi.”    

            Dan Wahyu yang hebat itu, penyingkapan itu akan didahului oleh hukuman dari sorga yang sangat hebat dan mengerikan; Armagedon, peperangan, pertumpahan darah, kelaparan, kesusahan besar, dan penderitaan yang tidak pernah dikenal oleh dunia. Tetapi semuanya disingkapkan di sini, di dalam Firman Allah. Kita merupakan bagian dari hal itu. Ketika anda membaca tentang hari-hari yang akan datang ini, kita telah diangkat ke sorga dan diangkat dari hal-hal itu. Dan ketika anda membaca tentang kesudahan zaman ini, kita akan berada di sana. Semuanya akan terjadi di depan mata anda dan kita akan melihatnya, sama seperti yang disingkapkan di dalan Kitab Wahyu ini. Sekarang, Pendeta, mengapa anda percaya dari pasal empat, kita memiliki sebuah penyingkapan, sebuah Wahyu, sebuah penyataan dari hal-hal yang berkaitan dengan kedatangan Kristus? Apakah anda seorang futuris?

            Baiklah. Saya akan memberitahukan anda secara singkat sebelum saya berhenti. Yang pertama, saya adalah seorang futuris untuk alasan yang sederhana bahwa hal-hal yang ada di dalam kitab ini belum terjadi. Tidak ada dalam sebuah masa atau waktu, atau dalam sejarah manusia di dalam dunia ini, hal-hal yang terjadi seperti yang disingkapkan dalam Wahyu ini. Tidak pernah ada suatu hukuman yang dijatuhkan atas dunia ini seperti penghukuman yang digambarkan dalam Wahyu ini. Kehancuran Yerusalem dengan terornya dan pertumpahan darah merupakan sebuah tipe kecil dari hukuman akhir yang akan datang datang itu. Wahyu tentang hukuman Allah ini yang dibentangkan dalam kitab yang terakhir dalam Alkitab ini belum pernah digenapi. Peristiwa itu belum terjadi. terrornya, luas wilayahnya, kehebatannya, kengeriannya, gemanya, belum pernah terjadi; akan tetapi akan terjadi pada masa yang akan datang.

            Hal lainnya, kitab ini berbicara tentang kebangkitan. Anda dapat pergi ke daerah pemakaman dan lihat, apakah orang-orang yang kita kasihi yang telah meninggal telah bangkit dari kuburan. Ketika saya pergi ke Kalifornia, di Hutan Lawn San Fernando, dan memandang Lembah San Fernando, di sana terbaring jenazah ayah saya. Dan ketika saya pergi, saya berdiri di kuburan itu. Dia tetap meninggal. Tubuhnya terbaring dalam tanah. Tetapi Alkitab berkata, bahwa Allah akan membangkitkan orang-orang yang kita kasihi dari debu tanah. Dan itu belum terjadi. itu terjadi di masa depan. Dan Allah berkata bahwa orang-orang jahat juga akan bangkit dan mereka akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka dan akan dikirim ke dalam hukuman kekal, ke dalam neraka, berdasarkan usaha mereka. Hukuman atas mereka berdasarkan kejahatan mereka, dan itu belum terjadi. Dan kitab ini menjelaskan tentang langit baru dan bumi yang baru. Dan itu belum terjadi. Dan kemudian kitab ini menggambarkan rumah bagi jiwa, Yerusalem Baru.  Dan hal itu belum terjadi. semuanya akan terjadi di masa depan. Itulah sebabnya mengapa saya adalah seorang futuris. Karena semua hal ini belum terjadi.

            Kitab Wahyu tidak lebih dari sebuah bentangan dari apa yang dapat anda lihat sepanjang seluruh Alkitab. Kitab Wahyu berkata bahwa sebelum penampakan Tuhan kita, dunia akan masuk ke dalam kesusahan besar, dan ke dalam penderitaan dan pencobaan, dan pertumpahan darah, dan ke dalam perang, yang belum pernah dikenal dalam sejarah manusia. Dan Kitab Wahyu adalah sebuah penjelasan dari masa yang mengerikan itu. Sebagai contoh, Tuhan kita berkata dalam Matius 24, “Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia hingga sekarang dan yang akan tidak terjadi lagi.” “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.”  “Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia.”  Kitab Wahyu secara tepat menggambarkan tentang hal itu.

            Atau ambil lagi dalam surat Tesalonika yang kedua, dan saya tidak memiliki waktu untuk membacanya. Hari itu belum datang, di situ dikatakan, sebelum hal-hal ini dijatuhkan, kemurtadan yang besar dan dosa manusia akan disingkapkan, dan putra maut, yang memposisikan dirinya dan meninggikan dirinya di atas Allah. Atau di dalam 2 Timotius 3: “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar.” Dan Wahyu adalah sebuah penyingkapan dari masa sukar yang mengerikan seiring dengan pergerakan dunia ini. Allah berkata bahwa sebelum kedatangan Tuhan, hukuman yang mengerikan ini akan dijatuhkan atas dunia, dan Allah berkata bahwa di dalam masa yang mengerikan itu yang menjadi akhir dunia seandainya Allah tidak campur tangan. Dan masalah yang mengerikan itu akan berakhir saat Tuhan campur tangan. Dia datang di tengah-tengah hukuman yang mengerikan itu, dan semuanya itu terjadi di masa depan. Semua peristiwa itu belum terjadi, tetapi akan terjadi di masa depan.

            Kemudian saya memiliki alasan yang kedua mengapa saya menjadi seorang futuris. Sangat sederhana karena Kitab itu menyatakannya demikian. “Supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi. Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini—dari kata-kata nubuat ini.” Ini adalah kitab nubuatan. Ini bukan sebuah sejarah. Ini adalah sebuah nubuatan. Nyonya White suatu kali pernah berkata, “Manusia menulis sejarah, tetapi Allah menulis nubuat.” Tahukan anda, bahwa satu-satunya keyakinan yang ada di dunia yang memiliki nabi dan satu-satunya keyakinan di dunia yang memiliki nubuatan adalah keyakinan yang ada di dalam Alkitab. Tidak ada agama lain yang memiliki seorang nabi ataupun nubuat. Hanya Alkitab. Hanya Firman Allah. Dan di sini disebutkan: “Hal-hal yang akan segera terjadi.” Allah memberikan kita di dalam Kitab ini, untuk menunjukkan kepada kita kecendrungan bangsa-bangsa dan keberuntungan politik pada masa ini. Dan di situ disebutkan bahwa semuanya akan bergerak kepada satu pemerintahan, satu pemerintahan dunia. Dan di situ dikatakan bahwa semua agama-agama cenderung bergerak ke saat arah, dan nubuatan itu menggambarkan, bahwa mereka akan menuju satu agama dunia, yang didominasi oleh seorang pemimpin. Mereka bergerak dalam kecendrungan seperti itu, dan setiap kali saya mendengarkan radio dan membaca berita utama di dalam majalah-majalah, kejadian-kejadian yang terjadi tepat sesuai dengan Alkitab. Itu adalah sebuah Wahyu tentang akhir zaman.

            “Dan oleh malaikat-Nya yang diutus-Nya, Ia telah menyatakannya.” Ketika seseorang berkendaraan sepanjang jalan dalam sebuah mobil, dia melihat tanda-tanda yang terdapat di jalan, dan dia melihat banyak tanda. Tanda-tanda di atas jalan sejarah terbentang di depan kita, dan mereka ditulis dengan besar di dalam lembaran Firman Allah. Saya adalah seorang futuris karena, “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini.” Itu adaah sebuah nubuat. Peristiwa yang besar bagi setiap orang Kristen adalah kedatangan Tuhan kita. Dan setiap doktrin lainnya, dan setiap fakta lainnya, dan setiap peristiwa lainnya, bergerak menuju kesudahan zaman, dan bergerak menuju kemenangan final yang mulia itu. Saya dan anda berdiri dalam posisi yang sama dengan mereka yang terlebih dahulu perkataan-perkataan nubuat ini. Mereka mengangkat wajah mereka ke atas, penuh harapan, dengan setia, menenggu kemanangan Tuhan kita yang mulia. Dan di tempat mereka berdiri, kita juga berdiri di tempat itu pada hari ini. Semua anak-anak Allah, dari tempat berdiri yang sama, kita mengangkat wajah kita, dan kapankah hal-hal ini akan terjadi? Angkatlah kepala anda; sebab waktu penebusan sudah dekat. Dan dimana mereka berdiri, kita juga berdiri, menanti kedatangan Tuhan kita.  

            Dan hal itu akan membawa kita ke dalam bagian yang kedua dari khotbah kita dan saya tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikannya pada hari ini. Kita akan melakukannya minggu berikutnya. Apa yang Dia maksudkan ketika Dia berkata, en tachei, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi, en tachei Dan apa maksudnya ketika Dia berkata, “Sebab waktunya sudah eggu.” Apa maksudNya? 

            Mengapa Tuhan, sudah dua ribu tahun, apa maksudMu ketika Engkau berkata bahwa hal-hal ini akan digenapi segera? Apa maksud Tuhan?

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.