HARI PENGUCAPAN SYUKUR NASIONAL KITA

(OUR DAY OF NATIONAL THANKSGIVING)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Mazmur 100

 

11-19-89

 

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah dari Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikah khotbah yang berjudul: Hari Mengucap Syukur Nasional Kita.

Kitab Suci penuh dengan kata-kata dari ingatan yang melimpah atas kebaikan Tuhan kepada kita. Termasuk dari lagu yang sangat indah yang baru saja anda baca, yaitu Mazmur pasal seratus:

Ketahuilah bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umatNya dan kawanan domba gembalaNya

Masuklah melalui pintu gerbangNya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepadaNya dan pujilah namaNya.

Dan Rasul Paulus di dalam kalimat penutup dari setiap surat-suratnya, akan berbicara dengan semangat yang sama dalam mengucap syukur kepada Allah. Di dalam pasal terakhir surat Filipi dia berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir akan apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan ucapan syukur.” Dan di dalam suratnya yang pertama kepada jemaat Tesalonika pasal terakhir dia berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”

Itu adalah sebuah tanda dari kebaikan rakyat Amerika yang telah ditetapkan sebagai sebuah hari nasional yang diumumkan oleh Presiden, dan diundang-undangkan oleh Kongres, dan dengan penuh sukacita diterima oleh rakyat dari bangsa kita yang besar ini, bahwa pada hari ini kita mempersembahkan ucapan syukur kita kepada Allah atas berkat yang melimpah yang telah dicurahkan atas kita. Salah seorang bangsawan Prancis yang terkemuka ketika dia mengunjungi Amerika membuat sebuah peringatan, “Sepanjang Amerika tetap baik, dia akan tetap menjadi bangsa yang hebat. Tetapi, jika Amerika menghentikan kebaikan mereka maka mereka juga akan menghentikan kebesaran mereka.” Dan sebuah tanda dari kebaikan Amerika adalah dalam hari nasional Pengucapan Syukur ini. 

Ketika kita berpikir tentang permulaan negara kita ini, maka kita akan mengingat bahwa ada orang-orang yang datang ke Amerika ketika Columbus kembali dari penemuannya atas daratan kita ini pada tahun 1492—di Spanyol ada sebuah cerita dan legenda yang tersebar di Spanyol berhubungan dengan gunung emas permata yang dapat ditemukan di wilayah baru itu. Dan orang-orang Spanyol menindak lanjuti cerita tersebut dengan eksplorasi Penaklukan yang besar ke bagian bumi kita.

Di antara legenda itu, disebutkan bahwa di tempat tinggal kita ini ada tujuh kota Cibola yang terbuat dari emas dan bertaburan dengan permata. Dan orang-orang Spanyol datang untuk mencari emas dan mencari harem di antara para wanita Indian yang dapat ditemukan di dunia baru itu. Dan akhirnya mereka juga mencari hal-hal yang lain dan untuk memenuhi ketamakan mereka, keinginan daging mereka dan nafsu mereka.

Akhirnya mereka datang ke Amerika, diantaranya adalah Ferdinand Cortes, 1485-1547, mencari Meksiko dan dataran rendah Kalifornia. Kemudian Cabeza de Vaca, 1490-1559, menjelajahi Texas dan daerah selatan yang luas, untuk mencari tujuh kota Cibola. Kemudian Francisco de Coronado, pada tahun 1500-1549, menjelajahi saudara dekat kita yaitu  New Mexico.  Kemudian Hernando de Soto, 1499-1542.  Dan di dalam pencariannya itu dia menemukan Sungai Mississippi. Dan yang terakhir adalah Ponce de Leon, 1460-1521, menemukan Florida di dalam pencariannya terhadap kota-kota emas itu dan Sumber Mata Air Awet Muda.

Tetapi sementara kita menceritakan kembali dari sejarah penemuan dari Para Penakluk ini, ada sisi lain dari kisah itu. Ada bagian lain di dalam permulaan dari negara Amerika kita yang besar ini, dan hal itu berkaitan dengan kisah yang kita sebut sebagai Para Pengembara.

Mereka merupakan orang-orang Inggris yang memisahkan diri (Separatis). Mereka menempuh pendidikan di sekolah theologia Calvin; bahwa kita diselamatkan oleh anugerah. Dan mereka mengajarkan bahwa kesetian mereka hanya kepada Allah dan bukan kepada seorang pendeta tertinggi atau seorang penguasa monarki.

Dan mereka menganut preposisi teologi bahwa setiap orang adalam imam, dan dia dapat menghadap Allah untuk dirinya sendiri dan tidak berdasarkan peraturan-peraturan atau ketetapan-ketepan lain dari gereja.

Dan karena hal itu, mereka diburu hingga seluruh negeri. Ratu Elisabeth meninggal pada tahun 1603. Dan jejaknya itu selanjutnya diikuti oleh James Stuart I. Dan dalam kemarahan yang sengit dia berkata kepada orang-orang Puritan tersebut, “Aku akan membuat mereka menyesuaikan diri dengan kita atau aku akan membuat mereka melarikan diri keluar dari negeri ini.”

Beberapa dari mereka dibakar di perapian yang menyala. Beberapa dari mereka digantung. Beberapa dari mereka membusuk di penjara yang menjijikkan sama seperti bapa leluhur Baptis kita yaitu Thomas Helwys.

Dan di bagian timur Inggris, di sebuah kota kecil yang disebut Scrooby di Northampton, di Nottinghamshire, ada sebuah jemaat kecil dari orang-orang Puritan yang separatis itu. Dan mereka melarikan diri dari tanah kelahiran mereka dan pergi ke Leyden, Belanda. 

Tetapi, di sana, di Belanda, mereka tetap terpisah dari orang-orang. Mereka berada dalam sebuah tempat yang asing. Dan sebagaimana hari-hari berlalu, mereka memutuskan untuk mencari sebuah tempat tinggal yang baru dan kehidupan yang baru di wilayah yang baru dari daratan baru Amerika.

Lalu mereka masuk ke dalam sebuah kapal yang bernama Speedwell, dan berlabuh di Plymouth. Dan di pelabuhan Plymouth itu mereka bertemu dengan para Pengembara lainnya yang berada di atas kapal yang bernama Mayflower. Dan akhirnya kapal Speedwell dan Mayflower itu melewati badai Atlantik Utara menuju ke daratan baru dan tempat tinggal yang baru yaitu Amerika.

Akan tetapi setelah menempuh jarak tiga ratus mil, dan karena ombak yang tinggai dan badai yang besar kapal Speedwell kehilangan keseimbangan dan harus kembali. Akhirnya mereka kembali ke Plymouth. Di di Plymounth, sekitar seratus orang  pengembara itu menjejali kapal  Mayflower. Dan pada September 1620, mereka memulai kembali pelayaran mereka melewati badai yang besar dan pusaran Atlantik Utara.

Kemudian pada akhirnya pada bulan November tahun itu mereka tiba di Dunia Baru, tetapi mereka telah jauh sampai di utara. Pusaran laut telah menyimpangkan mereka dari jalur mereka. Dan ketika mereka berusaha untuk ke selatan, gelombang yang sama serta badai yang ganas serta pantai yang tidak  dikenal oleh para penjelajah ini membuat mereka tetap berada di utara.

Kemudian pada tanggal 21 Desember 1620, mereka memutuskan untuk membuat rumah mereka di sana, di tempat yang kita kenal hari ini sebagai Massachusetts. Pada musim dingin yang ganas dan tragis itu, 51 orang dari seratus pengembara itu meninggal dunia.

Dan ketika musim semi datang dan musim panas tiba, mereka bertanya apakah mereka akan kembali ke Inggris. Dan John Brewster menjawab, “Kita bukanlah orang-orang yang gamapang menyerah kepada kondisi luar yang kecil dan patah semangat dan berpaling dari komitmen kita kepada Allah.”

Lalu mereka memulai kehidupam di sana. Dan pada akhir musim panas, mereka memiliki sebuah gereja yang kecil. Mereka memiliki sebuah jalan kecil. Mereka memiliki tujuh rumah di sepanjang jalan itu. Mereka memiliki lahan yang bersih dan terbuka seluas 21 acre. Dan mereka memiliki hasil panen yang pertama dari tangan Allah. Dan William Bradford, gubernur mereka mengumumkan bahwa pada musim gugur merupakan sebuah hari Pengucapan Syukur, memuja Allah atas karuniaNya yang melimpah terhadap hasil panen yang berharga itu. Itu adalah Hari Pengucapan Syukur kita yang mula-mula.

Ketika kita melewati tahun-tahun yang berlalu dan dekade-dekade sebelumnya hingga masa Amerika yang sekarang ini, rasanya sulit bagi kita untuk membayangkan, bahwa kebesaran dan kekuatan serta kekuasaan bangsa kita ini dimulai dan berasal dari inisiatif yang sangat kecil dan bahkan sangat-sangat kecil sekali.  Tapi, adalah sangat baik bagi kita untuk melihat kembali ke belakang dan mensurvey kembali serta mengingat dasar-dasar yang membuat bangsa kita ini menjadi besar.

Para nabi-nabi lama di Alkitab memiliki kebiasan untuk menyampaikan sebuah perkataan yang berbunyi, “Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, dan kepada lobang penggalian batu yang dari padanya kamu tergali.” Dan itu merupakan sebuah hal yang dapat kita hubungkan dengan kehendak Allah bagi kita pada masa ini, bahwa kita harus berpaling dan melihat kembali serta mengingat dasar-dasar yang diatasnya bangsa ini telah dibangun. 

Saya berpikir tentang Perayaan Jubelium Permata dari Ratu Viktoria pada tahun 1877. Imperium Inggris yang besar sedang berada dalam kejayaan dan kemuliaannya. Dan dunia tidak pernah melihat, dan tidak pernah lagi melihat sebuah arak-arakan kebesaran seperti yang terdapat dalam Perayaan Jubelium Permata Ratu Viktoria. Dari tujuh benua di planet ini, dan dari seluruh wilayah kebesaran Imperium Inggris, mereka semua berkumpul di Inggris, merayakan Jubelium Pertama dari Ratu mereka yang luar biasa yaitu Ratu Viktoria.

Pada akhir perayaan itu, sama seperti sebuah kilat yang memancar keluar dari sorga, datanglah syair dari Rudyard Kipling:   

 

Allah dari leluhur kami yang dikenal dari dulu

Tuhan dari  garis pertempuran kami yang sangat luas

Yang dibawah tanganNya yang dahsyat kami bernaung

Yang berkuasa atas pohon-pohon palem dan pinus

Tuhan balatentara sorga, sertailah kami selalu

Jangan pernah sampai kami lupakan-jangan pernah sampai kami lupakan

Kegemparan dan sorak-sorai akan berlalu

Para Kapten dan para raja akan beranjak

Yang tetap berdiri adalah korbanMu pada masa lalu

Sebuah kesederhanaan dan sebuah hati yang penuh penyesalan

Tuhan balatentara sorga, sertailah kami selalu

Jang pernah sampai kami lupakan—jangan pernah sampai kami lupakan

Yang memanggil dari jauh, angkatan laut kami yang menghilang

Atas pesisir dan tanjung yang tenggelam dalam api

Tuhan, segala kebesaran masa lalu kami

Adalah sama dengan Niniwe dan Tirus

Hukuman terhadap bangsa-bangsa, menyerakkan kami kemudian,

Jangan pernah sampai kami lupakan-jangan pernah sampai kami lupakan

Jika mabuk dengan tanda kekuasaan, kami akan terhilang

Lidah yang liar yang tidak memegang engkau dalam keterpesonaan

Sama seperti mulut besar yang digunakan oleh orang kafir

Atau generasi tanpa hukum—

Tuhan balatentara sorga, sertailah kami selalu

Jangan pernah sampai kami lupakan—jangan pernah sampai kami lupakan.

 

Saya berpikir tentang Amerika pada hari ini dengan limpahan berkat yang luar biasa dari Allah, yang telah diberikan kepada kita dan telah membuat bangsa kita ini menjadi besar dan kuat. Dan saat ini kita sedang menghadapi kehancuran dan keruntuhan moral sebagai sesuatu yang sulit dipikirkan dan dibayangkan. 

Saya tidak takut tentang keselamatan Amerika terhadap musuh-musuh yang berasal dari luar. Bagaimanapun besarnya kemampuan yang dimiliki oleh Rusia, dan bagaimanapun besaranya barisan dan rasa percaya diri dari orang-orang komunis dalam planet ini, saya tidak meragukan kemampuan Amerika dalam membela rakyatnya. Ketakutan saya terletak di dalam  perpecahan dan kehancuran moral dari bangsa kita yang berasal dari dalam: Obat-obatan terlarang, kemabukan, dan pesta pora serta kekerasan terlihat di dalam setiap area kehidupan kita, baik di dalam berita utama surat kabar, atau dalam artikel majalah-majalah, atau yang tergambar secara jelas di depan mata anak-anak kita yang ada dalam tayangan televisi.

Saya memikirkan kisah sejarah terbesar yang dikarang oleh Edward Gibbon yang berjudul  The Decline and Fall of the Roman Empire.  Dia memberikan lima alasan bagi kehancuran dari imperium-imperium masa lalu. Dan tidak satupun diantaranya yang berasal dari luar. Kelima alasan itu berasal dari dalam imperium itu sendiri. Dan yang paling besar yaitu Roma juga mengalami kehancuran dari dalam.

Saya berpikir hal sama terhadap Amerika. Tidak ada musuh dari luar yang akan menghancurkan Amerika. Kita akan menghancurkan diri kita sendiri dari dalam, dengan melupakan Allah, dan melupakan dasar-dasar kita, serta melupakan akar kita dan warisan pusaka kita, melupakan dari mana kita berasal dan mengapa kita berada di sini.

Seperti yang anda tahu, bagian Selatan memiliki seorang orator yang sangat terkenal. Orator bagian Selatan merupakan hal klise yang umum di dalam setiap buku sejarah. Dan para orator yang berasal dari selatan itu, salah satunya yang memiliki kemampuan yang luar biasa adalah Henry G. Wrady. Editor dari Atlanta Constitution

Di dalam salah satu orasinya yang luar biasa, dia menjelaskan tentang kekuatan dan kemuliaan serta kemampuan Amerika. Dia berkata, “Saya telah berdiri di Hampton Roads di Teluk Chesapeake di bulan Juli pada peringatan kemerdekaan Amerika dan di sana saya melihat pemandangan dari kekuatan Angkatan Laut Amerika. Dan kemudian di sepanjang pantai, ada parade kekuatan pasukan kita. Ketika saya melihat angkatan laut itu dan juga ketika saya melihat ke arah pasukan itu, saya berkata, ‘Sungguh kekuatan Amerika terdapat di dalam militernya dan kemampuan angkatan lautnya.”’

Kemudian orator yang terkemuka itu berkata bahwa beberapa waktu kemudian dia berdiri di bawah kubah dari Capitol Building di Washington, D.C.  Dan ketika dia melihat proses demokrasi, dia berkata, “Sesungguhnya kekuatan dan kemampuan dan kemuliaan Amerika terletak di dalam institusi demokrasinya, di dalam majelis pemerintahannya.” 

Kemudian di dalam sebuah kesan yang mendalam, dia berkata selanjutnya dia diundang menjadi tamu di sebuah rumah di Georgia, di pertanian salah satu teman lamanya yang telah dia kenal semenjak masih kanak-kanak. Dan di penghujung hari, setelah seluruh pekerjaan selesai dilakukan, sang ayah mengumpulkan seluruh anggota keluarganya bersama-sama dan dia membuka Alkitab dan membacanya. Kemudian dia berlutut dengan istrinya dan anak-anaknya di dalam doa.

Dan  Henry W. Grady berkata, saat dia melihat dan berlutut bersama dengan temannya itu beserta dengan keluarganya di depan sebuah Alkitab yang terbuka, sesuatu muncul dalam pikirannya, dia berpikir kebesaran dari angkatan laut Amerika dan kemampuan militer Amerika akan lenyap. Bahkan Gedung DPR AS dan institusi-institusi pembuat hukumnya akan lenyap. Yang tersisa hanyalah orang saleh ini yang berlutut di depan sebuah Alkitab.

            Kemudian dia berkata, “Saya telah belajar bahwa kekuatan Amerika terletak di dalam kehidupan rakyatnya yang saleh. Di dalam keluarga Kristen, dan para ayah yang berdoa.”

Orator yang hebat itu menggambarkan kekuatan dan kemampuan Amerika yang kebenarannya tetap sama hingga hari ini. Kita akan menjadi besar jika rakyat kita hidup dalam kebaikan. Dan jika kita berhenti berbuat baik, maka kita akan berhenti menjadi besar.

Masa depan kita tidak terletak dalam sebuah akumulasi keberuntungan, dan barisan pasukan yang hebat, atau armada laut yang menjadi pertahanan kita. Hal itu tidak terletak dalam ketajaman politik dari orang-orang kita yang memiliki kemampuan yang hebat. Tetapi hal itu terletak di dalam kesalehan rakyat kita kepada Allah.

Allah memberkati Amerika! Allah memberkati Amerika. Dan itulah doa kita bagi rakyat kita, dan bagi bangsa kita dan terhadap hari-hari yang terbentang di depan kita dan di hadapan anak-anak kita.

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.