ORANG-ORANG KUDUS DI TENGAH DUNIA YANG PENUH DOSA

(SAINTS IN A SINFUL WORLD)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi oleh Dr. Eddy Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas

Pada tanggal 9 Januari 1983

 

Efesus 1:1

 

            Selamat datang dan bergabung bersama kami di First Baptist Church in Dallas, dan ini adalah gembala kami yang akan menyampaikan khotbahnya dengan tema “ORANG-ORANG KUDUS DI TENGAH DUNIA YANG PENUH DOSA.” Ini adalah salah satu bagian dari seri doktrin teologi praktis dari kehidupan Kristus yang kita hidupi di sini.

            Dan ini adalah khotbah kedua dari seri khotbah doktrinal yang  diberi tema “Orang-Orang Kudus di Tengah Dunia yang Penuh Dosa.” Dan ayat yang menjadi dasar khotbah ini terambil dari Surat Efesus pasal pertama.

 

Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu (Efesus 1:1-2)”

 

PERTAMA, KEHIDUPAN KRISTEN KITA DIHIDUPI DI DUNIA YANG TIDAK IDEAL

 

Kehidupan Kristen kita dihidupi di dunia yang tidak ideal. Orang-orang kudus di Efesus. Sebagaimana Paulus juga pernah menulis kepada orang-orang kudus di Korintus. Seperti Tuhan juga pernah mengirimkan surat kepada orang-orang kudus di Pergamus, dimana di sana Setan bertahta. Orang-orang kudus hidup di dunia yang tidak ideal dan penuh dosa. Orang-orang kudus ini tidak hidup di sorga. Mereka tidak dijaga atau dilindungi dengan sebuah menara gading sehingga angin badai tidak dapat menerjangnya, di mana tidak ada oposisi dan pencobaan dan ujian.

            Mereka berada di Efesus. Mereka berada di Korintus. Mereka berada di Pergamus. Mereka berada di dunia yang penuh dengan dosa. Dan kita harus ingat bahwa kota-kota Yunani kuno  ini adalah kota-kota yang sangat jahat dan bobrok. Dan dari semua kota-kota Yunani yang bobrok itu, Efesus adalah yang paling bobrok.

            Saya tahu bahwa beberapa dari Anda pernuh mengunjungi bekas reruntuhan kota Efesus. Di sepanjang jalan utama Anda akan menemukan batu-batu berukir, dan Anda akan menemukan gambar seorang wanita.  Dan Anda akan menemukan jalan setapak yang penuh dengan ukiran-ukiran itu menuju ruang protistusi/pelacuran. Dan tempat itu adalah salah satu bangunan yang dibuat paling indah dari semua kuil yang akan Anda temukan di Efesus. 

            Dan orang-orang kudus ini hidup di Efesus. Dan tidak cukup hanya itu. Jika Anda menuruni jalanan yang sama itu pada zaman Rasul Paulus, tiga orang dari setiap lima orang yang Anda jumpai adalah para budak yang tidak dipandang sebagai manusia, namun hanya dipandang sebagai barang milik majikannya. Belum lagi bila kita memiliki waktu untuk berbicara tentang kebobrokan Kekaisaran Romawi. Dan orang-orang kudus tinggal di Efesus, dan bukan Sorga. Kita menghidupi  kehidupan Kristen di dunia yang tidak ideal.

 

KEDUA, KEHIDUPAN KRISTEN KITA DIHIDUPI DI GEREJA YANG TIDAK SEMPURNA

 

            Kehidupan Kristen kita dihidupi di gereja yang tidak sempurna. Apakah Anda memperhatikan kata plural atau jamak di sini? “Kepada orang-orang kudus di Efesus.” Kata ini bentuknya jamak. Orang-orang kudus, hagios di sini bentuknya jamak. Jadi kehidupan Kristen dihidupi dalam suatu komunitas dan dalam persekutuan jemaat Tuhan kita. Dan dalam Perjanjian Baru, mereka banyak berbicara tentang jemaat itu. Itu adalah ekklesia, jemaat, orang-orang yang dipanggil keluar untuk menjadi umat Tuhan. Itu adalah koinonia. Itu adalah suatu persekutuan. Itu adalah suatu komuni. Dan mereka bersekutu untuk berdoa, memuji Tuhan, memecah-mecahkan roti, memuji dan menyembah, dan untuk memberitakan Injil. Itu adalah suatu komunitas yang  luar biasa indahnya. Orang-orang kudus itu ada di gereja, persekutuan jemaat.

            Namun gereja tidak lah sempurna dan dipenuhi dengan segala macam masalah. Orang-orang kudus itu manusia biasa. Dan anggota gereja itu terdiri dari orang-orang yang lemah, mudah membuat kesalahan, bisa jatuh ke dalam dosa, lemah dan manusia biasa.

            Ketika kita membaca pasal-pasal permulaan tentang ekkleisa, jemaat Tuhan, gereja Tuhan kita, dalam Kisah Rasul 6,  di sana ada desas-desus orang-orang Yahudi Helenis menentang orang Yahudi Aramik. Ini disebabkan oleh karena orang-orang Yahudi Helenis, yaitu orang-orang Yahudi yang berbicara dalam bahasa Yunani, menemukan bahwa janda-janda dari kalangan mereka ditolak untuk diurus gereja. Dan akhirnya lahirlah keputusan untuk mentahbiskan beberapa orang untuk menduduki jabatan yang dinamakan diaken. Jadi itulah yang melahirkan pentahbisan orang-orang untuk menjadi diaken. Itu lahir dari suatu perselisihan, masalah, gosif di gereja.

            Dalam Kisah Rasul 15, ketika Anda membaca pada akhir dari pasal ini, di sana Dr. Lukas menggunakan kata paroxysm (pertengkaran hebat). Ada suatu paroxysm  atau pertengkaran hebat antara Barnabas dan Rasul Paulus berhubungan dengan Yohanes Markus.

Barnabas adalah seorang yang baik. Lukas menulis dalam Kisah Rasul 11 berhubungan dengan Barnabas, bahwa ia adalah seorang yang baik, yang penuh dengan Roh Kudus dan iman. Dan banyak orang ditambahkan bagi jemaat Tuhan. Dan Rasul Paulus adalah rasul besar untuk bangsa non Yahudi. Namun di antara dua orang baik ini, muncul pertengkaran hebat yang dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata paroxysm. Muncul suatu pertengkaran hebat seperti yang dikatakan oleh Lukas, mereka akhirnya berpisah. Barnabas membawa Yohanes Markus dan Rasul Paulus membawa Silas bersamanya.

            Kita memiliki komuni atau persekutuan yang tidak sempurna. Kehidupan Kristen dihidupi di gereja yang tidak sempurna. Kebangunan Rohani Wesleyang yang akbar dipimpin oleh George Whitefield, seorang pengkhotbah yang tiada bandingnya, dan John Wesley seorang organisator yang tiada bandingnya. Namun George Whitefield adalah seorang penganut Kalvinis sementara John Wesley seorang penganut Arminian. Dan kadang-kadang terjadi pertentangan hebat di antara mereka.

            Dan saya pernah membaca surat yang ditulis oleh George Whitefield kepada John Wesley yang bunyinya demikian:

 

“Untuk sahabat dan saudara yang ku hormati, karena aku pernah mendengar seorang anak mencuci kakimu.  Aku memohon kepadamu dengan rahmat Allah di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Jangan lagi menulis tentang misreprentasi di mana kita berbeda.

Jangan sampai ini akhirnya menghancurkan kasih persaudaraan kita dan secara tidak sadar menghancurkan persekutuan kita dan jiwa kita, dan saya selalu berdoa kepada Allah kiranya Ia selalu ada di antara kita. Betapa senangnya musuh-musuh Tuhan melihat kita terpecah belah.

Tuan yang terhormat, marilah kita menawarkan keselamatan cuma-cuma kepada semua orang oleh darah Yesus. Dan kiranya terang Allah menyertai kita, membebaskan kita untuk saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain.

 

            Kita hidup dalam suatu persekutuan yang tidak sempurna, bahkan orang-orang terbaik seperti Barnabas atau Saulus dari Tarsus, yaitu Paulus.  Atau pengkhotbah yang tiada tanding, George Whitefield, atau pemimpin besar dari Wesleyan Revival, John Wesley. Kita masih manusiawi dan dikarakteristik oleh kelemahan.          

 

 

KETIGA, SAMA DENGAN SEMUA MANUSIA, ORANG-ORANG KUDUS HIDUP UNTUK MENYAMBUT KEMATIAN

 

            Orang-orang kudus bukan hanya hidup dalam dunia yang tidak ideal dan persekutuan yang tidak ideal atau tidak sempurna, namun orang-orang kudus juga hidup dalam denominator umum bersama semua umat manusia, menghadapi musuh umum yang akan datang dan yang tidak akan dapat dihindari, yaitu kematian.     

            Karena kita adalah orang-orang kudus, kecuali Yesus memperlambat kedatangan-Nya, kita tidak akan terhindar dari konfrontasi dengan musuh akhir dan mengerikan itu. Hidup kita akan berakhir, sebagaimana kehidupan semua umat manusia lainnya. Kita akan runtuh seperti istana emas Nero. Hidup kita akan berakhir seperti taman-taman gantung Babilonia. Kita akan hilang dan terlupakan di antara banyak peti mati. Hidup kita seperti nafas di musim dingin atau daun-daun jatuh berguguran di musim gugur, terlepas dari pohonnya. Atau seperti rumput yang dipangkas oleh sabit. 

            Karena walaupun kita adalah orang-orang kudus, kita tidak akan bebas dari detik-detik mengerikan ketika ia mendatangi rumah kita dan berdiri di depan pintu rumah kita. Bagaimanapun walaupun kita mungkin telah disucikan atau dikuduskan, kita tetap akan menghadapi musuh yang sama itu.

Yesaya mengatakan kepada raja baik Hizkia dengan perkataan ini dalam Yesaya 38:1, “Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.”

            Semua orang saleh dan orang-orang kudus, orang-orang yang telah menyucikan hidupnya tidak akan terhindar dari tangan musuh akhir itu, yaitu kematian.

            Selama bertahun-tahun saya telah menjadi anggota Dewan Baylor University Board. Dan Kepala komite di Dallas yang memimpin Baylor University Medical Center adalah Harvey Pedlin, keponakan Dr. George W. Truett. Saya tidak pernah bersama Harvey Pedlin. Namun akhirnya ia bertanya kepada saya tentang penderitaan dan kematian pengkhotbah besar itu, yaitu George Truett.  Bagi dia, itu sungguh tidak masuk akal dan tak terkatakan dan tak terbayangkan bahwa hamba Tuhan yang luar biasa itu dan rajanya mimbar seperti George Truett harus menderita dengan cancer tulang dan mati dalam sakit yang luar biasa.

            Karena walaupun kita adalah orang-orang kudus, kita tidak akan terbebas dari semua penderitaan dan kemalangan dari kehidupan manusiawi. Kita hidup di Efesus. Kita hidup di dunia semacam itu. Dan waktu kematian itu akan datang. Waktu yang tidak pernah disingkapkan kepada kita. Allah memberikan ingatan kepada kita untuk mengingat masa lalu, namun Ia tidak memberikan mata kepada kita untuk dapat melihat masa depan. Kita hanya menunggu dalam hadirat Tuhan untuk menyambut datangnya musuh terakhir kita, yaitu kematian.

            Orang-orang kudus, di dunia yang penuh dosa, kita menghidupi kehidupan kita dalam masyarakat yang tidak ideal. Kita menghidupi kehidupan kita di persekutuan gereja yang tidak ideal dan tidak sempurna. Dan kita menghidupi kehidupan kita untuk menyambut datangnya musuh akhir kita, yaitu kematian.

            Namun ada pasal lain. Ada ayat lain. Ada kata lain. Kehidupan Kristen dihidupi di dalam kemenangan di dalam Kristus Yesus.

 

 

KEEMPAT, KEHIDUPAN KRISTEN DIHIDUPI DALAM KEMENANGAN DI DALAM KRISTUS YESUS

 

            “Dari Paulus, rasul Kristus Yesus,.. kepada orang-orang kudus di Efesus” (Efesus 1:1). Namun ada satu poin lagi di sini. Dan ini adalah mereka yang memiliki iman di dalam Kristus Yesus. Dan Ia akan membuatnya berbeda.

            Paulus suka menggunakan frase “En Christo,”  di dalam Kristus. Ia menggunakan frase “di dalam Kristus” ini seratus enam puluh empat kali.

 

“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17).

 

Lihatlah semua hal menjadi baru di dalam Kristus. Dan Paulus menulis dalam Filipi 4:13,

 

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13).

 

Atau dalam King James Version, “Oleh Kristus yang memberi kekuatan kepadaku. Itulah yang Paulus tuliskan, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Kristus.” Lagi dalam Galatia 3:28,

“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Galatia 3:28).

             

            Paulus sering menggunakan frase “di dalam Kristus” ini. Di dalam Kristus orang Kristen menemukan kemenangan yang luar biasa dan keamanan. Di dalam Kristus kita memperoleh pengampunan atas dosa kita. Di dalam Dia, pengharapan sorgawi kita. Di dalam Dia kekuatan kita untuk menempuh perjalanan hidup kita yang panjang. Di dalam Dia, di dalam Kristus, bukan di dalam diri kita sendiri. Karena kita penuh kelemahan dan kesalahan serta dosa. Hanya di dalam anugerah Tuhan kita menemukan kemenangan mutlak.