SIAP SEDIA MEMBERITAKAN INJIL
(Ready To Preach The Gospel)
Dr. W. A. Criswell
Roma 1:16
7-19-92
Di dalam khotbah seri kita dari Kitab Roma kita telah sampai pada pasal pertama ayat 16. “Sebab aku tidak malu akan Injil Kristus.” Mengapa dia harus mengatakan hal itu? “Aku tidak malu.” Siapakah yang malu terhadap Injil Tuhan kita yang penuh berkat? Lihatlah melalui hidupNya dan anda akan menemukan sebuah jawaban.
Ketika Dia ditangkap, mereka semua meninggalkanNya dan melarikan diri. Tidak ada seorangpun yang ingin diidentifikasikan dengan diriNya. Mereka semua meninggalkanNya. Dan ketika Simon Petrus didekati oleh seorang gadis kecil, seorang hamba perempuan, dia berkata, “Engkau juga seorang muridnya; engkau berbicara seperti Dia.” Dan Simon Petrus menjawab, “Kamu pikir jika aku berbicara seperti Dia lalu akan mendengarkan hal seperti ini.” Dan dia mengutuk serta bersumpah bahwa dia tidak pernah mengenalNya. Dia malu terhadap Yesus. Di Via Dolorosa (Jalan Salib), dalam memikul salib yang berat itu, mereka memaksa seorang yang berasal dari Kirene dari Afrika Utara, untuk membantu Yesus memikul salibNya.
Tidak seorangpun yang mau mengidentifikasikan diri mereka sendiri bersama Tuhan. Dan tentu saja pada saat dia dipakukan ke atas kayu salib, Dia meninggal dengan kematian yang sangat tercela yang pernah ada dalam pemerintahan Roma. Anda lihat di sana, di dalam kehidupan Tuhan kita, semua dari mereka, malu terhadap Dia.
Kemudian kita masuk ke dalam masa pemberitaan Injil setelah kematiannya, di sana masih ada perasaan malu yang sama dengan sebelumnya. Dengarlah perkataan Rasul Paulus yang dia mohonkan kepada Timotius anaknya dalam pelayanan, dalam 2 Timotius pasal satu ayat delapan, “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.”
Dan ayat 12, “Itulah sebabnya aku menderita semua ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga hari Tuhan.”
Dan lihat lagi dalam ayat 15 dan 16: “Engkau tahu bahwa semua mereka yang ada di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.”
Respon yang paling sering dalam abad pertama terhadap iman Kristen adalah satu yaitu perasaan malu, penolakan terhadap identitas atau penyiksaan. Tidakkah hal itu pernah terlintas dalam pikiran anda mengapa orang-orang Kristen harus dianiaya?
Roma, merupakan pemerintahan yang paling memiliki toleransi, dan bersifat dermawan. Itulah yang membuat propinsi mereka berada dalam kedamaian—sebuah dunia Roma yang damai. Pemerintah Roma selalu berbaik hati dan bersimpati terhadap orang-orang di propinsi mereka. Mereka tidak pernah dianiaya. Lalu dengan semua hal itu mengapa mereka sampai bisa menganiaya orang Kristen? Tidak peduli dewa apa yang disembah oleh orang-orang, mereka semuanya diterima oleh pemerintah Roma. Jika anda pernah ke Roma, maka banguan yang paling dirawat dari semua banguan kuno adalah Pantheon. Pan = semua. Theos = dewa. Jadi Pantheon berarti semua dewa-dewa. Ketika Roam mengalahkan suatu propinsi, menaklukkan sebuah bangsa, atau mengalahkan sekelompok orang, mereka akan mengambil patung dewa mereka serta meletakkannya dalam Pantheon. Dan seperti yang anda lihat sekeliling tempat itu, semua dewa dari kekaisaran Roma diterima dan berada di sana.
Lalu mengapa mereka menganiaya orang Kristen? Paulus dalam setiap ayat yang telah saya baca, berbicara tentang penderitaan, pemenjaraan dan belenggu. Mengapa? Jawabannya ditemukan dalam respon orang Kristen yang tidak mau kompromi terhadap iman mereka. Allah orang Kristen tidak dapat di empatkan dalam setiap Pantheon bersama dengan para dewa dewi mereka yang salah, yang disembah oleh orang-orang dari seluruh dunia. Orang Kristen hanya memiliki satu Allah, Satu Tuhan, satu Juruselamat, dan satu Kristus sebagai Raja. Dan mereka menolak untuk membungkuk terhadap yang lain. Mereka dicap sebagai atheis karena menolak untuk menyembah dewa lain. Saya tidak tahu kejadian yang paling daramatis dalam sejarah manusia lebih daripada kisah Polikarpus sang martir, gembala dari jemaat Smirna. Hari ini tempat itu dikenal sebagai Izmir, di luar Istambul salah satu kota yang terbesar di Turki. Di kota itu yang pada masa lalu disebut Smirna, Polikarpus menjadi gembala jemaat. Pada tanggal 23 Pebruari 155 A.D., dia dibakar. Dan cerita tentang martirnya Polikarpus merupakan hal yang paling dramatis.
Di dalam Ampitheater orang-orang Roma menikmati permainan Yunani, dan dalam permainan Yunani yang sedang berlangsung itu mereka membawa delapan orang Kristen dari Filadelfia dan menempatkan mereka sebagai makanan singa. Hal itu sangat merangsang nafsu orang-orang agnostik dan yang menentang umat Allah itu. Dan mereka berteriak dengan keras agar Polykarpus dibawa dan dijadikan sebagai makanan singa. Mereka telah menangkap dia. Mereka membawanya ke dalam amphiteater, tetapi prokonsul Statius berkata bahwa permainan Yunani telah selesai dan tidak pantas untuk menjadikannya sebagai makanan singa.
Kemudian mereka berteriak dengan keras, “Kalau begitu, bakar saja dia!” Mereka membawa kayu dan ranting serta membuat sebuah tumpukan kayu api, meletakkan Polikarpus ke atasnya dan proconsul berkata kepada gembala sidang itu, “Ini adalah gambar Kaisar, kamu dapat mengambil sebuah dupa serta membakarnya dan meletakkannya di depannya maka kami akan melepaskanmu.” Dan Polikarpus menjawab dengan kalimat yang terkenal itu, “Delapan puluh tahun aku sudah melayani Dia, dan Dia tidak pernah membuat kesalahan padaku. Apakah aku harus menyangkal dan mencela Tuhan dan Raja yang telah menyelamatkan aku?” Dan Statius berkata, “Kalau engkau berkata, kurios Caesar maka kamu akan hidup.” Dan Polikarpus menjawab “Yesus kurios,” Yesus Tuhan. Dan mereka membakar dia di atas tumpukan kayu api.
Hal itu mungkin hal yang tidak biasa yang dapat anda pikirkan dalam Pemerintahan Roma. Dan hal itu merupakan permulaan kemerosotan dari pemerintahan yang besar itu.
Dalam dunia berhala yang keras itu
Kejijikan dan kebencian yang tertutup telah jatuh
Kelesuan dan nafsu yang kenyang
Membuat hidup manusia sebuah neraka
Dalam ruangannya yang dingin, dengan mulut yang kurus dan cekung
Orang terhormat Roma berbaring
Dia berkumpul dengan kemarahan yang samar
Sepanjang jalan Appian
Dia membuat sebuah pesta besar, minuman yang hangat dan cepat
Dan memahkotai kepalanya dengan bunga
Tidak lebih mudah ataupun tidak berlalu dengan cepat
Waktu-waktu yang tak dapat dilaksanakan
("Obermann Once More" oleh Matthew Arnold)
Penghukuman Allah atas Roma—dan hal itu dimulai ketika mereka menganiaya umat Allah. “Sebab aku tidak malu akan injil Kristus.” Bagaimana dengan kita hari ini? Mengapakah seseorang harus malu terhadap Tuhan kita? Jawabannya sangat jelas kelihatan. Apakah itu sebuah kompromi dan dosa serta sifat keduniawian yang di lakukan dalam hidup anda—tanpa pengecualian!
Dalam pasal kedua dari Kitab Kejadian, Allah membuat laki-laki dan perempuan dan dalam ayat yang terakhir berbunyi: “Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” Dan itu terdapat dalam pasal yang kedua.
Dalam pasal ketiga Kitab Kejadian: “Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.” Mengapa? Karena dosa! Dosa akan selalu menyebabkan hal itu. Ia akan membuat anda malu terhadap Tuhan.
Pada waktu korban petang Ezra menulis: “Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang terkoyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada Tuhan, Allahku, dan kataku: ‘Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga aku tidak berani mengadahkan mukaku kepadaMu ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membumbung ke langit.” Hal itu akan dapat membuat anda menjadi malu.
Itu terjadi di mana-mana dan di dalam hidup anda. Anda memiliki keinginan untuk diterima dunia, lalu anda berkompromi dan hidup sesuai dengan apa yang mereka lakukan. Anda minum. Anda berpesta sampai mabuk. Anda berhubungan seks secara berganti-ganti. Dan menjadi sama dengan lingkungan anda, persahabatan anda dan status social anda, anda akan malu terhadap Allah dan kepemilikannya terhadap anda.
Salah satu hal yang paling menyedihkan yang dapat terjadi dalam hidup anda adalah anda seorang Kristen yang telah menerima Yesus sebagai Juruselamat anda, dan anda berada dalam sebuah tempat dan sebuah persahabatan dan kebiasaan yang membuat anda malu terhadap Allah. Betapa indahnya membaca teks yang mulia ini, “Aku tidak malu akan Yesus Tuhanku, terhadap Injil Kristus.” Saya tidak malu akan Dia.
Di India saya telah pergi ke Agra untuk melihat Taj Mahal—salah satu ciptaan dan monumen yang paling menakjubkan yang terdapat di dunia. Shaj Jahan membangunnya untuk mengenang istrinya yang telah meninggal dan yang sangat dia cintai. Dan ketika saya mengunjungi tempat itu saya bertemu dengan seorang pendeta gereja Baptis. Namanya adalah "Hiderali." Dia dikirim oleh seorang Baptis Inggris yang telah meninggal, untuk menutup gereja Baptis kita di Agra. Saya melihat ke arah gereja itu. Di sebelah sana di atas hiasan yang berbentuk segitiga, yang dibangun pada tahun 1845 dan “Hiderali” telah dikirim ke sana untuk menutupnya.
Dia berkata kepada saya, “Ketika saya datang untuk menutup gereja, hati saya sangat terpukul. Saya tidak dapat melakukan hal itu, dan saya tinggal di sini untuk berusaha membangun ulang bangunan yang bersejarah ini dan konggregasi ini.”
Lalu saya berbicara dengan putra Hiderali. Dia seorang pengikut yang masih muda. Katanya dia berusia dua puluh tahun. Dan dia mengatakan kepada saya betapa drastisnya tragedi kehidupan yang jalani dia untuk hidup. Agra terletak tidak jauh dari New Delhi, yang merupakan ibukota dari Negara itu. Dia berkata berkata kepada saya, “Semua yang harus saya lakukan adalah menyangkal dan mencela iman saya dan saya akan diterima dan mendapat sebuah pekerjaan yang baik—dia sudah menyelesaikan pendidikannya—dan saya akan berada dalam masa depan yang cerah di dalam budaya Hindu. Tetapi hati saya tidak mengijikan saya. Saya tidak dapat menyangkal Tuhan saya.”
Dan dia telah menderita, membayar hukuman sebagai seorang yang masih muda. tapi Tuhan telah berkata, “ Sebab barangsiapa malu karena Aku dan arena perkataanKu ditengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan BapaNya diiringi malaikat-malaikat kudus.”
Saya tidak malu akan Kristus. Akan selalu mengakuiNya di setiap tempat didunia ini. Saya tidak malu akan Kitab ini, Alkitab yang penuh berkat, penyingkapan dari kebenaran Tuhan, Juruselamat kita. Saya tidak malu akan Alkitab. Apakah anda tahu, satu-satunya perkelahian yang pernah saya lakukan sewaktu saya masih kecil? Anda tidak akan percaya hal itu. Di sebelah blok tempat saya tinggal dalam sebuah kota yang kecil saya memiliki tetangga seorang bocah yang bernama George Abbot. Dia kerap kali mengejek saya dan berkata, “Engkau anak kecil pembaca Alkitab!”
Dan ketika dia menuduh saya sebagai anak kecil pembaca Alkitab, saya melempar dia dan memukulnya dengan segenap kekuatan saya. Saya memukulinya dengan habis-habisan. Bukankah itu sebuah pandangan? Hari ini, jika saya dituduh sebagai seorang pembaca Alkitab, saya akan berterima kasih kepada mereka—sebuah pujian yang berharga: “Seorang kecil pembaca Alkitab.”
Ayat yang menjadi kesukaan saya seperti yang anda tahu dalah Yesaya 40:8: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”
Saya mengingatnya dengan baik sekali—bukankah luar biasa sekali, bagaimana hal-hal kecil yang ada dalam hidup anda memberi kesan yang indah sekali? Ketika saya berada di universitas, dan saya membuka Alkitab saya untuk bacaan pagi saya, tiba-tiba disana ada warna-warna pelangi yang paling indah yang pernah saya lihat, menutupi bagian Alkitab yang saya baca. Ia mewarnai bagian firman Tuhan yang suci sebagaimana yang saya baca dalam doa pagi saya. Ah, seperti yang anda tahu, ia adalah sebuah prisma, sinar matahari yang melalui sebuah kaca, tapi ia memberikan kesan bagi saya sebagaimana saya membaca firman Tuhan. Saya tidak malu akan Kitab Allah, kuasa Allah, penyataan Allah terhadap keselamatan.
Saudara yang terkasih, apa yang dapat saya lakukan tanpa Alkitab saya—dalam hidup, dalam kematian, dan janji dari dunia yang akan datang? Saya tidak malu akan gereja saya. Ah, Tuhan, saya telah berbicara panjang lebar tentangnya hingga anda telah lelah mendengarnya, tetapi saya mencintai gereja ini. Saya sangat suka untuk melihat ke dalamnya. Saya kemarin telah berbicara dengan salah satu orang muda—yang datang kemari pada pukul 7.20 pagi dan ibadah kita belum dimulai hingga 8.15—dan saya berkata, “Ada apa?”
Dan dia menjawab,”Saya suka duduk di rumah Allah, membaca Alkitab, berdoa, meditasi dan berpikir tentang Allah.”
Menyukai rumah Allah. dan saya bangga terhadap misinya, tugas yang telah diberikan Allah kepada kita, menyelamatkan dunia, pelayanan kita terhada planet ini dan seluruh isinya.
Saudara yang terkasih dalam Tuhan, tidakkah anda menyadari hal ini: banyak Negara di dunia ini—dan saya berbicara tentang Negara—di Asia Timur, di Afrika sebagai contoh, dan di banyak negara lainnya, mereka tidak memiliki rumah yatim piatu, di sana tidak ada satupun sekolah, tidak ada rumah sakit. Satupun tidak!
Dan utusan dari Kristus datang dan memberitakan Injil dan dengan segera mereka mendirikan rumah yatim piatu, sebuah rumah sakit, sekolah, gereja, rumah Allah. Oh Tuhan, betapa luar biasanya pesan yang telah dilakukan oleh Kristus kepada dunia yang hilang ini! Saya tidak malu terhadap gereja. Tidak ada hal yang paling digerakkan dalam hidup saya daripada mengunjungi ibadah di gereja. Hanya untuk berada di sana, hanya untuk duduk di sana, dan mendengarkan pujian. Bergabung dalam himnenya dan memuji Allah atas penyataanNya yang menakjubkan dalam Kristus Yesus. Saya tidak malu terhadap gereja dan misinya dalam dunia.
Saya berharap kita memiliki waktu yang lama hanya untuk memikirkan hal itu. Suatu kali di Nigeria, Afrika Barat, saya pergi berkeliling dengan Dr. Goldie, salah seorang misionaris kita dari Southern Baptist. Apa yang telah mereka lakukan terhadap generasi yang lalu di Nigeria! Jika seseorang terkena lepra, mereka akan meletakkannya di jalanan atau jalan raya atau ke dalam hutan atau ke padang gurun hingga meninggal. Mereka mendorong dia hingga mati. Dan apakah anda tahu jika seorang anak kecil mengidap lepra? Anak kecil itu, dan keluarganya jika mereka memiliki penyakit itu mereka akan di kucilkan dari komunitas dan dari kota hingga mereka mati karena kelaparan dan karena udara terbuka.
Jadi apa yang dilakukan oleh Dr. Goldie adalah mengumpulkan penderita lepra itu dalam sebuah cekungan yang besar sepanjang Nigeria dan menyebut mereka sebagai Klan Pemulihan. Dia memiliki sebuah mobil yang sangat kecil, sehingga saya dapat pergi bersama dia. Dan dia melayani para penderita lepra ini di Klan Pemulihan itu yang berada sepanjang negri yang besar itu.
Ketika saya melihat kearah dia, sebagaimana yang telah anda lakukan, dan pelayanannya terhadap orang-orang yang hina itu. Siapa yang telah mengirim dia keluar? Kita yang mengirimnya. Terpujilah Allah. Siapa yang membayar gajinya dan mendukungnya? Kita yang melakukannya. Siapa yang membangun Klan Pemulihan tersebut? Siapa yang membawa obat-obatan terhadap mereka? Kita yang melakukannya. Dan sebagaimana saya melihat pelayanan terhadap orang yang hina tersebut, saya sangat bangga, dan lega serta bersyukur kepada Allah untuk jemaat saya, untuk gereja kita, untuk denominasi kita dan pelayanannya terhadap orang-orang yang membutuhkan.
Dan itu merupakan hal yang membuat saya sangat mengasihi gereja yang ada di kota Dallas ini. Kita memiliki 31 kapel, 31 misi untuk menjangkau keluar orang-orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan serta yang terhilang dan para gelandangan, dan saya menyukai setiap pemikiran tentang hal itu. Tidak ada hal lain yang sangat bernilai bagi saya dari gereja kita selain dari pada pelayanan dalam tiga puluh satu kapel ini melalui Metroplex yang besar ini. Saya tidak malu terhadap gereja kita ini.
Saudara yang terkasih, ada begitu banyak ingatan yang dapat saya sampaikan dari perikop itu. Hal-hal yang membuat saya tidak malu terhadap Allah. Seperti yang anda tahu, saya memulai pengembalaan saya pada tahun 1927. Dan anda ingat tahun 1929 stok pasar mengalami perkiraan yang meleset dan diikuti oleh masa depresi pada tahun-tahun itu. Jadi pada tahun-tahun awal pelayanan saya, saya bekerja pada masa depresi.
Di dalam gereja saya yang pertama, ada seorang salesman alat pembungkus, dan dia pergi ke seluruh toko dan toko daging dan seluruh grosir untuk menawarkan produk mereka, dan dia sangat makmur. Dia seorang yang terlihat menarik dan memiliki seorang istri yang manis dan sebuah rumah yang indah. Dia juga seorang yang berkecukupan. Dia sudah diselamatkan. Allah secara luar biasa telah mempertobatkan dia, dan dia menjadi seorang pengikut muda yang baik.
Suatu hari dia datang menemui saya dan berkata: Saya tidak tahu harus memulai dari mana. Tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Semenjak saya diselamatkan, saya tidak lagi minum. Saya tidak lagi mabuk. Saya tidak lagi bersumpah serapah. Saya tidak lagi melontarkan humor yang jorok. Dan orang-orang yang kepada mereka saya menjual produk-produk saya tidak lagi menyukai saya. Saya tidak lagi minum bersama mereka. Saya tidak lagi membicarakan humor yang jorok bersama mereka, dan tidak lagi menertawai hal-hal yang kotor. Dan mereka tidak lagi suka kepada saya dan saya telah kehilangan bisnis saya, dan tidak tahu kemana harus berpaling serta tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
Saya berkata, “Anda harus datang berlutut di kaki anda,” dan saya meletakkan lengan saya di sekitarnya dan berdoa, “Ya Allah, orang muda ini telah bangkit kepada Yesus dan dia ingin membenarkan namaMu, dan dia tidak malu terhadap imannya. Tolonglah ya Allah, berdirilah bersama dengan dan tolonglah dia. Tuhan lakukanlah hal itu.”
Anda tahu bahwa setelah berhari-hari, minggu lepas minggu dan bulan-bulan berlalu dia datang kembali kepada saya dan berkata, “Pendeta, ini sebuah mukjijat.” “Saya memiliki usaha yang lebih sekarang ini lebih dari pada apa yang pernah saya harapkan dalam hidup saya. Dan sekarang saya menerima lebih dari apa yang pernah saya miliki dalam hidup saya.”
Jadi, saya berkata, “Apa yang terjadi dibalik jawaban doa?”
Dan dia berkata kepada saya, “Anda tahu toko-toko grosir serta toko-toko daging dan orang-orang yang telah menolak saya serta meninggalkan saya? Kini mereka telah memiliki kepercayaan terhadap saya dibalik segala sesuatu yang pernah anda jelaskan kepada saya. Mereka tahu bahwa saya seorang Kristen dan bahwa saya memberitahu mereka dengan benar tentang apa yang saya jual. Ketika saya menjelaskan daging, mereka mengetahui apakah itu. Dan ketika saya menjual produk kepada mereka, mereka tahu bahwa itu sesuai dengan perkataan saya. Dan dengan kepercayaan mereka yang luar biasa karena saya orang Kristen, mereka senang untuk berdagang dengan saya dan membeli dari saya. Dan saya lebih diberkati saat ini dari semua hal yang pernah terjadi dalam hidup saya.
Saudara yang terkasih. Saya percaya tentang itu. Jika anda benar dihadapan Allah, tidak malu terhadap Dia, percaya kepada Dia di mana saja, dalam situasi apapun, dalam setiap cara maka Allah akan memberkati anda, rumah anda dan keluarga anda. Anda berdiri bersama Dia dan Dia akan berdiri bersama anda. Itulah Allah dan janjiNya dari surga.
Fred, naiklah kemari putraku. Kita harus menyanyikan sebuah lagu permohonan. Dan pada syair yang pertama, datanglah dan katakan, “Pendeta, saya ingin membuka hati saya kepada berkat Tuhan Yesus dan tanpa sebuah perasaan malu, saya ingin berdiri di hadapan jemaat yang besar ini dan membuat pengakuan tentang iman saya di dalam TuhanYesus,” atau “Saya ingin datang ke dalam persekutuan jemaat ini, ke dalam rumah Allah dan meletakkan hidup saya bersama dengan orang-orang terkasih ini.” Sebagaimana Roh Allah mendorong seruan lepada hati anda, jawablah dengan hidup anda. Lakukanlah sekarang, datanglah sekarang, sementara kita berdiri dan menyanyi. “Ini adalah waktu Tuhan bagi saya dan saya berada di jalan saya. Saya segera datang.” Amin.