Daftar Isi

MAKNA DARI BAPTISAN

(THE MEANING OF BAPTISM)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Roma 6:1-5

 

09-19-54

 

 

Kembali ke pasal enam dari seri khotbah kita dari Kitab Roma. Dan pesan malam ini terambil dari ayat satu hingga ayat lima dari pasal enam Kitab Roma.

Pada minggu pagi semua jemaat kita membawa Alkitab mereka ke rumah Allah. Saya berharap malam ini, anda juga membawa Alkitab anda. Saya tidak pernah bertanya. Tetapi saya suka untuk melihatnya.

Jika anda membawa Alkitab anda, bagi anda semua. Anda dapat mengikuti teksnya sebagaimana anda membuka Alkitab anda.

Mari kita buka dalam Roma 6:1-5:

 

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?

Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

 

Itu merupakan teks kita untuk malam hari ini. Dan khotbah kita berjudul “Baptisan Memiliki sebuah Makna”—Makna dari Baptisan.

            Sekarang berdasarkan makna dari Kitab Suci: Di dalam bagian yang saya baca itu, Paulus tidak secara langsung berbicara tentang baptisan. Di dalam pasal enam Kitab Roma ini, tidak untuk mempresentasikan sebuah eksegesis atau sebuah eksposisi dari tujuan dan mode serta makna dari baptisan. Dia melakukan sesuatu yang lain. Dia berbicara tentang sesuatu yang lain.

  Dan dia menggunakan baptisan sebagai sebuah ilustrasi dari sesuatu itu. Tetapi cara dia menggunakan ilustrasi itu sangat penting, sangat jelas, sangat  cocok, sangat sesuai, yang sangat berguna di tangan setiap manusia Allah untuk memggambarkan secara tepat apakah baptisan itu, bagaimana seharusnya baptisan dilakukan, maknanya dan metodenya. 

Sekarang apa yang menjadi latar belakang Paulus dalam menulis  awal teks ini, dari pasal enam kitab Roma. Kitab Roma pasal sebelumnya berbicara tentang bertambahnya dosa pada zaman ini, dan dan tentang bagaimanakah dosa itu, di mana dosa berlimpah, di situ juga kasih karunia berlimpah-limpah. Semakin banyak dosa, semakin banyak anugerah, semakin orang berdosa dan semakin jahat, maka pengampunan dan anugerah juga semakin banyak yang datang melingkupinya.

Lalu dia berkata dalam pasal enam: “Jika demikian apa yang hendak kita katakan?” Semakin banyak dosa, semakin banyak kasih karunia—Jadi bolehkah kita bertekun dalam dosa sehingga kasih karunia makin berlimpah? Cara untuk melihat hal itu adalah seperti ini: Semakin kita berdosa, Semakin Allah dapat mengasihi kita dan semakin mengampuni kita, bahwa Allah dapat melimpahkan kasih-karuniaNya ke sekeliling kita.

Lebih lanjut dia mengatakan: “Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak. Sesuatu yang tidak dapat dipikirkan. Adalah mustahil untuk melakukan hal itu. Di sana ada sebuah alasan yang sangat penting: kita telah mati terhadap dosa. Kita tidak dapat lagi hidup dalam cara itu karena kita telah mati bagi dunia ini dan juga kita telah mati terhadap dosa. Adalah tidak mungkin bagi kita untuk hidup lagi di dalamnya.

Dan kemudian, dia menggunakan ilustrasi tentang baptisan. Firman Tuhan berkata baptisan adalah sebuah penguburan. Itu merupakan sebuah penguburan. Baptisan adalah sebuah penyelaman dan melambangkan penguburan. Penguburan terhadap kehidupan yang lama, tubuh yang lama, pandangan yang lama, kasih yang lama dan dosa yang lama. Semuanya itu telah di kuburkan, di singkirkan dan di jauhkan dari pandangan.

Tetapi baptisan juga adalah sebuah kebangkitan, di bangkitkan kembali. Apakah itu? Baptisan adalah sebuah kebangkitan untuk sebuah hidup yang baru, sebuah fase yang baru, sebuah pengharapan yang baru, sebuah tujuan yang baru, sebuah kejayaan, sebuah kemenangan yang baru di dalam Kristus Yesus.

Jadi dia mengambil ilustrasi dari baptisan dan berkata:

 

Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

 

           Pada hari-hari yang akan datang kita akan kembali kepada pesan Paulus yang tertulis di sini tentang kehidupan orang Kristen yang berkemenangan. Tetapi malam ini kita akan berbicara tentang kematian—kematian orang Kristen terhadap dunia—kematian terhadap dosa dan kebangkitan terhadap kehidupan baru yang mulia di dalam Yesus Kristus.

            Dan baptisan melupakan ilustrasi yang paling baik untuk hal itu. Saya katakan hal itu adalah baptisan. Kemudian baptisan memiliki sebuah makna dan makna itu ditemukan dalam modenya. Dan ditemukan dalam bentuknya. Dan hal itu telah berubah—hal itu telah merubah signifikasi dari baptisan. Itu merupakan sebuah pola dari apa yang telah di buat Allah di surga.

            Makna dari baptisan, saya ulangi, yaitu bahwa dalam tandanya, dalam modenya, dalam  polanya, telah dibuat di surga. Di dalam pasal delapan dari Kitab Roma—Ibrani, penulis Ibrani berkata dalam ayat lima:

 

… sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firmanNya “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.”

 

           Sekarang kembali ke dalam Kitab Keluaran—dalam pasal dua puluh empat Kitab Keluaran, Allah berfirman kepada Musa, “Aku telah berbicara kepadamu selama 40 hari dan 40 malam tentang kemah suci.” Ketika itu ditutup, Allah berfirman kepada Musa, “Lihat, buatlah semuanya ini menurut contoh yang telah kutunjukkan kepadamu di atas gunung itu.”

            Kemudian dalam pasal tiga puluh sembilan Kitab Keluaran, setelah mereka mengerjakannya sesuai dengan pernyataan Tuhan, mereka membawa ke dalam kemah suci, ke dalam tenda, kepada Musa, segala perabotannya, papan-papannya, kayu lintangnya, tiangnya dan alasnya, tudung dari berbagai kulit hewan, tabut Allah, meja dan segala perkakasnya, roti sajian, lampu-lampu, minyak, altar emas, altar tembaga, kayu pengusung, segala perkakas kemah suci, bejana pembasuhan, perlengkapan ibadah, dan hal itu ditutup dengan

 

…. Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel pekerjaan melengkapi itu.

Dan  Musa melihat segala pekerjaan itu, dan sesungguhnyalah, mereka telah melakukannya seperti yang telah diperintahkan Tuhan, demikianlah mereka melakukannya….

 

            Polanya sudah ada di surga. Tandanya telah ada di dalam pikiran Allah. dan Tuhan berbicara kepada Musa, selama 40 hari, siang dan malam, Dia berkata,” Musa engaku harus melakukan hal ini, itu, dan ini, seperti ini, seperti itu.”

Dan Musa memberi perintah ini kepada orang Israel. Dan rakyat sungguh-sungguh buta. Itulah sebabnya mereka sunguh-sungguh membutuhkan contoh dari surga yang diberikan Allah kepada Musa.

Dan pada masa itu, tidak ada perasaan terhadap makna dari pola itu bagi anak-anak Israel. Untuk apakah kandil emas—mezbah emas dibuat? Untuk apakah semuanya itu didirikan? Apakah gunanya dari tujuh kandil lampu? Apakah misteri dari Hari Raya Korban? Apakah ini semua berdasarkan contoh dari Allah, semunaya ini yang diterima dari Allah di sorga. Semua hal itu telah diberikan kepada Musa; segala rincian bagaimana kemah suci harus dibangun dan bagaimana upacara-upacara yang harus dilaksanakan.

Allah memiliki sebuah makna di dalamnya. Allah memiliki sebuah pola. Dan makna serta polanya persis berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Tuhan kepada Musa di atas gunung.

Demikian juga halnya dengan baptisan. Baptisan adalah sebuah pola. Baptisan adalah sebuah tanda. Baptisan adalah sebuah gambaran. Seperti kemah suci, baptisan juga memiliki sebuah pola di surga.

Dalam pasal dua puluh satu Injil Matius, Yesus bertanya kepada orang-orang Israel:

 

Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia? Mereka memperbincangkannya diantara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakana: dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?

 

Dan dalam pasal pertama Injil Matius, Rasul Yohanes memberitahukan tentang Yohanes Pembaptis yang sedang membaptis di Sungai Yordan. Dan beberapa imam serta orang Lewi datang menemui dia di padang gurun. Dan mereka bertanya kepadanya, “Apakah engkau Mesias?

Dan Yohanes menjawab, “Bukan.”

Dan mereka bertanya lagi, “Apakah engkau Elia?”

Dan dia menjawab, “Bukan.”

Dan mereka bertanya, “Apakah engkau nabi yang akan datang itu?”

Dan mereka bertanya lagi kepadanya, “Lalu mengapa engkau membaptis, jika engkau bukan Mesias, bukan Elia dan bukan nabi yang kan datang?”

Ini merupakan pertama kali dalam sejarah dunia bahwa seseoarang membaptiskan orang-orang: ketika Yohanes membaptis di Sungai Yordan. Ada banyak situasi dimana seseorang membaptiskan dirinya sendiri secara ritual. Ada banyak kondisi di mana seseorang menyelamkan diri mereka sendiri. Itu merupakan penyucian yang signifikan.

Tetapi hal itu selalu dilakukan oleh dirinya sendiri. Ketika seseorang dimandikan, dia memandikan dirinya sendiri. Ketika seseoarng dibaptis, ia membaptiskan dirinya sendiri. Ini merupakan pertama kali dunia melihat seseorang menyelamkan orang lain, ketika Yohanes Pembaptis melakukannya di Sungai Yordan.

Iitulah sebabnya para pemimpin Yahudi sangat heran dengan upacara yang baru ini. Itulah sebabnya mengapa mereka mengirim beberapa imam dan orang Lewi untuk melihat apa yang terjadi dan bertanya, “Apakah engkau Mesias? Apakah engkau Elia? Apakah engkau nabi yang akan datang itu?”

Ketika Yohanes berkata, “Bukan,” dia menjelaskan mengapa dia berinisiatif untuk melakukan upacara yang baru ini. Dan jawaban Yohanes sangat terang dan jelas: “Aku membaptis dengan air; tetapi ditengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal.” Berbicara tentang Yesus dia berkata:

 

Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia ada sebelum aku.

Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”

Dan Yohanes memberi kesaksian katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atasnya.

Dan akupun tidak mengenalNya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atasNya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.

 

            Sekarang baptisan Yohanes Pembaptis ini adalah sebuah contoh dan hal itu datang dari sorga. Ketika Yohanes membaptis di padang gurun Yudea, ketika dia melakukan hal itu, tanda itu, ordinansi itu, dia tidak tahu apa artinya. Dia hanya beriman untuk melaksanakan pola yang telah ditetapkan Allah dari sorga.

            Dan akhirnya kita mengetahui makna dari bentuknya, polanya, berasal dari sorga; hal itu bermakna tiga hal. Yang pertama, itu adalah sebuah gambaran dari kemenangan kebangkitan; bahwa, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari kematian, dengan kemuliaan Allah Bapa, kita dikuburkan bersama dengan Dia dalam keserupaan kematianNya dan sekarang kita tinggal dalam kehidupan yang baru. Anda telah mati bagi dosa. Anda telah mati bagi dunia. Anda telah mati bagi kehidupan itu dan segala sesuatu yang menyertainya, dan anda telah dibangkitakan untuk berjalan dalam kehidupan yang baru.

            Ketertarikan saya telah berubah sekarang. Saya tidak melakukan hal-hal yang saya lakukan sebelumnya. Sekarang, saya berkata, “Saya akan menemui anda di sana pada minggu malam.” Saya sangat tertrik untuk pergi ke gereja. Saya terbebas dari musik mereka, dari ruangan, dari minuman, dari judi mereka dan semua hal yang mereka sebut sebagai “hal-hal yang menyenangkan.” Semuanya itu tidak lagi menarik buat saya, karena saya telah memiliki sebuah kehidupan yang baru di dalam Kristus.

Anda mencintai gereja. Anda mencintai Sekolah minggu. Anda menyukai pelatihan rohani. Anda bukan lagi milik dunia. Anda telah dibangkitkan kedalam sebuah kehidupan yang baru, kehidupan yang baru di dalam Yesus Kristus.

            Dan kemudian, ia memiliki makna yang lain, yakni makna yang ketiga: “Jika kita telah  ditempatkan bersama-sama di dalam keserupaan kematianNya, maka kita juga harus menjadi sama di dalam keserupaan kebangkitanNya.” Baptisan adalah sebuah pengharapan. Ia adalah sebuah janji. Ia adalah sebuah komitmen dari Allah. dan komitmen itu adalah ini; Jika saya mati maka untuk sementara waktu, tubuh saya akan berada dalam debu tanah, di dalam jantung bumi, tapi saya percaya, suatu hari, sangkakala akan berbunyi, dan Allah akan hadir serta orang-orang yang telah mati akan hidup kembali dan bertemu dengan Dia di angkasa.

            Ini adalah hal yang terakhir tentang dibaptiskan di dalah Tuhan Yesus: kita percaya tentang kebangkitan dari kematian. Kita telah dikuburkan dalam keserupaan Kristus, dengan pengharapan bahwa suatu hari, kita akan bangkit dari kematian di dalam keserupaan kebangkitanNya. “Jika kita telah  ditempatkan bersama-sama di dalam keserupaan kematianNya, maka kita juga harus menjadi sama di dalam keserupaan kebangkitanNya.” Jadi ketika anda menerima ordinansi baptisan, anda menerimanya sebagai sebuah janji. Dan hal itu juga menjadi sebuah komitmen dalam hidup anda.

Baptisan adalah sebuah tanda, sebuah pola, yang diberikan dari sorga. Dan ketika hal itu pada akhirnya sungguh-sungguh dipahami apa makna dari tanda itu, apa makna dari pola itu, hal itu berfokus pada tiga hal: kemenangan Kristus atas kematian; pesan Injil yaitu bahwa Kristus telah mati, dikuburkan dan dibangkitkan dan gamabran dari kebangkitan rohani kita, dari kematian kita, kemudian dikuburkan dan dibangkitkan bersama dengan Kristus dan arti yang terakhir adalah pengharapan kita yang besar yang kita miliki terhadap kebangkitan yang akan datang. Jika kita mati dan dikuburkan, kita akan dibangkitkan dalam keserupaan dengan Tuhan kita, yang jaya dan mulia.  

          Baptisan memiliki sebuah makna. Dan makna itu ditemukan dalam bentuknya, dalam modenya, dan dalam polanya. Jika anda mengubah modenya, polanya, anda melakukan kekerasan terhadap makna dan signifikasinya. Jika pola yang dari sorga hancur maka ia tidak berarti apa-apa.

            Betapa terberkatinya untuk memelihara ordinansi ini, yang dilaksanakan mula-mula oleh Yohanes, dan yang diperthankan oleh Yesus Kristus, dan telah ditinggalkan untuk kita pelihara dan sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan dari sorga.

Sekarang, untuk sejenak, bolehkan saya berbicara tentang ordinansi baptisan yang berasl dari surga hanya satu atau dua hal? Yang pertama; Baptisan menempati tempat yang terhormat. Hanya satu tempat yang ada dalam Alkitab, trinitas terlihat berhubungkan dengan baptisan, Sang Anak menyerahkan diriNya, Roh Kudus turun keatasNya, dan Allah Bapa berkata dari sorga: “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” Dan Roh Allah seperti burung merpati turun keatasNya. Dan Sang Anak menyerahkan diriNya untuk melaksanakan ordinansi baptisan. 

          Dan pernyataan Juruselamat kita yang pertama kali tercatat adalah hal ini, “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah. Dan Dia menyerahkan diriNya.” Itu merupakan catatan kata-kata pertama dari Yesus  dalam pelayananNya

            Dan catatan terakhir dari Tuhan kita di dalam Injil adalah:

 

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

  

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia