IMAN YANG MENYELAMATKAN
(THE FAITH THAT SAVES)
Dr. W. A. Criswell
Roma 4:1-12
07-25-54
Anda sedang mendengarkan ibadah dari gereja First Baptist di pusat kota Dallas, Texas. Dan ini adalah pendeta yang sedang membawakan khotbah pagi ini yang berjudul Iman Yang Menyelamatkan.
Dalam seri khotbah kita melalui Kitab Roma, kita telah sampai pada pasal empat Kitab Roma. Dan ini merupakan berkat yang besar bagi hati anda, sementara saya berkhotbah, anda dapat mengikuti kata-kata yang terdapat dalam teks.
Bukalah Alkitab anda di dalam Kitab Roma pasal empat, dan khotbah kita akan diambil dari bagian yang kita baca dalam Kitab Suci kita hari ini.
Saya akan membaca bagian itu kembali dalam pasal empat kitab Roma, dari ayat yang pertama hingga ayat lima:
Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.
Dan kembali kita bahas bahwa subjeknya merupakan iman Abraham. Imannya dihitungkan sebagai kebenaran.
Jika anda kembali berpaling kepada Alkitab anda di pasal kedua Kitab Roma di ayat keenam belas, anda akan menemukan dua kata yaitu, “Injilku”—“Pada hari dimana Allah akan menghakimi setiap rahasia manusia oleh Yesus Kristus berdasarkan Injilku.”
Paulus berkata, “….bahwa Injil yang kuberitahukan itu bukanlah Injil manusia, karena aku bukan menerimanya dari manusia.”
“Juga bukan kuterima dari rasul lain. Tetapi aku menerimanya langsung oleh penyataan Yesus Kritus.”
Dan dia menunjukkan hal itu sebagai “Injilku,” yaitu Injil yang dia terima secara pribadi dengan penyataan dari Tuhan sendiri yang telah bangkit—“Injilku,.”
Sekarang memberitakan Injil itu menimbulkan perlawanan yang luar biasa.
Sebelum saya memulai, dapatkah saya meninggalkan Paulus sebuah ringkasan dari Injilnya? Yaitu apa yang Kitab Roma maksudkan. Dan hal itu yang kita khotbahkan hari ini, Injil itu adalah seperti ini.
Roma 3:10, “Seperti ada tertulis, ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.’”
Roma 3:23, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”
Roma 3:27, “Jika demikian apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada!” Tidak ada seorangpun yang dapat berdiri di hadapan Allah yang telah berdosa dan terhilang serta berkata, “Betapa baik dan bagusnya saya!”
Roma 3:28, “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”
Lalu Roma 4:5, “Tetapi kalau ada orang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.”
Sekarang dalam Roma 4:24-25, “Sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya—kebenaran ini—karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”
Ini adalah sebuah ringkasan kecil seperti yang kita lihat melalui dua bagian sebelumnya, sebuah ringkasan dari apa yang Paulus sebutkan sebagai “Injil yang kuberitakan.”
Saya katakan bahwa hal itu telah menimbulkan sebuah perlawanan dari diantara orang-orang yang mendengarkan pesan Paulus tersebut. Ini menimbulkan perlawanan setelah pertobatannya di jalan Damsyik. Dan karena di sana ada sebuah persepakatan untuk membunuhnya maka dia diturunkan dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang sehingga dapat melarikan diri.
Kemudian dia memberitakan Injil di kota Yerusalem. Dan hal itu menimbulkan sebuah perlawanan sehingga murid-murid mengirimkan dia ke Kaisarea. Dan akhirnya dia kembali Yerusalem sekali lagi dan orang-orang Yahudi menemukannya di Bait Allah dan hendak memukulinya sampai mati
Dan akhirnya dia diselamatkan chiliriach, pasukan Roma, kepala pasukan Roma dan perwira-perwira, jika dia tidak diselamatkan oleh prajurit Roma maka mereka akan membunuhnya di Bait Allah.
Injil itu tidak hanya menimbulkan sebuah perlawanan yang hebat dari bangsa Yahudi, tetapi juga menimbulkan kekacauan dan perlawanan dalam gereja pertama, di kalangan jemaat Yahudi.
Jemaat Kristen pertama adalah jemaat Ibrani. Dan seperti yang lainnya mereka juga memberikan perlawanan terhadap injil Paulus.
Pertama di Antiokhia ketika mereka datang ke Yerusalem , dan perdebatan itu akhirnya berakhir di Sidang Yerusalem. Tetapi hal itu tetap tidak berhenti melainkan terus berlanjut. Dan alasan Paulus menulis ke jemaat-jemaat Galatia adalah hal ini, terhadap orang-orang yang mengadakan perlawanan terhadap Injil Paulus yang menghanyutkan jemaat-jemaat Galatia., bahwa mereka semua harus tetap dipertahankan.
Mereka hendak berpaling dari Injil Paulus dan mengikuti pengajaran ini, yaitu apa yang disebut Paulus sebagai rasu-rasul palsu.
Saya tidak tahu cara yang lebih baik untuk duduk dan menulis perlawanan itu, apakah perlawanan yang ditimbulkannya daripada menjelaskannya seperti ini: pesan dari Paulus adalah bertentangan sama sekali terhadap legalisme, humanisme, kebenaran diri sendiri, semua hal yang teringkas dalam orang-orang Yahudi atau Farisi. Dia berdiri, menjadi kutub yang terpisah dan berlawanan.
Ketika seseorang berketetapan untuk mengikuti sebuah filsafat yang mengandalkan kemampuan manusia untuk keluar dari masalahnya sendiri, dari seorang manusia atau sebuah bangsa untuk menetapkan takdir mereka ketika mereka mengikuti pengajaran humanisme, kesanggupan manusia, anda akan menemukan diri anda berada dalam pertentangan terhadap Injil Paulus yang dia terima dari Yesus, karena dasar dari pesan Paulus adalah hal ini: bahwa secara natur kita buruk, bahwa secara natur kita telah rusak total.
Saya tidak bermaksud bahwa dengan kerusakan total itu kita sangat jahat sebagaimana kita mampu. Tetapi yang saya maksudkan adalah sepanjang masa sejak dosa masuk ke dalam seluruh pikiran manusia dan jiwa manusia serta tubuh manusia, maka tidak ada area kehidupan manusia atau dalam pikirannya atau dalam hatinya atau dalam tindakannya tidak diwarnai dan dipengaruhi oleh dosa.
Dia menguasai setiap tempat. Di dalam badan pembuat hukum anda. Di dalam pengadilan anda. Di dalam kota anda. Di jalanan. Di gereja anda. Di dalam kehidupan anda. Prinsip fundamental dari pesan yang disampaikan Paulus adalah hal ini, bahwa kita semua telah berdosa, dan tidak ada seorang pun yang benar, seorangpun tidak.
Dia memulai dari sana. Dan hal itu merupakan penghinaan bagi martabat manusia. Hal itu adalah penghinaan terhadap humanisme. Hal itu merupakan penghinaan bagi Farisisme. Ha itu merupakan sebuah penghinaan terhadap setiap orang yang menemukan didalam diri mereka sendiri sebuah kelayakan dan kemampuan dari diri sendiri.
Bolehkah saya melanjutkan hal itu untuk sejenak? Farisisme merupakan sebuah penghinaan bagi Tuhan karena Farisisme, yang mengutamakan pembenaran oleh diri sendiri, hal itu merupakan kebanggaan manusia, hal itu adalah sebuah keyakinan dari kesanggupan dan kelayakan manusia.
Hal itu merupakan sebuah penghinaan bagi Allah karena hal itu tidak bergantung kepada Allah. kebenaran diri sendiri, kemampuan diri sendiri dari manusia, dia datang ke hadapan Allah memakaikan kesalehan sendiri. Dia datang ke hadapan Allah tanpa campur tangan dari Allah.
Dan itu merupakan alasan bagi saya berkata supaya anda tetap membuka Alkitab. Itu merupakan alasan bagi Paulus berkata di dalam pasal empat ayat keempat dari Kitab Roma, “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.
Ketika anda membaca hal itu mungkin tidak berarti banyak bagi anda. Tetapi jika saya menggambarkannya dalam bahasa saya sendiri maka hal itu dapat berarti seperti ini, ketika seseorang bekerja, maka apa yang anda berikan kepadanya bukanlah sebuah hadiah melainkan anda memberikan haknya. Ketika seseorang bekerja dan anda membayarnya, maka anda tidak memberikan apa-apa terhadap dia, dia berhak untuk mendapatkannya. Anda membayar hutang anda kepadanya. Dia bekerja kepada anda.
Sekarang, hal yang sama dikatakan oleh Paulus dalam suratnya itu, ketika seseorang bekerja ntuk keselamatannya maka keselamatan itu bukan lagi sebuah anugerah, bukan lagi merupakan sebuah hadiah dari Tuhan, bukan lagi kemurahan dari Tuhan. Ia merupakan sebuah hak. Allah harus membayar hal itu. Jika setiap orang dapat datang ke hadapan Allah dan berkata, “Lihat, saya menghasilkan keselamatan saya; saya mendapatkan hal ini dengan nilai dan jasa dan kebaikan dari hidup saya,” kemudian untuk setiap orang yang diselamatkan maka hal itu bukan lagi sebagai sebuah anugerah, bukan sebagai sebuah kemurahan, dan bukan lagi oleh iman. Hal itu merupakan sebuah hutang yang harus dibayar oleh Allah kepada anda.
Itu yang dia maksudkan ketika dia berkata, “Kalau ada orang yang bekerja.” Untuk keselamatan anda ketika anda bekerja untuk hal itu, apa yang anda peroleh, kata keselamatan, bukan anugerah, kemurahan, karunia dari Allah. Hal itu adalah sebuah hak, sebuah hal yang harus dibayar oleh Allah kepada anda.
Dan sekarang prinsip yang paling fundamental dari Paulus adalah hal ini, bahwa tidak ada seorangpun yang mampu berdiri di hadapan Allah dan berkata, “Hidup saya memiliki nilai yang layak untuk diberikan keselamatan yang besar ini. Saya memenangkannya melalui usaha saya sendiri. Saya berhak untuk ini. Ini merupakan upah saya.”
Saya berkata bahwa Injil Paulus dan Injil karena kebenaran diri sendiri merupakan kutub yang berlawanan, mereka bertentangan satu sama lain.
Bolehkah saya melanjutkannya? Saya telah berbicara dengan seseorang dalam satu minggu. Anda tahu apa? Orang ini sangat sukses. Dan sikapnya merupakan sebuah masalah tragis yang saya hadapi. Ia berpendapat bahwa dia dapat mengerjakannya sendiri. Dia berkata bahwa semua isu itu terbentang dihadapannya, mereka adalah tanggung-jawabnya, dan ia ingin melakukannya dengan dirinya sendiri. Dia akan mengusahakannya. Dia berpikir bahwa dia akan mendapatkan jawabannya. Karena itu merupakan masalahnya maka ia akan melakukannya dengan usahanya sendiri.
Itu adalah sebuah Injil dari pembenaran diri sendiri. Injil dari seorang Farisi. “Saya akan mengusahakannya sendiri. Saya melakukannya dengan diri saya sendiri. Saya memiliki kemampuan.” Apakah akhir dari manusia itu? Saya dapat meramalkan akhir hidupnya sekarang.
Sebagaimana dia berjalan terhuyung-huyung menghadapi masalahnya, sebagaimana dia menghadapi semua isu yang menyelubunginya, pertama-tama dia akan mulai minum-minuman keras. Dan semua hal itu akan menekan jiwanya. “Setiap kekurangan, bagaimanapun juga, itu adalah kasusku dan apa yang tidak dapat saya laakukan.” Dan akhirnya, dia memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
Injil dari Paulus adalah bahwa kehidupan dan kematian diletakkan dalam surga dan isu yang datang adalah apa yang ada di sekeliling jiwaku. Ya Allah, Aku manusia yang lemah, Ya Allah, aku manusia yang berdosa. Ya Allah, Aku manusia yag terhilang. Ya Allah diatas kemurahanMu dan diatas anugerahMu, aku menyerahkan seluruh hidupku. Aku membutuhkan Engkau ya Allah, janganlah Engkau meninggalkan aku. Itu merupakan Injil dari Paulus.
Dalam tanganku, tiada harga dapat kubawa.
Hanya pada salibMu aku melekat.
“Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.” Dalam tanganku, “Bukan karena anugerah tetapi karena hak.”
Dalam tanganku, tiada harga dapat kubawa
Hanya pada salibMu aku melekat.
Penolong dari orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Ya Allah, tolonglah aku. Tolonglah aku. Itu merupakan Injil Paulus.
Ada seorang anak kecil dalam sebuah kota kecil Serampore, yang letaknya berada sekitar 18 mil dari Sungai Gangga di Kalkuta sana. Saya sedang berdiri di atas salah satu tugu bersejarah dari salah satu tokoh Baptis yang terkemuka di dunia. Saya sedang berdiri di makam bapa misi modern kita, William Carrey. Dan saya sedang membaca ukiran yang ada di makamnya. Yang berbunyi seperti ini.
“Seorang yang miskin, orang melarat yang membutuhkan pertolongan, yang patut dikasihani, ke dalam lenganMu aku terjatuh.” Dapatkah anda mengatakannya dengan lebih keras. Manusia Allah yang memiliki status yang kecil yang menjadi seorang pemimpin Kristen yang terkemuka pada zamannya, yang dilihat oleh semua orang Kristen sebagai bapa misi modern yang memulainya dari Leicester, Inggris, pergerakan yang menelan semuanya: pemberitaan yang melintasi berbagai bangsa—salah seorang dari orang kudus Allah sepanjang masa.
Yang kemudian dalam batu nisannya ketika dia meninggal tertulis hal ini, “Seorang yang miskin, orang melarat yang membutuhkan pertolongan, yang patut dikasihani, ke dalam lenganMu aku terjatuh.” Tolonglah aku. Tolonglah aku.
Sekarang saya akan berusaha menggambarkannya di sini, yang terbaik yang dapat saya lakukan, yaitu apa yang merupakan pertentangan antara kebenaran diri sendiri, karakter diri sendiri, Farisisme dan Injil dari Paulus.
Baiklah sekarang mari kita lanjutkan. Setelah kita melihat pertentangan itu sendiri maka marilah kita melihat pesan dari Paulus. Hal itu dimulai dengan Abraham dalam pasal empat Kitab Roma. Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham?
Dia menggunakan Abraham sebagai sebuah ilustrasi. Abraham adalah bapa dari orang beriman. Abraham dianggap sebagai bapa dari banyak bangsa. Abraham dianggap sebagai bapa dari bangsa Ibrani. Abraham dianggap sebagai bapa dari dunia muslim.
Dia dianggap sebagai bapa dari Tuhan Yesus Kristus. Orang-orang Kristen, Muslim, Yahudi dan kita semua melihat kembali kepada Abraham.
Jadi dia menggunakan Abraham sebagai ilustrasi bagaimana seseorang harus diselamatkan. Dan poin yang akan dibuat oleh Paulus sebagaimana dia masuk ke dalam diskusi ini, bahwa jika manusia diselamatkan, jika dia pernah diselamatkan, dia diselamatkan oleh anugerah dan kemurahan serta pengampunan dari Allah terlepas dari usaha manusia, terpisah dari kebaikan dirinya sendiri.
Jadi dia memulai dengan Abraham. “Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah.”
“Lihat siapakah aku dan apakah yang sudah aku lakukan, ya Allah.” Dan dia melihat ke dalam wajah Allah dengan sebuah kesetaraan. “Lihatlah aku, Allah. Lihatlah Aku.”
“Jika Abraham dibenarkan oleh karena perbuatannya dan jika dia diterima, menyenangkan Allah dengan perbuatan baik yang dia lakukan, maka dia memiliki dasar untuk bermegah.”
Lihatlah apa yang ayat itu katakan, bagian akhir dari ayat empat, “tetapi tidak di hadapan Allah.” Di mana? Tidak di hadapan Allah. Abraham mungkin dapat bermegah di hadapan saya, yang anda tidak mungkin dapat melakukannya dengan lebih baik. Abraham mungkin dapat bermegah di hadapan beberapa orang dari tetangganya, dan mereka mungkin tidak lebih baik. Abraham mungkin dapat bermegah atas kebaikan dan keunggulan hidupnya di hadapan orang-orang yang tidak mengenal dan memperoleh hal itu.
Tetapi Paulus berkata bahwa dia tidak dapat melakukan hal itu di hadapan Allah, karena Allah mengenal Abraham, karena Allah mengetahui jiwanya, Allah mengetahui hatinya, dan Allah mengenal hidupnya. Dan bagian dari hidup Abraham tertulis di dalam Kitab Allah. Dan apa yang telah Allah pilih untuk disingkapkan tentang segala sesuatu ada di sana dan termasuk kehidupan Abraham
Jika anda ingin melihat tingkat kebohongan pertama, lihatlah kearah Abraham. Jika anda ingin melihat seseorang yang mau mengorbankan istrinya kepada pria yang lain sehingga dia dapat selamat, itu merupakan kehidupan Abraham. Dan lihatlah apakah dia dapat bermegah dihadapan orang yang mengenal hidupnya! Lihatlah jika dia dapat.
Itulah yang dimaksudkan oleh ayat itu. Jika Abraham dibenarkan oleh perbuatannya, dia dapat bermegah di hadapan kita. Tetapi dia tidak dapat melakukannya di hadapan Allah. Allah mengenal dia. Sama seperti Dia mengenal anda. Sama seperti Dia mengenal kita semua. Kita tidak dapat bermegah di hadapan Allah. Tidak seorangpun dapat melakukannya.
Rahasia dari hati dan rahasia dari jiwa anda dan kesalahan dari hidup anda dan dosa diri anda sendiri, kita semuanya sama. Kita tidak dapat bermegah di hadapan Allah. dan termasuk juga dengan Abraham, bapa dari banyak bangsa.
“Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia dapat beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.”
Jadi bagaimanakah kita dapat beroleh keselamatan? Bagaimanakan Abraham dapat dibenarkan? Lihatlah ke dalam ayat selanjutnya. Tetapi apakah yang disampaikan Kitab kepada Paulus, sebagai sebuah kesaksian dari Kitab Suci, bagaimana dia diselamatkan? Lihatlah ke dalamnya. “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”
Abraham diselamatkan bukan karena perbuatannya yang agung dan kemurnian serta kesucian hidupnya. Kehidupannya tidak seperti itu. Tetapi Abraham diselamatkan seperti kita semua, orang yang jahat, diselamatkan seperti kita dari jiwa-jiwa yang terhilang. Dia diselamatkan karena dia menyerahkan seluruh jiwanya kepada kemurahan Allah. Abraham percaya kepada Allah. Dia percaya kepada Allah bahwa Allah berkenan menyelamatkannya dan menghitungkannya sebagai kebenaran.
Lalu dia mengaplikasikan hal itu kepada kita. Ayat lima, “Tetapi kalau ada orang yan tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran.”
Bagaimana seorang manusia yang tidak baik, seorang manusia berdosa, seseorang seperti anda dan saya, bagaimana kita dapat berdiri di hadapan Allah? Bagaimana kita dapat melihat wajah Allah? Bagaimana mungkin kita bisa? Bagaimana supaya kita diselamatkan?
Kita dapat diselamatkan, seperti yang dikatakan Paulus, kita diselamatkan sebagaimana Abraham diselamatkan, yaitu dengan percaya “terhadap Dia yang membenarkan orang-orang yang durhaka.”
Jika Allah membenarkan orang berdosa, maka orang berdosa itu tidak perlu untuk membenarkan dirinya sendiri. Dia tidak dapat melakukannya. Semakin dia berdebat dengan Allah dan semakin dia berusaha untuk menunjukkan kebaikannya kepada Allah, semakin dia memperlihatkan dirinya yang hitam, yang suram yang sama seperti kita semua, yang berdosa, sifat yang telah jatuh dan jiwa kita yang telah rusak.
Kita semua orang-orang yang hina, menyimpang dengan hukuman yang ada di dalam tubuh dan jiwa kita, jika kita berusaha untuk membenarkan diri kita di hadapan Allah maka hal itu merupakan sebuah kesia-siaan, hal yang menggelikan serta sebuah kebodohan.
Injil Paulus berkata bahwa Allah membenarkan orang-orang durhaka. Itu merupakan alasan Yesus dalam Matius 21:31 yang berkata kepada orang Farisi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam kerajaan Allah.”
Mengapakah kepada kita dicontohkan dan dikenalkan bahwa orang-orang berdosa dan perempuan-perempuan sundal pada harinya akan berbaris melalui jembatan mutiara ke dalam jalan emas dan kota yang indah itu sementara disisi yang lain terdapat orang-orang yang memakaikan kebenarannya sendiri, orang-orang Farisi, orang-orang Saduki dan para pemimpin rakyat.
Lalu bagaimana? Matius 21:32, kesimpulan dari ayat itu, karena Yohanes datang dan memberitakan Injil, pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Mereka siap untuk menerima Yesus Kristus, sementara orang Farisi mengumpulkan jubah kebenaran mereka disekelilingnya dan berkata, “Aku tidak memerlukan Engkau,” dan menolak untuk bertobat dan berpaling.
Benar bahwa Allah membenarkan orang-orang durhaka. Allah melakukan hal itu. Benar bahwa Allah mengobati orang-orang sakit. Jika anda ingin mencoba hal itu bagi diri anda sendiri, letakkan sebuah luka kecil di sana dalam tangan anda. Sembuhkan hal itu bersama-sama. Letakkan sebuah luka kecil di sana dalam tangan anda dan perhatikan Allah menyembuhkannya bersama-sama. Allah menyembuhkan orang-orang yang sakit.
Bagi orang-orang yang merasa benar, sekalipun datang panggilan untuk bertobat, mereka tidak membutuhkan seorang penyembuh. Manusia yang berkata dalam kebanggaannya, dalam kemampuan dirinya sendiri, dia tidak membutuhkan Allah, dia adalah penyembuh bagi dirinya sendiri.
Hanya orang berdosa yang diselamatkan oleh Allah. hanya orang terluka yang disembuhkan oleh Allah. Hanya orang-orang durhaka yang dibenarkan oleh Allah. “Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan sebagai kebenaran.”
“Sekarang pendeta, apakah di dalam jiwaku aku harus meletakkan sebuah jasa atas dosaku?” Tidak, ada sebuah dasar dimana diatasnya Allah membenarkan kita dalam dosa-dosa kita. Ada sebuah dasar dimana diatasnya Allah membenarkan orang-orang durhaka, anda dan saya. Dia melakukannya diatas dasar tersebut oleh anugrah penebusan dan keunggulan dari Tuhan Yesus Kristus.
Lihat kedalam Roma pasal 4 ayat 25-25, “Tetapi ditulis juga untuk kita; sebab kepada kitapun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.”
Kemudian dalam dalam pasam pasal lima ayat enam, “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan Allah.”
Ayat delapan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Dan lihat juga dalam ayat sebelas, “Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.”—pendamaian, Tuhan membenarkan orang-orang durhaka diatas dasar dari anugerah penebusan dan keunggulan dan nilai dari Anak Allah yang mengasihi kita dan memberikan diriNya sendiri bagi kita
Tuhan tidak membenarkan saya diatas dasar dari rasa takut saya, dari doa saya, dari pengakuan saya, dari perbuatan baik saya.
Kemarin saya melakukan ibadah pemakaman terhadap salah satu orang kudus yang penuh berkat dan yang sudah cukup tua dari anggota gereja ini. Jadi ada begitu banyak sahabat yang hadir di sana. Saudari yang terkasih ini hidup sendiri, dan tetangganya telah menemukannya dalam keadaan meninggal. Saya berbicara kepada beberapa anggota jemaat disana, tentang nyonya tua yang baik hati, yang manis dan penuh kasih dari gereja ini.
Mereka menyanyikan sebuah lagu di sana di ibadah pemakaman tersebut. Anda tahu apa lagunya?
Mungkinkah air mataku mengalir selamanya,
Mungkinkah kefanatikanku lemah tanpa mengetahui
Untuk dosa ini yang tak dapat kutebus
Engkau harus menyelamatkannya dan hanya Engkau saja
Itu adalah alasan mengapa dia menjadi seorang yang kudus: melihat kepada Yesus, percaya kepada Yesus. Rasa takut apapun tak akan pernah cukup. Doa-doa kita tidak akan pernah cukup. Perbuatan baik kita tidak akan pernah cukup.
Ke dalam tanganMu ya Tuhan, Aku berbaring dan menyerahkan jiwaku. Ya Tuhan, atas dasar kebaikanMu dan keunggulanMu, ingatlah akan aku, ingatlah akan aku. Dan itulah iman yang menyelamatkan: iman dan hanya iman, secara keseluruhan dan telah sempurna dalam Tuhan Yesus Kristus berdasarkan Injil Paulus.
“Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.” Kita telah diselamatkan dengan menyeluruh, dengan sempurna, percaya, berdiam diatasnya, percaya di dalam Tuhan Yesus Kristus. Itulah iman yang menyelamatkan.
Saya tidak diselamatkan dengan percaya Yesus dan perbuatan baik saya. Saya tidak diselamatkan dengan percaya Yesus dan rasa takut saya. Tidak diselamatkan dengan percaya Yesus dan bergabung dengan gereja. Tidak diselamatkan dengan percaya Yesus dan dibaptiskan.
Saya diselamatkan hanya oleh iman, oleh iman yang percaya secara keseluruhan, dengan sempurna atas atas Tuhan Yesus. “Bagi orang yang percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.”
Sepanjang seluruh Alkitab, sebagaimana anda membuka tiap-tiap bagian Kitab, anda akan menemukan Injil yang sama dalam setiap lembarnya, dalam setiap suku katanya dan dalam setiap kalimatnya.
Yesu berkata kepada orang Farisi yang saleh, kepada Nikodemus, “Barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan dihukum melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yesus berkata kepada Maria dan Martha yang sedang berduka dalam Injil Yohanes pasal sebelas ayat dua puluh lima dan dua puluh enam, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”
Simon Petrus berkhotbah kepada Kornelius yang saleh, kepala pasukan Roma di Kaisarea, seseorang yang memuji Allah setiap saat dan selalu memberikan sedekah bagi orang-orang, Simon Petrus berkata dalam Kisah Rasul 10:43, “Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.”
Paulus dan Silas berkhotbah kepada kepala penjara Filipi, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”
Galatia 2:16, “Kamu tahu bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan karena usahanya, karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman di dalam Kristus Yesus.”
“Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.” Seseorang diselamatkan dengan memberikan dirinya kepada Tuhan Yesus.
Suatu kali saya berdoa dengan Alkitab yang terbuka di hadapan saya, dan saya berkata, “Tunjukkan padaku di dalam Kitab ini, tunjukkan padaku di dalam Kitab ini yang berkata bagaimanakah percaya kepada Allah, bagaimanakah percaya kepada Yesus. Tunjukkan padaku ya Allah, dimanakah hal itu tertulis di dalam Kitab ini.”
Dan Allah meletakkan bagian yang sangat indah di dalam pikiran saya, yang terdapat dalam 2 Timotius 1:12, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan.”
Jadi apa maksudnya percaya dalam Tuhan Yesus, iman yang menyelamatkan itu? “Dia mampu untuk memelihara apa yang sudah Dia percayakan kepada saya, dan apa yang sudah saya percayakan kepada Dia hingga pada hari Tuhan.”
Jika saya memiliki sejumlah tabungan yang sedikit dan saya pergi ke sebuah bank yang besar dan mempercayakan tabungan itu kepada mereka, saya tidak mempercayakan hal itu kepada mereka jika saya tetap memegangnya. Saya mempercayakannya kepada bank yang besar itu dan meninggalkannya di sana dan keluar dari pintu dan mereka memegang tabungan itu.
Saya telah mempercayakannya kepada mereka. Saya percaya akan integritas mereka, dan saya meninggalkannya di sana. Dan disanalah dia, sejumlah tabungan kecil yang saya miliki.
Saya memiliki sebuah surat yang berharga, sebuah surat yang sangat penting. Saya pergi ke kotak surat. Dan saya tidak mempercayakannya kepada kantor pos jika saya tetap menahannya di tangan saya. Tetapi jika saya memasukkannya ke dalam lubang yang kecil itu dan saya melihat bahwa surat itu telah masuk ke dalam maka sekarang itu menjadi urusan mereka. Mereka akan membuatnya menjadi baik. Saya mempercayakan surat itu kepada mereka.
Dan jiwa saya, saya telah mempercayakannya kepada Yesus. Ketika saya datang kepada Allah dan berkata, “Tuhan, sebagaimana adaku, yang miskin hina, bodoh dan penuh dosa, tidak memiliki kasih sama sekali. Penuh dengan ketidak sempurnaan. Setiap hari saya terjatuh dalam kesalahan. Tuhan sepanjang waktu sebagaimana adaku, kuserahkan seluruh jiwaku di atas kakiMu. Dan jika aku dihukum, Tuhan, dengarlah kematianku. Saya dihukumkan oleh Engkau.”
Dan Alkitab berkata dalam Yohanes 6:47, “Barangsiapa yang datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang.” Orang berdosa tidak akan pernah diselamatkan, akan tetapi Allah telah menarik dia kedalam janji yang sangat berharaga.
“Dan kepada mereka Kuberikan hidup yang kekal dan mereka tidak akan pernah dihukum.” Semua firman dalam kata-kataNya kepada Maria dan Martha adalah, “Dan dia tidak akan pernah mati.” Iman. Iman. Dilepaskan. Dilepaskan. Dibenarkan. Dibenarkan. Diampuni. Diampuni dalam anugrah dan kemurahan dan pengampunan dari kasih Allah di dalam Yesus Kristus Tuhan kita.
Mari kita mempercayakan diri kita kepada sebuah karunia yang datang dari tanganNya yang penuh berkat.
Dan itu adalah Injil Paulus. Injil dari Anak Allah.
Saya mengajak anda untuk bernanyi dari lagu nomor 104, yang berjudul, “hanya Percaya PadaNya.” Dan sementara kita menyanyikan himne ini, orang-orang yang berada di atas balkon, dari paling depan hingga paling ujung dan juga orang-orang yang berada di lantai bawah, seseorang dari anda, berikanlah hati anda kepada Tuhan. Atau datang ke persekutuan gereja ini.
Maukah anda melakukannya sekarang? Maukah anda datang dan berdiri disamping saya?
“Inilah aku pendeta, dan aku datang. Bersama seluruh keluarga saya. Kami datang semuanya”
Atau seseorang dari anda, siapapun itu.
Sebagaimana Allah membuat seruan, sementara kami menyanyikan lagu anugerah ini, maukah anda datang dan menyembah serta melihat kepada Yesus. Sementara kami berdiri dan menyanyi.
Alih bahasa: Wisma Pandia