Daftar Isi

 

PREDESTINASI: KETETAPAN KEKAL ALLAH

(PREDESTINATION: ETERNAL PURPOSE OF GOD)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 12 September 1982

di First Baptist Church in Dallas

 

“Ingatlah hal-hal yang dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Keputusan-Ku akan sampai, dan segala kehendak-Ku akan Kulaksanakan, yang memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya” (Yesaya 46: 9-11).

 

 

KEDAULATAN ALLAH DAN

TANGGUNG JAWAB MANUSIA

 

Setiap apa yang telah diputuskan atau ditetapkan oleh Tuhan (decrees of God) tidak akan dapat diubah. Predestinasi adalah ketetapan kekal dari yang Mahatinggi. Ada dua set tatanan yang secara terus menerus digunakan di dalam Alkitab. Set kata-kata pertama berhubungan dan digunakan oleh Tuhan Allah yang ada di Sorga yang kekal di mana Ia bertahta. Dan kata-kata ini adalah: Predestinasi, pemilihan (election), pengetahuan ke depan (foreknowledge), kedaulatan (sovereignty), kemahakuasaan, mahatahu, mahadir. Kata-kata ini digunakan di Sorga.

 

Bagi Allah yang berkuasa atas alam semesta, seluruh sejarah adalah present di hadapan Dia. Ia melihat dari permulaan sampai akhir dalam bentuk present. Kata-kata inilah yang digunakan di Sorga: Pemilihan, pengetahuan ke depan (foreknowledge), dan predestinasi.

 

Sementara kata-kata yang digunakan untuk di dunia ini, dimana kita tinggal, ada satu set kata-kata yang lain. Kita menggunakan kata-kata: kebebasan moral (moral freedom), kemungkinan-kemungkinan, dan posibilitas. Inilah kata-kata yang kita gunakan di sini: kebebasan roh (freedom of spirit), kebebasan dalam memilih (freedom of choice), freedom of election, dan semua kemungkinan-kemungkinan yang dapat kita tentukan sehari-hari dalam kehidupan kita.

 

Saya tidak mampu menggambarkan atau mengilustrasikan dengan jelas hubungan antara keputusan-keputusan Allah yang Mahatinggi dan kebebasan atau kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan oleh manusia selain menjelaskan kisah tentang Rasul Paulus ketika ia berada bersama 276 orang lainnya dalam kapal mereka yang sedang kandas, dalam Kisah Para Rasul 27. Dari sudut pandang kedaulatan Allah, Paulus berdiri di tengah-tengah awak kapal yang akan kandas itu dan berkata:

 

Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku. Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau” (Kisah 27:22-26).

 

Di pandang dari segi kedaulatan Allah atau keputusan Allah (decree of God): 276 orang yang bersama dengan Paulus di dalam kapal yang terkandas itu akan terselamatkan dan itu telah ditentukan oleh Allah.

 

Namun kemudian saya ingin kita membaca beberapa ayat selanjutnya mulai ayat 30:

 

“Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. Karena itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: "Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat” (Kisah Rasul 27:30-31).

 

Di satu sisi Rasul Paulus berkata bahwa sesuai dengan keputusan Allah atau ketentuan Allah yang tidak dapat berubah, 276 orang yang ada di kapal itu semuanya akan diselamatkan. Namun di sisi lain Paulus berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal kamu tidak mungkin selamat.”

 

Coba anda perhatikan keputusan sudah ditetapkan oleh Allah bahwa semua orang di dalam kapal itu akan diselamatkan, namun coba perhatikan apa yang mereka lakukan. “Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut” (Kisah Rasul 27:32); “Maka kuatlah hati semua orang itu, dan merekapun makan juga” (Kisah 27:36); “Setelah makan kenyang, mereka membuang muatan gandum ke laut untuk meringankan kapal itu” (Kisah 27:38); “Mereka melepaskan tali-tali sauh, lalu meninggalkan sauh-sauh itu di dasar laut. Sementara itu mereka mengulurkan tali-tali kemudi, memasang layar topang, supaya angin meniup kapal itu menuju pantai” (Kisah 27:40).

 

Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk makan, katanya: "Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa” (Kisah 27:33). Dan di ayat yang ke-44, dijelaskan bahwa pada akhirnya mereka semuanya selamat sampai atau naik ke darat. Ke-276 orang itu mendarat di Pulau Malta dan yang luar biasa adalah semuanya hidup dan selamat.

 

Mengapa harus berjuang? Mengapa harus bekerja keras? Mengapa harus berenang? Mengapa harus bersusah payah?

 

Bukankah sesuai dengan keputusan atau ketentuan Allah (Decree of God) mereka semua akan diselamatkan, yaitu bahwa 276 orang itu tidak akan kehilangan hidup mereka. Itulah yang dikatakan Allah namun dari sisi tanggung jawab manusia kita harus bekerja keras, kita harus berjuang terus menerus bahkan ketika Paulus berkata: “Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.” Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia selalu saling melengkapi.

 

Ini memiliki kebenaran dasar dari sejarah pewahyuan bahwa Allah adalah berdaulat dan memiliki tujuan-tujuan yang tidak dapat berubah bagi dunia ini. Kesempurnaan Allah adalah bahwa Ia memiliki tujuan dan rencana yang kekal. Dan rencana Allah itu, keputusan dan ketetapan-Nya tidak pernah berubah.

 

Ketidakpercayaan dapat melihat atau memandang ancaman musuh, namun iman mengingat janji-janji Allah. Ketidakpercayaan akan mempertimbangkan janji-janji manusia yang palsu, namun iman memandang janji Allah yang tidak dapat berubah. Mazmur 119:89: “Untuk selama-lamanya ya Tuhan Firman-Mu tetap teguh di Sorga.” Dan ayat favorit saya adalah Yesaya 40:8: “Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.”

 

 

 

 

 

KETETAPAN-KETETAPAN ALLAH

TIDAK DAPAT DIUBAH

 

Itu adalah bagian dari kedaulatan Allah bahwa Ia memiliki keputusan-keputusan atau ketetapan-ketetapan yang tidak dapat diubah. Jika kita ingin mengubah keputusan Allah maka kita sama seperti orang yang mencoba untuk mengubah bintang-bintang dalam orbitnya.

 

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Efesus 1:5).

 

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus”  (Efesus 1:9).

 

Karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan--kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11).

 

Itulah tujuan Allah yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya. Tujuan akhir Allah adalah mengumpulkan segala sesuatu di dalam Kristus. Itulah Dia, Tuhan kita, yang memimpin semua manusia kepada akhir kesudahannya.

 

Pada masa ini Allah memanggil keluar dan memisahkan umat bagi nama-Nya yang disebut tubuh Kristus atau disebut juga sebagai mempelai perempuan, yaitu jemaat Tuhan. Ketika zaman atau dispensasi ini berakhir kemudian diikuti masa atau dispensasi berikutnya, yaitu masa kesusahan besar dan setelah itu Kristus akan datang sebagai raja atas segala ciptaan.

 

Sehingga Rasul Paulus berkata dalam Roma 11:25.

 

“Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan” (Roma 11:25-26a).

 

 

KETETAPAN ALLAH BAGI ISRAEL

 

Ketetapan atau rencana Allah untuk Israel tidak pernah gagal. Zaman ini adalah zaman anugerah di mana Allah memilih bangsa-bangsa non-Israel bagi nama-Nya dan kemudian bila “pleroma” atau jumlah bangsa-bangsa non-Israel yang diselamatkan menjadi penuh, maka Israel akan diselamatkan.

 

Pleroma atau jumlah yang penuh: “Ada pemilihan, ada predestinasi, ada pengetahuan Allah ke depan (foreknowledge of God) bagi setiap kita. Dan ketika jumlah bangsa-bangsa non-Yahudi menjadi penuh dan mereka menerima Kristus sebagai Juruselamat mereka atau ketika pleroma yaitu jumlah terakhir telah ditambahkan, maka semua Israel akan diselamatkan.

 

Apa maksud dari semua ini? Saya tidak tahu. Ini adalah ayat yang begitu sulit dipahami dalam Alkitab. Roma 11:26: “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan.” Apa maksudnya ini? Saya hanya sekedar dapat melihat dan membacanya.

 

Dalam Zakharia 12, 13, 14, nabi Zakharia berkata bahwa Israel akan memandang kepada Dia “yang telah mereka tikam dan akan meratapi Dia seperti orang meratapi anak tunggal dan akan menagis pedih seperti orang menangisi anak sulung.” Dan di sana akan terjadi pertobatan secara massal, yaitu di antara orang Israel dan mereka akan menerima Tuhan sebagai Mesias mereka. Ketetapan atau tujuan atau rencana Allah bagi Israel tidak akan pernah gagal, walaupun saya tidak dapat memahaminya sepenuhnya. Saya tidak bisa mengetahui sepenuhnya. Mereka adalah umat Allah, Allah yang memilih mereka di dalam Abraham. Mereka menjadi berkat bagi dunia dan menjadi alat untuk membawa Juruselamat kita bagi kita.

 

 

KETETAPAN ALLAH BAGI BANGSA-BANGSA

 

Demikian juga program atau ketetapan Allah bagi bangsa-bangsa non-Yahudi juga tidak akan pernah gagal. Di dalam Filipi pasal 2, melalui inspirasi Roh Kudus, Rasul Paulus berkata, “Supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan.” Bagi kemuliaan Allah Bapa!”

 

Bagaimana hal seperti itu akan terjadi? Mungkin beberapa dari kita oleh anugerah berlutut di hadapan hadirat-Nya sekarang dan mungkin ada beberapa akan dihakimi. Keputusan Allah atau ketetapan Allah bagi bangsa non-Yahudi tidak akan dapat gagal. Setiap orang akan bertekuk lutut dan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan pada saat Dia datang kembali.

 

Rencana-Nya akan kokoh selamanya. Seluruh Israel akan diselamatkan dan rencana atau ketetapan Allah bagi bangsa-bangsa non-Yahudi juga tidak akan pernah gagal. Setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku bahwa Dia Yesus adalah Tuhan. Dan yang ketiga, adalah bahwa ketetapan atau tujuan atau rencana Allah bagi saya juga tidak akan pernah gagal.

 

 

KETETAPAN ALLAH BAGI SAYA

TIDAK AKAN PERNAH GAGAL

 

Dan untuk alasan ini saya telah berdoa begitu serius berhubungan dengan apa yang saya sampaikan. Saya dapat berkata tentang tujuan Allah atau ketetapan Allah dalam sejarah manusia. Saya dapat berbicara tentang ketetapan Allah bagi Israel. Saya dapat berbicara tentang ketetapan atau keputusan Allah bagi bangsa non-Yahudi atau bisa juga berkata bahwa ketetapan Allah bagi saya, bagi kita, bagi anda juga tidak akan pernah gagal: Anda telah dipilih, ditentukan oleh keputusan atau ketetapan Allah untuk diselamatkan.

 

Ketetapan-Nya bagi saya tidak akan pernah gagal dan saya dapat berbicara tentang diri saya sendiri karena saya tahu bahwa saya telah diselamatkan. Tujuan-Nya bagi saya atau ketetapan-Nya bagi saya tidak akan pernah gagal. Saya percaya bahwa keputusan-Nya tidak akan berubah. Saya tidak tahu tetapi Ia tahu, saya tidak mengerti tetapi Ia mengerti dan “di dalam segala sesuatu bekerja menurut kehendak keputusan kehendak-Nya supaya kami pada sebelumnya sudah menaruh harapan pada Kristus boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.”

 

Allah tidak akan pernah gagal dan saya percaya di dalam ketetapan Tuhan kita, bahwa setiap ketetapan-Nya, keputusan-Nya adalah untuk mendatangkan kebaikan bagi saya, bagi kita, bagi anda. Saya tidak dapat berdiri di sini untuk menjelaskannya, namun saya hanya dapat berdiri di sini dan percaya di dalam kebaikan Allah.