Daftar Isi

 

PERJAMUAN TUHAN

(The Memorial Supper)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 28 Maret 1982

di First Baptist Church in Dallas

 

 

Ada empat penetapan tentang perjamuan Tuhan di dalam Perjanjian Baru: Matius 26:26-29; Markus 14:22-24; Lukas 22:19-20; 1 Korintus 11:23-26.

 

SEJARAH PERJAMUAN TUHAN

 

Perjamuan Tuhan selalu diperkenalkan oleh Alkitab sebagai suatu ordinansi yang dilakukan dengan sangat khidmat pada masa kehidupan Tuhan kita. Matius, Markus dan Lukas, memperkenalkan Perjamuan Tuhan itu ketika mereka memperkenalkan paskah. Ordinansi ini selalu diperkenalkan dan dipresentasikan dalam tulisan Alkitab dalam bentuk sangat-sangat khidmat.

 

Rasul Paulus memperkenalkan ini dengan cara demikian:

 

“Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan [yaitu, melalui pewahyuan alngsung dari Kristus sendiri dan tidak melalui perantaraan rasul lain], yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti” (1 Korintus 11:23).

 

Dalam Galatia ia memperkenalkan penetapan ordinansi substitusi ini:

 

“Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik” (Galatia 1:15-17).

 

Dalam 3 tahun persiapan Paulus sebelum melayani Tuhan, Kristus secara pribadi mewahyukan Injil kepadanya yang harus ia beritakan. Ia menerima instruksi atau perintah untuk melayani Tuhan oleh pewahyuan yang langsung dari Kristus sendiri.

 

Pada waktu Paskah Tuhan kita mengambil roti yang tidak beragi yang dibuat dari tepung gandum dicampur dengan air yang kemudian dibakar di atas api. Roti yang tak beragi juga adalah yang dimakan oleh keluarga Israel pada Paskah yang pertama di kegelapan Mesir, ketika malaikat maut lewat. Ketika seluruh Mesir dipenuhi dengan ratapan dan tangis oleh kematian anak-anak sulung mereka, anak-anak Israel terhindar dari pembunuhan malaikat maut itu. Tidak ada waktu untuk mengadoni roti itu, tidak ada waktu untuk memberikan ragi pada roti itu. waktu yang ada hanyalah untuk mengambil tepung dan mencampurnya dengan air dan setelah itu membakarnya di atas api dan kemudian mereka buru-buru meninggalkan tanah perbudakan itu.

 

Dan lagi roti apa yang mereka gunakan adalah roti yang tidak beragi. Itu oleh karena pada umumnya Alkitab menjelaskan ragi sebagai simbol atau tipe dari dosa. Ketika Tuhan berkata, “Ini adalah tubuhKu,” maka roti itu tidak boleh memiliki ragi di dalamnya. Oleh karena kehidupan Juruselamat kita adalah tanpa dosa atau kesalahan dan Ia adalah sempurna.

 

Ketika Tuhan Yesus makan Paskah bersama murid-murid-Nya, Ia mengambil roti dan kemudian memberikan roti yang tidak beragi yang telah dipecah-pecahkan itu kepada setiap murid-Nya.  

 

“Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" 25Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” (1 Korintus 11:24-25).

 

Dalam jam yang khidmat itu Yesus menunjuk Yudas sebagai orang yang akan mengkhianati Dia. Dan setelah itu, seperti yang tertulis dalam Yohanes 14 sampai 16, dan doa yang agung dari Imam Besar kita yang tertulis di dalam Yohanes 17 dan juga di dalam semua Injil mencatat tentang keluh-kesah Yesus di Getsemani. Dan setelah itu Yesus ditangkap dan diadili oleh Sanhedrin dan kemudian Ia diadili oleh pemerintah Roma, di hadapan Pontius Pilatus. Dan akhir atau setelah semua penderitaan-Nya itu Dia disalibkan di kayu salib. Perjamuan Tuhan harus dilaksanakan dengan penuh khidmat, dalam suasana yang teduh untuk mengingat apa yang terjadi pada waktu Dia disalibkan.

 

Adalah suatu tragedi yang tidak bisa dijelaskan bahwa upacara atau ordinansi makan roti dan minum cawan yang sederhana ini harus menjadi pusat konfrontasi dan kontroversi yang begitu menyakitkan di dalam sejarah gereja Kristen. Upacara atau ordinansi yang sangat sederhana yaitu makan roti dan minum anggur bahkan anak kecilpun bisa memahami itu.

 

Roma Katolik mengembangkan doktrin transubstansi. ‘Trans’ adalah kata Latin yang berarti ‘berubah’ yang digabung dengan kata ‘substansia’ yang berarti “substansi.” Jadi arti dari transubstansi ini mengatakan bahwa roti dan anggur perjamuan itu berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.

 

Sepanjang masa Reformasi doktrin gereja Lutheran mempercayai konsubstansi. Kata ini berasal dari kata Latin ‘com’ berarti ‘bersama’ dan ‘substantia’, jadi konsubstansi artinya bahwa tubuh dan darah Yesus hadir dalam dan bercampur dengan hakekat roti dan anggur itu. Roti dan anggur itu tidak secara aktual berubah menjadi tubuh dan darah Yesus, namun tubuh dan darah Yesus secara aktual hadir bersama roti dan anggur itu.

 

Reformed, gereja Calvinis di bawah John Calvin mengembangkan interpretasi yang berbeda lagi. Mereka mengajarkan bahwa unsur-unsur perjamuan atau roti dan anggur hanya merupakan lambang. Namun dengan mengambil bagian di dalamnya berarti ikut mengambil bagian dalam Kristus di dalam kehadiran-Nya yang menyelamatkan.

 

Akhirnya Zwingli mengajarkan itu hanya suatu tanda peringatan atau simbol yang mempresentasikan tubuh dan darah Kristus. Perjamuan yang Tuhan tetapkan adalah sesuatu yang sangat simple, namun ini telah menjadi dasar pertikaian teologis di sepanjang sejarah kekristenan.

 

PENETAPAN PERJAMUAN TUHAN

 

Perjamuan Tuhan ditaruh di dalam hati jemaat. Perintah tentang Perjamuan Tuhan ini jelas dan sederhana yang dipresentasikan dalam Amanat Agung.

 

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20)

 

Perintah ini jelas. Pertama, kita diselamatkan dengan menerima Tuhan sebagai Juruselamat. Kedua, kita dibaptis – dikuburkan bersama Tuhan kita dan bangkit bersama untuk hidup bersama Tuhan di dalam kehidupan yang baru.

 

Kita memelihara ordinansi suci ini seperti yang Ia perintahkan kepada kita yaitu dengan memecah-mecahkan roti dan meminum anggur. Saya telah diselamatkan, saya sudah dibaptis dan oleh sebab itu saya harus mengikuti apa yang Dia perintahkan kepada saya dan salah satunya adalah memecahkan roti dan meminum cawan atau mengikuti Perjamuan Tuhan.

 

Alkitab dengan jelas menjelaskan elemen-elemen dari Perjamuan Tuhan. Dan itu ada dua: matzo atau roti tidak beragi dan cawan atau anggur buah. Ini adalah hal yang sangat menarik bagi saya, yaitu ketika saya mempelajari kitab Suci, saya tidak menemukan penggunaan kata “wine” dalam empat penetapan dalam Perjamuan Tuhan. Ini selalu disebut “cawan” atau “anggur buah” (fruit of vain) yaitu buah anggur yang diperas.

 

Saya pernah menghadiri suatu kebaktian di mana mereka sedang mengadakan ordinansi Perjamuan Tuhan dan mereka memecah-mecahkan roti tak beragi dan menggantikan anggur dengan air. Saya tidak dapat menjelaskan apa yang saya rasakan tetapi saya tahu bahwa jauh lebih baik bagi kita untuk mengikuti sesuai Kitab Suci. Marilah kita menggunakan roti tak beragi dan buah anggur yang diperas seperti yang Alkitab katakan. Dan makan serta minumlah Perjamuan ini dalam pengertian yang simpel seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kita. Kitab Suci tidak memberikan suatu perintah yang spesifik mengenai kapan dan seberapa sering kita harus mengadakan Perjamuan Tuhan.

 

“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia dating” (1 Kor. 11:26)

 

Dalam Kisah Rasul pasal 2, Perjamuan Tuhan diadakan setiap hari. Di Troas orang-orang percaya mengadakan Perjamuan Tuhan setiap Minggu (Kisah Rasul 20). Frekuensi seberapa sering ordinansi Perjamuan Tuhan ini dilaksanakan terserah kita. Saya tidak akan menjadikan Perjamuan Tuhan sebagai upacara yang harus diadakan setiap hari di gereja kami walaupun bila ada orang-orang yang mau datang untuk memecahkan roti dan meminum cawan setiap hari itu akan menjadi lebih baik. Saya juga tidak menetapkan Perjamuan Tuhan diadakan setiap Minggu di gereja kami, namun di gereja kami, kami mengadakannya sekali sebulan. Di gereja-gereja kecil yang pernah saya gembalakan pada waktu saya masih muda, saya menetapkan pelaksanaan Perjamuan Tuhan adalah setiap 3 bulan sekali. Jadi seberapa sering Perjamuan Tuhan diadakan di gereja itu terserah jemaat. Kitab Suci mengatakan bahwa sesering kita melakukan kita harus melakukannya di dalam mengingat akan Dia.

 

Kitab Suci juga memberikan peringatan yang lain kepada kita berhubungan dengan Pejamuan Tuhan. Sebelum kita mengambil Perjamuan kita harus sungguh-sungguh menguji diri kita. Itu akan menunjukkan penghormatan kita kepada Tuhan dan menerima Perjamuan ini dengan menguji diri sendiri.

 

“Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Kor. 11:28-29).

 

Tidak ada seorangpun dari kita yang layak, kita tidak akan pernah dapat berkenan untuk ambil bagian dalam gereja Tuhan jikalau itu bergantung pada kita sendiri. Di Korintus mereka minum sampai mereka menjadi mabuk, itulah sebabnya Paulus menulis peringatan ini kepada mereka bahwa mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan dengan cara yang tidak layak, itu berarti makan dan minum penghakiman atas diri anda sendiri.

 

Kemudian rasul menambahkan kalimat yang bagi saya ini adalah salah satu kata yang tidak biasa digunakan dalam Alkitab.

 

“Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal” (1 Kor. 11:30).

 

Mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan dengan cara tidak layak tidak menghormati ordinansi ini menyebabkan banyak orang yang sakit dan bahkan mati.

 

 

 

ARTI ALKITABIAH DARI PERJAMUAN TUHAN

 

Ada beberapa arti yang jelas yang tertulis di dalam Firman Tuhan tentang Perjamuan Tuhan ini. Yang pertama ini memiliki pengertian untuk mengingat akan kematian Juruselamat kita untuk penebusan dosa kita. “Lakukanlah ini untuk mengingat akan Aku,” dan mereka makan roti yang telah dipecah-pecahkan itu, “Lakukanlah ini untuk mengingat akan Aku,” dan mereka minum dari cawan itu. Ini akan mengingatkan kita kembali akan penderitaan Tuhan kita bagi dosa-dosa kita sehingga kita tidak akan melupakannya.

 

Ada banyak macam tanda peringatan di dunia ini. Jika Anda pernah ke Washington D.C., di sana Anda akan melihat monument Washington yang tinggi untuk mengingat akan bapa pendiri Amerika.

 

Beberapa monumen bisa dibuat dalam bentuk mausoleum atau makam peringatan. Di India Anda akan melihat mausoleum terindah di dunia – Taj Mahal --  yang dibangun oleh Shah Jahan untuk mengingat isteri terkasihnya.

 

Namun Tuhan kita tidak menciptakan atau membangun monumen dari pualam untuk mengingatkan kita tentang penderitaan Juruselamat kita. Namun Ia menjadikan “makan dan minum” sebagai peringatan akan pengorbanan-Nya. Dan ini adalah memorial yang sangat sederhana karena akan dilakukan oleh umat Tuhan secara terus-menerus. Roti yang dipecah-pecahkan bagi kita menggambarkan tubuh-Nya yang telah dipecah-pecahkan dan cawan perjamuan menggambarkan darah-Nya yang dicurahkan bagi dunia untuk penyucian dosa-dosa kita.

 

Jadi yang pertama arti dari Perjamuan Tuhan sebagai peringatan atau memorial – “Lakukanlah ini untuk mengingat akan Aku” – untuk mengingatkan kita kembali akan pengorbanan Tuhan kita untuk menebus kita.

 

Yang kedua, di dalam 4 catatan dalam Perjamuan Tuhan ini semuanya dijelaskan sebagai Perjanjian Baru.

 

Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Baru ini atau berbeda dengan apa? Perjanjian Lama adalah Perjanjian Taurat. Dalam setiap lembar Taurat mengatakan, “lakukan ini dan kamu hidup.” menurut Keluaran 24:7, Musa mengambil Kitab Perjanjian dan membacakan itu kepada Israel. Sepuluh Perintah diletakkan di dalam tabut yang kemudian disebut sebagai Tabut Perjanjian. Anda harus mentaati Taurat supaya anda hidup.

 

Namun di antara kita siapa yang dapat menaati Taurat? Bagaimana mungkin saya dapat berdiri di hadapan Tuhan dan berkata, “Tuhan aku telah mengasihi Engkau dengan segenap hatiku dan dengan segenap pikiranku dan dengan segenap kekuatanku dan dengan segenap jiwaku dan aku tidak pernah menyimpang dari ketetapan-ketetapan-Mu. Siapa yang pernah dapat mengatakan itu? Hukum Taurat menghukum kita, Hukum Taurat menyatakan kepada kita tentang kerusakan atau kebobrokan dan dosa-dosa kita. Itulah Perjanjian Lama.

 

Perjanjian Baru mengatakan kepada kita “Percayalah dan engkau diselamatkan. Percayalah dan semua dosamu disucikan.” Perjanjian Baru bergantung pada pengorbanan penebusan oleh kematian Tuhan kita. Saya tidak sempurna, namun Ia sempurna. Saya menghadapi hukuman dan kematian, namun Ia mati untuk menggantikan saya. Kebenaran Allah ditemukan di dalam Dia yang diimputasikan kepada saya sehingga saya diperhitungkan Tuhan sebagai orang benar, bukan karena oleh diri saya. Ketika saya berdiri di hadapan Allah, saya dapat berkata, “Tuhan aku tidak layak tetapi Ia layak, aku penuh dengan dosa tetapi Ia tiada dosa, aku tidak layak untuk masuk dalam sorga Allah, namun Ia telah membukakan pintu bagi saya dan saya berdiri di dalam anugerah dan kasih-Nya.”

 

Hal ini memimpin kita kepada aspek yang ketiga tentang Perjamuan Tuhan. Empat catatan Alkitab yang mencatat tentang Perjamuan Tuhan ini semuanya menyebutnya sebagai suatu “Ekaristi.” Ia mengambil roti dan eucharisteo, yang berarti “mengucap syukur.” Dan kemudian Ia mengambil cawan dan eucharisteo. Jadi ini adalah suatu ucapan syukur, ini mengekspresikan syukur kita kepada Allah yang telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.

 

Yang sangat menyedihkan bagi saya adalah karena banyak denominasi-denominasi besar kekristenan yang percaya bahwa keselamatan bergantung pada usaha-usaha kita atau perbuatan baik kita atau kesetiaan kita pergi ke gereja atau melayani. Sebagai konsekuensinya, perjalanan musafir agamawi ini tidak pernah menemukan peristirahatan hati mereka. Bagaimana seseorang tahu apakah ia sudah cukup baik, atau apakah ia sudah mencapai tingkat kesempurnaan di dalam perbuatan baiknya untuk berkenan kepada Allah? Anda tidak akan pernah tahu apakah Anda telah diselamatkan atau masih terhilang jikalau keselamatan Anda bergantung kepada usaha Anda dan perbuatan-perbuatan baik Anda.

 

Perjamuan Tuhan adalah pengingkaran atau penyangkalan dari semua usaha manusia untuk keselamatan jiwanya. Perjamuan Tuhan adalah pengumuman dari Allah bahwa keselamatan kita bukan oleh karena perbuatan baik kita atau kelayakan kita, tetapi keselamatan kita adalah oleh karena penerimaan kita atas anugerah Allah. Itu adalah karena kita memandang di dalam iman dan percaya kepada Tuhan Yesus dan menerima keselamatan dari tangan anugerah-Nya.

 

“Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Titus 3:5).

 

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8, 9).

 

Itulah yang dinyatakan di dalam 4 catatan berhubungan dengan Perjamuan Tuhan. Kata pertama di sini dari Tuhan “Ambillah” (lambano yang berarti “ambillah” atau “terimalah”). Ini  menggunakan second aorist imperative. Kata pertama adalah “Ambillah dan makanlah” atau “Ambillah dan minumlah.” Kehidupan Kristen tidak dimulai dengan perjuangan atau usaha kita untuk menjadi layak. Kehidupan Kristen dimulai dengan pengakuan, percaya, menerima. “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus, terimalah Dia dan di dalam anugerah penebusan-Nya Anda akan diselamatkan.”

 

Kehidupan Kristen bukanlah perjuangan untuk masuk Sorga tapi ini adalah perjalanan musafir dari ekspresi syukur kita kepada Allah oleh karena darah yang Ia curahkan bagi kita. Sungguh kehidupan Kristen diberitakan di dalam perjamuan yang sederhana itu. Kita menyanyikan ini di dalam suatu pujian kita yang agung.

 

Tangis serta ratapan

Tak memb’ri keampunan

Rajin serta usaha

Tak menghapuskan dosa

Tiada jasa padaku

Hanya pada salibMu

(Batu Zaman, Nyanyian Pujian No. 107)

 

Kita diselamatkan oleh darah Yesus yang telah disalibkan. Kita menerima keselamatan sebagai pemberian dari tangan-Nya yang berlobang paku. Seperti kita mengambil roti, tubuh-Nya yang dipecah-pecahkan dan seperti kita mengambil cawan yang menggambarkan pencurahan darah atau hidup-Nya.

 

Yang keempat, Perjamuan Tuhan ini berarti ‘koinonia,’ yaitu suatu kata yang sangat indah dari Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani.

 

“Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?” (1 Kor. 10:16).

Koinonia ini dapat diterjemahkan sebagai “persekutuan,”  “fellowship” atau “communion” atau “relationship” atau “sharing.” Perjamuan Tuhan ini adalah suatu komuni, suatu relationship, suatu sharing bersama Tuhan kita.

 

Relationship kita atau persekutuan kita atau koinonia kita di dalam iman Kristen bukan dengan Hukum Taurat yang impersonal, ini bukan dengan dua loh batu atau bukan dengan gunung Sinai di mana Taurat diberikan kepada Musa yang disertai dengan kilat dan halilintar untuk menunjukkan kehadiran Allah yang Mahasuci dan Mahakuasa sehingga entah manusia ataupun binatang yang menyentuh gunung itu, di mana Tuhan hadir maka ia akan mati. Sehingga orang-orang Israel itu berkata kepada Musa, “engkaulah yang berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami nanti kami mati” (Keluaran 20:15). Persekutuan kita bukan dengan Hukum Taurat dan penghakiman, namun persekutuan kita adalah dengan gunung Sion, dengan balatentara sorgawi, para malaikat sorgawi, dengan Yerusalem yang baru, dengan Kristus yang telah dicurahkan bagi kita. Itu adalah arti dari peringatan atau memorial ini, yaitu koinonia atau persekutuan kita dengan Kristus. Itu adalah salah satu pujian dan syukur kita kepada Tuhan oleh karena apa yang telah Ia lakukan bagi kita.

 

Yang kelima, arti Perjamuan Tuhan adalah makanan yang berasal dari Tuhan kita untuk kekuatan kita setiap hari. Berikut ini adalah kata-kata yang dicatat di dalam Alkitab yang mana ini dikatakan oleh karena seluruh murid-murid-Nya meninggalkan Yesus.

 

“Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yohanes 6:53-58)

 

Tidak heran jikalau para pengikut Yesus ini kemudian berkata, “Perkataan ini keras siapakah yang sanggup mendengarkannya?” (Yohanes 6:60). Tetapi bagi kita yang diajar di dalam iman itu menjadi perjalanan iman kita yang indah sama seperti di dalam baptisan kita dikubur dan dibangkitkan untuk hidup di dalam kehidupan baru. Begitu juga di dalam Perjamuan Tuhan ini kita diajar untuk makan dari ‘manna’ ini, makanan para malaikat yang datang dari Sorga. Kita makan dari Kristus – setiap hari di dalam firman-Nya, di dalam doa, dengan hati kita yang terbuka untuk Sorga, untuk Kristus dan untuk Allah. Kita menemukan kekuatan setiap hari ketika kita mengambil dan membagi-bagikan ‘manna’ dari Sorga ini.

 

Keenam, Perjamuan Tuhan ini adalah suatu nubuatan tentang janji dan pengharapan eskatologikal. Di dalam semua catatan Alkitab tentang Perjamuan Tuhan, Tuhan sangat hati-hati menghadirkan ini.

 

“Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku” (Matius 26:29).

 

Suatu saaat nanti Yesus akan mengucap syukur atas cawan dan meminumnya bersama dengan kita, ketika Ia datang dan kita duduk di dalam Perjamuan kawin Anak Domba. Paulus menuliskan tentang ini demikian:

 

“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26).

 

Ini bersifat eskatologikal, nubuatan janji tentang masa kedatangan Messias, ketika Yesus sendiri akan memberikan makan kepada kita.

 

Ketika kita melihat masa lalu, mengingat akan kematian-Nya untuk menebus kita sama seperti kita merasakan sekarang ini, yaitu makanan ‘manna’ dari Sorga. Bahkan demikian juga kita akan melihat di masa depan ketika Yesus duduk bersama kita di dalam kerajaan Bapa. Perjamuan Tuhan ini mencakup segala waktu, semua pewahyuan, semua pengalaman Kristen kita dan setiap pengharapan dan janji kita di dalam Kristus.