Daftar Isi

PENGAKUAN TERBUKA IMAN KITA DI DALAM KRISTUS

(The Public Confession of Christ)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini sebelumnya dikhotbahkan di Kebaktian Munggu, 25 Juli 1982

di First Baptist Church in Dallas, Texas

 

Ada dua teks ayat Alkitab yang akan kita jadikan dasar kebenaran ini, yaitu yang pertama Matius 10 dan yang kedua dari Roma 10.

 

Yang pertama kita akan membuka dalam Matius 10:32-33:

 

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 10:32-33).

 

Ini adalah pengakuan terbuka iman kita di dalam Kristus.

 

Mari kita juga membaca di dalam Roma 10:8. Apa yang Allah katakan di sana? Apa yang Kitab Suci katakan?

 

“Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Karena Kitab Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan dipermalukan." Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Roma 10:8-13).

 

Di sini ditekankan bahwa kita harus memanggil nama Tuhan. Bahwa kita harus  berani mengakui iman kita di dalam Yesus secara terbuka. Mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan:

 

“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan” (Roma 10:9).

 

Karena di dalam hati percaya kita dibenarkan oleh Allah. Ini adalah pembenaran atas kita orang-orang berdosa di dalam hadirat-Nya, dimana Ia menyatakan kita benar di dalam Tuhan kita. “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

 

Beberapa tahun yang lalu ketika saya mengadakan atau memimpin suatu kebaktian kebangunan rohani selama satu Minggu di sebuah Universitas besar, di Universitas itu ada seorang bintang atlet Olympic yang terkenal dan ia meminta saya untuk mampir ke asrama atletiknya, tempat dimana ia tinggal bersama dengan tim sepak bola dan atlet-atlet lain, dengan maksud untuk bertemu dengan mereka dan mengundang mereka datang ke acara kebaktian kebangunan rohani itu.

 

Saya makan malam bersama mereka dan setelah makan malam mereka berkumpul, dan bintang Olimpic itu yang adalah seorang atlet yang sudah menjadi Kristen menjelaskan kepada mereka mengapa saya ada di sana, yaitu untuk mengundang mereka semua datang ke acara kebangunan rohani itu.

 

Kapten tim sepak bola itu meminta saya untuk meninggalkan ruangan sementara mereka mendiskusikannya, tidak lama kemudian mereka membuka pintu dan kemudian saya masuk kembali.

 

Dan kapten dari tim sepak bola itu mendekati saya dan berkata, “Kami telah memutuskan sebagai tim bahwa kami semua akan pergi ke kebaktian kebangunan rohani itu, tetapi kami ingin anda memahami sebelum kami menghadiri acara itu bahwa kami tidak akan maju ke depan meresponi undangan yang diberikan kepada kami, kami tidak akan maju ke depan. Walaupun Allah menurunkan api dari langit, kami tidak akan maju ke depan.” Dan pada acara kebangunan rohani malam itu di mana mereka atau tim sepak bola itu hadir di sana, Allah menggerakkan suatu kebangunan rohani yang luar biasa. Ada banyak anak muda-mudi diselamatkan dan kuasa Allah nyata di sana.

 

Dan saya memperhatikan tim sepak bola tersebut dan mereka sungguh tidak beranjak dari tempat duduk mereka dan mereka menolak untuk meresponi Injil. Dan ketika saya memperhatikan mereka saya ingat perkataan kapten tim tersebut, “Kami ingin anda memahami bahwa walaupun Allah menurunkan api turun dari langit, kami tidak akan mau maju ke depan.”

 

Allah selalu memanggil umat-Nya untuk selalu berani mengakui komitmen dan imannya secara terbuka kepada publik dan tanpa malu. Tidak ada pengecualian.

 

Pada hari paskah Allah berkata kepada anak-anak Israel: “Ambillah darah domba Paskah dan oleskan darah itu di depan pintu rumahmu di ambang atas dan ambang samping kiri kanan membentuk sebuah salib.”

 

Apakah Allah buta? Tidak dapatkah Ia melihat darah di dapur mereka? Saya pikir Allah tidak buta. Tapi Ia berkata kepada Israel: “Ambillah darah perjanjian dan oleskan itu di depan pintu rumahmu dan biarlah seluruh dunia dapat melihat bahwa rumah ini adalah milik Allah atau keluarga Allah. Ini adalah pengakuan secara terbuka atau pengakuan publik.”

 

Bukankah ada kisah yang sama dalam kehidupan Musa ketika ia berdiri di tengah-tengah kemah dan berkata: “Siapa yang berada di pihak Tuhan? Silahkan maju dan berdiri di sampingku.”

 

Bukankah ada juga kisah yang sama di dalam Yosua: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di sebelah Sungai Efrat atau allah negeri orang Amori yang kamu diami ini tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” Yosua 24:15.

 

Begitu juga yang terjadi pada zaman Elia: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau Tuhan itu Allah ikutilah Dia dan kalau baal ikutlah dia” (1 Raja-raja 18:21).

 

Dalam Injil Markus dikatakan “Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” Apakah yang dimaksudkan di sini bahwa anda akan disucikan oleh air baptisan? Tidak, tetapi Alah memerintahkan suatu pengakuan secara terbuka akan komitmen iman kita di dalam Dia: “Barangsiapa mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan maka dia akan di benarkan dan barangsiapa mengakui Aku di depan manusia ia akan diselamatkan. Demikianlah Tuhan selalu ingin setiap orang yang diselamatkan mengakui imannya secara terbuka.

 

Saya dapat berkata, “Aku percaya aku dapat memainkan organ itu.” Tetapi jika saya tidak pernah mencobanya, maka saya tidak dapat pernah memainkannya.

 

Saya dapat berkata, “Saya percaya saya dapat berjalan.” Tetapi jika saya tidak pernah mencoba untuk melakukannya, maka saya tidak akan pernah dapat melangkah.

 

Saya dapat berkata, “Saya percaya saya dapat berbicara.” Tetapi jika saya tidak pernah mencoba untuk berbicara, saya tidak akan pernah dapat berbicara.

 

Saya dapat berkata, “Saya percaya saya dapat melukis.” Tetapi jika saya tidak pernah mencoba untuk membuat suatu lukisan, maka saya tidak pernah dapat melukis.

 

Itulah sebabnya mengapa Yakobus, gembala jemaat Yerusalem berkata: “Iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati.” Iman yang demikian tidak bernafas. Tidak hidup. Tidak memiliki arti dan itu sebenarnya bukanlah iman.

 

Dalam Injil Matius pasal 25, Tuhan memberikan suatu perumpamaan tentang talenta dan dalam perumpamaan itu diceritakan ada seorang yang diberikan suatu talenta, namun kemudian ia memendam atau menguburkan talenta itu di dalam tanah. Dan ketika ia datang untuk memberikan pertanggungjawaban, saya sungguh bergetar membaca apa yang Tuhan katakan kepada orang yang menguburkan telentanya itu dan yang tidak melakukan apapun atau mengusahakan telenta itu. Tuhan berkata kepadanya: “Hai kamu hamba yang jahat dan malas, karena itu sudah seharusnya uangku itu kau berikan kepada orang yang menjalankan uang supaya sekembali-Ku Aku menerimanya serta dengan bunganya.” Dan kemudian Tuhan berfirman, “Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap dan di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”

 

Ekspresi iman menjadi iman itu sendiri. Dan jika anda tidak mengekspresikan iman anda, maka sebenarnyalah anda tidak memiliki iman itu. Oh, Tuhan akan mengampuni kesalahan anda, sahabatku. Ia akan mengangkat engkau. Ketika engkau jatuh.

 

Suatu kali saya mendengar tentang seorang professor di suatu Universitas dan beberapa temannya yang mengenal dia dengan baik mengundangnya untuk percaya kepada Tuhan. Dan ia berkata, “Saya hanya tidak percaya dan tidak mau menerimaYesus sebagai Juruselamat pribadi saya. Itu saja tidak lebih dan tidak kurang.”

 

Teman-temannya itu berkata, “Datanglah ke gereja dan katakan kepada jemaat apa yang kamu percaya.” “Tentu kalian tidak ingin saya melakukan itu bukan”, kata professor itu, “karena kalian tahu bahwa saya tidak percaya Kristus.”

 

“Datanglah kapan-kapan,” mereka mendorong professor itu, “dan apa yang kamu percaya ceritakanlah itu kepada mereka.”

 

Atas dorongan teman-temannya itu akhirnya ia maju ke depan dan berdiri di depan jemaat untuk menjelaskan kepada jemaat apa yang ia percaya tentang Yesus. Professor itu berdiri di sana dan ia mulai berkata, “Saya percaya bahwa Yesus adalah manusia yang baik (good man).”

 

Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata, “Tunggu, saya percaya Yesus adalah manusia terbaik (the best man).” Ia berkata lagi, “Saya percaya Yesus adalah manusia yang luar biasa (great man).”

 

Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata lagi, “Tapi tunggu, saya percaya Yesus adalah yang terbesar di antara semua manusia.” Ia berkata, “Saya percaya Yesus mengubah hati dan mengubah hidup.”

 

Dan kemudian ia berkata, “Tunggu, saya percaya Yesus telah mengubah hatiku dan hidupku.”

 

Allah memimpin kita dari anugerah kepada anugerah. Itulah yang dikatakan Alkitab seperti yang dikatakan oleh Yohanes, dalam Yohanes pasal pertama dari anugerah menuju anugerah.

 

Ketika seseorang mulai mengekspresikan imannya di dalam Tuhan Yesus, Allah melakukan sesuatu untuk hati orang itu. Tuhan mengundang semua orang dimana pun juga untuk menguji Dia dan membuktikan dia.

 

Di dalam Mazmur pasal 34 dikatakan: “Kecaplah dan lihatlah bahwa Tuhan adalah baik.”

 

Di dalam Maleakhi dikatakan: “Ujilah Aku Firman Tuhan semesta alam apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”

 

Berulangkali di dalam Yohanes pasal yang pertama, rasul Yohanes menjelaskan tentang permulaan dari dispensasi Kristen. Apakah anda melihat kata-kata undangannya yaitu “Datang dan lihatlah.”

 

Kita telah mengakui bahwa ekspresi iman adalah iman itu sendiri. Dan tanpa iman itu diekspresikan, maka iman itu tidak ada, atau sebenarnya itu bukan iman. Iman mengekspresikan dirinya sendiri dan tanpa ekspresi maka iman itu tidak hidup, iman itu tidak ada dan sebenarnya itu bukan iman.

 

Dalam kitab Ibrani pasal 11 di sana dikatakan: “Karena iman maka Nuh …” karena iman maka Nuh dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya dan karena iman itu ia menghukum dunia.”

 

Ketika Allah berfirman kepadanya: “Aku akan membinasakan dunia ini dengan air bah,” Nuh segera mengambil kampaknya dan kemudian menebang kayu dan mulai membangun bahtera. Ia menyelamatkan seluruh keluarganya oleh karena iman dan iman itu ditunjukkan ketika ia melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan.

 

Di dalam pasal yang sama yaitu Ibrani pasal 11, dikatakan: “Karena iman Abraham taat ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju.” Bagaimana anda tahu bahwa ini iman Abraham, karena ketika Allah memanggilnya keluar dari negerinya, ia pergi ke tempat yang ia tidak tahu tujuannya, ia melangkah dan ia berangkat dan itu menunjukkan imannya.

 

Masih dalam pasal yang sama yaitu Ibrani 11, juga dikatakan: “Karena iman maka Musa setelah dewasa menolak disebut anak putri Firaun, karena ia lebih suka menderita menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. Itulah iman, iman itu bertindak, iman itu memberikan dirinya sendiri kepada Allah. Dan itulah cara Tuhan.

 

Wanita lemah yang menderita sakit pendarahan berkata di dalam hatinya: “Jika saya menyentuh jubah-Nya saja maka aku akan menjadi sembuh.” Kemudian ia menyentuh jubah Yesus dan ia disembuhkan.

 

Minggu lalu saya menerima sepucuk surat dari seorang pengacara yang luar biasa yang tinggal di salah satu kota di Texas. Saya telah memenangkan orang itu bagi Tuhan di Baylor University ketika ia menjadi mahasiswa hukum. Saya tidak pernah dapat melupakan itu.

 

Dulu ia berkata kepada saya, “Saya takut memulai kehidupan sebagai orang Kristen, saya takut saya akan gagal di dalamnya.” Saya berkata kepadanya, “Jika kamu tidak pernah memulai, kamu tidak akan mencapai tingkat rohani apapun di dalam Kristus.” Tetapi ia berkata, “Saya hanya takut saya tidak dapat menjalaninya.” Saya berkata kepada anak laki-laki itu, “Dengarkan, adalah lebih baik memulai dan gagal daripada tidak pernah memulai sama sekali.” Dan kemudian ia berkata, “Saya akan memulai. Saya akan mencoba.”

 

Itu terjadi hampir setengah abad yang lalu dan selama lima puluh tahun ini ia telah menjadi anak Tuhan yang berpendirian sangat teguh.

 

Allah berkata: “Barangsiapa mengaku di mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya di dalam hatinya bahwa Ia hidup maka ia akan diselamatkan.” Dan kemudian rasul menutup perikop ini dengan pengakuan yang luar biasa.”

 

Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan” (Roma 10:12-13).

 

Di sini dikatakan bahwa barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Allah adalah pribadi yang sensitif akan seruan umat-Nya. Ia senantiasa mengarahkan telinga-Nya untuk mendengar ketika umat-Nya memanggil nama-Nya untuk memohon pertolongan kepada-Nya. Itulah Allah.

 

Tuhan berfirman kepada Musa di Padang Gurun Midian: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka. Ya Aku mengetahui penderitaan mereka” (Keluaran 3:7), Allah mendengar seruan umat-Nya: “Barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.”

 

Ketika Eli menjadi imam di Silo, ia melihat Hana sedang berdoa dengan hanya berkomat-kamit. Hana berdoa tanpa bersuara. Dan Eli yang sudah tua itu melihatnya dan kemudian berpikir bahwa ia sedang mabuk dan ia berjalan mendekatinya dan berkata: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu daripada mabukmu.” Dan Hana menjawab: “Bukan tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati. Anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak aku minum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan Tuhan.” Dan Tuhan menjawab keluhan hatinya, Tuhan memberikan seorang anak laki-laki sesuai permintaan Hana dan kemudian Hana menamai anak itu Samuel yang berarti “Yang diminta dari Tuhan.” Allah mendengarkan umat-Nya ketika mereka berseru kepada-Nya.

 

Elia sujud di samping mezbah yang dibuatnya di hadapan Tuhan dan ia berseru kepada Tuhan: “Oh Tuhan dengarkanlah aku, ya Tuhan, dengarkanlah aku, ya Tuhan. Biarlah diketahui orang bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas segala Firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.” Dan Allah menjawabnya dengan api yang diturunkan dari langit. Tuhan mendengar umat-Nya ketika mereka berseru kepada-Nya.

 

Orang-orang berkata kepada Bartimeus buta ketika Tuhan lewat di sana: “Hus. Diam. Tuhan terlalu sibuk, janganlah engkau menyusahkan Dia.” Tetapi Bartimeus terus berseru: “Tuhan Yesus, anak Daud kasihanilah aku!”

 

Dan Tuhan berhenti serta berkata: “Bawalah orang itu kepada-Ku.” Dan akhirnya Yesus menyembuhkan orang buta itu sehingga ia melihat. Itulah Allah.

 

Ketika Tuhan berkata kepada wanita dari Siro Finisia: “Aku diutus untuk umat Israel dan bukan untuk orang non-Yahudi jadi tidaklah baik memberikan roti untuk anak-anak dan memberikannya kepada anjing.” Ibu dari Siro Finisia itu meminta agar ia menyembuhkan anak perempuannya, dan ia berkata kepada Tuhan: “Tetapi Tuhan bahkan anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”

 

Dan Tuhan menjawab: “Karena itu doamu terkabulkan. Anak perempuanmu sudah sembuh.” Allah mendengarkan seruan dari setiap umat-Nya.

 

Yesus menceritakan kisah tentang seorang pemungut cukai yang masuk ke dalam Bait Suci untuk berdoa. Orang itu tidak berani mengangkat wajahnya. Ia tertunduk dan dengan penuh penyesalan dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan berdoa katanya: “Tuhan ampunilah aku orang berdosa ini.”

 

Dan Tuhan berkata: “Orang itu pulang ke rumahnya dengan membawa pembenaran dari Allah atau dia diselamatkan atau dia dinyatakan benar.” Allah mendengarkan umat-Nya ketika mereka berseru kepada-Nya “Karena barangsiapa memanggil nama Tuhan akan diselamatkan.”

 

Barangsiapa mengaku dengan mulutnya dan percaya di dalam hatinya bahwa Yesus adalah Tuhan ia akan diselamatkan.” Allah mendengar dan Ia menghargai setiap doa yang dinaikkan kepada-Nya. Ia menolong kita, Ia menjawab kita.

 

Saya pernah membaca kisah tentang dua anak gelandangan, dan mereka adalah dua anak lelaki tuna wisma yang hidup di jalanan kota London. Mereka sedang sakit dan oleh karena bantuan dari seorang dermawan ia dirawat di suatu rumah sakit. Mereka dibaringkan di atas ranjang yang berdampingan. Kondisi kedua anak itu sangat parah sekali. Yang satu terbakar dan yang satunya terluka digilas oleh sebuah roda gerbong yang berat dan mereka dibaringkan di rumah sakit itu dan dibaringkan berdampingan.

 

Anak yang terluka itu berkata kepada temannya, “Willie saya pernah pergi ke Misi Sekolah Minggu dan mereka mengatakan kepada saya di sana bahwa jika kita memanggil Yesus, Ia akan menolong kita.”

 

Dan Willie menjawab kepada temannya itu, “Bagaimana Ia akan tahu bahwa saya ada di sini dan saya ingin Ia menolong saya, ketika Ia lewat?” Dan temannya itu berkata kepada anak itu, “Willie, kamu hanya perlu mengangkat tanganmu saja ketika Ia lewat dan Ia akan melihat kamu dan Ia akan menolong kamu.”

 

Ketika malam tiba Willie bertanya kepada temannya itu, “Bagaimana jika Ia datang ketika saya sedang tertidur? Bagaimana Ia akan tahu bahwa saya ingin Ia menolong saya?” Dan teman kecilnya itu menjawab, “Willie kamu hanya mengangkat tangan saja dan ketika Yesus lewat, jika Ia datang malam ini, Ia akan melihat tanganmu yang terangkat.”

 

Dan anak kecil itu berkata, “Tetapi saya tidak sanggup untuk terus-menerus mengangkat tanganku.”

 

Lalu anak kecil itu mengambil bantal yang ada di dekatnya lalu menaruh tangannya di atasnya sehingga tangan anak itu terangkat tinggi. Sehingga ketika Yesus lewat ia berpikir bahwa itu menunjukkan seruannya: “Tolonglah aku!”

 

Pagi berikutnya ketika seorang perawat datang, ia melihat anak laki-laki itu dengan tangan terangkat di atas bantal dan ia berhenti sejenak. Rupanya sesuatu telah terjadi pada malam itu, anak kecil itu telah meninggal dan ia meninggal dengan tangannya yang terangkat.

 

Saya ingin mengatakan sesuatu tentang pengajaran di balik semua ini. Kita sulit memahami kebenaran ini secara mutlak, namun yang pasti kita tahu bahwa Tuhan senantiasa mendengarkan seruan umat-Nya yang berseru kepada-Nya dan Ia akan senantiasa menjawabnya.