Daftar Isi

 

ORDINANSI-ORDINANSI GEREJA

(Ordinances of the Church)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 14 Februari 1982

di First Baptist Church in Dallas

 

 

Matius 28:19-20

 

Buka Alkitab anda dalam Matius pasal yang terakhir dan tiga ayat yang terakhir dan saya akan membahas seri doktrin agung Alkitab dan dalam seri eklesiologi yaitu doktrin agung tentang gereja kita akan membahas topik doktrin tentang ordinansi-ordinansi Jemaat.

 

Kita semua harus memahami bahwa ketika saya menyampaikan topik ini, doktrin ini, ini adalah pemikiran saya. Ketika saya mempersiapkan Firman Tuhan untuk dikhotbahkan pada pagi ini, khotbah ini adalah persiapan terbaik dari pengetahuan dan pemahaman saya. Saya yakin bahwa banyak orang atau yang saya maksudkan dengan kata “banyak” di sini bisa berarti berjuta-juta orang, yang tidak akan setuju dengan saya tentang hal ini. Namun saya tidak bermaksud untuk menyalahkan mereka atau menghujat mereka. Mereka boleh menyampaikan kebenaran sesuai dengan apa yang mereka pahami dan dari sudut pandang mereka. Begitu juga saya berhak untuk menyampaikan kebenaran dari hasil penelitian dan pembelajaran saya. Jadi pada pagi ini saya akan menyampaikan khotbah tentang ordinansi-ordinansi gereja yang merupakan khotbah yang terbaik yang dapat saya pahami sebagai kebenaran dan wahyu Allah di dalam Kitab Suci ini.

 

Selanjutnya perhatikanlah Amanat Agung ini:

 

“Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20)

 

 

ORDINANSI-ORDINANSI GEREJA TELAH MENJADI LADANG PERDEBATAN DI SEPANJANG ZAMAN KEKRISTENAN

 

Kata “ordinansi” adalah kata dari bahasa Latin “ordinare” yang berarti “sesuatu yang diperintahkan.” Dan di atas dasar otoritas Tuhan kita Yang Mahakuasa, Ia memberikan kepada kita perintah-perintah ini atau ordinansi-ordinansi ini. Ordinansi-ordinansi ini adalah milik gereja, milik umat Allah yang percaya dan keluarga Allah. Ordinansi-ordinansi ini bukanlah milik kongres atau legislatif atau yudikatif atau organisasi-organisasi tertentu atau konsili-konsili kota. Ordinansi-ordinansi ini secara unik ditetapkan dalam hati jemaat dan tidak pernah di luar jemaat, tetapi selalu di dalam jemaat. Dan ordinansi-ordinansi ini telah menjadi wilayah perdebatan di sepanjang dispensasi kekristenan ini sejak dari awal.

 

Ada yang mempersoalkan berapa jumlah ordinansi ini “Apakah ada dua? Apakah ada tiga? Apakah ada lima? Atau apakah ada tujuh?” Yang lain, yang menjadi perdebatan juga adalah berhubungan dengan bentuk dari ordinansi atau tujuan dan arti dari ordinansi-ordinansi ini. Ada yang menerapkan persis sesuai dengan yang diperintahkan, tetapi ada yang tidak melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan berhubungan dengan ordinansi itu.

 

Misalnya baptisan: Tujuan dan arti aslinya dari baptisan ini ada yang telah mengubahnya. Dan dengan mengubah arti dari baptisan ini, bentuk dari baptisan pun akan diubah. Akhirnya pemahaman tentang baptisan juga diubah, yaitu ada yang mengatakan bahwa ketika seseorang keluar dari air dosa-dosanya disucikan oleh air baptisan itu dan ini merupakan doktrin yang aneh atau doktrin yang tidak alkitabiah tentang air baptisan. Dalam perkembangannya juga muncul tentang paham Baptismal Regenaration (baptisan menyelamatkan). Pengajaran ini mengajarkan bahwa kita diselamatkan dari dosa-dosa kita melalui baptisan. Dan dalam perkembangan selanjutnya ternyata bukan hanya air baptisan menyelamatkan dari dosa, tetapi ada juga konsep yang mengatakan bahwa air baptisan bisa menyembuhkan orang sakit. Sehingga akhirnya bayi-bayi yang baru dilahirkan dibaptiskan oleh karena mereka berpikir dengan demikian bayi itu disucikan dari dosa-dosanya dan dijauhkan dari segala bala. Dan setelah itu akhirnya bentuk baptisan juga diubah karena kepala bayi-bayi ini tidak mungkin diselamkan atau kepala orang sakit tidak mungkin untuk diselamkan, maka kemudian baptisan yang semula selam diganti dengan baptisan percik.

 

Akhirnya masalah baptisan menjadi konfrontasi yang terus-menerus terjadi di dalam dunia teologia atau di dalam dunia kekristenan. Di sini saya memiliki clipping yang saya gunting dari surat kabar Time Magazine. Silahkan anda memperhatikan kata-kata yang akan saya bacakan ini:

 

“Baptisan bayi berada di bawah api serangan. Serangan yang terbaru terhadap tradisi praktek Kekristenan ini datang dari Jerman Barat di mana ada 350 orang dari gereja Lutheran Injili membuat petisi terhadap Senat Rhineland untuk menghapuskan rubrik syarat baptisan bayi. Ada 50 gembala di Jerman yang secara terbuka mengumumkan bahwa mereka tidak akan membaptis bayi atau anak-anak mereka sendiri.

 

Barangkali tantangan yang paling hebat terhadap baptisan bayi adalah seperti yang telah dibuat oleh seorang terkenal dari Switzerland, yaitu Karl Barth yang belakangan ini telah meninggal. Dalam empat volume karya besarnya yang berjudul Church Dogmatic, Barth mengatakan bahwa tidak ada dasar alkitabiah untuk baptisan bayi dan bahwa ritual itu bukanlah tindakan [untuk mendatangkan] anugerah Allah, namun itu merupakan respon manusia terhadapnya, yang mana itu berarti bahwa setiap individu harus menjadi cukup dewasa untuk dapat memahami arti dari pengambilan suatu keputusan.

 

“Pemahaman tradisional tentang sakramen,” ia berkata, “jelas merupkan kesalahan yang telah dibuat oleh gereja di masa lalu. St. Agustinus,” Time Magazine melanjutkan, “St. Agustinus telah mengajarkan teologi tentang baptisan yang salah yang tetap tinggal di dalam gereja selama ribuan tahun ini dan itu masih dipertahankan sampai masa Reformasi, yaitu bahwa upacara itu diperlukan untuk menyucikan dosa asal atau dosa individu dan bahwa orang yang tidak dibaptis nasibnya akan berakhir di Neraka.

 

Sedikit lebih bermurah hati di dalam pemikirannya, St. Thomas Aquinas kemudian menyimpulkan bahwa orang yang tidak dibaptis tidak akan masuk ke Neraka tetapi akan masuk ke Limbo (Limbo adalah kata dari bahasa Latin untuk menunjukkan daerah di pinggir Neraka, tempat tinggal jiwa-jiwa orang yang tidak dibaptis, di mana jiwa tidak disiksa tetapi hidup jauh dari wajah Allah). Dosa asal masih akan menghalangi mereka untuk masuk ke dalam sorga. Sejumlah pemikir Roma Katolik sekarang melihat bahwa dosa asal sebagai kelemahan universal dari manusia dari pada suatu kutukan terhadap individu, yang mana ini secara sempurna melemahkan perlunya tentang baptisan bayi. Sementara beberapa yang lain menolak tentang implikasi-implikasi magis dari seremonial baptisan, yaitu bahwa penyucian rohani dicapai melalui tindakan fisikal dengan menuangkan beberapa tetes air pada kepala si bayi.”

 

Tidak perlu diragukan bahwa di sepanjang tahun dan selama berabad-abad bahkan sampai hari ini ordinansi-ordinansi ini menjadi latar belakang pertikaian dalam konfrontasi teologis. Begitu juga dengan Perjamuan Tuhan yang juga menjadi sumber konfrontasi. Anak kecil pun tahu bahwa para reformator besar yang telah dipersatukan untuk mengadakan reformasi gereja akhirnya juga terpecah-belah oleh karena perbedaan pemikiran tentang arti Perjamuan Tuhan. Salah satu konfrontasi yang paling terkenal adalah pertentangan antara Martin Luther dan Zwingli yang akhirnya membuat mereka berpisah dan tidak pernah setuju satu dengan yang lainnya.

 

Selanjutnya saya mau mengulangi perkataan saya: Apa yang akan anda dengar dari saya adalah persuasi yang datang kepada hati saya ketika dengan rajin saya membaca dan mempelajari Kitab Suci ini. Apa yang saya jelaskan di sini akan menjadi posisi saya dan merupakan interpretasi dan pemikiran saya yang mungkin saja ada banyak orang yang akan menentangnya. Namun tolong pahami ini bahwa saya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa diri saya sendirilah yang paling benar, bahwa hikmat saya tidak pernah salah dan tidak terbatas. Saya hanya menyampaikan kebenaran seperti yang saya pahami dan saya tidak ada maksud lain selain itu.

 

TUJUAN DIBERIKANNYA ORDINANSI-ORDINANSI JEMAAT

 

Pertama, Untuk Membuat Kebenaran Injil Mudah Dipahami

 

Ordinansi-ordinansi ini merupakan usaha untuk menyederhanakan atau membuat jelas berita tentang Tuhan Yesus dengan menempatkannya dalam bentuk dramatik dalam pengalaman manusia dan ini merupakan kebenaran fundamental yang agung tentang Injil.

 

Dalam Matius pasal 24:14 Tuhan berfirman,

 

Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Matius 24:14)

 

Itu maksudnya bahwa jika Injil Kristus diberitakan kepada segala bangsa di dunia ini, maka Injil itu harus diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dialek. Dan Injil itu harus disampaikan kepada orang-orang dari berbagai macam budaya dan adat-istiadat yang berbeda-beda, bukan hanya itu, namun banyak kali Injil diterjemahkan dan diberitakan kepada suku-suku asing dan keluarga maupun masyarakat asing oleh orang-orang yang mana mereka sendiri bukanlah orang yang terdidik, terlatih dan berkemampuan.

 

Bagaimana anda dapat menyimpan atau memelihara kemurnian kebenaran-kebenaran fundamental yang agung yang penuh arti dari iman kita, ketika itu diterjemahkan ke dalam berbagai dialek dan bahasa yang berbeda, ke dalam berbagai macam kultur dan adat-istiadat oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, yang tidak terlatih dan tidak memiliki kemampuan? Di dalam hikmat Kristus yang tiada batas Tuhan menggunakan wahyu umum yang merupakan pengalaman semua manusia di mana saja dan di dalam wahyu umum ini atau pengalaman-pengalaman manusia yang luar biasa itu, Ia menempatkan kebenaran-kebenaran fundamental dari Injil di dalamnya.

 

Semua manusia, di manapun juga, mereka pasti makan dan minum. Semua manusia, di manapun juga, mereka pasti tahu tentang kematian dan penguburan. Dan Tuhan menggunakan wahyu umum ini, pengalaman manusia yang bersifat universal ini dan Ia memeteraikan kebenaran-kebenaran agung dari Injil di dalamnya. Roti yang dipecah-pecahkan melambangkan tubuh-Nya dan anggur yang kita minum melambangkan darah-Nya. Itu adalah penderitaan-Nya untuk menebus. Dan penguburan ke dalam air atau penyelaman menggambarkan bahwa kita telah dikuburkan bersama Kristus di dalam kematian-Nya. Paulus dengan jelas menguraikan hal ini di dalam Roma pasal 8.

 

“Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Roma 8:10-11).

 

Dan di dalam 1 Korintus 15, Paulus berkata:

 

“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Korintus 15:3-4).

 

 Dan pengalaman-pengalaman umum atau universal dari kehidupan dan kematian yang dialami oleh semua manusia dijadikan alat untuk menjelaskan kebenaran Injil. Pengalaman tentang makan dan minum dijadikan alat untuk menggambarkan tentang anugerah penebusan Yesus melalui penderitaan-Nya di kayu salib. Dan penguburan serta kebangkitan dipakai untuk menjelaskan tentang janji Allah yang agung kepada kita yang mana di dalam Dia kita menemukan perlindungan-Nya.

 

 

Kedua, Untuk Presentasi Injil Bagi Mata

 

Ordinansi yang Tuhan telah tetapkan adalah presentasi Injil secara dramatik kepada mata, sama seperti pemberitaan firman yang merupakan presentasi Injil terhadap telinga manusia. Kita memberikan kesaksian tentang kebenaran anugerah Allah dalam khotbah kita. Di dalam 1 Korintus 1:21 Paulus berkata,

 

“Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.”

 

Namun kita bukan hanya menjadi saksi untuk telinga, tetapi kita juga menjadi saksi untuk mata melalui air baptisan dan melalui roti yang dipecah-pecahkan dan anggur. Ini adalah presentasi tentang berita yang agung tentang anugerah Allah di dalam Kristus yang telah mati. Sebagai contoh sebagaimana dikutip oleh Paulus, Tuhan kita berkata dalam 1 Korintus 11:24-26. Ia berkata demikian.

 

“Dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Kor 11:24-26).

 

Ordinansi adalah dramatisasi terhadap mata tentang kebenaran agung Injil. Ordinansi-ordinansi itu bukan dimaksudkan untuk mendatangkan keselamatan bagi kita, tetapi ordinansi-ordinansi itu dimaksudkan untuk memproklamirkan keselamatan kita. Ordinansi-ordinansi itu berarti proklamasi keselamatan itu sendiri. Ordinansi-ordinansi itu tidak memiliki unsur magis di dalamnya, tetapi itu hanyalah suatu kesaksian tentang kebenaran yang mulia. Ordinansi-ordinansi itu tidak menebus atau menyucikan dosa-dosa kita, tetapi ordinansi-ordinansi itu memperlihatkan tentang kasih, penebusan dan anugerah Tuhan kita. Ordinansi-ordinansi tersebut memproklamirkan berita Injil. Semua itu dilaksanakan hanya untuk mengingat akan penderitaan dan kematian Kristus untuk menebus dosa kita. Ordinansi-ordinansi ini merupakan monumen yang agung, agar kita tidak dapat pernah melupakan apa yang telah Kristus lakukan bagi kita.

 

Jika anda pernah berada di dekat Boston di sana anda akan menemukan monumen Bunker Hill yang akan mengingatkan anda tentang orang-orang yang telah berperang di dalam perang revolusi untuk kemerdekaan Amerika.

 

Jika anda berada di kota-kota besar di Amerika, di setiap jantung kota itu anda akan melihat monumen besar, Patung Washington untuk mengingatkan kita tentang “Bapa Pendiri Amerika.”

 

Jika anda pernah pergi ke Hodgenville Kentucky, anda akan melihat suatu monumen yang indah, yaitu suatu bangunan pualam yang indah, bangunan yang berbentuk pondok yang dibangun dari batang-batang kayu sederhana yang mana di sana terukir kata-kata ini: “With malice toward none, with charity for all.” Itu adalah tempat di mana Abraham Lincoln dilahirkan.

 

 Di dekat Houston, anda akan melihat monumen yang menjulang tinggi yang diberi nama Bettle of San Jacinto. Monumen San Jancito ini mengingatkan kita pada Sam Houston dan dengan sedikit tentaranya ia memenangkan pertempuran dwmi kemerdekaan Texas.

 

Dengan cara yang sama ordinansi-ordinansi gereja ini adalah suatu memorial atau peringatan. Ordinansi-ordinansi itu adalah monumen untuk mengingatkan hati kita tentang apa yang Kristus lakukan bagi kita dan Dia yang telah berjanji kepada kita. Dan monumen ini akan berdiri kokoh untuk selama-lamanya.

 

Ketiga, Tidak Pernah Dimaksudkan untuk Menyelamatkan

atau Menyempurnakan Keselamatan Kita

 

Yang terakhir, dalam pemikiran Tuhan kita atau di dalam Kitab Suci, ordinansi-ordinansi itu tidak pernah dimaksudkan untuk mendatangkan keselamatan atau mendatangkan anugerah atau alat yang mana melaluinya kita diselamatkan. Jika upacara atau ritual atau seremoni dan ordinansi dapat menyelamatkan kita, maka Juruselamat tidak perlu datang ke dunia untuk menderita dan mati bagi dosa-dosa kita.

 

Jika anda mempelajari Alkitab anda, anda tidak akan menemukan satu ayat pun atau satu paragraf atau satu pasalpun yang menjelaskan bahwa ordinansi-ordinansi itu dapat menyelamatkan. Anda juga tidak akan menemukannya di dalam Perjanjian Lama, yang dipenuhi dengan upacara seremonial dan ordinansi-ordinansi yang dipimpin oleh para imam, karena jika ritus-ritus ini dan ritual-ritual ini dan seremonial-seremonial ini serta ordinansi-ordinansi ini dapat menyelamatkan kita, maka Yesus tidak akan pernah datang.

 

Seluruh kitab Ibrani berhubungan dengan kebenaran-kebenaran agung khususnya di dalam pusat kitab ini yaitu pasal 9 dan 10.  Penulis kitab Ibrani mengatakan atau menjelaskan kepada kita bahwa darah domba dan ordinansi-ordinansi atau seremonial-seremonial yang dipimpin oleh para imam tidak dapat membuat kita sempurna di hadapan Allah dan tidak pernah dapat mendatang penebusan atau pengampunan bagi dosa-dosa kita.

 

Kita tidak akan membutuhkan Juruselamat kita datang untuk mati bagi kita jika ada cara lain manusia dapat diselamatkan. Ordinansi-ordinansi ataupun ritual ataupun seremonial-seremonial mengingatkan kita kepada Dia yang telah membuat mungkin bagi kita untuk diampuni dari dosa-dosa kita di dalam anugerah-Nya, di dalam kasih-Nya, di dalam penderitaan-Nya dan di dalam kematian-Nya yang menebus kita. Anda dapat menyanyikan lagu ini si sepanjang waktu:

 

Dosa dapat dihapus,

Hanya oleh darah Yesus

Jiwa dapat ditebus,

Hanya oleh darah Yesus

O darah yang kudus,

O darah Penebus

Jiwaku ditebus,

Hanya oleh darah Yesus.

 

Itulah Injil. Bukan oleh salah satu ritual atau seremonial atau ordinansi atau pelayanan imam, kita dapat diselamatkan. Injil selalu memberitakan tentang anugerah penebusan dan kasih Tuhan kita. Dan inilah satu-satunya cara agar saya diselamatkan menurut firman Allah.

 

Saya tidak diselamatkan oleh pekerjaan-pekerjaan saya sendiri tetapi saya diselamatkan oleh anugerah Allah.

 

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9).

 

Ketika anda sampai di sorga nanti, anda tidak akan mengangkat suara dan tangan anda dalam memuji dengan mengatakan “Segala kemuliaan bagiku. Lihatlah apa yang telah aku lakukan. Aku telah melakukannya.” Tetapi ketika anda sampai di Sorga anda akan mengangkat suara dan menyanyikan lagu bersama malaikat di Sorga dengan mengucapkan pujian ini: “Segala kemuliaan bagi Anak Domba yang telah disembelih, yang telah menebus kita oleh darah-Nya dan segala suku-suku bangsa dan umat dan lidah memuji Dia.”

 

Segala kemuliaan bagi Dia. Seperti Paulus menulis dalam Titus 3:4-5,

 

“Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh [loutron, oleh kiyyor] permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus (Titus 3:4-5).

 

 

TUHAN MENYEDIAKAN

CARA KESELAMATAN YANG SEDERHANA

 

O, Tuhan betapa indah dan sederhananya Engkau telah membuat pintu itu, yaitu jalan masuk ke dalam Sorga. Bahkan anak-anak kecil pun dapat memahaminya. Saya telah memahami dan menerima-Nya ketika saya berumur 10 tahun. Saya juga pernah mendengar ada orang yang berkata kepada saya, “Saya sungguh diselamatkan ketika saya berumur enam tahun.” Cara keselamatan yang Tuhan tawarkan kepada kita selalu jelas dan sederhana dan istimewa ketika Allah menjelaskan kepada kita, bagaimana kita dapat diselamatkan. Jika Ia membuatnya terlalu sulit untuk dipahami, kita tidak mungkin akan diselamatkan.

 

Tetapi Ia membuat itu jelas dan simpel dan ordinansi-ordinansi diperintahkan untuk menggambarkan cara keselamatan yang simpel itu. Alkitab menyebutnya metanoeo dan anda menerjemahkannya “repentance”, atau “berbalik.” Ketika saya sedang melangkah ke depan Allah memanggil saya untuk balik dan memandang kepada Yesus. Ketika saya berada di dunia ini mengikuti tujuan dan visi dan usaha-usaha saya sendiri, maka Allah memanggil saya untuk berbalik dan memandang kepada Yesus. Itulah pertobatan yang alkitabiah, yaitu berbalik atau metanoeo. Kita diselamatkan dengan berbalik dan menerima Yesus.

 

Dalam studi saya ketika saya mempersiapkan tema ini saya membaca tentang seorang martir pada abad yang kedua. Ia adalah seorang bangsawan yang dipanggil menghadap raja dan raja itu di dalam geramnya, “Kamu harus meninggalkan iman Kristen itu dan kamu harus mengaku bersalah karena telah memberi hidupmu kepada Kristus jika kamu tidak mau melakukannya aku akan mengusir kamu dari kerajaan ini.”

 

Dan bangsawan itu menjawab, “Oh raja, saya memiliki kerajaan Kristus” dan Dia pernah berkata, “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

 

Dan bagkitlah amarah raja itu dan berkata, “Aku tidak hanya akan membuang kamu jikalau kamu tidak mengaku bersalah atas imanmu dan tidak menyangkal serta menolak Kristus ini. Aku akan menyita semua yang engkau miliki.”

 

Dan bangsawan itu menjawab, “Oh raja segala milikku ada di Sorga dan harta kekayaanku ada di atas dan siapapun tidak dapat menyentuhnya. Itu adalah warisan bagi saya di dalam kerajaan Sorga untuk selama-lamanya.”

 

Dan raja itu semakin marah dan berseru, “Aku akan membunuhmu di depan mataku sendiri. Aku akan mengeksekusi kamu di sini, jika kamu tidak meninggalkan iman itu dan penyerahanmu kepada Kristus.”

 

Dan bangsawan itu menjawab, “Tuan, saya telah mati sepuluh tahun yang lalu bersama Kristus dan telah dikuburkan bersama Dia dan hidupku sekarang ini, hidup bersama Kristus di dalam Allah.”

 

Saudaraku bagaimana anda dapat membuang dan mengasingkan mayat? Bagaimana anda dapat menyita mayat? Bagaimana anda dapat membunuh mayat? Ketika seseorang mati bersama Kristus dan dikuburkan bersama Tuhan kita, anda tidak dapat menghina dia. Ia telah mati. Jadi anda tidak dapat menyakiti dia karena ia telah mati. Anda tidak dapat menyingkirkan dia, karena ia telah mati. Dan arti dari ordinansi ini adalah bahwa kita mengingat akan pengorbanan Kristus bagi kita, yaitu ketika roti dipecahkan dan cawan diminum dan kita dikuburkan bersama Dia, mati bagi dunia ini dan kita dibangkitkan bersama Dia untuk memiliki hidup yang baru, pengharapan baru bersama Allah.