Dafttar Isi

 

MISTERI PENEBUSAN YANG MENGAGUMKAN

(The Awesome Mystery of the Atonement)

 

Oleh: Dr. W.A. Criswell

Diadaptasi: Dr. Eddy Peter Purwanto

“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Roma 5:6-11).

 

            Ada banyak buku di perpustakaan yang menulis berhubungan dengan penebusan Kristus dan bagaimana kematian Kristus menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Buku-buku itu dipenuhi dengan bahasa teologis dan diskusi-diskusi filosofi. Kita dapat membaca banyak spekulasi-spekulasi manusia dan usaha untuk menjelaskan lebih dalam misteri Allah yang tak terselami. Tetapi itu tidak akan dapat menolong kita, jika saya berdiri di sini dan mencoba untuk mengulangi pemikiran-pemikiran teologis, filosofis, teoretis ataupun hipotesis tentang mengapa Kristus mati. Apa yang kita perlukan adalah sesuatu yang dapat kita lihat dan alami bagaimana penebusan Kristus dapat berefek kepada saya? Apa yang Allah sedang lakukan, yang dapat saya fahami, rasakan dan alami dan yang mana saya dapat meresponi di dalam hati saya?

 

 

SENSITIVITAS MORAL

DI DALAM ALAM SEMESTA

           

Ada hukum universal yang ada di sekitar kita. Itu ada di mana-mana. Itu ada  di tengah keluarga, suku atau pun masyarakat yang begitu terbelakang atau begitu lamban sehingga mereka tidak memiliki sensitivitas moral. Itulah bagaimana Allah menciptakan kita dan kita diciptakan di dalam gambar dan rupa-Nya. Ini bukan berhubungan dengan kemampuan intelektual kita. Gambaran Allah yang ada di dalam diri kita berhubungan dengan sensitivitas moral kita. Di dalam panorama ciptaan yang begitu luasnya, kita adalah satu-satunya yang memiliki gambaran itu dan memiliki sensitivitas moral. Seluruh ras manusia dari segala generasi memiliki perasaan tentang moral yang begitu rusak, penghukuman akan dosa dan pelanggaran beban dari dosa. Bagaimana kita dapat menjalaninya? Bagaimana kita dapat menghadapinya? Bagaimana kita dapat melakukan bersama itu?

 

Lihatlah presentasi yang sangat dramatis dan menyedihkan dalam Kitab Wahyu.

 

“Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya. Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: "Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu." Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?” (Wahyu 6:14-17).

           

Dapatkah batu-batu karang dan gunung-gunung menyembunyikan kita dari hari penghakiman Allah yang Mahakuasa? Apakah batu-batu karang dan gunung-gunung dapat menutupi dosa dan pelanggaran-pelanggaran kita? Seluruh generasi atau seluruh manusia merasakan di dalam jiwa mereka bahwa perasaan bersalah dan terhakimi akan dosa-dosa ada di dalam hati. Itu adalah sensitivitas moral kita.

 

            Adam dan Hawa setelah melakukan pelanggaran mereka menyemat tubuhnya yang telanjang dengan daun-daun ara yang ia buat sendiri untuk menutupi ketelanjangannya. Mengapa itu tidak cukup? Mengapa daun-daun itu tidak dapat menutupi mereka? Ketika mereka mendengar suara Tuhan Allah tatkala Ia datang ke taman itu, Adam dan Hawa menyembunyikan diri mereka dan mereka sangat ketakutan. Mereka malu karena mereka telanjang walaupun mereka sudah menutupi dosa-dosa mereka, ketelanjangan dan kemaluan mereka dengan usaha mereka sendiri namun mereka masih merasa telanjang dan ketakutan.

 

            Alkitab menjelaskan kepada kita bahwa ketika Ahab pergi berperang ia membuat bagi dirinya sendiri pakaian perang untuk menutupi seluruh tubuhnya guna melindungi dirinya dari senjata lawan di medan perang. Bagaimanapun juga ketika tentara-tentara musuh menembakkan panah dengan sembarangan saja, panah itu melesat dan mengenai tepat pada sambungan baju jirah Ahab. Anak panah itu menembus melalui sambungan baju jirah itu dan menembus jantungnya. Setelah itu tubuhnya yang telah sekarat itu dibawa lari dengan kereta untuk melarikan diri dari medan perang. Namun ia akhirnya mati sesuai dengan perkataan yang pernah diucapkan oleh hamba Allah. Dapatkah kita membuat baju jirah atau rompi untuk melindungi diri kita sendiri dari penghukuman moral kita?

 

            Mungkin kisah yang paling dramatis dari semua drama yang pernah ditulis adalah kisah tentang Macbeth. Atas dorongan Lady Macbeth, suaminya mengambil belati dan menghujamkan ke jantung tamu yang ada di istananya sendiri. Ia membunuh Duncan raja Skotlandia. Ketika ia kembali kepada Lady Macbeth, tangannya berlumuran darah yang mengalir dari belati itu. Lady Macbeth berkata kepada suaminya: “Pergi dan cucilah tanganmu. Sedikit air akan membersihkan diri kita dari benih ini.” Ketika Macbeth menyuruh suaminya untuk membersihkan tangannya, suaminya itu berkata:

 

                “Akankah samudera raya Neptune

Dapat membersihkan darah ini bersih dari tanganku?

Tidak! Tanganku ini akan menyebabkan semua lautan memerah,

Membuat samudera biru menjadi merah.”

 

            Bagaimana anda menyucikan darah yang anda tumpahkan dari orang yang tidak berdosa dari tangan anda?

 

            Kesadaran akan moral yang rusak dan bobrok bersifat universal. Kita adalah manusia yang telah jatuh ke dalam dosa dan sedang sekarat. Baik pikiran, hati, kehendak dan hidup kita semuanya itu telah jatuh ke dalam dosa.

 

 

KETETAPAN ALLAH UNTUK PENEBUSAN

 

            Ada juga hukum universal yang lain. Ini adalah hukum tentang penebusan. Kita baca di dalam Imamat 25, bahwa jikalau ada seorang budak akan diambil saudaranya  dari perbudakan, maka menurut hukum penebusan saudaranya itu harus membeli kembali saudaranya yang telah menjadi budak itu.

 

            Pada pasal yang sama dijelaskan bahwa jika orang miskin itu telah menjual dirinya sendiri menjadi budak, saudaranya juga dapat membeli dia kembali dan menebus dia. Beberapa budak dapat dibeli kembali, ditebus, dan ditukar dengan uang. Hukum penebusan bersifat universal.

 

            Saya menemukan sesuatu yang agung dalam pembelajaran saya berhubungan dengan kata yang diterjemahkan penebusan atau rekonsiliasi ini.

 

“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Roma 5:10-11).

 

            Lihat juga yang dituliskan Paulus:

 

“Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2 Korintus 5:18-20).

 

            Kata yang diterjemahkan “mendamaikan” (katallagete) dan kata “pendamaian” (katallages) memiliki pengertian “atonement” atau “penebusan” yang memiliki arti dasar menukar dengan uang. Kata pendamaian menunjukan perubahan dari yang dulunya adalah musuh dan sekarang menjadi teman atau yang dulunya dibenci dan sekarang dikasihi. Kata ini digunakan di sini untuk menjelaskan apa yang Kristus Yesus telah lakukan bagi kita. Ia telah membeli kita. Ia telah menebus kita. Ia telah membayar harga untuk menebus kita.

 

            Lihatlah bahwa itu bersifat universal. Bila ada dua pasukan yang saling berperang satu dengan yang lainnya, dan ketika salah satu pihak menangkap jenderal musuhnya maka musuh itu akan berkata, “Kami akan menukarkan jendral yang kalian tawan dengan memberikan kepada kalian seratus tentara untuk menjadi tawanan.” Atau “Kami mau menyerahkan Kapten ini dan kami mau menukar (katallaso) Kapten ini untuk kebebasan sepuluh tentara khusus.”

 

            Seseorang memiliki mutiara yang besar dan indah. Ia berkata, “Saya akan menukar mutiara ini dengan ribuan dolar yang pernah saya pinjam dari anda.” Ia mau menukar satu mutiara dengan beberapa ribu dolar.

 

            Orang kaya dapat membayar hutang ribuan orang miskin, yang menghadapi ancaman pengusiran dari rumahnya atau ladang-ladang mereka. Ia dapat membayar hutang-hutang itu karena ia kaya.

 

            Kristus adalah Allah. Kristus menukar diri-Nya sendiri dan kasih-Nya sebagai korban. Ia memberikan diri-Nya sendiri. Ia yang membeli orang-orang miskin yang berdosa yang telah menjadi budak dan berada di bawah penghukuman dan penghakiman dengan memberikan diri-Nya sendiri. Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata:

 

“….Kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” (1 Kor. 6:19b-20)

 

            Itulah sebabnya mengapa Simon Petrus menulis di dalam suratnya yang pertama, pasal yang pertama.

           

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (I Petrus 1:18-19).

 

            Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata:

           

Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28)

 

            Ini adalah penukaran -- Tuhan yang mulia menukar diri-Nya sendiri untuk orang-orang berdosa yang tidak layak menerima pengampunan. Ia telah membeli kita. Ia telah menebus kita dan Ia telah membayar utang-utang dosa kita. Dan kita sekarang bukan lagi milik kita sendiri. Kita adalah milik Dia yang mengasihi kita dan memberikan nyawa-Nya sendiri bagi kita.

 

 

KETETAPAN ALLAH UNTUK PENGGANTIAN PENEBUSAN

 

            Di dalam dunia ini ada hukum universal tentang masalah penggganti penebusan atau substitusi.

            Kadang-kadang Alkitab mengekspresikan hal ini dengan cara yang sangat menyedihkan, seperti dalam kisah Abraham dalam Kejadian 22, di Gunung Muria di tengah kota Yerusalem di mana Bait Suci kemudian dibangun, Abraham membangun sebuah altar dan meletakkan anaknya Ishak di atasnya. Ketika ia mengangkat belati untuk menikamkannya ke jantung anaknya, ada suara yang memanggil dari Surga: “Abraham, Abraham.” Malaikat Tuhan yang menahan belati yang sudah diacungkan itu dan memberi Abraham domba untuk dikorbankan. Dan Abraham mempersembahkan pengganti dari anaknya Ishak. Ini adalah hukum tentang penggantian atau substitution.

 

            Dalam Kejadian 44, sebelas anak Israel sujud di depan Perdana Mentri Mesir yang adalah saudaranya sendiri yang mereka pernah jual sebagai budak. Mereka tidak mengenali dia, yang telah bertahun-tahun tidak bertemu dengan saudaranya yang pernah mereka jual yang kemudian menjadi tuan atas Mesir itu. Akhirnya saudaranya itu, yaitu Yusuf yang masih tidak mereka kenal, meminta mereka untuk pulang dan kembali membawa saudara kandungnya yaitu Benyamin yang lahir dari ibunya, Rahel. Kemudian ketika ia mengijinkan mereka kembali lagi ke Kanaan ia berkata “Benyamin harus tinggal di sini bersama saya.”

 

            Ada satu kisah yang sangat dramatis dan mengharukan yang dapat kita baca, Yehuda pergi menghadap Perdana Mentri dan untuk berbicara berhubungan dengan adiknya Benyamin. “Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib celaka yang akan menimpa ayahku” (Kejadian 44:34).  Kemudian ayat berikutnya kita membaca “Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia….” (Kejadian 45:1). Ketika Yehuda berkata, “Baiklah hambamu ini tinggal di sini menjadi budak menggantikan anak ini,” Yusuf tidak dapat lagi membendung keharuannya dan dia menangis. Apa yang dikatakan Yehuda menghancurkan hatinya. “Baiklah hambamu ini tinggal di sini menjadi budak menggantikan anak ini.’ Ini adalah contoh tentang hukum penggantian penebusan.

 

            Menurut seluruh sistem pengorbanan mengandung esensi seperti ini. orang berdosa datang dengan persembahannya, dengan korbannya, kemudian meletakkan tangannya di atas korban itu dan mengaku dosanya dan anak domba atau lembu itu kemudian disembelih dan darahnya dicurahkan di hadapan Allah.

 

            Yesaya 53 menunjukkan penggantian penebusan ini.

 

“Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yesaya 53:5-6).

 

            Ini adalah fakta yang agung dari Injil (kerugma) dan yang mengacu kepada proklamasi kasih Allah di dalam Kristus Yesus. Ia mengambil tempat kita. Ia mati menggantikan kita yang seharusnya mati. Ia dihukum oleh karena dosa-dosa kita. Dia yang tidak mengenal dosa dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya kita memperoleh kebenaran di hadapan Allah melalui penggantian penebusan itu.

 

Itu adalah hal yang sungguh luar biasa dan mengagumkan yang Yesus lakukan. Ini tidak sama seperti filsuf-filsuf Yunani yang mendiskusikan dengan kita hal-hal yang berhubungan dengan pikiran atau intelektual. Dia bukan hanya sekedar nabi. Dia bukan hanya sekedar orang yang berdiri dan menyebut diri-Nya sebagai orang yang percaya kepada Allah Yehovah. Namun Ia datang untuk menjadi Juruselamat. Ia datang ke dunia untuk mati bagi kita. “Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku…. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua” (Ibrani 10:7, 9). Ia mati menggantikan posisi atau tempat kita. Yesus telah melakukan semua ini untuk kita. Semua rasul telah memberikan Injil yang mulia tentang anugerah yang menyelamatkan yaitu tentang penggantian penebusan yang kita kenal di dalam kematian Kristus. 

 

            Yohanes Pembaptis berkata:

 

“Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29).

 

            Rasul Yohanes yang paling dekat dengan Tuhan berkata:

 

“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yoh. 2:2).

 

            Ini adalah darah-Nya yang menyucikan kita dari segala dosa.

 

            Rasul Petrus berkata:

           

Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (I Petrus 2:23-24).

 

Dan perhatikanlah khotbah yang luar bisa dari Paulus ini:

 

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa… Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!”  (Roma 5: 8,10).

 

            Dan perhatikan pendahuluan yang begitu menyentuh hati dari Wahyu 1:

 

“Dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya” (Wahyu 1:5).

 

            Inilah Injil itu. Inilah apa yang telah Yesus lakukan bagi kita. Ia mengambil tempat kita. Ia mengambil tempat penghukuman yang seharusnya dijatuhkan atas kita agar di dalam Dia kita memperoleh pengampunan dosa dan Pintu Sorga terbuka bagi kita.

 

 

 

 

 

 

KESELAMATAN KITA

ADALAH PEMBERIAN CUMA-CUMA

 

            Ketika kita berdiri di hadapan Takhta Allah yang Mulia, akankah kita menyanyikan ini, “Lihatlah apa yang telah saya lakukan. Saya ada di sini, diselamatkan oleh karena usaha saya sendiri. Saya telah membayar utang-utang saya. Saya telah memperoleh keselamatan saya sendiri. Ini adalah kemenangan dan apa yang saya capai dari usaha saya sendiri.” Apakah itu yang kita akan nyanyikan atau sebaliknya kita akan menyanyi “Aku terhilang, sekarat dan orang berdosa yang patut dimurkai. Dan Ia mengangkatku keluar dari lumpur dosa dan memimpin langkahku ke Batu karang. Ia mengampuni aku dari dosa-dosaku. Ia mati menggantikan aku dan keselamatanku adalah pemberian dan rahmat dan kasih-Nya. Ia telah melakukan itu untukku.

 

            Itulah Injil! Itulah pujian kita sekarang dan selama-lamanya! Bagi Dia yang mengasihi kita dan menyucikan kita dari dosa-dosa kita di dalam darah-Nya. Bagi Dia kemuliaan sampai selama-lamanya!

 

            Pikirkanlah tentang balatentara malaikat di Surga. Dalam Kitab Wahyu kita dapat membaca nyanyian pujian mereka, yang mereka naikkan bagi Yesus. Mereka berdiri di atas lantai emas Firdaus, mereka menaikkan puji-pujian yang begitu indah untuk Tuhan kita Yesus Kristus. Ia adalah Panglima Balatentara Surgawi, Ia adalah yang bertakhta di atas pujian. Ia yang patut dipuji dan dimuliakan oleh para malaikat yang tiada henti-hentinya. Betapa indahnya pada saat kita ada di sana! Oh… di suatu hari nanti kita ada di sana dan mendengarkan para Malaikat yang tiada hentinya memuji Tuhan Raja Kemuliaan!

 

            Tetapi malaikat tidak pernah dibeli dengan darah. Malaikat tidak pernah ditebus, tidak ada satupun Malaikat yang pernah mengalami seperti yang kita alami. Mati, dikuburkan dan bangkit dalam kemuliaan kebangkitan. Malaikat tidak pernah memahami atau mengalami pengampunan dosa, oleh sebab itu mereka tidak dapat menyanyi seperti yang kita dapat nyanyikan.

 

Tercurah darah yang kudus,

Di bukit Golgota

Yang mau bertobat ditebus, terhapus dosanya

Terhapus dosanya, terhapus dosanya

Yang mau bertobat ditebus,

Terhapus dosanya

 

Ya Domba Allah, darah-Mu

Tak hilang kuasanya

Sehingga s’lamat umat-Mu

Dibasuh darah-Nya

Di basuh darah-Nya,

Di basuh darah-Nya

Sehingga s’lamat umat-Mu

Dibasuh darah-Nya

 

Sejak ku pandang salib-Mu

Dengan iman teguh

Aku masyurkan kasih-Mu

Seumur hidupku

Seumur hidupku

Seumur hidupku

Aku masyurkan kasih-Mu

Seumur hidupku

[William Cowper, There Is a Fountain. 1771].

 

Itulah yang akan kita nyanyikan untuk selama-lamanya.