Daftar Isi

 

MISI DAN LOTTIE MOON

(MISSIONS AND LOTTIE MOON)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, MA

Editor: Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 30 November 1986

di First Baptist Church in Dallas

 

 

Sebagai latarbelakang khotbah yang saya akan sampaikan pada kesempatan ini  saya ambil dalam Injil Markus 15:40-41, yang tertulis sebagai beriukut:

 

“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda  dan Yoses, serta Salome. Mereka semua telah mengikut Yesus dan melayani-Nya”.

 

Di zaman modern sekarang, wanita-wanita itu, salah satunya adalah Lottie Moon.  Beberapa tahun silam, ketika sedang bertugas dalam program misi yang padat acara di Jepang, saya juga telah menghadiri beberapa kebaktian penginjilan antara lain di Tokyo, kemudian di Yokohama dan akhirnay di Kobe. Di Kobe saya mengatakan kepada Pasangan Misi di sana, yakni Pdt. Robert Shearer dan istrinya: “Bila anda tidak keberatan, izinkanlah saya untuk menyendiri sejenak di depan rumah misionari anda yang menghadap ke arah Teluk Kobe.”

Gunung Kobe yang mempersona itu menurun ke tepi air, dan kira-kira di tengah ketinggiannya, di situ terletak rumah mereka. Saya duduk di depan pintu masuk rumah meraka sembari mengenang kehidupan Lottie Moon. Di mana di teluk itu, di pelabuhan itulah ia meninggal dunia di tahun 1912.

Sekembalinya dari Jepang, pada satu kesempatan lain, saya meminta untuk diantar ke kuburan Lottie  Moon yang terletak di Crewe – Virginia.  Di sana saya berdiri di depan makamnya.   Setelah dari kuburannya saya mengunjungi gereja Baptist Crewe, dan kemudian duduk  menghadap ke satu jendela kaca besar yang diukir khusus untuk mengenangnya.

Lottie Moon dilahirkan pada tahun 1840 di Albermale di tengah-tengah jantung negara bagian Virginia, dekat dengan rumah Jefferson di Monticello. Ia dilahirkan dalam satu keluarga  aristokratik, daerah tua di bagian Selatan. Di tahun 1859, ketika ia berumur 19, ia kuliah di  Institut Wanita di Albermale,  yang berada di Charlottesville, yang kemudian menjadi Universitas Virginia.

Selagi kuliah disana, ia telah menerima Tuhan melalui bimbingan gurunya John Broadus, dan sekaligus adalah pendeta di First Baptist Church di Charlottesville. Nona Lottie memberikan dirinya dibaptis sebagai komitmentnya kepada Kristus, dan sebagai anggota jemaat gereja di Charlottesville, di Virginia.

Di tahun 1873, nona Lottie dan rekannya nona Safford mengajar di Sekolah Wanita di Charlottesville, di Georgia. Di bulan Februari, Dr Hayden yang menurut sejarah yang saya baca, adalah seorang pendeta yang sangat diberkati, telah berkhotbah dihadapan pertemuan dewan gereja-gereja di Cartersville.

 

Di dalam khotbahnya, Dr Hayden mengundang sukarelawan untuk diutus ke ladang misi di luar negeri, dan kedua guru muda tersebut, nona Moon dan nona Safford, menerimanya. Mereka maju ke depan dan memberi hidup mereka kepada badan misi luarnegri. Dan pada Natal tahun itu juga di 1873, nona Lottie telah berada di TING CHAO, provinsi SHAN TONG di Cina Utara.  Dan Lottie Moon selama 40 tahun tetap tinggal disana, dalam satu rumah kecil di  daerah PING TU, kurang lebih 150 km dari simpang Barat dan tengah Cina Utara.

Di tahun 1887, nona Lottie menulis sebuah artikel dalam Journal Misi Internasional. Di dalam tulisannya ia menghimbau dua hal.  Satu: agar Persatuan Misi Wanita dari kesatuan Gereja Southern Baptist di Amerika bersedia mendukung usaha misi. Dan himbaun yang kedua adalah, agar gereja Southern Baptist mengumpulkan persembahan khusus satu minggu sebelum Hari Natal, guna mendukung misionari-misionari luarnegri ini.

Rupanya Lottie adalah seorang penulis yang sangat berbakat. Saya membaca permohonannya yang pertama kepada organisasi “Persatuan Misi Wanita” – WMU. Ia menulis sebagai berikut:

 

Saya yakin bahwa alasan utama para wanita dari Gereja Southern Baptist tidak berbuat banyak, adalah karena tidak adanya struktur organisasi. Dunia adalah ladang, dan pelayanan para wanita bagi Kristus adalah di mana saja satu keluarga untuk dipulihkan, atau satu jiwa untuk ditebus.

 

Sampai saatnya para wanita Gereja Southern Baptist dibangkitkan semangatnya secara total, kami akan terus memiliki kebiasaan yang tak peduli. Kita akan terus melihat pos penginjilan yang kekurangan orang sehingga para misionaris tidak sanggup lagi bekerja, karena kelelahan, menderita kesepian dan terkucil. Kita akan terus melihat adanya ladang pelayan potensial yang gagal dikunjungi, dan adanya kemerosotan semangat diberbagai pos misi tua.

 

Ia meneruskan:

 

Saya bertanya, seberapakah dari kita yang benar-benar percaya bahwa ”lebih berkat memberi dari pada menerima”  Seorang wanita yang menerima pernyataan Tuhan Yesus Kristus sebagai Firman Allah dan bukan sekedar satu idealisme, akan menjadikan “memberi” sebagai prinsip hidup. Ia akan secara setia memisahkan sepersepuluh dari penghasilannya sebagai uang milik Tuhan, yang ia tidak akan berani sentuh.

 

Seberapakah dari kalian para wanita yang berpikir bahwa karena Yesus telah membayar lunas apa yang seharusnya kita bayar, maka tidak perlu lagi membayar. Mereka lupa bahwa tujuan utama karya keselamatan Yesus Kristus adalah mengikuti misiNya di dunia yaitu membawa kembali mereka yang terhilang kepada Allah.  Dengan itu mereka telah turut merealisasikan anjuran  Tuhan Yesus kepada murid-muridnya: “Datanglah kerajaan-Mu”.

 

Itulah isi pemohonannya yang pertama kepada organisasi Kesatuan Misionari Wanita.  Dan permohonannya yang kedua dalam tulisan Lottie, adalah agar para Wanita Gereja Southern Baptis bersedia berdoa-puasa selama satu mingu, yakni seminggu sebelum Natal.  Inilah persisnya kata-kata permohonan kedua yang ia tulis itu:

 

Perlu untuk dikatakan mengapa dipilih seminggu sebelum Natal?  Bukan waktu perayaan, ketika keluarga-keluarga dan teman-teman tukar kado dan kenangan dari hadiah di tarurh di atas altar dunia untuk menebus umat manusia, saat yang paling tepat untuk mengkhususkan satu porsi dari kekayaan kelimpahan dan kekurangan untuk mengirim kabar baik tentang sukacita besar ke dalam dunia?

 

Tulisan tesebut dicetak di bulan Desember 1877. Setahun kemudian Sidang Gereja Southern Baptis bertemu di Richmond, Virginia. Dan pada sidang itu, atas usul tersebut seperti yang saya telah baca untuk Anda dari Lottie Moon di Ting Chow, Cina, di sana telah di atur Kesatuan Misionari Wanita.

Pemimpin eksekutif wanita pertama bernama Annie Armstrong dari Baltimore di Maryland.  Ada sedikit kenangan pribadi tentang sidang misi tersebut dari gereja kami di Dallas. Bangunan yang indah itu diberi nama Minnie Slaughter Veal, dan nama itu diambil dari nama seorang utusan yang menghadiri sidang gereja di Richmond ketika WMU di orginisir.

Setelah terbentuknya Kesatuan Misi Wanita di tahun 1888 sesuai permohonan Lottie, Annie Armstrong bertanya kepada Ketua Eksekutif Misi Internasional Dr. Tupper: “Bagaimana dengan permohonan Lottie yang kedua? Agar para gereja-gereja melakukan doa-puasa dan mengadakan pengumpulan dana misi seminggu sebelum Natal?  Jawab Dr. Tupper: Cobalah. Coba saja”

Demikian satu minggu penuh sebelum natal 1888 terkumpulah persembahan dana  Natal, yang kemudian dinamakan Dana Lottie Moon. Target mereka adalah

$2000.  Ternyata mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar $ 3.300. Dengan dana tersebut mereka berhasil membiayai pengiriman tiga misisonaris baru. Sebab biaya dan gaji seorang misonari saat itu adalah $ 1000 setahun.

Dan keita saya merenungkan gaji para misonaris, saya teringat gaji saya sendiri ketika pertama kali melayani jemaat gereja saya. Para pimpinan Gereja berkata: Bila kamu bekerja keras, kami akan berusaha memberimu $ 20 per bulan.  Saya bekerja secara giat dan hidup dari $20 per bulan. Seorang anggota jemaat, setelah mendengarkan kesaksian saya minggu lalu, berkata kepada bahwa saya dibesarkan dalam keadaan miskin. Kemudian ia bertanya: “Mungkin kamu tidak semiskin seperti ceritamu?  Saya menjawabya: Apakah anda pernah hidup dari $20 per bulan?  Percayalah, bahwa ada beberapa di antara kami ini yang pernah miskin. 

Setelah persembahan Natal pertama, atas usulan Lottie Moon terkumpul, akhirnnya saya berkata, “Sekarang bolehkan saya menambahkan satu kata mengenai salah satu dari sekian alasan mengapa saya menghargai wanita itu diluar yang saya dapat gambarkan dalam satu kalimat?”

Di Institut Wanita Abermale dulu, pernah pula ada seorang profesor muda yang bernama Crawford Toy. Ia mungkin dapat disebut sebagai salah seorang pakar teolog  dan salah seorang sarjana Alkitab.  Di perpustakaan saya terdapat berbagai jilid “International Critical Comentary” sebagai buku penjelasan tentang Firman Allah  yang paling ilmiah yang pernah diterbitkan. Sebagian besar dari jilid tersebut ditulis oleh Dr Crawford H. Troy.

Ketika ia mengajar di Institut Wanita Abermale di mana Lottie Moon pernah sekolah, ia jatuh cinta kepada nona Lottie. Tahun berlalu dan akhirnya Lottie dikirim sebagai misionari ke TING CHOW di Cina utara. Dan Dr. Crawford Troy yang muda dan pandai itu, diangkat sebagai Profesor, yang kemudian menjadi salah seorang dari empat orang pendiri Sekolah Theologia Southern Baptist di Louisville, Kentucky. Dan itulah almamater saya dimana saya pernah kuliah selama enam tahun.

Selagi sebagai Profesor, Troy mengajar Bahasa Ibrani di Sekolah Teologia tersebut, dan ia pernah juga pergi ke negara Jerman. Disana ia diperkenalkan dengan kritik tinggi Jerman, satu pendekatan Alkitab dari sudut humanisme. Pendekatan ini memberlakukan Alkitab seperti karya tulisan manusia biasa yang lain, seperti Milton, atau Shakespeare, atau Homer, atau Dante, yang tidak mutlak, dan bukan karya diluar manusia.

Di sana ia menjadi murid Wellhausen, dan Baur, dan Kuenen dan Jurusan Sekolah Tuebingen. Ia kemudian kembali ke Sekolah Teologia di Louisville, di mana ia mulai berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan kritik tinggi, di mana ia telah memberikan hati dan pikirannya dari apa yang telah ia peroleh di Jerman.

Berdasarkan Jurnal Teologia Southern Baptist pandangan Profesor Troy menurut seminari sekarang mungkin dapat diterima.  Namun pada saat itu tidak.  Sebab Pimpinan Sekolah Teologi Louisville saat itu tidak dapat menerimanya dan kemudian membawa Profesor Troy ke stasiun Broadway di Louisville dan menyuruhnya pergi.

Di stasiun tersebut Dr. James Boyce menaruh tangan kirinya di pundak Crawford, dan mengacungkan tangan kananya ke langit dan berkata: “Dr. Crawford saya akan rela memberikan tangan kanan saya ini hilang, andaikata saja Anda dapat kembali seperti orang yang dulu ketika masuk ke seminari ini.

Dr Crawford kemudian mengajar bahasa Ibrani di Harvard University dan pergi ke gereja Unitarian Church, namun akhirnya ia malah tidak bergereja sama seklai.

 

Di TING CHOW – Cina Lottie Moon selama bertahun-tahun ternyata telah meneruskan korepondensi dengan Crawford dan pada satu saat Lottie memutuskan untuk menjadi istrinya. Dr. Troy bahkan berkata bahwa ia akan ikut Lottie Moon menjadi misionari di Cina.

Dengan penuh rasa cinta Lottie kembali ke Amerika untuk menikah dengan Dr. Crawford Troy. Namun ketika ia sempat berbicara dengannya, mendengar pendapat dan pandangan Crawford tentang Firman Allah, ia memutuskan pertunagannya dan akhirnya kembali ke pos misinya di Cina. Nona Lottie berkata “Saya tidak dapat meninggalkan Alkitab”.

Ia akhirnya tinggal seorang diri sampai akhir hidupnya. Demikian juga dengan Crawford Troy, iapun tinggal membujang seumur hidupnya. Pertanyaan saya, berapa wanita zaman sekarang yang dapat melakukan hal itu?  Berapa yang setia terhadap kebenaran Firman Allah yang mutlak?  Jadi, saya kembali menyatakan perasaan hormat yang tak terhingga saya terhadap misonari wanita di Cina itu.

Namun kisah hidup Lottie Moon justru mebangkikan komitment kekal kita hari ini, termasuk saya untuk memutuskan tetap setia kepada kebenaran Firman Allah, yang tidak terdapat kesalahan, yang mutlak dan yang diinspirasikan Allah.

Tahun berlalu, dan sekarang telah sampai pada tahun 1911. Lottie Moon telah menjadi misionari di Cina Utara selama 39 tahun. Pada tahun tersebut terjadilah kelaparan yang tragis di Ping Tue, dan orang-orang Kristen yang telah dimenangkannya mulai mati kelaparan.

Pada masa-masa yang sulit itu Badan Misi Internasional di Amerika bahkan meminjam uang untuk membiyayai pelayanan misi di dunia.  Jemaat kita tidak memberi cukup uang untuk membiyayai para misionaris, sehingga gereja terpaksa meminjam uang dari Bank di Richmond guna membayar gaji para misionaris.

Di Cina, di TING CHOW dan di PING TUE, Lottie Moon mengeluarkan seluruh tabungannya dari Bank di Shanghai untuk membantu orang-orang Kristen. Ia memberikan seluruh gajinya kepada yang kelaparan dan ia menolak untuk menerima gaji hasil uang pinjaman.

Saya pribadi tidak dapat mengerti kebenaran dari tindakannya ketika mendengar berita dari misionaris yang lain.  Apa yang Lottie katakan adalah: “Saya tidak akan makan. Saya tidak akan makan sewaktu orang Kristen saya sedang mati kelaparan di PING TUE.”  Dia juga berkata  “Saya tidak akan hidup dari uang pinjaman!”.

 

Mendengar pernyataannya itu, seorang dokter segera dikirim untuk melihat nona Lottie dan memberikan diagnosa: “Dia mogok makan untuk mati”. Mereka segera pulang membawanya ke Pelabuhan di Shanghai ke atas Kapal Uap “Manchuria”, untuk dikembalikan ke Amerika.

Ketika itu di atas kapal ada seorang perawat bernama Cynthia Miller, yang akan kembali berlibur dan mereka menugaskan dia untuk merawat Lottie Moon.  Dalam perjalananya ke Amerika, kapal tersebut berhenti di KOBE – Jepang. Dan ketika kapal berlabuh disana, di Teluk KOBE, Cynthia Miller, perawat itu melihat Miss Lottie memanggil-manggil Cynthia dengan memberi salam dengan cara orang Cina. Ia menundukkan kepalanya untuk mendengarkan apa yang dikatakan oleh msionari itu.   Nona Lotte Moon memberi salam dengan cara orang Cina, menggenggam tangannya, memanggil nama-nama ortang Kristen yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.

            Apa pandangan Anda tentang hal itu?  Apakah Anda pikir orang-orang yang telah meninggal itu, diselamatkan Allah, pada detik-detik terakhir dalam hidup mereka memberi salam mereka yang mendahului mereka?  Dalam pelayanan penggembalaan saya, saya sering tersandung dengan hal itu.  Seorang ibu, ayah, anak laki-laki, seorang anak perempuan, seorang teman kekasih atau sumai, sebelum kematian menjemput mereka, mereka melihat sorga, dan mereka memberi salam mereka yang telah dikenal dan kasihi dalam tahun-tahun yang telah berlalu.  Bagaimana pandangan Anda mengenai itu?  Itu adalah cara Lottie Moon meninggal, memberi salam kepada sahabat-sahabat lamanya, yakni orang-orang Cina yang ia telah kenal di tahun-tahun yang telah silam.  

Menurut hukum di Jepang, mayatnya harus di kremasi, dan Cynthia Miller membawa debunya ke Amerika, dan kemudian dikebumikan di tempat pemakaman di Crew, Virginia, di samping saudara laki-lakinya.  Pada batu nisan yang dari marmer, secara sederhana tertulis kata-kata: “Namanya Lottie Moon, tahun ia hidup, 1840-1912, dan kalimat berikutnya: “Empat puluh tahun sebagi misionari Southern Baptis di Cina.”  Dan kata-kata terakhir: “Setia sampai mati.”

            Di dalam gereja ada jendela kaca berwarna, dan pada kaca tersebut ada gambar wanita dengan memakai jubah panjang berjalan di ladang yang hijau.  Di bawahnya, tertulis Amanat Agung: “Pergilah ke seluruh dunia.”  Dan kalimat terakhir: “Lottie Moon, misionari kami.”  Satu pelayanan yang memberi kesan secara luar biasa di hadapan Tuhan!  Bagi saya itu luar biasa bagaimana Allah memberkati misionari yang hidup membujang dan saleh penuh pengorbanan.

            Dalam tahun-tahun yang telah berlalu tersebut, saya sedang dalam perjalanan misi untuk berkhotbah di Brazil.  Dan memimpin rapat di Receife, ibu kota dari Pernambuco, yang merupakan suatu harapan untuk Amerika Selatan, negara bagian Pernambuca. Dan Recife adalah kota modern yang besar dan sedang berkembang.  Kami memiliki pelayanan gereja Baptist yang ekstensif di Recife, dan dalam pelayanan tersebut adalah sebuah sekolah yang dihadiri oleh ratusan anak-anak muda. Dari seluruh perjalanan misi saya dan selama lebih dari tiga puluh lima tahun, saya berkeliling dunia untuk memberitakan Injil, saya belum pernah melihat seorang misi pria yang memberi kesan yang luar biasa lebih dari Alfredo Menasis di Recife, yang mengepalai sekolah besar, seorang pria yang luwes dan fasih dalam berbicara. 

            Ketika saya bertanya tentang dia, dari mana asalnya, mereka menjelaskan bahwa ia adalah salah satu pengacara yang sangat pandai di Brazil.  Di camp misi kami ada seorang misionari yang menulis biografi dari Lottie Moon, yang ditulis dalam bahasa Portugis untuk orang-orang Brazil.  Dan ia mengambil biografi dari Lottie Moon dan memberikan kepada seorang pengacara yang fasih berbicara itu dan seorang kafir.  Dilihat dari segi kepercayaannya Alfredo Menasis, beliau adalah seorang yang tidak percaya kepada Tuhan.   Tetapi karena keahliannya dalam bahasa, seorang misionari memberikan biografi Lottie Moon untuk dikoreksi, untuk menulisnya dalam bahasa portugis yang indah.

            Karena membaca biografi itu, pengacara yang pandai itu akhirnya diselamatkan.  Ia memberikan hidupnya kepada Yesus dan ia menjadi orang Kristen.  Ia menghadiri Gereja Baptist di Recife untuk mengakui imannya, iman baru yang ia temukan. 

            Sebagaimana banyak gereja-gereja dan sekarang makin bertambah bahkan di antara gereja-gereja Baptist, pengkhotbah tidak memberi undangan ke depan, tapi  hanya menutup kebaktian.  Ketika Alfredo, pengacara yang pandai itu melihat pendeta akan menutup kebaktian tanpa mengundang orang-orang ke depan, akhirnya  ia berdiri, dan berkata, “Tetapi saudara, saya telah menemukan Yesus, dan saya telah menjadi orang Kristen.  Sesuai dengan Firman Tuhan, saya mau mengaku di depan umum tentang iman saya dalam Tuhan Yesus Kristus.” 

            Ketika saya kembali ke gereja di Dallas ini, saya membuat ketetapan dalam hati saya. Kami tidak akan mempunyai kebaktian tanpa memberi undangan kepada jemaat untuk maju ke depan.  Kami akan membuka pintu ke dalam kerajaan, ke dalam persekutuan, dan ke dalam kesatuan umat Tuhan.

            Mungkin tidak ada orang yang akan memberi respon.  Itu terserah kepada Allah.  Memang kami tidak menobatkan, kami tidak menyadarkan, dan kami tidak menyelamatkan orang.  Tetapi tugas kami adalah menunjukkan jalan, meninggikan Tuhan, membuat permohonan dalam namaNya. Dan kami lakukan itu setiap jam, setiap kebaktian, dan setiap jemaat dari orang-orang kami.