Daftar Isi

 

MENINGKATKAN PELAYANAN MISI

(BOLD ADVANCE IN MISSIONS)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, MA.

Editor Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 4 Desember 1977

di First Baptist Church in Dallas

           

Satu pokok penting yang saya akan bahas dalam bagian ini adalah tentang perluasan yang penuh keberanian dalam pelayanan misi.  Secara khusus kita akan melihat seorang pakar dalam pelayanan misi Tuhan, seorang yang berani mempertaruhkan nyawanya bagi Injil Kristus. Tokoh itu adalah rasul Paulus. Sebagai dasar pembahasan kita saya akan mengambil ayat dalam 1 Korintus 9:16-17.  Dalam ayat-ayat ini Paulus menulis sebagai berikut:

 

“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.  Sebab itu adalah keharusan bagiku.  Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.  Kalau andaikata aku melakukannya, menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah.  Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.”

 

            Dalam dua ayat ini ada beberapa kata inda yang dipakai oleh Paulus yang menarik perhatian saya:

Pertama, kata “keharusan” (necessity).  Dalam ayat 16 Paulus berkata, “Necessity is laid upon me” (Sebab itu adalah keharusan bagiku). In nampaknya mengacu kepada panggilan Paulus di jalan ke Damaskus, satu panggilan yang ia tidak bisa tolak.

Kedua, kata “menurut kehendakku sendiri” (willingly) dari kata Yunani hekon.  Paulus berkata, Kalau andaikata aku melakukan menurut kehendakku sendiri” (For if I do this thing willingly). Pernyataan ini merupakan satu pengandaian tapi yang sebenarnya tidaklah demikian untuk Paulus.  Dalam kasus Paulus, ia tidak akan memperoleh upah karena memberitakan Injil, tetapi merupakan keharusan.  Petunjuk dari argumen Paulus terlihat dalam pernyataannya, “a dispensation of the gospel is commited unto me” (pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku).

Ketiga, kata “tugas”, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan  stuardship atau dispensation.  Kata asli dalam bahsa Yunani adalah oikonomia, dan tugas yang dimaksudkan di sini adalah untuk budak. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa karena Paulus sebagai seorang rasul Paulus mnengidentifikasikan dirinya sebagai seorang budak yang yang mendapat tugas dari Tuhan, Pemilik ladang penginjilan.  Sebagai seorang budak yang telah dipanggil Tuhan, Paulus mengakui bahwa ia telah dipercayakan / ditanggungkan pekerjaan pemberitaan Injil. Dan yang menarik di sini adalah bahwa Paulus memperkenalkan suatu ide tentang memberitakan Injil tanpa upah.   Sebagai contoh, misalnya seorang bapak yang memiliki sebuah rumah besar, atau tanah yang luas, maka ia akan memilih salah satu dari sekian budaknya yang memiliki bakat atau kemampuan untuk diberi tanggung jawab atas tanah tersebut.  Pertanggungan jawab itu disebut oikonomia, satu penatalayanan atau administrasi.  Contoh lain kita bisa diambil dari kehidupan budak-budak di bagian Selatan.  Seperti Anda ketahui, bahwa pekerjaan memetik kapas di daerah tersebut semuanya dilakukan oleh budak.  Demikian juga halnya di masa lampau pada masa sebelum perang di negara bagian Selatan, di mana seluruh perkebunan ditangani oleh orang-orang kulit hitam.  Seorang pemiliki perkebunan akan menyerahkan seluruh tugas administrasi dari perkebunan yang luas itu kepada seorang laki-laki kulit hitam yang telah dipilihnya. Bila kita melihat rumah-rumah di perkebunan di Louisiana, di Missisippi, dan segala sesuatu yang indah di Georgia, semua itu adalah hasil pekerjaan para budak di masa lampau. 

            Keempat, kata “ditanggungkan” (commited).  Kata Yunani untuk percaya, kepercayaan adalah pistis, dan bentuk lampaunya pistuemai. Kata “ditanggungkan” tersebut dibangun di atas kata pistio (fonetik), dengan demikian artinya “percaya akan”, “memiliki iman di dalam.”  Paulus berkata, “satu oikonomia telah dipercayakan kepadaku oleh Tuhan atau  Tuhan percaya akan aku dan Ia menyerahkan ke dalam tanganku pelayanan ini untuk menjadi seorang misionari, pemberita Injil, sehingga Yesus dikenal di dunia.  Dan dari alasan itu akhirnya ia mengekspresikan pernyataan yang tegas, “Keharusan ditanggungkan kepadaku, dan aku tidak punya pilihan.”   Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” 

Dari pernyaan-pernyataan Paulus selaku seorang pakar misionari, yang kita sudah baca dalam ayat-ayat di atas, maka saya dapat mengangkat berita yang sangat penting tentang motif-motif bagi misi, yang saya akan sampaikan dalam sesion ini. Dalam observasi saya, saya menemukan ada empat motif misi yang diusulkan oleh Paulus.

 

1. Ketersesatan manusia tanpa Kristus.

Motif pertama yang mendorong Paulus untuk melakukan pekerjaan misi adalah “ketersesatan orang-orang di dunia.” Paulus berkata “Keharusan ditanggungkan kepadaku.”  Apakah itu satu mode teologis bahwa manusia memang tersesat tanpa Kristus?  Anda mungkin memiliki berbagai macam mode-mode.  Mode-mode itu datang dan pergi.  Dalam bidang teologi, kita bisa menemukan mode-mode dalam teologis. Ada hal-hal yang dimunculkan oleh para teolog dan mereka membicarakannya, menulisnya, mengumpulkannya, mengajarkannya dan mendiskusikannya.  Kemudian,  setelah beberapa saat, mungkin duapuluh tahun kemudian, hal yang lain akan muncul lagi, dan demikian seterusnya.

            Dalam mode teologi, satu pertanyaan yang diperdebatkan adalah, “apakah orang-orang yang tersesat tanpa Kristus akan menghadapi penghakiman dan terkutuk dan neraka?  Dalam tahun 1740, misalnya, bila  Anda sudah pergi ke gereja saat itu, Anda bisa mendengar Jonathan Edward berkhotbah satu khotbah yang sangat terkenal berjudul:  ORANG BERDOSA DI TANGAN ALLAH YANG MURKA.  Pada saat ia menyampaikan khotbahnya, urapan kuasa Allah turun atasnya, dan walaupun dengan mukanya yang tunduk, ketika ia membaca naskah khotbahnya, orang-orang yang mendengarnya menangis dalam kengerian karena diliputi rasa takut akan menghadapi hari penghakiman dan api neraka. 

            Anda mungkin berkata, ya, itu terjadi di tahun 1740.  Tapi dewasa ini hotbah seperti itu akan menyinggung telinga orang-orang yang berpengalaman dan budaya kita. Tema tentang hari penghakiman dan api neraka, itu memang sesuatu yang menarik pada masa Jonathan Edwards.  Tetapi, mengapa hal itu tidak terpikirkan pada zaman kita.  Sebenarnya apa yang mengganggu saya tentang satu diskusi seperti ini adalah ketika ada orang-orang mempertanyakan, apakah hal itu benar atau tidak?  Apakah memang ada penghakiman yang kita akan hadapi?  Apakah ada neraka dan hukuman di di sana? Apakah memang demikian atau tidak?

 

            Ini adalah satu perkara yang saya tidak akan mau main-main, dan saya tidak mau salah atau disesatkan.  Tentang pertanyaan apakah ada penghakiman dan neraka?  Saya akan menjawab dengan dua cara. 

Pertama, ketidaksetaraan dan ketidakadilan tentang kehidupan yang membujuk saya bahwa suatu hari akan ada satu kebenaran tentang kesalahan di dunia ini.  Misalnya, Hitler tidak pernah dibawa ke dalam pengadilan. Ia tidak pernah dituntut, bahkan tidak pernah didakwa dalam sidang pengadilan. Tetapi bagaimanapun, saya percaya bahwa suatu hari ia akan menghadapi hari penghakiman yang menakjubkan karena ia telah membinasakan jutaan orang-orang Yahudi dan menjebloskan delapan belas juta orang ke dalam pertumpahan darah, serta telah mengambil orang-orang kudus, orang-orang baik yang tidak bersalah.  Saya juga memikirkan orang-orang kudus, yang mati dan yang mayatnya dipotong-potong, dan apakah suatu hari, orang-orang yang melakukan pembunuhan itu tidak disingkapkan semua kesalahan-kesalahan mereka sebagai satu kebenaran bahwa mereka telah melakukan kejahatan itu di hadapan Tuhan?

            Saya mengajak Anda memperhatikan kebenaran berikut ini. Seyakin-yakinnya kita akan adanya air di dalam dunia, dan seyakin-yakinnya kita akan adanya udara di dalam dunia, seyakin-yakinnya juga kita akan adanya moralitas di dalam dunia, maka kita tidak dapat menghapuskan semuanya itu.  Pertanyaan saya, apakah Anda bisa membuang air keluar dari planet ini?   Apakah Anda bisa meniadakan udara keluar dari planet ini?  Demikian halnya dengan moralitas di dunia, tidak ada seorangpun yang bisa mengahapuskannya, dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarkan darinya termasuk Anda.  Juga tidak ada suku manapun yang begitu rendah yang tidak merasakan kecepatan denyutan nadi tentang apa itu benar dan apa itu salah.  Moral itu ada di dunia seperti halnya air, udara, gunung-gunung, tanah, langit.  Jadi, hal moral begitu jelas.  Suatu waktu dan pada suatu hari, Allah akan memperhitungkan apa yang benar dan apa yang salah di dunia ini.

            Kedua, dan tentu saja ini semuanya inklusif bagi saya. Saya tidak dapat menghindar bahwa Ia, yang menaruh bayi-bayi di pangkuannya dan memberkati mereka, yang hatinya tergerak oleh belas kasihan akan orang-orang yang lapar, dahaga, tertekan, miskin atau terlupakan, akan saya hadapi.  Saya tidak bisa melupakan hal itu karena Dia yang berbicara dengan sungguh-sungguh tentang penghakiman dan diikuti dengan penghukuman di neraka bagi mereka yang tidak mengenal Allah.  Saya tidak bisa melarikan diri dari hal itu, karena Tuhan sendiri yang berkata: Bahwa dalam keadaan disiksa di neraka mereka yang dihukum akan membuka mata mereka.  Tuhan sendiri berkata: Bahwa hukuman kekal itu dipersiapkan bagi kejahatan dan para malaikat yang jahat.  Paulus juga menulis: Dalam api yang menyala-nyala Ia akan datang untuk mengadakan pembalasan atas semua mereka yang menolak Allah dan yang tidak taat kepada Injil Kristus.  Rasul Yohanes, murid yang dikasihi yang menyandarkan kepalanya di bahu Yesus pada Perjamuan terakhir, menulis: Mereka yang namanya tidak tercantum dalam kitab kehidupan Anak Doma Allah akan dicampakkan ke dalam lautan api.  Simon Petrus mengkhotbahkan: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis. 4:120).

            Jika saya punya hak untuk percaya akan Kitab Suci ini, maka saya punya alasan untuk merasa sangat takut akan kedahsyatan penghakiman yang sedang menanti dan api neraka yang menyala-nyala, di mana orang-orang yang tidak taat akan Injil Kristus akan dicampakkan untuk selama-lamanya.  Pada suatu hari saya membaca khotbah  Dr. George W. Truet, di mana dalam satu khotbahnya ia bersaksi bahwa ketika ia berbicara kepada seorang pria yang tidak percaya akan hari penghakiman dan neraka, ia berkta, “Saudaraku, jika saya benar bahwa ada neraka, dan Anda salah, maka seluruh tragedi yang dihadapi oleh jiwamu akan membuat engkau telah kehilangan segala-galanya.  Tetapi, bila saya salah dan Anda benar, bahwa tidak ada neraka, maka saya sama sekali tidak kehilangan apa-apa.  Untuk hidup saya, saya telah diberkati oleh kemanisan anugerah dari Tuhan Yesus yang penuh kasih.”

            Jadi, motif  misi pertama yang dijelaskan oleh Paulus, yang harus menjadi motif kita juga adalah karena “manusia tanpa Kristus tersesat”.  Dan seperti halnya Paulus, maka kita pun harus berpikir hal yang sama,  “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil Kristus.” 

 

2. Karena kita memiliki mandat sorgawi.

Paulus berkata, “keharusan ditanggungkan kepadaku.” Aku seorang di bawah otoritas.  Aku memiliki mandat dari sorga.  Kita semua memilikinya.  Kita semua di bawah otoritas Tuhan.  Dan pengutusan agung yang ada dalam Injil Lukas, yang ada dalam Injil Matius yang mungkin kebanyakan dari kita sudah menghafal sejak kita kecil.  Dalam amanat tersebut kita diperintahkan untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid Yesus.  Kemudian yang ada dalam Kisah Para Rasul: “Kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem, dan seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”  Sebagai orang yang mengaku pengikut Anak Domba Allah, yakni Yesus Kristus, maka saya dan saudara tidak akan mungkin dapat melarikan diri dari tanggung jawab itu.      

Sebuah lukisan yang pernah menggugah hati saya, yaitu lukisann tentang Yesus di mana  satu tanganNya Ia tarus di atas bahu rasul Yohanes yang masih muda dan dengan tangan-Nya yang satu lagi, menunjuk kepada seluruh dunia.  Dengan menunjuk dunia,  Ia seolah-olah memberikan tanggung jawab besar kepada Yohanes.  Tapi itu bukan saja tanggung jawab Yohanes, melainkan juga tanggung jawab dan mandat kita yang sudah dipercayakan oleh Tuhan, dan kita tidak bisa melarikan diri dari hal itu. 

            Diceritakan bahwa ada seorang datang kepada Iron Durk dari Wellington dan berkata, Apakah kita harus memberitakan Injil kepada semua mahluk?”  Iron Durk menyahut, “Tuan, apakah perintah-perintah Tuhanmu? 

            Alfred Lord Tennyson menulis dalam sebuah syairnya yang berjudul Charge of the Ligth Brigate, kata-kata sebagai berikut:

 

            Tidak ada untuk alasan mengapa.

            Tidak ada untuk membuat balasan.

            Ada tapi melakukan dan mati

            Dalam lembah kematian

            Mengendarai mobil enam ratus

            Meriam ada di sebelah kanan mereka

            Meriam ada di sebelah kiri mereka

            Meriam ada di depan mereka

            Deru dan gemuruh

            Digempur

            Tembakan dan granat

            Dengan berani mengendarai dan baik

            Ke dalam jepitan maut

            Ke dalam mulut neraka

            Mengendarai yang enam ratus.

            Kita harus seperti itu.

 

            Kita adalah pria dan wanita di bawah otoritas, dan kita semua punya mandat dari sorga.  Apakah kita hidup atau mati, pada akhirnya itu tergantung kepada kesetiaan kita terhadap Amanat Pengutusan itu.

            Kita mempunyai cerita yang sudah dua ribu tahun tertulis di atas pasal-pasal sejarah, yang terbuka bagi kita untuk dilihat dan dibaca.  Pernah suatu ketika, pusat iman Kristiani berada di Yerusalem.  Tetapi sebagaimana Anda ketahui, itu berkembang menjadi satu agama Ebionite, yakni satu sekte legalisme dari legalisme Mosaik, dan akhirnya itu menjadi mati.  Pusat iman Kristiani yang berikutnya beralih ke Antiokia, dan pada suatu waktu, jemaat mengutus misionaris, yakni, Paulus, Silas, Barnabas dan Markus.  Betapa mulianya hal itu.  Namun kemudian Antiokia dihancurkan oleh formilisme dan pengabaian.  Setelah itu pusat iman Kristiani pindah di Constantinople.  Dan waktu itu selama tiga ratus tahun kekaisaran Byzantine kokoh, sehinga pada masa-masa itu para pengkhotbah seperti John Chrystom dan semua bishop-bishop, pendeta-pendeta dan para misionaris menjadikan kekaisaran timur dari kerajaan Romawi benar-benar menyinarkan kemuliaan Allah.  Tapi akhirnya juga menjadi dingin dan mati.

            Berikutnya, pusat iman Kristiani berpindah ke Roma, dan dari sini muncul gerakan-gerakan misionari yang menginjili orang-orang Pick, orang-orang Skotlandia, orang-orang Irlandia, orang-orang keturunan Inggris (Anglo-Saxon), orang-orang Titan, orang-orang Jerman, orang-orang Gaul dan orang-orang Beligia.  Dan seluruh Eropa selatan menjadi Kristen karena gerakan hati misionaris yang ada di Roma.  Akhirnya Roma dipenuhi dengan ribuan penyimpangan-penyimpangan. 

            Selanjutnya, gerakan hati misi itu  berpindah ke Jerman dan menyebar ke Jenewa, Edinburgh, di bawah para tokoh Reformasi.  Dan pada saat itu ada satu semangat baru dan dedikasi yang luar biasa akan Tuhan Yesus.  Namun kemudian Reformasi mengalami kemacetan dalam kesepelean teologis dan akhirnya ematian ortodoksi.  Sejarah berjalan terus, dan kemudian pusat iman Kristiani dipindahkan ke Inggris.   Dari Kettering lahirlah Baptist Mission Society.  Dan dari lembaga London Mission Society Inggris muncullah mereka yang menginjili di dunia kolonial, dan para misionaris menanam gereja-gereja Kristus di seluruh dunia.  Namun kemudian Inggris menjadi tenang-tenang saja dan acuh tak acuh, akhirnya lama kelamaan menutup misi-misinya di seluruh dunia. 

Tetapi karena misi untuk menjangkau dunia belum selesai, Tuhan akhirnya   membangkitkan Amerika.  Saya percaya Allah tidak pernah mengizinkan kehancuran bagi negara yang mengutus misionaris, negara yang memberitakan Injil, dan orang-orang yang hidup kudus dan saleh serta yang kuat berdoa.  Tetapi saya juga menjadi takut.  Kegentaran kadang-kadang menggugah jiwa saya.  Untuk negaraku Amerika, di mana anak-anak kami akan melihat dan mengenalnya, bahwa beberapa denominasi-denominasi besar yang bersejarah setuju tanpa membantah dalam semangat misionari mereka, mengirim beberapa misionaris dan memberi makan orang-orang di seberang sana satu falsafah humanis yang percaya bahwa mereka yang beragama Hindu, beragama Buda atau beragama Sinto adalah sama baiknya dengan kita orang Kristen, dan mereka dikatakan tidak tersesat sehingga mereka tidak memerlukan Juruselamat.  Mereka hanya perlu diajarkan begamana menjadi orang Buda yang baik, menjadi orang Hindu yang baik, menjadi orang  Sinto yang baik, menjadi Kongfucu yang baik dan menjadi penganut Anismisme yang baik.

            Tuhan mengatakan kepada jemaat di Efesus: “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engaku tidak bertobat.”  Apakah kata-kata Tuhan ini menjadi kenyataan?  Di dalam kurun waktu dua ribu tahun dalam sejarah, kita telah menyaksikan bahwa Allah telah melakukan hal itu.  Apakah hal itu tidak membuat kita gemetar di hadapan Tuhan?  Saya mau mengatakan kepada Anda bahwa kita tidak punya pilihan.  Satu oikonomia, satu administrasi telah dipercayakan kepada kita, kaharusan telah ditanggungkan kepada kita.  Oleha karena itu, “Celakalah aku, kita, jika kita tidak memberitakan Injil.”

 

3. Karena panggilan Allah.

Apa yang harus kita lakukan untuk pria dan wanita, para anak muda yang datang dan berkata, “Allah telah memanggil kami untuk menjadi misionari?   Pada acara Bible Camp di Mini Kamp Millie Kohn, mereka yang mengahdiri Camp tersebut diberi tantangan.  Satu dari misionari kami menyampaikan firman Tuhan dan beberapa dari pria dan wanita meresponi panggilan untuk menjadi misionaris.

            Dalam Kisah Para Rasul 13 ceitanya dimulai seperti itu.  Di situ kita membaca, Roh Kudus berkata kepada mereka yang berdoa dan berpuasa: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus begiKu untuk tugas yang telah Kutetapkan bagi mereka.”  Sekarang apa yang harus kita lakukan untuk mereka yang telah menyerahkan diri pada Camp tersebut?   Saya berkata kepada seorang yang bernama Leo, “kita sekarang pergi ke sekolah dalam masa Kesuraman.”  Saya teringat dalam tahun 1934 ada lima dari anak-anak muda tersebut membuat foto mereka di Seminari kami, dan kelimanya berdiri berdampingan.  Kemudian foto itu mereka kirim ke Southern Baptist Convention dengan berkata, “Kami telah dipanggil.  Kami telah dipersiapkan.  Kami siap untuk pergi tatepi tidak ada yang mengirim kami.”  Apakah Anda mengingat cerita itu?  Southern Baptist Convention yang pertama yang saya hadiri adalah pada tahun 1933 di Washington D.C.,  dan Charles E. Madry (fonetik), selaku pimpinan dari Foreign Mission Board mengatakan, lembaga Misi Luar Negeri (Foreign Mission Board) sebetulnya sudah bangkrut.”  Kemudian Dr. J.B. Lawrence, pimpinan dari Home Mission Board berkata, “Kami tidak mungkin bisa membayar hutang kami.”

            Saya membaca sebuah traktat yang diterbitkan pada waktu itu, dan di situ ada satu pertanyaan yang berbunyi, “Apakah Southern Baptists akan pergi untuk usaha pelayanan misi?”  Tahun itu saya mengambil persembahan Natal Lottie Moon saya.  Dan karena respon dari jemaat kami dalam memberikan persembahan misi, akhirnya merubah Forreign Mission Board kami dari bebas hutang ke masa depan yang mulia dan sekaligus menyelamatkan Home Missin Board kami.

            Kitapun akan menghadapi kehancuran yang lebih besar dari masa-masa kesuraman itu jika orang-orang kita saat ini kehilangan komitmen besar bagi penginjilan dunia.  Adalah merupakan satu hal yang paling mudah di dunia untuk mendidik pengkhotbah-pengkhotah muda ini.  Kita bisa mendidik mereka untuk menjadi konselor-konselor, lalu setelah itu mereka harus memberikan diri mereka bagi seluruh kepentingan-kepentingan masyarakat.  Mereka dididik untuk mempunyai kesadaran akan komunitas.  Akibatnya, mereka akan mengenyampingkan penginjilan dan misi bagi dunia.  Mereka akan mengabaikan pemberitakan firman Allah, dan mereka akan menjadi psikiater-psikiater atau pekerja-pekerja sosial yang baik.  Tetapi mereka bukan pengkhotbah-pengkhotbah Injil dan juga bukan lagi misionaris-misionaris. 

            Seharusnya Anda tidak perlu khawatir akan klub-klub masyarakat.  Mereka pasti akan diperhatikan.  Anda tidak perlu khawatir akan psikiater-psikiater tersebut, karena mereka akan dihasilkan oleh sekolah-sekolah kedokteran.  Apa yang kita perlu khawatirkan adalah tentang Tuhan Allah,  yang memanggil kita untuk memberitakan Injil tapi kita mengabaikannya.  Allah yang memanggil kita akan bertanya, “Siapa yang akan memanggil manusia untuk bertobat dalam iman?  Siapa yang akan pergi sebagai misionaris?  Siapa yang akan membangun gereja?  Siapa yang akan menanam Injil?  Kita seharusnya mempunyai kesadaran seperti Paulus yang berkata, “Celakalah aku jika aku tidak memberitakan itu.  Karena keharusan telah ditanggungkan atasku.  Dan oikonomia, satu tugas pemberitaan Injil telah diserahkan kepadaku.”

 

4. Untuk berbagi-bagi berkat Allah.

Motif misi yang terakhir yang saya ingi sampaikan adalah bahwa kita harus berbagi berkat-berkat Allah yang telah dicurahkan kepada kita.  Satu pertanyaan yang wajar tapi dijawab dengan pertanyaan yang lucu, yang saya telah menyebutnya beberapa kali, yakni ketika seorang pria A bertanya kepada pria B, “Bagaimana istri Anda?”  Dan ia menyahut, “Dibandingkan dengan apa?” 

            Dari pertanyaan itu, saya akhirnya berpikir tentang masa Ucapan Syukur kami yang baru saja lewat.  Betapa seharusnya kami berterimakasih.  Pertanyaan di atas muncul dalam benak saya, “Dibandingkan dengan apa?”  Saya mungkin berkta, “Ya Allah, saya berterima kasih kepada Engkau karena saya memiliki roti untuk di makan.  Dibandingkan dengan apa?  Saya berterima kasih karena di sini saya memiliki roti untuk dimakan, sementara saudara-saudara saya  yang ada di sebelah sana mati kelaparan.  Apakah hanya itu?  Dibandingkan dengan apa?   Ya Allah yang kekasih, saya berterima kasih karena saya memiliki kesehatan sementara saudara saya yang ada di sana merintih dalam kepedihan, dalam keadaan sakit, kurus dan mati.  Apakah itu alasan saya berterima kasih?  Saya memiliki kesehatan dan dia nyaris mati?  Apakah itu saja?  Dibandingkan dengan apa?”  Ya Allah yang kekasih, saya berterima kasih karena saya hidup dalam kemakmuran sementara saudara di sana binasa karena hidup dalam kemiskinan?  Apakah itu alasan saya untuk berterima kasih?  Tuhan, saya berterima kasih karena saya tidak seperti orang lain.  Orang-orang di sana mati kelaparan.  Orang yang di sana di atas tempat tidur terluka dan sakit, dan yang lainnya lagi merana kelaparan dan sulit untuk dilukiskan. 

Apakah itu rasa terima kasih saya kepada Allah?  Kita tidak dapat berpikir seperti itu.  Ucapan terima kasih yang benar seharusnya adalah sebagai berikut.  Ya Allah, saya berterima kasih kepada Engkau bahwa saya memiliki roti untuk saya makan, dan saya dapat membagi-bagikannya dengan saudara-saudara yang kelaparan.  Tuhan, saya berterima kasih kepada Engkau karena saya mempunyai kesehatan dan kekuatan, bahwa saya dapat duduk atau berlutut atau memegang tangan di samping seseorang yang memerlukan dorongan dan berdoa dengannya serta mengingat akan dia.  Ya Allah yang kekasih, saya berterima kasih kepadaMu karena di Amerika kami hidup dalam kemakmuran, bahwa kami bisa berbagi-bagi apa yang kami miliki dengan orang lain yang tidak memiliki apa-apa.  Demikianlah seharusnya ucapan terima kasih kita kepada Tuhan.  Ya Tuhan, saya berterima kasih kepadaMu untuk para orang-tua Kristen, untuk rumah tangga Kristenku, untuk gerejaku yang kecil di mana aku dapat menerima keselamatan.  Dan saya berterima kasih kepadaMu karena Engkau menyelamatkan jiwaku.  Aku berterima kasih kepada Engkau, ya Tuhan, atas berkat-berkat-Mu dalam Kristus Yesus sehingga saya bisa berbagi-bagi anugerah, kasih dan kesalehan dengan orang-orang di seluruh dunia. Sikap dan ketentuan seperti itu harus menjadi kebenaran dan kenyataan dalam pemberitaan Injil. 

 

Kesimpulan:

Sebagai kesimpulan, saya akan mengajak Anda melihat cerita dalam II Raja-Raja 7.  Di situ kita menemukan ada orang-orang sakit kusta yang hampir mati yang berada di depan pintu gerbang kota.  Mereka berkata:  Baiklah kita masuk ke kota, padahal dalam kota ada kelaparan, kita akan mati di sana. Dan jika kita tinggal di sini, kita akan mati juga. Jadi sekarang, marilah kita menyeberang ke perkemahan tentara Aram.  Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati..”  Lalu pada waktu malam hari, Allah membuat tentara Aram itu mendengar bunyi kereta, bunyi kuda, bunyi tentara yang besar.  Dan pada malam itu juga mereka meninggalkan begitu saja kuda-kuda, binatang-binatang, dan kemah mereka.  Dan orang-orang yang sakit kusta itu memasuki kemah pertama dan menemui kekayaan tentara Aram dan selanjutnya mereka measuki kemah demi kemah dan akhirnya seluruh temapat perkemahan tersebut. Mereka sangat kaget karena tidak menemui tentara Aram di sana.  Di sana mereka melihat emas, perak dan pakaian serta kekayaan mereka, lalu berkatalah yang seorang kepada yang lain: Hari ini adalah hari khabar baik.  Tetapi kita tinggal diam saja.  Jadi marilah kita menyampaikannya. Lalu mereka pergi ke kota dan membangunkan para penjaga dan berkata: Bawalah raja.  Dan raja beserta orang-orang yang kelaparan keluar. 

Dalam cerita itu kita melihat Allah hadir untuk menolong orang-orang terlantar di dunia.  Apakah berbagi-bagi berkat Allah kepada orang-orang terlantar merupakan motif misi kita juga?  Tuhan kiranya memberi kita motif-motif yang benar dalam menjalankan misi Allah.