Daftar Isi

 

MENABUR DAN MENUAI

(SOWING AND REAPING)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, M.A.

 

Yohanes 4:37

04-26-87

 

Tema yang saya angkat dari Yohanes 4:37 adalah, “Menabur dan Menuai.”  Pada awal dari khotbah saya ini saya membuat satu permohonan, dan kemudian pada akhir dari khotbah saya, akan diimplementasikan, saya akan memperluas undangan ini.

Ketika kita tiba pada kesimpulan, jemaat akan saya mohon berdiri, dan paduan suara akan berdiri dan menyanyikan lagu hymne yang berisi undangan.  Permohonan undangan itu akan dibagi menjadi dua bagian:

 

            Pertama, dalam undangan itu saya akan mengundang saudara-saudara yang belum percaya untuk memberikan hati mereka kepada Tuhan dan beriman kepadaNya, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.  Untuk saudara-saudara yang datang dengan keluarga, saya mohon Anda membawa seluruh keluarga ke depan.  Anda mungkin akan menyerahkan keluarga Anda dalam satu persekutuan gereja, atau mungkin untuk maksud menerima Tuhan, atau datang ke gereja dengan surat atau pernyataan, atau untuk menjawab permohonan Roh Kudus dalam hati Anda.  Itu adalah bagian pertama.

 

            Kedua, pada undangan kedua ini, jemaat tetap dalam keadaan duduk dan paduan suara akan berdiri dan menyanyi.  Pada saat ini kita akan memberi komitmen kita kepada Allah untuk memohon Dia memberkati kita dalam pelayanan memenagkan jiwa-jiwa.  Untuk pelaksanaan ini, nanti kita menganjurkan mereka untuk mengikuti kelas memenangkan jiwa (kelas penginjilan) selama empat kali pada hari Minggu malam di bulan Mei yang diajarkan oleh Saudara Proctor dari Home Mission Board.  Berdoa untuk memohon Allah untuk memberkati kita dalam usaha bersaksi, itu akan dilakukan dilakukan oleh gembala sidang.  Ketika kita datang ke depan, kita akan berlutut dan memohon kapada Tuhan untuk memberkati kita dan kita kan menerima apa yang kita bisa terima, sesuai dengan kemampuan kita untuk menyelamatkan orang-orang terhilang.

 

            Dalam Injil Yohanes 4:35 kita membaca Yesus berkata sebagai berkut: “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu:Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”   Saya dapat membayangkan ketika Tuhan kita mengatakan hal itu.  Pada saat itu Ia melihat orang-orang Samaria yang datang dengan berbondong-bondong memenuhi kota Sikhar, yang dalam keadaan lapar dan penuh kebencian, mereka mencari Yesus. 

 

            Bila kita berdoa untuk memohon jiwa-jiwa, “Allah pasti akan memberikan kita tuaian.”   Berita dari firman yang kudus ini dicetak sebagai satu permohonan dengan memnajtkan doa yang sungguh-sungguh: “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”   Dari kata-kata ini Tuhan Yesus memberitahukan kita bahwa ada sesuatu yang Ia lihat, yakni orang-orang Samaria yang datang berbondong-bondong hendak berjumpa dengan Yesus.  Persoalan kita mengapa sering kita tidak bisa melihat apa yang Tuhan liha adalah karena mata kita tertutup, dan kepala kita menunduk.  Kita tidak membuaka mata dan memandang sehingga kita tidak melihat.  Dan bila kita mengangkat kepala kita dan memandang, kita hanya melihat peraturan-peraturan dan pajak-pajak,  pemerintah, atau usaha-usaha, pekerjaan-pekerjaan, bayaran-bayaran, atau persoalan-persoalan keluarga dan anak-anak, penyakit, rasa sakit dan luka hati. 

 

            Hidup kita begitu terikat dengan perkara-perkara dunia, sehingga hati kita tidak punya ruangan tentang Allah.  Ada sesuatu yang perlu kita lihat.  “Bukalah mata Anda dan lihatlah.”  Kita hidup di kota besar, dan ada banyak keluarga-keluarga yang terhilang disekitar kita, mereka benar-benar seperti lautan yang luas.  Saya pernah berdiri di tengah-tengah ladang gandang yang luas di tengah-tengah Amerika.  Dari horisontal ke horisontal sejauh mata dapat memandang ladang gandung yang begitu luas itu, yang melambai-lambai ditiup angin.  Saya melihat kota kita seperti itu.  Setiap arah Anda tengok, ada beribu-ribu orang yang memerlukan Tuhan. 

 

            Dan ini adalah tugas kita dari Tuhan.  “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah.” Satu saat mereka akan menghadapi hukuman kekal.  Bagaimana dengan Anda, apakah Anda siap?  Apakah Anda telah mempersiapkan diri?  Apakah Anda sudah diselamatkan?  Dan apakah arti dan tujuan hidup mereka sekarang?  Ada sesuatu yang dilihat dan juga ada sesuatu yang dapat dirasakan.  Tuhan kita sangat sadar akan kebutuhan manusia di sekitarNya.  Dan ketika Ia melihat orang-orang banyak, hatinya tergerak dengan belas kasihan atas mereka karena mereka letih lesu berserakan sepeti domba tanpa gembala.  Dan Ia berkata kepada murid-muridNya, ‘Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit.  Berdoalah kepada Tuhan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja untuk tuaianNya.”

 

            Hati Tuhan kita senantiasa tergerak oleh belas kasihan akan oang-orang terhilang. Satu contoh, dalam Lukas 19 ketika Yesus tiba di Yerusalem dan ketika melihat kota itu Ia menangis.  Dan demikianlah tepatnya terjemahan itu, “Yesus menangis.”  Beratnya beban yang Yesus rasakan, perasaan peduli akan mereka, membuat hatiNya jatuh belas kasihan dan menangis.  Kita seharusnya seperti itu.  Kita harus punya rasa peduli akan keselamatan manusia.   Ketika Tuhan kita berada di kota Shikar, murid-murid Yesus datang kepadaNya untuk membawakan makanan dan berkata, “Rabi, makanlah.”  HatiNya sangat berbeban, dan Ia berkata kepada mereka, “Aku tidak lapar. PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.”  Makanan yang Yesus sebut itu adalah Roti sorgawi, bersekutu dengan Allah, mensayfaati orang-orang terhilang.   Kita harus seperti itu, menyadari akan harga dan nilai dari jiwa-jiwa manusia, yang lebih berharga dari semua harta yang pernah kita miliki. 

 

            Ketika Yesus ada di Garasa, di seberang danau Galilea, disebelah timurnya, ada orang-orang kehilangan kawanan babi-babi mereka oleh karena ada seseorang yang dirasuk roh-roh jahat. Karena peristiwa itu orang-orang di daerah tersebut menyuruh Yesus keluar meninggalkan mereka.  Untuk saya, hal itu sungguh sesuatu yang tidak dapat dapat saya bayangkan ketika saya mambaca bahwa orang-orang di daerah Gadara lebih menghargai babi-babi mereka dari jiwa orang yang dirasuk roh-roh jahat itu.  Akan tetapi kita pun sering seperti itu.  Coba bandingkan waktu dan energi yang kita curahkan demi hal-hal materi untuk hidup ini dengan kemanisan pelayanan kita bagi Kristus, kita seperti orang-orang Gadara.  Kita lebih menganggap barang-barnag lebih penting dari jiwa-jiwa.  Saya juga melihat bahwa kita lebih mementingkan tempat-tempat untuk fisik kita dari pada kepentingan untuk jiwa kita.

 

            Saya mulai melayani sebagai gemabala sidang sekitar enam puluh tahun lalu, dan waktu itu saya masih muda. Pada masa-masa itu, saya tidak akan tidur sampai larut malam bersama satu keluarga untuk menghadiri salah seorang anggota jemaat yang sakit parah dan yang akan meninggal.  Bahkan, sebagai gembala sidang yang masih muda, melihat mereka, saya akan senantiasa peka terhadap kepentingan dan beban yang luar biasa terhadap kehidupan tubuh dari seorang anggota jemaat yang kekasih, tetapi tidak bereban dan peduli akan jiwa yang hidup selama-lamanya.  Saya berdoa kiranya Tuhan  menempatkan dalam hidup kita kepedulian, kecintaan dan kesadaran akan jiwa-jiwa yang terhilang.

 

            Pada suatu hari saya melihat seorang ibu di ruang masuk hotel, sedang duduk di sana menunggu suaminya.  Kemudian saya melihat seorang bapa yang saleh datang dan duduk di dekatnya.  Bapak itu menceritakan kepadanya tentang Yesus, tentang jiwanya dan kehidupan yang akan datang.  Ketika suaminya datang mereka berdua naik ke atas ke kamar hotel, dan wanita itu dengan tenang merenungkan kata-kata bapak yang telah bercerita kepadanya.  Melihat istrinya diam saja, suaminya berkata, “sayang, ada apa dengan dirimu?  Sang istri menjawab, “Ketika saya sedang duduk di ruang tunggu tadi menunggu kamu, seorang bapak datang kepada saya dan duduk di samping saya, dan ia berbicara kepada saya tentang jiwa saya.”  Mendengar itu sang suami berkata dengan marah, “Kalau begitu, mengapa engkau tidak berkata kepadanya bahwa itu bukan urusannya, tapi urusan kamu dengan jiwamu.”  Istri yang kekasih itu menjawab, “Tetapi suamiku, bila kamu melihat wajah orang itu dan mendengarkan nada suaranya, kamu pasti akan berpikir bahwa itu memang merupakan bagian dari urusannya.” 

 

            Kepedulian dan kesadaran dan kecintaan akan jiwa-jiwa yang ada dalam hidup kita akan membuat hidup kita menjadi gaya tarik bagi orang lain.  Suatu hari saya pergi ke satu rumah untuk memimpin seorang anak laki-laki berumur sekitar sepuluh atau dua belas tahun untuk menerima Kristus.  Saya duduk di samping dia di sebuah ruangan keluarga.  Anda mungkin berpikir bahwa ia akan keras seperti seorang kriminal.  Saya berbicara kepadanya dan menjelaskan jalan keselamatan.  Anak tersebut sama sekali tidak memberi respon.  Ketika saya berada dalam kegagalan untuk menarik dia, kakak perempuannya yang umurnya satu tahun lebih tua dari dia, datang dan duduk di sampingnya.  Sementara duduk di kursi, kakak perempuannya menundukkan kepalanya dan menutup wajahnya dengan tangannya lalu mulai menangis. Saya bisa melihat air matanya menetes di antara jari-jarinya.  Anak laki-laki itu seperti bingung melihat kakaknya yang sedang menangis dan juga melihat saya, kemudian melihat kembali pada kakaknya dan berpaling lagi kepada saya.  Air mata dan rasa cinta kakaknya akan jiwa adiknya yang sedang terhilang itu mebuat hati anak laki-laki itu hancur luluh dan akhirnya menerima Tuhan lalu kemudian dibaptis. 

 

            Biarlah masing-masing kita berdoa kepada Tuhan meminta agar Dia menaruh beberapa jiwa dalam hati kita, dan mengasihi jiwa-jiwa itu.  Dan kiranya kita bisa menjadi bagian untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan.  Sesuatu yang kita bisa rasakan, merasakan apa yang dirasakan oleh Yesus, dan melakukan apa yang dilakukan Yesus.

 

            Dalam Kitab Injil kita membaca, “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam ruamh-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan” (Mat.8:35).  Yesus senantiasa melakukan hal itu. Tuhan Yesus berbicara dengan Nikodemus, dan kita tidak tahu berapa lama Ia berbicara malam itu.  Pembicaraan Yesus dengan Nikodemus merupakan khotbah terbesar yang pernah dikhotbahkan tentang kelahiran baru.

 

            Kemudian, Yesus juga berbicara dengan perempuan Samaria, seorang yang terbuang dari masyarakat, yang memiliki lima suami dan rupanya hanya ada satu suami yang tetap hidup dengannya.  Walaupun dia hidup terbuang dari masyarakat, Yesus ada di sana untuk menyediakan waktu dengannya, berbicara kepadanya.  Pembicaraan Yesus dengan wanita tersebut merupakan khotbah yang luarbiasa tentang ibadah secara rohani.

 

            Itulah Yesus.  Dia juga berbicara kepada seorang pemipin muda yang kaya, mengundang dia masuk dalam kerajaan Allah.  Tapi orang tersebut tidak menaati anjuran Yesus.  Dari sini kita belajar bahwa kitapun akan mengalami hal yang sama.  Tidak semua orang yang mendengarkan pemberitaan kita akan menerima Tuhan.  Tetapi Yesus telah bersaksi.  Yesus juga berbicara kepada Zakeus, seorang yang dibenci dan direndahkan oleh masyarakat.

 

            Itulah Yesus, yang kita temukan dalam Injil senantiasa bersaksi, menagajar, berkhotbah, mengundang, memohon, berdoa, dan sebagainya.  Itulah Yesus, itulah seluruh kehidupanNya.  Saya tidak dapat melakukan itu.  Saudara mungkin berkata, “Pendeta, kami semua kikuk dan ragu-ragu dalam berbicara dan tidak berbakat dalam meyakinkan orang.”  Tuhan tahu semua itu.  Kita semua mempunyai karunia yang berbeda-beda. Itu benar sekali.  Paulus menulis panjang lebar mengenai hal itu.  Tubuh kita tidak semuanya kaki, tidak semuanya tangan, tidak semuanya mata.  Bagian-bagian yang berbeda dari tubuh membuat tubuh itu berguna dan indah.  Allah mengetahui itu.  Kita memiliki karunia yang berbeda.  Namun menggunakan karunia-karunia yang berbeda itu membuat tubuh Kristus lancar dan indah. 

 

            Namun demikian, ada sesuatu di mana kita semua dapat melakukannya.  Kita semua dapat berdoa.  Kita bisa berbeban, menangisi anak kita laki-laki san anak kita perempuan, keluarga kita, tetangga kita, teman-teman kita, teman kelas, agar mereka dapat diselamatkan. Kita bisa memakai telepon, menulis surat, bertepuk tangan dengan semangat, dan mengatakan kata-kata yang baik tentang Yesus.  Jadi, ada banyak hal yang dapat kita lakukan jika kita memiliki hati dan kecintaan untuk meresponi Tuhan.  Tetapi sikap yang dingin dan acuh tak acuh akan menghancurkan undangan  kerajaan Allah.

 

            Tuhan kita begitu mendorong kita dalam iman dan cara  untuk meyakinkan orang-orang, sebagaimana kita dapat membaca dalam ayat-ayat firman Tuhan berikut ini: 

 

  1. Amsal  11:30: “Siapa bijak, mengambil hati orang.”
  2. Daniel 12:3: “Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.” 
  3. Yakobus 5:20: “Ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.” 
  4. Yesaya 55:11: “Demikianlah firmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia ...”
  5. Mazmur 126:5-6: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benaih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”
  6. Galatia 6:9: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

 

Ada satu keluarga kekasih dalam gereja di Dallas ini, dan saya pernah bertanya kepada mereka, “Bagaimana saudara bisa menjadi keluarga yang begitu manis dalam jemaat kita yang kekasih ini?”  Mereka menjawab, “Ada seseorang yang datang ke rumah kami, mengetok pintu, dan mengundang kami menghadiri gereja ini.  Dan pada minggu pertama ketika kami datang, kami memberikan hati kami kepada Tuhan, dan seluruh anggota keluarga kami akhirnya dibaptis di sini.”

 

Kadang-kadang seperti itu, respon yang mendadak bisa terjadi.  Kadang kala bertahu-tahun baru ada respon.  Tetapi firman Tuhan berkata, “Barangsiapa yang menabur ia pula akan menuai dengan sukacita.”  Kata-kata yang Anda sampaikan beberpa tahun yang telah lampau, sikap yang bijaksana yang Anda buat di hari-hari lalu, akan menghasilkan buah setelah beberapa tahun kemudian.

 

Tidak ada kata-kata yang disampaikan oleh Tuhan pernah jatuh dengan sia-sia dan tidak akan mengasilkan buah.  Biar bagaimanapun Allah pasti memberkatinya.  Dan itulah keyakinan kita dewasa ini.  Yang penting, pertama-tama, berikan hati Anda kepada Tuhan, atau juga bisa membawa keluarga Anda ke dalam persekutuan gerejaNya. Selanjutnya, Tuhan sendirilah yang akan menumbuhkan benih yang sudah ditabur dalam hati Anda dan hati keluarga Anda.