KUTUK DAN SALIB
(THE CURSE AND THE TREE)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian di Minggu Pagi, 1 Oktober 1972
di First Baptist Church in Dallas
Teks: Galatia 3:13
Kami ucapkan selamat bergabung kepada para pendengar radio dan pemirsa televisi sekalian, anda sedang mengikuti kebaktian di First Baptist Church Dallas. Ini adalah gembala kami yang akan menyampaikan firman Tuhan pada pagi ini, yaitu seri khotbah dari Galatia. Sekarang kita sampai di pasal tiga dari surat Paulus kepada jemaat-jemaat yang telah ia rintis pada perjalanan misi pertamanya ini. Tema khotbah pagi ini adalah KUTUK DAN SALIB. Dan yang menjadi latar belakang teks kita, pertama kita akan membaca ayat dari Kitab Ulangan yang dikutip oleh Paulus dalam teks kita pagi ini.
Dalam Ulangan 21, menyimpulkan pasal ini dengan perkataan-perkataan berikut ini,
“Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu” (Ulangan 21:22-23).
Perhatikan kalimat ini – “sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah” – selanjutnya lihat bagaimana ayat ini dikutip dalam Galatia 3:
“Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:10-13)
– Rasul mengutip kalimat ini dari Ulangan 21:23
Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. So then they which be of faith are blessed with faithful Abraham” (Galatia 3:14).
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13). Di antara semua pohon yang tumbuh di Yerusalam pada zaman Pontius Pilatus, gubernor Yudea, ada satu pohon yang menjulang tinggi. Namun oleh karena kejahatan, pohon yang begitu indah itu harus ditebang, semua daun-daunnya yang rindang di tebang habis, kemudian batangnya dikuliti. Dan batang kayu itu kemudian dibelah dan dijadikan sebuah palang atau salib yang kasar untuk menggantung penjahat sebagai eksekusi hukuman mati. Di antara manusia yang hidup pada zaman Pontius Pilatus itu ada seorang yang sangat mulia yang patut ditinggikan di atas semua orang. Dia adalah Anak Allah yang kudus dan suci dalam hidup-Nya, yang penuh belas kasihan, tidak memikirkan dirinya sendiri, dan yang menyerahkan dirinya sendiri bagi semua orang yang membutuhan kesembuhan dan keselamatan dari Allah. Ia dihinakan dan direndahkan dan dengan kejam orang-orang yang haus darah itu melepaskan kemuliaan-Nya. Mereka mengambil pakaian-Nya dan membagai-baginya di antara mereka, bahkan melempar undi untuk jubah-Nya. Mereka memakukan Dia di kayu salib dan menggantung Dia di sana dalam keadaan telanjang. Mereka menggantung Dia di sana untuk mengumumkan bagi dunia dan sorga bahwa orang yang tergantung itu adalah penjahat yang penuh dosa.
Setelah penderitaan itu berakhir, manusia menurunkan Dia yang telah mati itu dari kayu salib. Namun sebenarnya mereka tidak dapat memisahkan Dia dari salibnya untuk selama-lamanya. Hubungan Yesus dan salib terus memenuhi pikiran manusia di sepanjang sejarah, yaitu kenangan akan Kristus yang pernah disalibkan. Dalam kuasa dan kemuliaan Allah akhirnya Dia hidup kembali, bangkit dari antara orang mati. Pengumuman yang sangat menggembirakan bagi para murid adalah bahwa “Ia hidup!” Kabar baik yang mulia ini bagaikan bensin yang terbakar, menyebar dari hati ke hati dan dari mulut ke mulut sampai seluruh Yerusalem, Yudea dan Samaria, bahkan sampai seberang Laut Mediterania dan sampai seluruh dunia Yunani-Romawi mendengar kabar gembira itu. Kristus, Anak Allah, yang telah mati di kayu salib itu telah hidup kembali. Dan pohon itu mulai tumbuh. Akar-akarnya merambat masuk ke dalam jantung bumi.
Apakah istimewanya salib kasar itu? Sehingga banyak orang Kristen yang dilempar ke coliseum (suatau arena pertandingan) Roma untuk menjadi mangsa singa-singa yang sedang kelaparan demi pemberitaan tentang salib ini. Dan bahkan Paulus menulis demikian, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia” (Galatia 6:14). Salib itu telah menghiasi dan menginspirasi banyak puisi dan seni dan literatur dan khotbah. Dan itu adalah salib di mana Anak Allah dipakukan di sana sampai mati. Di banyak tempat ibadah di seluruh dunia anda akan melihat salib di pasang di puncak-puncak tempat ibadah itu tepat di tengah depan tempat ibadah itu. Banyak kalung atau berbagai perhiasan dari emas dan permata dibuat berbentuk salib. Anda akan menemukan salib yang tak terhitung jumlahnya di rumah-rumah ibadah di seluruh dunia yang menunjukkan pengharapan manusi di dalam Allah yang begitu mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mati bagi kita.
Saya pernah pergi dari Hong Kong ke Macao, salah satu koloni Portugis yang saat ini berada di bawah kekuasaan China. Saya pikir yang paling luar bisa dari kota ini, salah satu keistimewaan yang saya temukan ketika saya ada dalam pesawat yang terbang di atas pegunungan sebelum memasuki kota itu adalah gedung gereja St. Paul’s Cathedral. Tidak ada apa-apa di gereja itu, namun di depan gereja itu terdapat menara salib menjulang tinggi yang begitu indah. Gedung gereja itu telah rusak oleh karena gempa bumi yang dahsyat disertai dengan kebakaran, angin topan dan banjir bandang yang telah merusak gedung gereja itu. Namun yang masih tersisa di sana adalah tembok-tembok gedung gereja itu dan menara salib yang menjulang tinggi. John Bowring, lahir pada tahun 1792, pernah mengunjungi Macao dan melihat pemandangan muka gereja dan menara salib yang berdiri sendiri di tempat tandus itu selama berabad-abad, dan kemudian ia menulis lagu pujian yang begitu indah,
Salib Kristus kubanggakan,
Tak berubah tiap masa;
Kisah suci dipancarkan,
Bagi isi dunia.
Suka, duka, bala, berkah,
Dikuduskan salib-Nya;
Rasa damai tak berubah
Dalam Kristus s’lamanya!
[John Bowring, “In the Cross of Christ I Glory”/Terjemahan Nyanian Pujian No. 69].
Kutuk menjadi berkat: “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:13, 14) – kutuk menjadi berkat dan janji.
Apa yang telah Allah kerjakan melalui kayu salib yang digunakan untuk tujuan yang tidak manusiawi itu? Apa yang telah Allah kerjakan dengan kayu salib itu? Karena melalui salib itu telah datang kepada kita pengharapan keselamatan kita.
DARI KAYU SALIB ITU DATANG PENGHARAPAN KESELAMATAN
Seperti yang dituliskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 1:18-24 seperti berikut ini: “Sebab pemberitaan tentang salib” – Kristus yang dipakukan di kayu salib, Kristus yang mati dalam penderitaan dan air mata dan berlumuran darah-Nya sendiri – “memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah… kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan (scandalon) dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan (morian)” (1 Korintus 1:23). Bagaimana mungkin orang menyebut dirinya sendiri waras bila ia berdiri di hadapan para filsuf yang telah dididik di universitas-universitas Athena dan memberitakan keselamatan melalui salib yang merupakan alat eksekusi atau hukuman mati bagi seseorang? “untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah” (I Korintus 1:24). Salib Kristus menunjukkan berkat dan kuasa dan kasih Allah serta anugerah keselamatan dari Allah bagi kita. Itu adalah tanda perlindungan dan kemerdekaan kita.
Sepanjang abad dan masa, manusia telah dihimpit oleh kegelapan, kekuwatiran dan oleh ketakutan akan kematian dan oleh kekejaman dan ketidak-perikemanusiaan, namun di dalam salib kita menemukan kebenaran dan kebebasan dan kemerdekaan serta keselamatan. Sebagaimana Tuhan berkata dalam Yohanes 8, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yohanes 8:32). Dan dalam Yohanes 14:6, Ia juga berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yohanes 14:6). Kebebasan dan kemerdekaan ini telah datang kepada kita di dalam salib Anak Allah. Kemerdekaan itu telah datang kepada para pembela iman yang telah mati demi kebenaran di Coliseum itu. Di dalam salib itu telah datang kesembuhan dan keselamatan bagi para pembela iman itu. Di dalam salib itu telah datang kemerdekaan dan kebebasan bagi para budak di seluruh dunia. Di dalam salib itu telah datang perlindungan bagi para tawanan. Di dalam salib itu telah datang pengangkatan derajat kaum wanita. Di dalam salib itu telah datang pelayanan bagi anak-anak yang tidak berdosa. Dalam salib itu datang pendidikan bagi pikiran yang ada dalam kegelapan. Dalam salib itu datang penghiburan bagi yang sakit dan memerlukan pertolongan. Di manapun salib Kristus ditinggikan, dimana saja kayu salib itu ditinggikan, entah di panti asuhan, rumah sakit, sekolah, mapun gereja, itu menunjukkan pengharaan manusia akan sorga.
Dalam salib itu datang transformasi kuasa Kristus, Anak tunggal Allah, kepada kita. Dari gelap terbitlah terang dan dari kematian datanglah kehidupan dan dari penderitaan datanglah keselamatan. Tiga tahun pelayanan-Nya, tiga jam kegelapan menyelimuti bumi ketika matahari menolak untuk bersinar pada saat Ia mati di kayu salib. Tiga hari ia masuk ke dalam kubur yang dingin dan gelap, namun kemudian terpujilah, terpujilah, terpujilah, Ia bangkit dari antara orang mati. Dan berita tentang Pentakosta-Nya mentransformasi, mengubah, kuasa kelahiran kembali telah menjadikan manusia baru. Simon Petrus tidak lagi menjadi pengecut. Murid-murid yang ketakutan dan menyembunyikan diri untuk tidak tampil di depan umum di Yerusalem kini menjadi pemberani seperti singa. Mereka berdiri dan memberitakan kabar baik yang mulia bahwa Kristus telah bangkit dari kematian dan di dalam Dia ada kuasa, kuasa yang menghidupkan, kuasa untuk membangkitkan dari kubur, kuasa untuk dapat melihat wajah Tuhan. Mereka adalah manusia baru. Dan juga kuasa transformasi yang sama menyentuh dunia Yunani-Romawi dan menjadikan masyarakat baru. Dan kemanapun Injil itu diberitakan, kegelapan negeri disinari oleh terang dan kemuliaan dan kemenangan. Dan kuasa transformasi dari salib itu bahkan menjangkau hidup kita, hati kita, keluarga kita di mana kita hidup sekarang ini. Di dalam Dia kita menjadi manusia baru. Orang-orang percaya adalah ciptaan baru. Ia telah ditransformasi oleh kuasa Injil di dalam pemberitaan salib.
Ketika mempersiapkan khotbah ini, saya membaca sebuah kisah yang menggambarkan kuasa transformasi dari anugerah Allah di dalam Kristus Yesus. Ada seorang laki-laki yang adalah seorang pemabuk. Ia menghabiskan uangnya untuk membeli alkohol. Ia hidup dalam dosa dan sementara itu anak-anaknya menderita dan kelaparan. Istrinya diterlantarkan dan dibiarkan kelaparan. Rumahnya seperti tidak ada kepala keluarga. Semua perabotan rumah habis dijualnya sehingga menjadikan rumah itu menjadi kosong. Laki-laki ini telah menghabiskan gajinya untuk alkohol, mabuk-mabukan. Namun ketika rahmat Allah, kuasa transformasi dari salib Kristus menjangkau dia dan akhirnya ia menjadi manusia baru, manusia yang telah dilahirkan kembali, perabotan rumah tangganya mulai memasuki rumahnya kembali. Dan di rumah itu tercipta suasana yang baru, kehidupan yang baru, dan hari-hari yang baru. Teman-teman dekatnya yang menjadi teman minum ketika ia masih suka mabuk-mabukan dulu mulai mentertawakan dia, karena dia menjadi orang Kristen dan percaya Alkitab. Ejekan yang sangat menyakitkan adalah bahwa teman-temannya itu mulai mentertawakan berhubungan dengan Yesus dan kuasa-Nya dalam melakukan mujizat mengubah air menjadi anggur. Dan temannya itu mulai menyindir dengan berkata kepada orang percaya yang baru dilahirkan kembali itu, “Apakah kamu bermaksud menceritakan kepada saya bahwa kamu mempercayai apa yang dikatakan oleh Alkitab? Menjelaskan cerita tentang Tuhan yang mengubah menjadi anggur. Apakah kamu percaya hal seperti itu?” Dan orang itu menjawab, “Tuan, saya bukan seorang teolog. Saya bukanlah orang berpendidikan. Saya tidak tahu bagaimana Ia melakukan itu. Yang saya tahu hanyalah ini, yaitu di dalam hidup saya, Ia telah mengubah seorang peminum dan pemabuk ini menjadi pemuji Allah. Dan hanya itu yang saya dapat mengerti.”