Come Back

YESUS BERBICARA KEPADA KITA TENTANG KESEPIAN

(JESUS SPEAKS TO US ABOUT LONELINESS)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Yohanes 16:32

 

27 Oktober 1985

 

 

Anda adalah bagian dari First Baptist Church di Dallas. Dan ini adalah gembala kita yang akan menyampaikan Firman Tuhan pada pagi ini. Ini adalah khotbah yang pertama dari lima seri khotbah baru.

Jika Anda sudah lama ada di sini, di gereja ini, Anda tahu bagaimana cara saya menyampaikan kebenaran Alkitab, kitab demi kitab, atau selalu menyampaikan khotbah ber-seri dari Alkitab.

Beberapa waktu yang lalu, belum begitu lama ini, ada survei yang dilakukan secara ekstensif di antara masyarakat Amerika. Ini berhubungan dengan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam hidup mereka. Dan dari survei ini ditemukan ada lima masalah manusia yang melanda di mana-mana.

Salah satunya adalah masalah kesepin (loneliness). Kemudian yang kedua masalah keputusasaan (hopelessness).  Ketiga hidup yang tidak menentu (purposelessness). Keempat adalah kehampaan (emptiness).  Dan yang terakhir adalah masalah ketakutan (fear).  Jadi, saya telah atau sedang mempersiapkan lima tema khotbah berhubungan dengan masalah-masalah kehidupan manusia ini. Saya menggarisbawahi tema ini dengan: “Yesus Berbicara Kepada Kita.”

 

Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Kesepian. 

Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Keputusasaan.

Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Ketidak-menentuan

Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Kehampaan. And

Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Ketakutan.

 

Dari lima seri khotbah ini, pada hari ini kita akan membahas tema: Yesus Berbicara Kepada Kita Tentang Kesepian. 

 

Sebagai dasar pembahasan kita, kita akan membaca Matius 27:46. Ini adalah seruan Yesus dari kayu salib. “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" bahasa Aramik yang berarti: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” 

Dalam ayat 43, orang-orang menyalibkan Dia, mencemooh dan mengolok-olok Dia dan mereka berkata: “Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.”  

Kemudian berserulah Tuhan kita, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” 

Itu terjadi beberapa jam setelah Tuhan berbicara kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 16:32 katanya, “Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.”

Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.”

Kemudian berserulah Yesus dari kayu salib: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” 

 

PERPECAHAN DAN ISOLASI ADALAH PROGRAM SETAN

 

Inilah tujuan dan goal Setan dari sejak semula untuk membinasakan dunia, memisahkan, menceraikan, bahkan memisahkan antara Allah Bapa dengan Anak Tunggal-Nya.

Itulah Setan. Ia selalu memecah-belah, mengadu domba. Setan membawa manusia ke dalam keterasingan di neraka. Neraka adalah suatu isolasi. Di Neraka Anda akan menjadi sendirian. Anda akan terisolasi. Anda akan terasing.

Setan terus menerus memecah-belah, mengasingkan dan mengadu domba dari permulaan kejatuhan dunia ini. Ia memisahkan dirinya sendiri dari Allah. Ia memisahkan para malaikatnya/pengukutnya dari Allah. Ia memisahkan manusia dari Allah. Dan ia memisahkan manusia dari manusia lainnya, suami dari istrinya, dan memecah belah bangsa-bangsa, dan memisahkan dunia dari sorga.

Setan lah yang memberikan kalimat ini “perbedaan-perbedaan yang ada tidak dapat direkonsiliasi” (irreconcilable differences). Setan lah yang merusak dan memecah belah rumah tangga, keluarga, dan persahabatan.

Setan lah yang memecah belah dan mengadu domba bangsa-bangsa di dunia dan menaruh kebencian dalam hati mereka. Setan mendorong dunia Arab untuk memusuhi Yahudi dan Negara-negara Amerika Tengah; Eropa Timur untuk memusuhi Eropa Barat. Setan yang memecah belah dan mengadu domba bangsa-bangsa ini.

Saya membaca kisah yang paling gila pada minggu ini yang rasanya inilah kisah yang paling gila yang pernah saya baca dalam hidup saya. Ada seorang lelaki China sedang makan siang bersama dengan seorang Yahudi. Tiba-tiba wajah orang Yahudi itu merah padam dan kemudian ia berdiri dan menggebrak meja. Dan orang China itu memandang dia dan bertanya, “Ada apa? Apa yang kamu lakukan?”

Dan orang Yahudi itu berkata, “Ini adalah untuk Pearl Harbor. Apa yang kalian telah lakukan terhadap Pearl Harbor.”

Dan orang China itu menjawab, “Kami tidak melakukan apa-apa terhadap Pearl Harbor. Itu adalah perbuatan orang-orang Jepang.”

Kemudian, mereka kembali makan siang bersama. Dan tiba-tiba orang China itu marah. Ia berdiri dan menggebrak meja. Dan ketika orang Yahudi itu bangkit dan berkata, “Ada apa ini? Apa yang kamu lakukan?” 

Dan orang China itu berkata, “Ini adalah untuk tenggelamnya Titanic.”

Dan orang Yahudi berkata, “Titanic? Orang Yahudi tidak melakukan apa-apa terhadap Titanic.”

Dan orang China itu berkata, “Apa?” Ia berkata, “Goldberg, Steinberg, Feinberg, Enceberg, iceberg (gunung es).  Semua itu sama.” 

Itu manusiawi: perpecahan dan pemisahan serta kesalahfahaman; akhirnya kebencian dan perang, itu semua adalah pekerjaan Setan.

Ini sungguh tragis karena kondisi seperti ini bahkan juga masuk ke dalam rumah Tuhan di antara saudara-saudara seiman. Saya bertumbuh di gereja-gereja kecil. Kepahitan yang terjadi di banyak gereja adalah permusuhan antara jemaat dengan saudara-saudara seimannya sendiri.

Saya telah terjun ke dalam pelayanan sejak muda. Saya telah mendengar dan melihat jemaat menunjuk-nunjuk Gembala di mimbar dan menghujat dia dan bahkan menembaknya.

Itu lah sebabnya mengapa saya berpikir satu ayat yang paling indah dalam kitab Mazmur adalah Mazmur 133:1 “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”

 

TUJUAN TUHAN ADALAH MEMPERDAMAIKAN

 

Mengasihi satu dengan yang lainnya, saling menasehati dan saling menguatkan satu dengan yang lainnya adalah kehendak Tuhan. Dan bila tujuan dan goal Setan adalah memecah-belah, mengadu domba, dan menceraikan, maka tujuan Allah di dalam Kristus adalah agar kita diperdamaikan, bahwa kita harus menjadi satu di dalam Dia.

Sama dengan kebanyakan dari Anda, saya  pernah melihat wajah Vladimir Lenin di kuburannya di Red Square di Moscow. Setiap hari selalu ada banyak orang yang berbaris antri satu mil panjangnya untuk melihatnya.

Dan di bawah pengawasan dan kawalan pasukan Rusia setiap pengunjung di pimpin masuk ke dalam kuburan itu dan kemudian keluar melalui pintu lain.

Ketika Anda melihat Vladimir Lenin yang meninggal pada tahun 1924. Ia berumur lebih dari lima puluh tahun. Dan tiba-tiba saja ia mati. Dan seperti yang Anda lihat pada gambarnya di sana tangan kananya mengepal di dadanya.

Ada seorang ahli statistik yang berkata bahwa pengikut Komunism dari Lenin ini lebih banyak dari pada pengikut Yesus Kristus di seluruh dunia. Dengan tangannya yang selalu mengepal, ia selalu menabur benih kebencian, perang dan revolusi serta kematian.

Ini berbeda dengan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Ia mati dengan tangan-Nya yang terbuka, dipakukan di kayu salib. Dan Ia mati dengan tangan-Nya telentang sejauh timur dan barat untuk menyelematkan semua orang yang terhilang.

Rekonsiliasi, kasih yang penuh pengampunan adalah dari Tuhan: sama seperti Tuhan yang mendekatkan dunia dengan sorga. Memperbaiki hubungan antar saudara, antar manusia, suami dan istri, anak-anak dan orang tua mereka. Umat Allah adalah satu di dalam Dia. 

Saya berpikir tentang Tuhan kita. Ketika Yesus masuk kota Yeriko, Ia berjalan tepat di bawah pohon ara dan kemudian ia memandang ke atas. Di sana ada seorang laki-laki Yahudi yang tubuhnya pendek. Ia adalah seorang pemungut cukai yang sangat dibenci dan dijauhi oleh masyarakat. Karena pemungut cukai diangap pengkhianat terhadap saudara-saudarnya, karena ia dianggap menjadi antek-antek pemerintah Romawi yang mereka benci yang memeras rakyat mereka sendiri.

Yesus menuju ke arah pohon itu, memandang dia dan memanggil namanya. Ia mengetahui kita masing-masing, dan semuanya tentang kita. Yesus memanggil dia dengan menyebut namanya, “Hari ini aku akan mampir ke rumahmu.”

Itu lah Tuhan kita. Ia selalu membuat suatu rekonsiliasi, dukungan, kasih persaudaraan. Dan dalam diri setiap kita begitu merindukan dan lapar akan dukungan yang menguatkan, afeksi, perhatian dan kasih mesra.

 

TUHAN MEMAKSUDKAN KITA UNTUK HIDUP BERSAMA DALAM DAMAI

 

Ketika Tuhan menciptakan kita Ia memaksudkan agar kita hidup dalam damai bukan untuk sendiri. Ia berkata, “Tidak baik manusia itu hidup sendiri.”  Ia menempatkan kita dalam rumah tangga. Ia menempatkan kita ditengah-tengah keluarga. Dan itu lah tujuan dan rencana Dia bahwa kita harus saling mengasihi dan memperhatikan satu dengan yang lainnya di dalam Dia.

Saya pernah bertanya kepada Anda, “Apakah Anda ingat dengan Perang Dunia Pertama?”

Setiap saat orang hidup memikirkan keluarganya yang sedang pergi berperang. Di atas parit-parit dan di No Man’s Land serangan dilakukan. Dan ketika para tentara Amerika kembali, ada seorang muda Amerika yang baik yang telah meninggalkan sahabatnya di No Man’s Land.

Sahabatnya itu  tidak kembali. Dan tentara Amerika ini menghadap Kaptennya dan berkata, “Bolehkah saya kembali untuk mancari dia? Ia di luar sana entah di mana.”

Dan Kapten itu berkata, “Tidak Prajurit, tidak. Jika kamu melakukan itu, resikonya adalah hidupmu.”

Namun prajurit Amerika itu pergi juga tanpa ijin dari kaptennya dan masuk ke No Man’s Land. Ketika ia kembali, ia jatuh ke parit, terluka dan pingsan.

Dan Kaptennya menemui dia dan berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, ‘Jangan pergi?’ Dan bukankah saya sudah katakan bahwa resikonya kamu bisa kehilangan nyawamu? Bukankah itu sudah kukatakan kepadamu?”

Dan prajurit Amerika itu menjawab, “Pak, ketika saya menemukan dia, ia memandang saya dan tersenyum serta berkata, ‘Aku tahu kamu pasti akan datang,’ kemudian ia mati dalam pelukan saya. Dan kapten, saya lebih baik mati dari pada gagal menyelamatkan dia.”

Kita semua akan melakukan hal yang sama. Dalam hati kita ada kasih persaudaraan dan persahabatan.

Ibu saya yang sangat saya kasihi pernah berada di rumah jompo selama tujuh tahun. Pada sepanjang tahun ini kami menempatkan dia di sebuah cottage. Di sana ada seorang wanita Kristen yang melayani dan merawat empat wanita lanjut usia di cottage itu. Dan ia sangat memperhatikan kempat wanita lanjut usia itu, dan salah satunya adalah ibu saya.

Suatu kali ketika saya sedang mengunjungi ibu saya, ada salah satu wanita tua itu sedang menangis dan meraung-raung. Saya menemui wanita yang merawat mereka itu.

Dan saya bertanya kepadanya, “Mengapa ia menangis? Mengapa ia begitu sedih?”

Dan wanita Kristen itu berkata kepada saya, “Anak-anaknya tidak pernah berkunjung menengok dia. Dan kedatangan Anda untuk mengunjungi ibu Anda membuat hatinya hancur. Maka ia menangis.”

Dan saya berkata kepada wanita Kristen ini, “Apakah diperbolehkan jika saya mengunjungi dia?”

Ia menjawab, “Oh, silahkan.” 

Dan saya masuk ke dalam ruangan itu dan duduk di sampingnya. Dan menghibur hatinya. Saya juga berdoa untuknya. Dan kemudian saya mengajaknya untuk berdoa bersama saya.

Ini membuat saya tidak habis pikir dan saya yakin demikian juga dengan Anda. Bagaimana mungkin anak-anak bisa melupakan ibu mereka? Namun itulah yang mereka lakukan. Dan ketika mereka melakukan itu, itu benar-benar membuat hatinya hancur karena merasa hidup sendirian.

Seorang psikiatris berkata, “Bayi memerlukan sentuhan, perhatian, kasih dan perlindungan. Bayi memerlukan itu. Dan jika bayi itu bertumbuh, Anda harus membelai anak itu, memperhatikan dan melindungi anak itu.”

Kemudian saya juga membaca seorang psikiatris yang lain berkata, “Alasan Tuhan membuat anak kecil itu begitu cantik dan menggemaskan adalah agar banyak orang mau membelai mereka, mengasihi mereka dan menunjukkan kepada mereka kasih dan perhatiannya. Itulah sebabnya Allah menjadikan mereka demikian.”

Yah, itu lah apa yang saya katakan. Saya berkata bahwa kita semua sama dengan bayi.  Anda tidak dapat menolong diri Anda sendiri. Kita semua adalah bayi. Kita senang dipedulikan, dibelai, diperhatikan, dikasihi. Kasih sayang adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh setiap jiwa.

Saya juga pernah membaca tentang pemisah di penjara – ini dari ahli di bidang kedokteran – saya terkejut ketika membaca bahwa pemisah ini akan menjadi anatomi demi memperbaiki para narapidana. Allah menempatkan kita untuk saling mengasihi satu dengan yang lainnya. Dan ketika kita dipisahkan dan diisolasi dan sendirian, kita akan binasa.

Namun saya dapat menjelaskan kepada Anda demikian. Isolasi dan pengasingan bukan hanya untuk para narapidana di sel mereka. Kita dapat merasakan isolasi dan pemisahan terjadi di mana-mana di seluruh dunia. Jika Anda ingin merasa sendirian (lonely), turunlah ke jalanan di New York City sendirian. Tidak kenal siapapun di sana. Dan walaupun ada ribuan orang di sekitar Anda. Anda tidak akan pernah merasa kesepian yang sedemikian dahsyat selain jika Anda berada di kota besar sendirian.

Dan itulah sebabnya mengapa saya harus membacakan untuk kita dari kitab Mazmur yang mengatakan, “Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia, menantikan penghibur-penghibur, tetapi tidak kudapati. Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.” (Mazmur 69:20-21)

Kesepian (loneliness).  “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” 

 

INGATLAH BAHWA ALLAH SENANTIASA BERSERTA KITA

 

Sekarang, saya akan menyimpulkan khotbah ini. Ini adalah hati Allah dan tujuan Allah bahwa Dia membuka tangan-Nya untuk menyambut kita, dan membuat kita begitu dekat dengan-Nya. Apakah Anda ingat Yesaya 49? “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yesaya 49:15).

Atau dari Ibrani 13: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5). Allah selalu bersama kita. Ketika Gehazi meratapi Elisa yang akan segera ditangkap dan ditawan oleh musuh, Elisa berkata, “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka” (2 Raja-Raja 6:16). Walaupun pada waktu itu Elisa sendirian, dan nabi itu berdoa katanya, “Ya TUHAN: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Dan Allah membuka mata Gahazi. “Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa.” (2 Raja-Raja 6:17).

Para malaikat Tuhan selalu ada di sekeliling kita. Selalu bersama dengan kita. Allah ada di sana. Ketika Rut meninggalkan Moab tanah kelahirannya dan menjadi orang asing di tanah Israel, Allah beserta dengan dia. Dan dia tercatat dalam daftar garis keturunan Tuhan dan Juruselamat kita, Kristus Yesus. Allah beserta kita.

Ketika Nebukadnezar melihat ke dalam api peleburan ia berkata, “Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" Katanya: "Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti Anak Allah! ” -- KJV (Daniel 3:24, 25). 

Allah beserta kita. Dalam kesukaran Rasul Paulus berkata dalam Kisah Rasul 27, “Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku.” (Kisah Rasul 27:23).

Dalam pembukaan Wahyu pasal pertama: “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa." Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.” Ia tidak pernah sendirian. Tuhan selalu bersama dengan dia. Tuhan selalu beserta kita. Para malaikat berada di sekeliling kita senantiasa menjaga kita. Allah senantiasa beserta dengan kita.

 

Ketika saya membaca puisi yang ditulis oleh Stoik, saya pikir ini bagus:

 

Walau aku terpukul, tak seorangpun harus tahu.

Aku kalah dengan bangga. Aku harus pergi

Tentang urusanku seperti yang telah aku lakukan sebelumnya.

Hanya ketika aku dengan aman menutup pintu

Melawan para sahabat, seharusnya aku bebas

Untuk menundukkan kepadaku di sana tak seorangpun yang melihat

Malam ini, aku curahkan air mataku. Besok, ketika aku berbicara dengan engkau aku akan bangun lagi.

Walaupun, aku terpukul tak seorangpun akan mengira.

Karena aku akan berjalan seolah-olah aku berhasil.

 

Saya membaca itu dan berpikir, “Itu adalah puisi kaum Stoa yang luar biasa. Namun demikian saya tidak sama dengan itu. Jika Anda ingin tahu bagaimana tentang saya, ini lah bagaimana saya berada.

 

Aku harus menceritakan Yesus kepada semua penganiayaku,

Aku tak bisa membawa beban ini sendirian

Dalam kesusahanku dengan lemah lembut Ia menolongku,

Ia mengasihi dan senantiasa peduli pada milik-Nya.

  

Aku harus menceritakan Yesus kepada semua penganiayaku,

Ia adalah sahabat yang penuh kasih dan belas kasihan

Bila aku memohon kepada-Nya, Ia akan mengabulkannya

Membuat kesusahanku sirna

Aku harus ceritakan tentang Yesus!

Aku harus ceritakan tentang Yesus!

 [from “I Must Tell Jesus,” – Elisha A. Hoffman]

 

Ini jelas berbeda. Pandanglah Yesus. Mohonkan kehadiran-Nya dan pertolongan, anugerah serta berkat-Nya.

Saya akan menutup khotbah ini sekarang. Seperti yang pernah saya katakan bahwa saya bertumbuh dari kemiskinan yang teramat miskin. Dan selama bertahun-tahun – bukan berhari-hari, tetapi bertahun-tahun – saya hidup dengan hanya beberapa dollar per bulan. Saya mengalami banyak masalah keuangan pada masa muda. Tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak muda yang belum pernah saya alami. Tidak hanya itu, saya juga mengalami kesulitan untuk sekolah. Seorang teman saya yang paling baik yang pernah saya miliki pada saat sekolah berkata kepada saya, “Kamu tidak akan pernah bisa menjadi hamba Tuhan.” Ia dan saya mengikuti kelas filsafat bersama. Dan kebanyakan pemikiran bertentangan dengan segala sesuatu tentang Allah. Iman yang memimpin kita ke dunia lain dari pada rasionalisasi pikiran manusia.

Yah, pada waktu itu, saya menulis sebuah puisi. Itu hanya kata-kata yang keluar dari hati anak muda. Dan itulah kata-kata itu:

 

Sekalipun aku di dalam lembah kekelaman

Dan tidak mengerti mengapa

Allah terlihat begitu jauh,

Jarak yang menenggelamkan tangisku.

Hatiku mengarah pada janji

Dan Setan pun tak dapat mengingkarinya.

Allah berkata, “Aku akan senantiasa bersamamu,”

Dan Ia tidak dapat berdusta

 

Aku telah mengembara di padang belantara

Dengan putus asa mencari jalan keluar.

Tanganku menggapai mencari Penolong

Kepada Allah yang dapat menolongku.

Tanganku dipegang oleh Yesus

Dan Ia tidak pernah melepaskannya

 

Oh Jiwaku, mengapa engkau

Bimbang di hadapan Tuhan?

Lihatlah, Ia menopang selamanya

Orang-orang yang percaya di dalam Firman-Nya

Yang mengikuti panggilan Roh

Kemanapun Roh menggerakkannya.

Dalam peperangan ini kita bersama dengan Tuhan Yesus

Dan Ia tidak akan pernah meninggalkanmu

 

Dan kepercayaan itulah yang mendorong saya untuk maju sampai hari ini – dan itu akan terus demikian sampai Tuhan berkata, “Cukuplah. Masuklah ke tempat tinggi. Mari pulanglah kepada-Ku.” Berjalan bersama Tuhan setiap pagi. Berjalan bersama Tuhan setiap siang. Berjalan bersama Tuhan setiap sore. Dan berjalan bersama Tuhan setiap malam.

“Aku sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan engkau.” Oh, Yesus! Tuhan, betapa Engkau maksudkan itu untuk saya dan kami semua! Dan itu adalah undangan bagi hati setiap Anda.

 

Copyright © 2002 The Criswell Legacy. All Rights Reserved.