API PENGHUKUMAN

(THE FIRES OF JUDGMENT)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Yohanes 15:6

09-18-88

 

            Ini adalah Gereja First Baptist Dallas dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul : Api Penghukuman. Ini adalah sebuah khotbah tentang penghukuman, tentang neraka. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita berada di bagian “yang paling kudus” di dalam kitab yang penuh berkat ini, yaitu Yohanes pasal 14, 15, 16, dan ditutup dengan doa Imam Besar di Yohanes pasal 17. tidak ada bagian di dalam literaturemanusia, di dalam bahasa manusia yang dapat dibandingkan dengan perkataan-perkataan yang disampaikan oleh Tuhan kita yang hidup.

            Dan kemudian, di tengah-tengah bagian itu, di bagian pusat, di dalam Yohanes 15 ayat 6, Tuhan berkata:

 

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

 

Jika kita tidak berada di dalam Kristus, maka kita akan dibuang dan menjadi kering; dan kita akan dicampakkan ke dalam api dan dibakar.

            Sebagaimana saya membaca Kitab Suci, ada sebuah kengerian ketika membaca hal seperti itu. Haruskah saya melewatkannya, mengacuhkannya, melampauinya, dan tidak menyebutkannya. Akan tetapi betapapun gentarnya hati saya dihadapan hal itu. Saya tidak dapat melarikan diri dari  kesimpulan akan hal itu dan  jika saya menyatakan keseluruhan nasehat Allah, maka saya harus membicarakan hal itu.

            Ada orang yang mencemoohkannya, menentangnya, dan menyangkalnya serta  mencela hal yang dinyatakan oleh Tuhan di dalam teks ini. Dan itulah sebabnya saya tidak dapat melarikan diri dari fakta yang hebat itu, dan Yesus sendiri, Juruselamat kita, sering berbicara dan menyampaikannya dengan serius, hal-hal yang berhubung dengan hukuman yang mengerikan dan kebinasaan di neraka. 

            Sebagai contoh, Di dalam Khotbah Di Bukit, Tuhan kita berkata di dalam Matius 5:29,30.

Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.

Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka.  

 

            Tipikal bagian yang lain terdapat di dalam Matius 10:28:

Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka, Gehenna

 

Di bagian selatan Yerusalem ada sebuah lembah—lembah Hinom: Ge- Henna (“lembah Hinnom”).  Dan ke dalam lembah itu dibuang segala sisa yang ada di kota Yerusalem: sampah, kotoran, dan bangkai hewan. “Dan apinya tidak pernah padam dan ulatnya tidak pernah mati.” Itu adalah rumah kekal bagi orang-orang yang mati di luar Kristus. Itu adalah sebuah kengerian dan Tuhan kita tidak hanya berbicara tentang hal itu—Gehenna. 

            Di dalam Matius pasal tigabelas disebutkan:

Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.

Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.  

Itu adalah firman dari Juruselamat kita bahwa mereka akan dikumpulkan dan dipisahkan dari Allah. Ketika seseorang menolak anugerah, dan seruan dari Roh Kudus, dia akan dipisahkan dari Allah. Dan pemisahan itu terjadi sampai selama-lamanya.

            Di dalam Wahyu  14:11—Rasul Yohanes menulis:

Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa….

 

Allah Mahabesar! Dan pengajaran itu tidak hanya sampai di situ. Di dalam Kitab Matius pasal dua puluh lima mencatat:

Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.

 

“Sebuah tempat telah disediakan…” Itu bukan sebuah tempat dari pemikiran Allah yang kemudian. Tempat itu bukan tempat yang dibuat dengan tiba-tiba. Itu adalah sebuah tempat yang telah disiapkan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Dan bayangkanlah pilihan kita untuk pergi ke sana. John Milton menulis di dalam karyanya yang berjudul Paradise Lost:

  

Lalu berkeliling dengan kebingungan dalam barisan yang menyedihkan

Yang terhilang dengan terror yang mengerikan, dengan wajah pucat

Dan mata yang kaget memandang ratapan mereka yang sedikit

Dan tanpa menemukan sebuah perhentian dalam sebuah kematian yang universal

Ciptaan yang telah dikutuk Allah

Dimana semua kehidupan mati, dimana kematian tinggal

Dan natur membiakkan ketekunan,

Hal-hal yang dahsyat dan hal-hal yang sangat banyak,

Keburukan, pembuat masalah dan kejelekan…

           

Oh, Tuhan, mungkinkah itu yang akan menjadi rumah kami yang kekal? 

            Dan pengajaran lainnya terdapat di dalam Kitab Lukas pasal enam belas, yaitu kisah tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin:

Orang kaya itu juga mati dan dikubur.

Dan menderita di alam maut (Dalam Hades)

 

[Hades terbagi aatas dua bagian—Hades adalah sebuah kata bagi tempat orang yang telah meninggal—dan dibagi atas dua bagian. Satu bagian adalah firdaus. Tempat dimana umat Allah akan pergi. Dan bagian yang lainnya adalah nyala api, tempat dimana orang terhilang pergi]

Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.

Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.  

            Oh, Tuhan, mungkinkah hal itu akan terjadi—selama-lamanya berada di dalam api penghukuman? Menderita sengsara. Rasa sakit yang tidak terlukiskan dan penderitaan yang dalam serta tidak ada hentinya…. Oh Tuhan! Lalu di dalam hidup ini, di dalam pengembaraan kita di dunia ini, saya melihat tanda-tanda dari hal itu. Saya melihatnya dimana-mana. Bayangkanlah saat kita menyusuri sebuah jalan, sebuah jalan kehidupan, dan anda bertemu dengan tanda demi tanda yang berbunyi: “Jalan ini menuju neraka.” Dan kemudian mengacuhkannya—tetap berlalu di atasnya.

“Jalan ini menuju neraka,” Salah satu tandanya adalah penyakit menular, yang sedang menyapu seluruh dunia ini di bawah satu virus baru yang bernama AIDS. Sama seperti kencing nanah, sipilis, dan herpes, semua belumlah cukup tuntas, sekarang kita sedang menghadapi kehancuran populasi bangsa-bangsa dengan penyebaran AIDS. Dan hal itu sedang mendatangi Amerika ini dengan peningkatan yang cepat. 

“Jalan ini menuju neraka.” Atau kemabukan, pecandu narkoba: satu dari sembilan orang peminum adalah pecandu. Dan wabah dari pecandu narkoba menyebar dengan luar biasa dan sukar untuk dilukiskan. “Jalan ini menuju neraka.” Saya melihatnya di dalam hidup ini—dan bangunan hidup yang terpisah dari Allah, serta bangunan keluarga yang terpisah dari Allah. Sangat luar biasa.

            Beberapa tahun yang lalu, tujuh puluh persen dari seluruh penikahan di Dallas berakhir dengan perpecahan dan perceraian. Tujuh puluh persen! Dan menurut ukuran standar nasioanl, hal itu mencapi lima puluh persen, setengah dari seluruh penikahan. Anda tidak dapat menggambarkan air mata dan sakit hati akibat dari perpecahan itu. Dampaknya bagi Anak-anak, anda tidak akan pernah dapat mengatasi luka akibat perceraian. Hal itu akan tetap hidup sebagai memori yang terakhir. “Jalan ini menuju neraka.”

            Kemarin lalu, di dalam sebuah pemberkatan nikah di gereja ini, Zig Ziklar mengambil bagian di dalamnya bersama dengan pendeta. Dan seruannya terhadap pasangan yang telah memiliki sebuah keluarga Kristen, dia berbicara fakta bawa dua dari satu pernikahan, meninggalkan Allah dari hidup mereka dan berakhir di dalam bencana. Tetapi di dalam iman Kristen, tidak ada satu dari dua ratus yang akan mengalami sebuah tragedi seperti itu.

            Oh Tuhan, Oh, Allah! Dengan semua hal-hal yang telah dituliskan di dalam Kitab SuciNya dan dengan semua tanda-tanda yang kita lihat di dalam pengalaman hidup, mengapakah seseorang berpaling dari Tuhan? Dan berkata “tidak” kepada tawaran anugerah.   

            Dan berbicara tentang subjek yang mengerikan itu, sekarang kita akan memalingkan pikiran kita kepada kekekalan tanpa Allah—kematian dari orang-orang yang terhilang. Saya memiliki empat hal, sebagaimana saya membacanya di dalam Kitab Suci ini. Yang pertama: Itu adalah sebuah keberadaan dari kehilangan, kehilangan yang tragis. Di dalam Kitab Lukas pasal dua belas, Allah berfirman kepada orang yang kaya yang bodoh:

Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 

 

            Sebuah eksistensi kekal dan kehilangan selamanya—dimanakah anda mendapat ide bahwa anda akan membawa bersama dengan anda, hal-hal yang ada di dalam hidup ini? Saya telah menjadi pendeta selama enam puluh satu tahun. Saya tidak dapat memberitahukannya kepada anda berapa bayak orang yang telah saya makamkan. Saya memakamkan orang dan saya tidak pernah memakamkan seseorang dengan membawa sesuatu di dalam tangannya, membawanya ke dalam kekekalan, segala sesuatu yang dia miliki di dalam kehidupan ini. Anda akan meninggalkan semuanya. Dan jika hidup anda, anda habiskan dengan hal-hal dunia ini, apa yang akan anda lakukan di dalam dunia yang akan datang?

            Christopher Marlowe, seorang dramawan yang luar biasa, yang hidup sebelum Shakespeare, di dalam karyanya, Mephistopheles  berkata:

 

Engkau pikirkanlah bahwa aku melihat wajah Allah,

Dan merasakan sukacita kekal Sorgawi,

Dan tidak terbakar dengan sepuluh ribu neraka

Menjadi terhilang dari kebahagiaan kekal?

 

            Jika anda akan meninggalkan semua itu—hal-hal yang anda raih dengan kerja keras, yang untuknya anda mengubah hidup anda, jika anda akan meninggalkan semuanya, maka itu bukanlah hal yang berarti banyak. Apa yang akan anda tingggalkan ketika anda mati tanpa Kristus, adalah  kehilangan kemuliaan, kehilangan kelegaan, kehilangan sukacita, kehilangan kebahagiaan dan selamanya kehilangan kebaikan, kemurahan dan anugerah Allah. Bagaimanakah seseorang memiliki pikiran untuk memilih: “Saya lebih baik mati tanpa Kristus dan pergi ke neraka kekal bagi orang-orang yang terhilang dari pada menerima Kristus dan diberkati sepanjang kekekalan dengan harta sorgawi yang kita letakkan di atas sana?”

            Anda dapat mengirim harta anda mendahului anda! Anda dapat menympannya di dalam kemuliaan; dimana ngengat tidak akan merusakkannya dan pencuri tidak dapat mencurinya—kekayaan untuk Allah—harta kita, kediaman kita bukan di sini tetapi di dalam sorga. 

            Yang kedua: itu adalah sebuah keberadaan diluar dari ingatan Allah. Di dalam Yehezkiel 21:

Aku akan mencurahkan geram-Ku atasmu dan menyemburkan api murka-Ku kepadamu….

Engkau menjadi makanan api…, dan engkau tidak akan diingat-ingat lagi, sebab Aku, Tuhan, yang mengatakannya." 

Diluar dari ingatan Allah—Oh Tuhan!

            Di dalam Roma 1:21, ada sebuah tema yang menjadi pengantar dari seluruh risalat teologi.

            Roma 1:24:  "Allah menyerahkan mereka…" 

            Roma 1:26:  "Allah menyerahkan mereka…" 

            Roma 1:28:  "Allah menerahkan mereka…"

Diulang berkali-kali: “Allah menyerahkan mereka.”

            Seperti yang Dia firmankan: "RohKu tidak akan tinggal selama-lamanya di dalam manusia … (Kejadian 6:3).”  Ada sebuah poin dimana Allah akan menyerahkan anda; anda akan dikeluarkan dari ingatanNya.

            Hosea 4 berkata: “Efraim bersekutu dengan berhala-berhala. Biarkanlah Dia.” “Biarkanlah dia sendirian….” Itu merupakan sesuatu yang sukar untuk dipikirkan bahwa seseorang akan memilih untuk mengikuti sebuah jalan yang diluar dari pemeliharaan dan kasih serta ingatan Allah. 

            Kita sering diajarkan tentang Tuhan sebagai gembala yang bersimpati yang selalu mengingat kita; adalah sukar bagi kita untuk membayangkan bahwa ada sebuah waktu dimana kita dikeluarkan dari ingatan Allah. Kita seringkali diajarkan tentang kasih Tuhan: “Rambut kita dihitung olehNya.” Dia berkata, “Tidak ada satupun yang gugur tanpa sepengetahuan Allah. Dan betapa pedulinya Dia terhadap kita?” Dia berkata bahwa Dia menurunkan hujan dan matahari baik bagi orang yang benar dan yang tidak benar, semuanya sama. Kita diajarkan bahwa Dia adalah Bapa Sorgawi, yang menunggu anakNya yang pemboros untuk pulang ke rumah. Dan kemudian, bahwa anugerah dan kemurahan itu kita dapat beranjak pergi—diluar dari pikiran dan kepedulian Bapa sorgawi kita.

            Dan sekali lagi, itu adalah eksistensi kehilangan, dan keberadaan yang hilang di dalam sebuah kekekalan, yang di dalamnya kita dibelenggu oleh rantai kegelapan. Betapa merupakan sebuah gambaran bahasa: “Rantai kegelapan, belenggu kegelapan.”

            Di dalam 2 Petrus:

Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam tartaros, neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman;

           Lalau pada suatu hari kita akan menghadapi hukuman. Kita akan dibinasakan; kita akan menerima upah dari ketidakbenaran. Anak-anak yang dikutuk yang telah meninggalkan  jalan kebenaran dan tersesat:  

Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat. (2 Petrus 2:17). 

 

Allah mahabesar, mungkinkah hal seperti itu akan terjadi kepada kita—dilemparkan ke dalam tartaros?  Itu adalah sebuah kata Yunani yang digunakan Plato untuk menggambarkan rumah hukuman kekal, dan digunakan di dalam Kitab Suci— tartaros—diluar dari sorotan cahaya, hidup, kasih dan anugerah Allah; dan dirantai di dalam kegelapan yang paling gelap.

            Anda tahu, ada sebuah ide yang tidak masuk akal—sesuatu yang tidak dapat dipikirkan—dan saya akan meringkaskan pandangan itu dengan cepat, pemikiran itu menyebutkan: Neraka adalah sebuah tempat ramah ramah, dimana dari tempat yang paling bawah dinaikkan pujian kegembiraan, sukacita dan keramah tamahan. Oh, Tuhan, setiap pernyataan yang kita miliki tentang penghukuman adalah berlawanan dengan hal itu. Itu adalah sebuah tempat kegelapan kekal; sebuah lubang yang sangat dalam; itu adalah sebuah jurang yang di dalamnya kita akan jatuh selama-lamanya. Dan kita meraba-raba dan tidak ada tempat berpegang. Kita diluar dari kepedulian dan perhatian dan ingatan serta berkat Allah. “Rantai kegelapan,” belenggu. Saya tidak dapat membayangkan terjatuh selama-lamanya di dalam kegelapan.

Dan bagian lain di dalam Alkitab adalah di Efesus pasal dua, Paulus menulis tentang mereka yang “Mati di dalam pelanggaran dan dosa-dosa mereka.” Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Sebab kita memiliki hidup yang kekal. Tidak peduli siapa pun kita, kita memiliki kekekalan—kita hidup selama-lamanya—akan tetapi hal itu berbicara tentang keberadaan kita yang mati. Hal itu akan menjadi jelas ketika anda membaca Kitab Suci dan berpikir bagaimana Allah telah menciptakan kita.

            Di dalam 1 Tesalonika Paulus berbicara tentang keberadaan manusia yang terdiri dari tiga bagian. Kita semuanya merupakan trikotomi. Paulus berkata bahwa kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh kita terbuat dari debu tanah. Jiwa adalah bagian perasaan, bagian yang responsif dari hidup manusia. Dan roh dibuat  dalam gambar dan rupa Allah.

            Sekarang, Wahyu menyingkapkannya kepada kita, Alkitab menyingkapkannya kepada kita bahwa di akhir zaman, kita akan dibangkitkan dari kematian—kita semua—orang yang benar dan orang yang tidak benar. Orang benar, yaitu orang-orang yang percaya kepada Kristus akan diangkat pada waktu kedatanganNya. Orang-orang yang terhilang akan dibangkitkan di hadapan pengadilan takhta putih Allah, dijelaskan dalam Wahyu pasal dua puluh satu. Akan tetapi, baik kita orang yang telah diselamatkan atau orang yang tidak diselamatkan, tubuh ini akan dibangkitkan dari kematian. Tubuh ini akan muncul di hadapan Allah, dibangkitkan dari kematian. Jiwa ini akan muncul di hadapan Allah dan responsif.  

            Di dalam pasal itu, Kitab Lukas pasal enam belas…Abraham berkata “Nak! Ingatlah! Ingatlah!” Hal ini berhubungan dengan hidup manusia di dunia yang akan datang; kita akan sadar; kita akan mengetahui, kita akan memberikan response. Kita akan sadar secara penuh akan hal-hal yang kita hasilkan untuk hidup ini.  

            Tetapi ada bagian yang ketiga—tidak hanya tubuh ini yang akan dibangkitkan; dan tidak hanya jiwa yang akan tetap sadar—tetapi ada yang ketiga: dan itu adalah roh. Roh “Allah adalah Roh,” dan Allah menciptakan kita dalam rupa dan gambarNya. Dan roh adalah keserupaan kita dengan Allah. Kita dibentuk dengan gambar Allah di dalam roh kita. Dan itu adalah bagian kita yang di dunia akan datang akan mati. Kita akan berada di dalam kekacauan pikiran. Sebab untuk Allah adalah perintah dan keindahan. Dan ketika kita kehilangan rupa Allah itu, kita menjadi kacau balau.   

            Allah memiliki tujuan dan maksud di dalam segala sesuatu yang Dia sentuh. Ketika kita kehilangan hal itu, maka tidak ada tujuan dan tidak ada maksud. Dan kita meraba-raba atas realitas dan tidak dapat menemukannya. Dan kita tidak menyukai jiwa dan roh, karena kita telah memilih kekekalan tanpa makna dan tanpa tujuan serta tanpa Allah.

            Oh, Tuhan, mungkinkah hal itu terjadi pada seseorang dari anda, yang memilih untuk hidup di dalam penghukuman dan kegelapan yang kekal dari pada memilihkasih karunia Allah yang manis dan mulia di dalam Kristus Yesus? Saya sampai kepada seruan jiwa saya sendiri di hadapan Allah, yang disuarakan oleh pemazmur di dalam Mazmur delapan belas:

Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya….

Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya.

Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela….

Terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci…

 Karena Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku.

Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, tangan kanan-Mu menyokong aku, kemurahan-Mu membuat aku besar….

Sebab itu aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu di antara bangsa-bangsa, ya TUHAN, dan aku mau menyanyikan mazmur bagi nama-Mu.

  

Itu yang ingin saya lakukan di dalam sisa hidup saya—hanya memuji Tuhan atas kebaikanNya kepada saya. Hidup kita mengalir dengan rasa syukur dan terima kasih yang dalam kepada anugerah Allah yang telah menjangkau dan menyelamatkan saya; membawa saya keluar dari lubang yang dalam; memalingkan kegelapan kepada terang dan keputusasaan ke dalam pengharapan; dan menjadi berkat bagi saya dengan segala hal yang telah disiapkan Allah bagi mereka yang mengasihi Dia. 

            Mengapa Tidak? Mengapa seseorang yang telah memilih jalan kegelapan dan penghukuman dan nyala api di neraka, mau berpaling dari hal itu? Yang telah memilih hal itu dapat berpaling dan berkata:

 

Tuhan, Engkau telah begitu baik kepada saya: mati di dalam posisi saya; membayar hukuman atas dosa-dosa saya, menulis nama saya di dalam kitab kehidupan. Berdiri bersama dengan saya di dalam pengembaraan ini sebagai sahabat terbaik saya. Bersama dengan saya saat ajal saya datang dan membuka gerbang kemuliaan kepada saya. Terimakasih Tuhan. Terpujilah Engkau sampai selama-lamnya!

 

            Oh, betapa merupakan sebuah komitmen yang indah ketika kita bersujud di dalam kehadiranNya, memanggil namaNya, berseru kepada telingaNya—bahwa Dia mendengar, melihat ke bawah, dan mengangkat kita naik; menjadikan kita milikNya, menyelamatkan kita, mengasihi kita dan perduli terhadap kita. Tuhan Allah, mengapa tidak setiap orang adalah anak Raja? Dan bagaimana dengan anda? 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.