KEAGUNGAN YESUS

(THE SUBLIMITY OF JESUS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

06-05-88

 

Yohanes 13:1-17

 

Kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung bersama dengan kami dalam ibadah di Gereja First Baptist Dallas. Saya adalah Pendeta Gereja First Baptist Dallas yang sedang menyampaikan sebuah khotbah yang berjudul: Keagungan Yesus. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita telah sampai ke dalam pasal 13.

Ini merupakan permulaan dari “Kesucian yang paling Suci” dari Perjanjian Baru. Ada begitu banyak air mata yang tumpah dalam bagian-bagian ini dibandingkan dengan literatur yang lain yang pernah ditulis oleh umat manusia. Dan ada banyak hati yang lebih dikuatkan dan dihibur oleh pasal-pasal suci dibandingkan porsi yang lain yang terdapat di dalam Firman Allah.

Pada pagi hari ini kita akan memulai membacanya dari pasal 13 ayat 1:

 

Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.

Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.

Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,

Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baskom, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.

Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?"

Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."

Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"

Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."

Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih."

Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?

Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.

Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;

Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.

Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.

         

Sekarang kita akan melihat eksposisi dari pasal tersebut. Ketika kita mulai membaca kisah dari kemanusiaan ini dan pelayanan serta perendahan diri yang terdapat dalam ayat yang ketika: “Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.”—Ketika kita mulai dengan hal yang menakjubkan itu dan pengumuman yang tidak biasa itu : Segala sesuatu di sorga    dan seluruh ciptaan yang ada di  bumi, baik yang terlihat dan yang tidak terlihat—segala sesuatu telah diberikan ke dalam tangan Yesus dari Allah Bapa, dan kemudian kita sangat takjub dalam naratif yang selanjutnya yaitu Dia menanggalkan jubahNya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggangNya. Kemudian Dia  menuangkan air ke dalam sebuah basi. Dan mulai membasuh kaki murid-muridNya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangNya itu.

Pikiran yang mungkin kita miliki tentang Allah adalah seperti ini, bahwa Tuhan Allah di dalam suara yang menggelegar, memanggil perhatian dari seluruh alam semesta terhadap Putra Sorga yang berinkarnasi ini. Dan di dalam penantian yang menakjubkan, kita berharap bahwa Tuhan Allah akan menyingkapkan kita seorang serafim yang bernyala-nyala atau tentara dengan pedang hukuman yang terhunus. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Dia menggambarkan kepada kita sekuntum bunga gunung atau seekor anak domba yang baru lahir atau seoarang anak kecil tanpa dosa yang baru membuka matanya.  

Kontras yang terjadi sangat besar dan diluar dari apa yang kita bayangkan. Segala sesuatu telah diberikan Bapa di Sorga kepadaKu: Semua ciptaan yang luas ini, yang terbentang di hadapan kita dan berada di atas kita serta masa depan yang berada di depan kita. Semua itu telah diberikan ke dalam tangan Yesus. Kemudian Dia menanggalkan jubahNya dan membasuh kaki murid-muridNya. 

Apa yang anda pikirkan yang akan dilakukan oleh Dia ketika Dia membuat pernyataan bahwa segala sesuatu telah diberikan ke dalam tanganNya? Kedaulatan, keagungan dan kemuliaan : semuanya telah diberikan kepadaKu.

Bukankah anda mengharapkan supaya Dia melakukan pernyataan yang luar biasa dari rahasia InkarnasiNya, kemanusiaanNya di dalam daging. Atau mungkin Dia akan memanggil malaikatNya dari surga dan di dalam kemuliaan yang penuh pesona, mereka membawakan kepadaNya mahkota yang Dia tinggalkan di takhtaNya yang di sorga. Dan dengan satu tangan, Tuhan kita akan menggerakkan awan yang menyelubunginya. Dan dengan tangan kananNya, Dia akan menerima mahkota yang menandai kekuasaanNya atas seluruh alam semesta. Dan kemuliaan dari mahkota itu akan bersinar dan bercahaya melampaui sinar matahari.

Dan itulah yang akan kita harapkan ketika Tuhan membuat pengumuman bahwa segala sesuatu telah Allah serahkan ke dalam tanganNya. Akan tetapi malahan sebaliknya, Dia menanggalkan jubahNya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggangNya. Kemudian Dia  menuangkan air ke dalam sebuah baskom. Dan mulai membasuh kaki murid-muridNya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangNya itu. 

 Di dalam kesadaran akan keilahianNya sebagai Putra Allah, Dia berhenti untuk pelayanan yang rendahan ini. Kemuliaan dari kerajaanNya diekspresikan dalam pelayanan yang merendahkan diri ini. Dan kepenuhanNya sebagai Putra Allah diekspresikan dalam menanggalkan jubahNya dan mengikat pinggangNya dengan sehelai kain lenan dan menuangkan air ke dalam sebuah baskom serta membasuh kaki. Sesungguhnya hal ini merupakan sesuatu yang terlihat gila.

Betapa merupakan sebuah antiklimaks bagi Allah yang turun dari sorga dalam sebuah rupa manusia! Sesungguhnya kalimat ini merupakan kehebohan yang keluar dan masuk ke dalam kelemahan. Siapakah yang dapat membayangkan sebuah hal : Kemegahan dan kehormatan dan kemuliaan dan kuasa dan kebesaran dan kedaulatan dalam membasuh kaki?

Pengulangan terhadap hal itu seringkali ditemukan dalam Alkitab. Sebagai contoh, di dalam Lukas 22 ayat 27, Tuhan kita berkata, “Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”—menunggu anda—Allah menunggu anda, Allah melayani kebutuhan anda yang sederhana. Itu merupakan sesuatu yang sukar untuk dipikirkan.

Atau contoh yang lain, pernyataan teologi yang paling agung di dalam bahasa manusia, yaitu yang terdapat dalam Filipi pasal 2 ayat 5. Tidak ada ekspresi di dalam  bahasa manusia yang dapat menandingi kemuliaan yang terdapat pada Filipi pasal 2 dan dimulai dari ayat 5: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga di dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam morphe Allah… .”

Seperti apakah itu?  Morphe Allah, “rupa Allah.” Bagaimanakah jenis dari rupa Allah itu? Hal itu melampaui pemikiran kita. Melampaui pengetahuan kita. Tetapi Yesus, bagaimanapun rupa Allah itu, Dia berada di dalam rupa itu. 

 

Yang walaupun dalam morphe Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri.

 

Ada sebuah kata Yunani di sini, yaitu kenosis, hal itu digunakan untuk menjelaskan pernyataan teologi ini. Kenosis dari Juruselamat kita, pengosongan diri dari Juruselamat kita. 

“Dan mengambil morphe dari seorang manusia.” Kita mengerti akan hal itu: “rupa seorang manusia.” Dari rupa Allah, Dia mengosongkan diriNya sendiri ke dalam morphe seorang manusia.  

“Dan di dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.” Dapatkah anda memikirkan bahwa Allah, Dia yang berada di dalam rupa Allah mengosongkan diriNya dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi taat sampai mati, kematian yang paling mengerikan yang pernah ada dalam sejarah manusia: disalibkan di atas kayu salib. 

Dan ini merupakan pola bagi kita di dalam iman Kristen, yaitu; Membasuh kaki. Di dalam 1 Petrus 5 ayat 5 dia berkata, “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain.” Itu merupakan satu-satunya tempat di dalam Alkitab dimana kata  egkomboomai digunakan. Kata itu berarti menempatkan diri ke dalam pakaian budak. Kita menerjemahkannya dengan “merendahkan diri seorang terhadap yang lain.” Kita harus mengenakan pakaian seorang hamba dan untuk melayani Allah dan orang yang lain. 

Saudara yang terkasih! Betapa merupakan sebuah keluarga yang menakjubkan di dalam rumah tangga iman jika kita melakukan hal itu. Jika saya dapat menjalankan menjadi seorang suruhan, jika saya dapat melakukan sesuatu yang baik kepada anda, jika saya dapat menolong dan bersiap sedia, saya adalah hamba bagi anda. Untuk menjadi penjaga pintu, untuk menjadi tukang lampu, untuk menjadi seorang pembersih rumah, untuk bekerja bagi anak-anak bayi, untuk menjaga bayi anda, untuk mengetuk pintu, untuk berdoa bagi seseorang yang sakit—apapun juga, Tuhan, apapun juga.  

Oh, Allah! Betapa merupakan sebuah iman, sebuah jalan, sebuah berkat dan sebuah keagungan, menjadi sama seperti Juruselamat kita, yaitu saling membasuh kaki.

Di dalam Kitab Matius pasal enam, yaitu di dalam Khotbah Di Bukit, Tuhan kita berbicara tentang orang-orang yang memiliki hasrat dan merindukan serta mencari pujian dan penghormatan dari manusia. Apa yang mereka lakukan, mereka lakukan sehingga hal itu dapat dilihat dan beroleh pujian dari orang-orang. Dia berbicara tentang orang-orang yang memberi dan menyembunyikan terompet di hadapan mereka agar kebesaran mereka terlihat. Dan Tuhan berkata, “Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” Mereka mendapat apa yang mereka inginkan. Tetapi hanya  yang sebatas itu.

Kemudian Dia berbicara tentang orang-orang yang berdoa dan merasa senang untuk dilihat oleh orang lain. Dan mereka memperoleh upah mereka dengan penuh. Mereka memperoleh apa yang mereka inginkan. 

Dan Dia berbicara tentang orang-orang yang berpuasa, mereka mengubah air muka mereka supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Dan mereka menunjukkan diri di hadapan orang-orang bahwa mereka terlihat suci. Mereka sudah memperoleh upah mereka. Mereka telah memperoleh apa yang mereka inginkan.

Tetapi, Tuhan berkata, betapa lebih baiknya, jika anda melakukannya bukan karena mengharapkan untuk sebuah penghargaan atau pujian atau penghormatan, atau untuk ditinggikan, tetapi melakukannya karena kasih anda kepada Allah, dan hanya itu.

Anda bernyanyi hanya karena anda mengasihi Yesus. Berkhotbah hanya untuk kemuliaan Allah,melayani jemaat. Bermain, mengajar, atau apa pun yang anda lakukan, hal itu karena anda mengasihi Allah.

Oh, betapa indahnya dapat berjalan dalam kemuliaan dari kasih dan teladan Juruselamat kita—membasuh kaki.

Hal lainnya yang menakjubbkan, atau kebenaran yang menakjubkan dalam kisah ini adalah: Dia datang kepada Simon Petrus, dan Dia diminta secara terang-terangan oleh rasul itu, “Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya."

Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku."

 

Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!"

 

Kata Yesus kepadanya—Dan ini merupakan kebenaran yang menarik dari Firman Allah: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua."

 “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya,.” Dua macam pembasuhan : Yang pertama, ketika kita telah dibasuh, kudus, sempurna, suci, diregenerasikan, lahir kembali dan telah diselamatkan—itu hanya terjadi sekali saja. Dan kemudian, hari-hari penyucian kita terjadi ketika kita berjalan sehari-hari di dunia ini hari demi hari. Setiap hari, kita meminta kepada Allah untuk memaafkan kita atas kelemahan kita dan untuk kelalaian dan kelemahan kita pada hari itu.

Itu merupakan sebuah kebenaran yang luar biasa dari kebenaran Allah. Kita telah dibasuh, disucikan, dilahirbarukan, diselamatkan hanya sekali—hanya sekali dan tidak akan lagi. Dan kemudian, sesudahnya, hari demi hari, kita datang kepada Allah dan meminta Dia untuk membasuh kaki kita, untuk membersihkan kita dari kelemahan dan kegagalan pada hari itu.

Saya ingin menyampaikan sebuah kata di sini, bahwa bagi saya, ini merupakan pengajaran yang jelas di dalam Firman Allah. Berlawanan dengan begitu banyak pengajaran dan kepercayaan—bahwa kita diselamatkan dan bisa terhilang, dan diselamatkan kembali lalu terhilang lagi dan diselamatkan kembali. Dan kita diselamatkan lagi dan lagi dan lagi. Dan kita dilahirbarukan kembali dan lagi dan lagi. Dan kita diregenerasikan kembali dan lagi dan lagi. Oh, ada jutaan orang yang mengajarkan hal itu dan percaya terhadap hal itu.

Tidak ada  di dalam Firman Allah sesuatu yang seperti itu bahkan mendekati sebuah doktrin atau pengajaran seperti itu. Kita diselamatkan satu kali, dan hanya satu kali. Kita diregenerasikan satu kali. Kita disucikan, dibasuh satu kali, hanya satu kali.

Doktrin itu, pernyataan itu berasal dari sorga, bahwa kita diselamatkan pada suatu waktu, dilahirbarukan pada suatu waktu, disucikan pada suatu waktu, diselamatkan pada suatu waktu dan hanya satu kali. Beberapa hari yang lalu, di negara bagian Florida, ada seseorang yang dihukum mati dengan kursi listrik yang bernama Willie Darden. Dia telah dituduh melakukan pembunuhan terhadap seorang penjaga toko, dan di dalam kekerasan itu dia menembak dua orang lainnya.  

Dia telah didakwa dan ditemukan bersalah. Dia kemudian dijatuhi hukuman mati dengan kursi listrik. Dan beberapa hari kemudian dia menghadapi eksekusi itu.

Badan berwenang di Florida berpikir bahwa orang itu, yaitu Willie Darden, juga membunuh enam orang lagi. Tetapi mereka tidak memiliki bukti terhadap hal itu.

Kemudian mereka mengekskusinya setelah pembunuhan yang dia lakukan terhadap penjaga toko itu dan penembakan terhadap dua orang lainnya. 

Sekarang, seandainya di masa depan, atau seandainya pada hari ini ditemukan bukti bahwa Willie Darden membunuh orang ini. Dan kemudian, bukti yang lain mereka temukan bahwa dia juga membunuh orang yang lainnya lagi.

Untuk tujuan apakah bukti itu digunakan dan apakah mereka berusaha menemukannya? Sebab Willie Darden telah mati. Dia telah mati. Dan apa pun yang juga tidak lagi berhubungan dengannya pada sekarang ini. Dia telah mati. 

Dan hal itulah yang terjadi dengan saya dan dosa saya dan hukuman Allah terhadap kesalahan yang telah saya lakukan. Dia telah mengangkat semua dosa saya. Dia telah menggantikan tempat saya. Dan Dia telah mati, Dia telah mati.

Mereka telah menangkap Dia dan menyiksa Dia dan memakukan Dia ke atas kayu salib. Dan salah satu prajurit menikamkan tombak ke dalam lambungNya. Dia telah mati. Dia telah membayar harga atas dosa-dosa saya. Dia telah menggantikan tempat saya. Dia telah mati untuk saya. Dan anda tidak mati dua kali. Dan Yesus tidak perlu disalibkan kembali—hanya sekali.   

Dan doktrin yang agung itu sangat ditekankan dalam Kitab Ibrani pasal sembilan: “Di dalam penumpahan darah untuk pengampunan dosa-dosa kita.”

 

Dan Kristus bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diriNya…

… Tetapi sekarang hanya pada satu kali pada zaman—hapax, sekali saja menyatakan diriNya, untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya.

Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati, hapax, satu kali saja dan sesudah itu dihakimi:

Demikian pula Kristus hanya hapax, satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia.

 

—Hanya satu kali. Dia mati hanya satu kali. 

Dan seseorang telah di selamatkan di dalam kematian penebusan itu, hanya satu kali. Dia tidak lagi disalibkan kembali dan lagi, tetapi hanya satu kali saja.

Dan saya telah diselamatkan sampai selamanya dan hanya satu kali. Dan sesudahnya, hari demi hari, saya datang ke hadapanNya dan kasihNya dan anugerahNya dan meminta supaya Dia membasuh kaki saya, bahwa hari demi hari saya disucikan dari kelemahan dan dosa-dosa dan kegagalan serta kesalahan pada hari itu. 

 

Tetapi aku telah diselamatkan

Aku telah disucikan

Aku dibasuh hanya satu kali

Dosaku.

Oh, kebahagiaan dari pengajaran yang mulia ini.

Dosaku

Bukan hanya sebagian,

Tetapi seluruhnya

Telah dipakukan di atas kayu salib

Dan aku tidak lagi menanggungnya

Pujilah Tuhan.

Pujilah Tuhan.

Oh jiwaku.

Kematian, hanya satu kali, dan aku telah mati di dalam Dia. Telah dibangkitkan untuk hidup yang baru di dalam pembenaranNya yang mulia. Saudaraku, itu merupakan sebuah injil yang luar biasa. Itu merupakan sebuah Injil yang mulia.

Tetapi, saya ingin menyampaikan sebuah tambahan kecil. Ketika saya berbicara kepada orang-orang yang percaya akan kelahiran kembali secara berulang-ulang—Ketika saya berbicara kepada mereka, mereka menjawab saya, “Jika anda percaya seperti yang anda lakukan—jika saya percaya seperti yang anda lakukan, bahwa anda diselamatkan satu kali untuk selamanya—jika saya percaya hal itu, anda tahu apa, saya akan pergi dari sini dan akan melakukan dosa yang menyenangkan saya, dan semua hal yang saya inginkan. Itu yang akan saya lakukan jika saya percaya akan hal itu.”

Tetapi, anda tahu apa yang saya sampaikan kepada mereka? Saya katakan, “Saya dapat saja melakukan hal itu. Saya akan pergi dari sini dan melakukan semua dosa yang saya inginkan. Saya akan mabuk sesuai dengan keinginan saya. Saya akan berzinah sesuka saya. Saya akan mencuri apa yang saya inginkan. Saya akan membunuh siapa yang saya ingin bunuh. Saya akan pergi dari sini dan melakukan apapun yang saya inginkan.”

Akan tepai hal yang terjadi sesungguhnya adalah, ketika saya telah diselamatkan, saya memiliki sebuah hati yang baru, memperoleh sebuah jiwa yang baru, memperoleh sebuah hidup yang baru, saya memperoleh sebuah kasih yang baru. Hal itulah yang membuat saya tidak mau melakukan hal-hal yang bersifat dosa. Saya tidak ingin mabuk-mabukan, saya tidak ingin berzinah. 

Hal itu sama seperti jatuh cinta. Jika anda pernah jatuh cinta, maka anda akan berusaha untuk menyenangkan dan membahagiakan seseorang yang anda kasihi.

Saudara, itulah yang terjadi ketika kita jatuh cinta kepada Kristus. Dia telah mati untuk kita. Dia mati agar kita dapat diselamatkan hingga selama-lamanya. Dan anda tidak usah melakukan apa pun tetapi hanya mengasihi Dia dan berusaha untuk menyenangkan Dia.

Tuhan Allah, aku ingin melakukan hal ini untukMu. Dan anda tidak akan bahagia jika anda berada di kategori yang lain, atau di dalam cara yang lain, atau di dalam pilihan yang lain, atau di dalam tindakan yang lain. Anda tidak akan bahagia.

Jika anda telah diselamatkan sampai selama-lamanya—saya tidak peduli siapa pun anda, jika anda sudah diselamatkan, anda akan menemukan bahwa anda berada di dalam sebuah tempat yang menjijikkan, anda akan menjadi mahluk yang paling tidak bahagia di dalam hidup anda, anda akan menjadi mahluk yang paling tidak bahagia di dalam hidup anda. Anda akan merasa asing. Anda akan merasa kotor.

Dan saya tidak peduli, bagaimana anda berusaha, anda tidak akan melampaui hal itu karena anda telah diselamatkan. Anda telah dilahirkan kembali dan versi itu benar.

Jika anda telah benar-benar diselamatkan, ketika anda bersama dengan umat Allah, hati anda akan meluap. Anda akan menyukai lagu yang dinyanyikan. Anda akan senang untuk berlutut dalam doa. Anda akan menyukai sebuah eksposisi Firman Allah. Anda akan senang untuk menjadi bagian dari keluarga Allah.

 

Betapa senangnya aku menjadi

Bagian dari keluarga Allah

Dibasuh dalam sumbernya,

Disucikan oleh darah,

Dan menjadi ahli waris bersama dengan Yesus

Ketika aku mengembara di padang rumput ini

Betapa senangnya aku menjadi

Bagian dari keluarga Allah

 

Saya telah diselamatkan, telah diregenerasikan, telah dibasuh di dalam darah Anak Domba. Terpujilah namaNya yang mulia!

Sekarang kita akan menyanyikan lagi pujian kita. Kita akan berdoa, sementara orkestra akan membuat hal itu menjadi sebuah kesempatan bagi anda dalam menemukan sebuah tempat untuk datang. 

 

Alih basaha: Wisma Pandia, Th.M.