PELAYAN JEMAAT
(THE SERVANT CHURCH)
Dr. W. A. Criswell
06-12-88
Yohanes 12:1-17
Anda sekarang menjadi sebuah bagian dari Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Gembala Sidang yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Pelayan Jemaat.
Di dalam seri khotbah kita dari Injil Yohanes, kita telah berada di pasal 13. dan saya akan membacanya dimulai dari ayat 4. Yohanes 14 ayat 4:
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya,
Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Ayat 12:
Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu?
Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu;
Ada sebuah denominasi Baptis yang memiliki tiga ordinansi: Baptisan, ordinansi pertama; Perjamuan Tuhan, ordinansi yang berulang-ulang; dan pembasuhan kaki, sebuah ordinansi kesederhanaan. Kita tidak mengikuti pola itu karena kita mengikuti pola yang ada di Jemaat Perjanjian Baru. Dan di dalam Gereja Perjanjian Baru, mereka hanya memiliki dua ordinansi yaitu baptisan dan Perjamuan Tuhan.
Pembasuhan kaki bukanlah sebuah ordinansi yang dilaksanakan oleh gereja. Jadi, kita mengetahuinya berdasarkan penafsiran dari khotbah dan pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan kita, bahwa ketika Dia berkata bahwa kita harus saling membasuh kaki seorang dengan yang lain, Dia sedang berbicara tentang sikap dari kasih dan pelayanan serta pekerjaan yang seharusnya menjadi karakteristik kesalehan dari setiap pengikut Tuhan kita.
Di dalam memelihara semangat itu, khotbah hari ini berhubungan dengan pelayan gereja: pembasuhan kaki, Pelayanan dari Juruselamat kita, gembala pelayan; yang mengembalakan jemaat; diaken pelayan, yang dari namanya saja mencirikan tugasnya sebagai pelayan; yaitu melayani jemaat—yaitu kita semua yang menjadi anggota dari rumah tangga iman.
Pelayanan Juruselamat: Seperti apakah Dia? Allah yang menyatakan diri dalam daging: Seperti apakah Dia? Oh, betapa luar biasanya, seandainya kita dapat melihatNya saat Dia menyatakan diri dalam daging: Untuk melihat Dia, untuk berbicara dengan Dia, untuk menyentuh Dia, untuk duduk di bawah kakiNya dan belajar tentang kerajaan Allah.
Bukankah itu akan menjadi sebuah kemuliaan yang tidak dapat dibandingkan untuk melihat Tuhan kita ketika Dia berjalan di bukit-bukit Galilea? Tuhan yang mulia, betapa merupakan sebuah keistimewaan hanya untuk melihat Engkau!
Seperti apakah Dia ketika sedang membasuh kaki? Ini adalah Allah yang menyatakan diri di dalam daging. Ini adalah Allah yang berinkarnasi. Ini adalah Allah yang ada di dalam rupa manusia. Ini adalah Allah yang berdiam di antara kita.
Dan seperti apakah Dia ketika sedang membasuh kaki?
Dan gambaran dari Juruselamat kita di dalam penjelasan dari perkataanNya adalah persis seperti itu. Di dalam kalimat penutup dari Matius pasal sebelas Ia berkata:
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat…..
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepadaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan,
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan.
Seperti apakah Dia ketika kita melihat Dia: lembah lembut dan rendah hati?
Di dalam Matius 20 ayat 28: “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Pelayan kita membasuh kaki kita, melayani kebutuhan kita—seorang sahabat yang penuh kasih dan belas kasihan.
Segala sesuatu tentang Dia selalu mengundang orang-orang untuk datang kepadaNya. Anak-anak kecil dipersilahkan untuk datang. Dia menempatkan mereka ke dalam tanganNya dan memberkati mereka. Orang-orang berdosa yang terbuang suka untuk berada di dekatNya. Dan wanita, yang pada masa itu hidup sebagi kasta yang rendah, mereka mengasihi Yesus dan mengikuti Dia serta melayani Dia.
Seperti apakah Dia ketika Dia membasuh kaki? Lemah lembut, menyenangkan dan mulia.
Dan pelayananNya: Apa yang Dia lakukan? Di dalam Matius pasal sebelas ini: “Pergilah dan beritahukanlah kepada Yohanes, apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”
Sama seperti Simon Petrus yang berdiri di hadapan Kornelius, dia menyampaikan Firman tentang Dia: “Dia melakukan pekerjaan yang baik.” Pelayanan dari Tuhan kita merupakan salah satu pelayanan yang tidak pernah berhenti, sebuah berkat, sebuah pertolongan.
Tidak ada seorangpun yang dapat menanggung beban kedukaan dan penderitaan kita, tetapi Yesus berada di sana untuk menolong, untuk bersimpati, untuk melayani, untuk menyembuhkan, bahkan membangkitkan orang mati. Dan hal yang paling menakjubkan dari semua hal-hal yang luar biasa, tentang Inkarnasi Putra Allah ini, adalah ketika Yesaya, di dalam kitabnya dalam pasal lima puluh tiga yang berusaha menggambarkannya Dia, ini adalah firman yang disampaikan sehubungan dengan pelayanan yang dilakukan oleh Yesus:
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya….
Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
—Tanpa penolakan, tanpa menyalahkan, tanpa kata-kata yang keras dari penghukuman dan penghakiman.
Oh, Allah, inilah Tuhan kami! Ini adalah sebuah nubuatan yang luar biasa bagi saya: Tanpa memberikan perlawanan, tanpa kata-kata hukuman dan penghakiman, hanya pengorbanan yang hening di dalam kasih yang menebus kita, sama seperti seekor anak domba.
Dalam tahun-tahun yang telah berlalu, saya mengunjungi sebuah rumah pengepakan yang terbesar di dunia, yang terdapat di Chicago. Saya berada di sana ketika mereka sedang menyembelih sapi.
Dan, ada sebuah lenguhan dan rintihan ketika mereka memotong pembuluh vena mereka dan mengucurkan darahnya untuk diproses selanjutnya.
Kemudian, saya mengunjungi area, dimana mereka sedang menyembelih babi. Dan saat penyemblihan, hewan-hewan itu mengeluarkan terikan serta jeritan yang menimbulkan suara yang bising. Mereka disembelih dan kemudian diproses selanjutnya.
Dan kemudian saya pergi ke tempat dimana mereka menyembelih anak domba. Tidak ada sebuah suara. Satu-satunya yang terdengar hanyalah suara dari mesin yang membawa domba yang sudah disembelih itu ke dalam ruangan proses berikutnya—tanpa sebuah suara.
Dan salah satu pengalaman yang paling berkesan didalam pengembalaan saya, terjadi bertahun-tahun yang lampau. Ada seorang tukang jagal dari sebuah rumah potong hewan di Dallas yang menelusuri salah satu lorong ini untuk maju ke depan dan menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Ketika saya berbicara dengan dia, dia berkata, “Saya adalah seorang pria dengan sebuah pisau panjang yang tajam, yang saya pakai untuk menyembelih tenggorokan hewan dan memotong pembuluh vena mereka, untuk diproses selanjutnya. Dan pada suatu hari, tanpa sebuah pemberitahuan kepada saya, setelah saya menyembelih hewan-hewan itu, datanglah seekor anak domba, seekor anak domba yang berwarna putih untuk disembelih. Dan saya mengambil pisau saya yang panjang dan menjatuhkannya ke dalam tenggorokan anak domba itu.”
Selanjutnya dia berkata, “Dan Pendeta, domba kecil itu melihat ke arah saya, dan darahnya melumuri seluruh tangan saya.” Kemudian katanya lagi, “Kemudian saya membuang pisau saya. Dan sejak saat itu saya tidak lagi menjadi tukang jagal. Saya tidak lagi membunuh hewan. Dan saya pergi kepada mandor dan berkata, ‘Saya berhenti dari pekerjaan ini.’”
Saya dapat memahami hal itu. Ketika seseorang dihina atau dipukul atau dipenjarakan, dan dia memberkati anda dan berdoa bagi anda dan mengasihi anda dalam nama Allah—tidak heran, orang-orang Kristen yang pertama menumbangkan seluruh Imperium Roma. Hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Itu adalah pelayanan Juruselamat kita, yaitu membasuh kaki.
Kita sedang berbicara tentang pelayan jemaat. Gembala yang melayani. Di dalam Firman Allah, sehubungan dengan para penatua, Petrus menulis dalam 1 Petrus 5, “Aku menasihatkan para penatua diantara kamu, aku sebagai teman penatua.” Di dalam pasal ini, semua katanya menunjuk kepada seorang gembala. Seorang pendeta disebut sebagai seorang presbyter, yang diterjemahkan disini sebagai “seorang penatua.” Kata itu menggambarkan martabat dalam tugasnya. Di dalam ayat 2, dia dinasihatkan untuk “memberi makan kawanan domba. Kata yang digunakan adalah poimen, yang diterjemahkan sebagai “gembala.” Dia adalah seorang gembala. Dan di dalam ayat yang sama, dia bertugas sebagai penilik, kata itu adalah episcopos. Dia merupakan seorang administrator di dalam rumah Tuhan.
Dan setelah berbicara tentang pendeta sebagai seorang presbyters—sebagai penatua, sebagai poimen—gembala, dan sebagai episcopos, penilik, sebagai administrator, selanjutnya dia berkata bahwa seorang pendeta, “Bukan seorang tuan atas warisan Allah, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Itu adalah pelayanan dari pendeta. Dia adalah seorang pelayan bagi jemaatnya. Mereka bukan melayani dia. Tetapi dia yang seharusnya pelayan bagi jemaat.
Dan seorang pendeta yang luar biasa akan selalu menjadi seseorang yang selalu mendahulukan dan mementingkan jemaatnya. Mereka inilah orang-orang yang akan ditetapkan dan dipilih dan ditempatkan dalam posisi pelayanan.
Firman Allah berkata bahwa setiap orang memiliki karunia. Tidak ada satu orang pun yang tidak memiliki karunia. Meskipun hal itu sifatnya merupakan sebuah pelayanan yang sederhana. Sebab setiap orang memiliki sebuah karunia. Dan pendeta harus mendorong jemaat untuk menggunakan karunia yang berharga itu, yang berasal dari Roh Kudus yang berdiam di dalam setiap orang dari kita, yang selalu berusaha memajukan kehidupan dari jemaatnya.
Adalah mudah untuk melakukan hal itu. Saya senang melihat jemaat kita bertumbuh dalam kasih karunia, mengambil sebauah bagian di dalam pelayanan untuk Kristus. Beberapa diantara adalah guru yang luar biasa, penyanyi yang berbakat, pemusik yang berbakat, para pengunjung yang gigih. Dan beberapa diantaranya memiliki karunia dalam hal keuangan. Allah memberkati mereka. Mereka tahu bagaimana memberi dukungan dalam pekerjaan Allah.
Beberapa diantara mereka adalah pengkhotbah. Di luar dari konggregasi ini, oh, kita memiliki misionaros terbaik di ladang pelayanan luar negri dan beberapa dari pengkhotbah terbaik ada di mimbar ini. Dan pendeta adalah seseorang yang bertugas untuk mendorong jemaatnya di dalam pekerjaan Allah. Itu adalah sebuah hal yang luar biasa.
Di dalam sini, di dalam Kisah rasul pasal 6 ayat satu, disebutkan: “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, maka mereka memilih orang-orang ini untuk membantu para rasul.” Itu adalah sebuah perlindungan yang luar biasa dari Tuhan Allah.
Ketika gereja bertambah besar, Allah akan memberikan kita penolong yang berada di sisi pendeta. Ketika saya memulai pengembalaan saya, gereja pedesaan yang kecil, saya mempunyai 18 anggota jemaat. Dan selanjutnya, saya juga dipanggil untuk mengembalakan gereja pedesaan lainnya. Dan gereja itu memiliki 40 orang jemaat. Dan kami bertemu sekali dalam sebulan. Kami menyebutnya gereja-gereja seperempat waktu.
Saya tidak pernah memiliki seseorang yang mau memimpin doa umum—tidak seorang pun. Saya mulai berkhotbah saat saya berusia 17 tahun. Kekurangan dan ketidakmampuan yang saya miliki, saya berusaha menutupinya dengan kuat dan saya lakukan sendiri. Anda dapat mendengar saya bepergian sejauh 40 mil. Hanya untuk berkhotbah di semua tempat. Dan semua hal yang saya lakukan adalah berkhotbah.
Saya memimpin pujian. Dan saya katakana kepada anda, saya melakukannya dengan baik.
Saya mengajar Sekolah Minggu. Saya memiliki beberapa anak kecil. Saya mengajar mereka lagu paduan suara. Saya melakukan semua hal. Seluruh pelayanan di dalam gereja, dan saya melakukannya dalam pelayan gereja yang dilakukan dalam gereja-gereja seperempat waktu itu.
Dan sekarang, di dalam pemeliharan Allah yang sangat ini, saya telah mengembalakan jemaat ini selama 40 tahun. Saya senang melihat jemaat kita untuk mengambil tanggung jawab di dalam banyak area dari kehidupan gereja dan melakukannya dengan baik, jauh lebih baik dari apa yang dapat saya lakukan.
Saya sangat bersukacita. Kita memiliki staf yang digaji. Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa. Dan diantara banyak dari pria dan wanita ini, yang bekerja di dalam area yang berbeda dari jemaat ini, yang melayani jemaat, itu merupakan sebuah berkat yang indah.
Oh, Allah! Saya tidak dapat membingkai kata-kata untuk menyampaikannya atau meletakkannya dalam kalimat untuk mengungkapkan hal itu: Kedalaman dari rasa hormat saya kepada Allah atas pelayanan yang menakjubkan yang terdapat di dalam gereja ini.
Bukan hanya seorang pelayan Juruselamat dan seorang gebala yang melayani, tetapi juga seorang diaken yang melayani.
Rasul Paulus menulis di dalam 1 Timotius 3:13, “Karena mereka yang melayani dengan baik telah beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.” Kata yang paling dasar dari diaken berarti “melayani.” Diakonos adalah kata Yunani untuk “pelayan.”
Dan diaken adalah seorang pelayan di gereja. Dia berdiri di samping pendeta, mengangkat tangannya, berdoa untuk dia dan bekerja bersama dengan dia.
Saya mengingat seoorang yang sangat saleh yang pernah saya lihat dan yang pernah saya dengar dalam hidup saya, dan dia adalah presiden dari seminari Trustees yang pernah saya kunjungi. Dia adalah pemilik dari Anderson Department Store di Knoxville, Tennessee.
Suatu kali dia berbicara kepada kami, menjelaskan sebuah situasi yang indah dari Gereja First Baptist Knoxville. Dr. Fred Brown adalah gembala dari gereja itu dan seorang yang saleh. Dia terpilih menjadi Presiden dari Konvensi. Dia tidak mampu melayani sepenuhnya sehubungan dengan kesehatannya, dan Dr. Fred Brown mulai berkhotbah di jalanan.
Dan Mr. Anderson, yang memiliki department store yang luas itu merupakan seorang yang memiliki karunia yang luar biasa—Diaken Anderson mengunjungi pendetanya, Fred Brown, Dr. Brown, dan berkata, “Pendeta, merupakan sebuah hal yang merendahkan martabat bagi seorang gembala dari gereja kita yang besar untuk berdiri di pojok jalan dan mengkhotbahkan injil.”
Dan Dr. Brown berkata kepada diakennya, yaitu Anderson, “Tetapi hal itu telah terpatri di dalam hati saya, di dalam jiwa saya. Dan saya ingin memberitakan injil kepada orang-orang yang hilir mudik di jalan ini tentang kasih dan anugerah dari Tuhan Yesus.”
Dan pada hari berikutnya, ketika Dr. Fred Brown berdiri di sudut jalan untuk memberitakan injil, diaken yang luar biasa itu, yaitu Mr. Anderson, berdiri di sampingnya, dan melakukannya setiap waktu. Saya pikir itu merupakan hal yang sangat hebat: “Jika pendeta saya pergi ke sudut jalan dan memberitakan injil Kristus, maka saya akan berdiri di sampingnya.”
Untuk menunjukkan kepada anda sebuah pengaruh yang sangat kuat yang membentuk ssebagai seorang mahasiswa, ketika saya ditugaskan untuk tugas pengembalaan saya yang pertama kali. Ketika saya memulai tugas pengembalaan saya, setiap Sabtu saya mengambil Alkitab saya dan pergi ke halaman gedung pengadilan dan memberitakan injil. Gedung itu terletak di sebuah kota kabupaten. Dan para petani sering datang dan berkumpul di tempat itu. Dan saya akan berdiri di halaman gedung pengadilan itu dan memberitakan injil.
Dan hal yang sama terjadi kepada saya. Diaken-diaken yang saleh itu berdiri di samping saya yang sedang berdiri di sana untuk memberitakan injil.
Salah satu hal yang paling mengherankan: Pada pukul 8:15, dalam ibadah pagi, ada seseorang dan istrinya yang bergabung dalam ibadah pagi itu. Dan ketika dia datang, dia menjabat tangan saya dan berkata, “Pendeta, saya berada di sana, di kota kabupaten itu. Dan saya mendengarkan anda berkhotbah di halaman gedung pengadilan. Dan pada hari itu, saya menjabat tangan anda.”
Hal itu sangat luar biasa. Merupakan sebuah kehormatan dari Allah untuk menjadi seorang pelayan jemaat, tidak untuk dilayani, tetapi untuk melayani, untuk membasuh kaki.
Waktu kita hampir habis. Bolehkah saya mengakhiri khotbah ini dengan perkatan yang berkenaan dengan melayani jemaat, melayani konggregasi, yang berharga bagi orang lain dan bagi Tuhan?
Di dalam Galatia pasal 6 ayat 2: Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Baros, itu adalah sebuah kata Yunani untu “berat,’ untuk “beban.”
Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu atau di dalam kesukaran hidup. Dan kita semua memilikinya, termasuk anak-anak.
Kedukaan dan air mata anak-anak sama nyatanya dengan kedukaan dan air mata orang-orang yang sudah dewasa. Dan rasa frustasi serta kekecewaan dan rasa sakit adnak-anak remaja sama menyedihkannya dengan apa yang kita alami.
Beban hidup. Tidak seorangpun yang dapat melarikan diri dari hal itu. Dan kita dinasehatkan untuk saling menanggungnya satu sama lain.
Beberapa dari jemaat kita mengalami saat sekarat di rumah sakit. Dan kemarin saya mengunjungi beberapa dari antara mereka. Tidak ada seorangpun dari jemaat kita yang pada suatu saat akan menundukkan kepala mereka dan menangis di hadapan Allah. Kita semua mengenal beban dan kedukaan dan air mata serta rasa sakit di dalam hidup. Dan kita membutuhkan kekuatan dan penghiburan serta pertolongan.
Ada sebuah lagu yang sangat indah yang menggambarkan hal itu dan lagu itu berjudul “Blest Be the Tie That Binds”:
Kata menanggung kesengsaraan kita bersama-sama
Beban kita bersama-sama
Dan bagi yang lainnya mengalirlah
Air mata yang penuh simpati
Itu adalah kehadiran Allah di tengah-tengah kita.
Dan itulah pelayanan kepada jemaat yang telah diberikan yaitu untuk memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan, bagi orang-orang miskin, orang-orang yang tertekan, dan yang terbuang. Saya sangat menyukai doa dari Hershel Forester yaitu “Tuhan berkatilah ke 28 kapel kami.”
Bahkan sekarang, di dalam kota ini, ada 28 misi, kapel yang kita dirikan untuk melayani orang-orang miskin yang berada di kota ini. Kita memberi makan mereka setiap hari, memberi mereka pakaian setiap hari. Dan apa yang menjadi seruan di dalam hati saya bahwa pelayanan kita itu bukan hanya sekedar memberikan makanan. Kita memberitahukan kepada mereka tentang Yesus Kristus. Kita memenangkan mereka kepada Tuhan.
Di sini, di dalam akademi teologi kita, kita memiliki lima orang mahasiswa yang telah dimenangkan kepada Kristus yang berasal dari daerah kumuh itu. Saya menyukai hal itu—sebuah pelayanan gereja yang membantu orang-orang yang sangat membutuhkan pertolongan kita.
Dan seruan kita bagi orang-orang yang terhilang. Orang-orang yang sedang berada bergabung bersama dengan kita di dalam perkemahan ini—Perkemahan Criswell pada hari Kamis, di gereja. Anak-anak Criswell ini, mereka adalah anak-anak yang masih terlalu kecil untuk pergi ke perkemahan.
Pada hari Kamis, kita memiliki dua ibadah bersama dengan Nona Libby. Dan kita memiliki anak-anak sejumlah 60 orang yang datang kepada Tuhan. Dan di luar perkemahan itu, mereka mengadakan sebuah seruan setiap waktu dalam ibadah yang kita lakukan. Dan pada malam ini, mereka akan memiliki sebuah jam yang luar biasa bagi orang-orang yang membutuhkan Yesus.
Oh, Allah! Betapa merupakan sebuah kehidupan yang luar biasa! Sebuah pintu sorga yang terbuka yang telah Engkau tetapkan di hadapan kami, untuk menjadi sebuah penolong, untuk menjadi sebuah berkat!
Oh, Allah! Berkatilah buah dan usaha serta pekerjaan yang dilakukan oleh tangan kami!
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.