Daftar isi

MELAKUKAN DOKTRIN ALLAH

(DOING THE DOCTRINE OF GOD)

 

Dr. W. A. Criswell

 

08-02-87

 

Yohanes 7:17

 

Kita semua sekarang sedang menjadi sebuah bagian dari ibadah yang dilakukan oleh Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah pendeta yang membawakan khotbah yang berjudul: Melakukan Doktrin Allah. Ini adalah sebuah eksposisi dan Kitab Yohanes pasal tujuh.

Di dalam khotbah kita melalui injil yang luar biasa ini, kita akan mulai dari pasal 7. Dan ayat pertama berkata:

Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea—di bagian utara Palestina— sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea—di bagian selatan— karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.

Kemudian di dalam ayat yang selanjutnya, saudara-saudaraNya pergi ke perayaan yang berlangsung di Bait Allah di Yerusalem. Tidak peduli di mana pun anda berada di bagian dunia ini, anda harus pergi ke Yerusalaem. Dan selalu saja bahwa anda harus pergi ke Yerusalem. “Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, ia pun juga pergi ke situ, tetapi Yesus tidak bersama dengan mereka.”

Kemudian pada permulaan pasal itu dalam ayat berikutnya, Tuhan kita juga pergi.

Ayat 10:

Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.

Orang-orang Yahudi mencari Dia di pesta itu dan berkata: "Di manakah Ia?"

 “Dimanakah Dia?” Pertanyaan itu mungkin ditanyakan dalan banyak cara: “Dimanakah Tuhan?” Hal itu bisa ditanyakan dalam keinginan yang jahat dan keinginan untuk membunuh: “Dimanakah Dia?

Di dalam ayat sembilan belas Tuhan kita mengulang hal itu: “Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?" Dan di dalam permulaan pasal itu dimulai dengan kalimat : “Karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.”

Pertanyaan dapat ditanyakan dalam rasa kagum, di dalam kengerian dan reaksi yang keras. Bagi kita hal itu sangat aneh dan di luar dari konteks hidup kita. Tetapi hal itu akan mengejutkan anda bahwa di dalam banyak bagian di dunia ini banyak dari mereka memiliki keinginan yang jahat dan reaksi untuk membunuh Tuhan kita.

Saya sekarang berbicara tentang keluarga kita sendiri dan ras kita.

Saya telah berada di London. Dalam sebuah akhir pekan di Hyde Park’s Speaker’s Corner, tempat dimana orang-orang banyak berkumpul dari penjuru dunia. Mereka adalah kumpulan yang luas dan persatuan dari orang-orang aneh dan orang-orang sinting dan orang-orang dungu dan mahluk yang bodoh dari setiap jenis dan warna. Dan mereka melakukan segala macam kebodohan. Dan anda beranjak dari sebuah kebodohan kepada ketololan yang lain yang ada di sekelilingnya.

Yang membuat saya takjub, ketika saya berjalan melewati orang-orangan banyak yang berkumpul di sana di akhir pekan di Hyde’s Corner di London, di sana ada seorang pengkhotbah Baptis yang sederhana, dan di sampingnya ada seorang diaken yang saleh. Dan dia sedang mengkhotbahkan injil diantara orang-orang bodoh itu—itu adalah sebuah hal yang menakjubkan, sebuah hal yang mengherankan. Dan tentu saja sama seperti orang lain, disekelilingnya banyak kerumunan orang dan ada sebuah lingkaran yang terbuka di depannya.

Jadi, sebagaimana saya berdiri di sana dan sedang mendengarkan orang saleh itu dalam rasa takjub, yang sedang mengkhotbahkan pesan Yesus yang sederhana, tiba-tiba ada yang datang ke dalam lingkaran yang terbuka itu, ke hadapannya, yaitu seorang pria yang memiliki memar yang besar—pria besar, pendek gemuk dengan jenggot yang besar. Dan dia masuk ke dalam lingkaran dan berdiri di sana dan melihat ke arah pengkhotbah itu serta diakennya dan ke araa kerumunan orang banyak itu. 

Dan dengan mengepal tinjunya, dia berkata, “Saya berharap saya dapat  memegangi Yesus Kristus itu. Dan saya akan mencekik Dia hingga mati dengan tangan ini.” Dia berkata, “Dengan tinju ini, Saya akan menghancur-leburkan wajahNya. Saya akan mematahkan lehernya. Saya akan membunuhNya di sini. Dan jika Dia kembali lagi ke bumi, kita akan menyalibkan Dia saya seperti yang telah kita lakukan ketika Dia datang 2.000 tahun yang lalu.

Oh, anda tidak akan pernah memikirkan suatu hal seperti itu. Anda tahu, ketika saya mengingatnya ribuan kali, saya berharap saya dapat kembali ke saat itu. Mengapa saya tidak melangkah ke dalam lingkaran itu dan berjalan ke arah sisi pengkhotbah itu dan diaken yang saleh itu dan berkata, “Saya adalah seorang Amerika. Dan saya datang dari seberang lautan. Dan saya ingin supaya anda tahu bahwa saya percaya kepada Yesus. Dia adalah Juruselamat dan Tuhan saya. Saya berdiri di sini dengan tangan terangkat, memuji namaNya atas semua hal yang telah Dia lakukan kepada saya.”

Mengapa saya tidak melakukan hal itu? Saya telah menyesali hal itu dengan ribuan kali di dalam ingatan saya. 

Mengapa mereka mencari Dia? Kadang-kadang pertanyaan itu diajukan dengan kebencian dalam keinginan untuk membunuh. Kadang-kadang hal itu ditanyakan dengan penghinaan dan celaan serta penolakan.

Keseluruhan bagian akhir dari Yohanes pasal tujuh ini merupakan reaksi dan para pemimpin agama pada masa Dia hidup, yang dipimpin oleh Orang Farisi dan Saduki, dalam penghinaan dan penolakan terhadap hidup Tuhan Yesus: “Dimanakah Dia dan di mana saya dapat menemukanNya?”

Kadang-kadang pertanyaan itu ditanyakan dalam kemanusiaan yang dalam, yang sedang mencari kebenaran. Dalam ayat tujuh belas dari pasal tujuh ini, Nikodemus berkata kepada mereka—Nikodemus adalah orang yang diperkenalkan bagi kita dalam pasal 3, seseorang yang datang kepada Tuhan pada waktu malam, mencari jalan kehidupan.

Kadang-kadang pertanyaan yang ditanyakan adalah, “Bagaimana saya dapat mengenal kebenaran? Dan bagaimana saya dapat mengretahui jalan kepada Allah?”

Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan terdapat di dalam kasih yang dalam, sama seperti dalam bagian selanjutnya ketika kita sampai pada pasal-pasal yang terakhir dari Injil Yohanes. Maria Magdalena bertanya dengan sangat berharap, “Dimanakah Dia diletakkan sehingga aku dapat datang dan membawa pergi tubuhNya?” Dia sedang bertanya kepada Tihan dan tidak mengenali Dia.

Kadang-kadang pertanyaan itu ditanyakan dalam aspirasi yang kudus. Di dalam Yohanes pasal tujuh belas Tuhan kita berkata, “Aku berdoa supaya orang-orang ini juga bersama-sam dengan Aku, sehingga mereka dapat bersukacita bersama-sama dengan Aku di dalam kemuliaan.”  

Dimanakah Dia? Dimanakah Dia? Untuk mengajukan pertanyaan itu bagi kita yang hidup pada masa sekarang, jawabannya sekarang ada di dalam pengalaman kita. Dimanakah Tuhan? Dia berada di dalam hati kita. Dia sangat dekat dengan kita, di tempat dimana kita duduk dan kita berdiri. Dia sangat dekat sedekat nafas kita, sedekat tangan dan kaki kita. 

Dimanakah Tuhan. Dia duduk di samping anda dan Dia berjalan bersama dengan anda di dalam hari-hari pengembaraan anda.

Dimanakah Tuhan kita? Dia berada di dalam Firman Suci. Kita melihatNya di dalam Kitab Suci yang diinspirasikan dan tanpa salah.

Saya memegangnya di dalam tangan saya, sebuah Perjanjian Baru yang diberikan oleh salah satu mahasiswa di kelas saya di di Universitas. Orang muda itu selanjutnya akan dikirim ke Afrika dan mendirikan Seminari Teologi kita di Nigeria.

Dia memberikan ini kepada saya dengan sebuah tanggal dan inskripsi yang indah: ta ano phroneite, me ta epi tes ges—“Arahkanlah pikiranmu terhadap perkara-perkara yang di atas, bukan atas perkara-perkara yang ada di bumi.”

Bagaimanapun, Perjanjian Baru inilah yang menghasilkan ledakan Reformasi yang besar. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, Kitab Suci di cetak di dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani ini.

Hal itu dilakukan oleh Erasmus pada tahun 1516. Kitab itu disebut dengan Textus Receptus, “teks yang diterima,’ dan merupakan dasar bagi terjemahan Versi King James dalam bahasa Inggris.

Erasmus menulis dalam kata pengantarnya di dalam Perjanjian Baru ini—Textus Receptus dalam bahasa Yunani—dia menulis kata-kata ini dan saya telah menyalin sebagian kecil dari kalimat itu di dalam teks Perjanjian Baru saya: “Lembaran-lembaran yang kudus ini akan meringkaskan gambaran yang hidup dari pikiranNya. Mereka akan memberikan Kristus itu sendiri, yang sedang berbicara, yang sedang menyembuhkan, mati dan bangkit—keseluruhan Kristus dalam kata-kata. Mereka akan memberikan kepada anda keintiman yang begitu dekat bahwa Dia tidak kurang nyata dibandingkan jika Dia berdiri di depan mata anda.”

Betapa merupakan sebuah pengakuan yang luar biasa! Jika saya membuka Firman Allah yang Suci, saya akan melihatNya di sana, Tuhan Yesus yang lebih lengkap dan lebih penuh dibandingkan jika Dia berdiri di hadapan saya. Dimana saya dapat menemukanNya? Saya dapat menemukanNya di dalam lembaran-lembaran Kitab Suci ini.

Di mana kita dapat menemukan Tuhan? Kita dapat menemukan Dia dalam jemaat dan kumpulan umatNya. “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu,” Dia berkata, “Jika ada dua atau tiga orang berkumpul bersama-sama maka Aku hadir di tengah-tengah mereka.” Di dalam sebuah konggregasi, pikirkanlah tentang kehadiran Yesus yang mencurahkan jiwaNya dan hatiNya dan kasihNya kepada kita di dalam kumpulan jemaat ini, di dalam ibadah penyembahan ini.

Dimanakah saya dapat menemukan Yesus? Dimanakah Dia? Dia hadir dalam kasih kita yang tercurah sepenuhnya, di dalam doa kita.

Salah satu lukisan yang paling mengesankan bagi saya terdapat dalam sebuah museum yang besar. Sang seniman telah melukiskan sebuah rumah yang sangat miskin—sebuah keluarga yang miskin— dan di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah meja makan. Dan seorang ayah menunduk di depan makanan yang sangat sedikit dan sang ibu duduk di sebelah meja dengan anak-anak yang duduk di sekelilingnya. Dan dia mengucap syukur atas makanan mereka yang sedikit itu. Dan di atasnya, sang seniman melukis sebuah lukisan Tuhan Yesus di atasnya. Dan tangannya direntangkan untuk memberi berkat atas keluarga kecil itu. Dimanakah Yesus? Dia hadir bersama dengan kita di dalam doa kita dan di dalam kehadiran kita di hadapanNya.

Dimanakah Tuhan kita? Dia bersama dengan kita di dalam pelayan yang kita lakukan di dalam NamaNya. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Dia berada di sana, memberkati, dan menerima.

Dimanakah Tuhan kita? Dia berada di sorga dan menjadi pengantara bagi kita di sebelah kanan Allah—menyebutkan nama kita, memohon untuk kita dan memberikan kekuatan bagi kita dalam pengembaraan kita.

Dimanakah Dia? Dia berada di sini bersama dengan kita. Kemudian, pasal tujuh berkata kepada kita bahwa Tuhan kita pergi ke perayaan itu. Dan pada waktu pesta itu berlangsung—ayat 14: “Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ, maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: “Bagaimanakah Orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar?”

Dia hanyalah seseorang yang berasal dari golongan yang sederhana dan tidak hanya itu, tetapi juga berasal dari sebuah propinsi dari Galilea. Propinsi yang tidak terkenal di Yudea. Dan dari semuanya itu Dia mengajar seperti seorang guru di sinagoge dan rabbi di bait Allah. 

Dia bukan lulusan dari sekolah Gamaliel atau Hilel. Dia bukan sebuah produk dari universitas.

Dia berasal dari golongan sederhana, mengajar dengan cara itu, dan di dalam tahun-tahun hidupNya, Dia telah bekerja dengan tanganNya sebagai seorang tukang kayu selama 30 tahun. Dan ketika mereka mendengarkan Dia mengajar—orang yang tanpa memiliki gelar kelulusan dan tanda pendidikan universitas—mereka takjub akan Dia dan berkata, “Bagaimana orang ini memiliki pengetahuan yang tinggi—terpelajar dan memiliki tingkat pengetahuan akademik—tanpa pernah belajar?”

Tentu saja, kita tahu bahwa Dia adalah seorang utusan dari sorga. Dia membawa hikmat Allah dari kemuliaanNya sendiri.

Anda tahu, itu adalah sebuah hal yang tidak biasa—perbedaan antara akademia dan perasaan umum yang baik. Anda dapat menjadi seorang terpelajar, lulus dengan idiot dan tentu saja dengan tidak mengetahui apa-apa. Saya telah  bersekolah dengan orang-orang yang tidak terhitung banyaknya, lulus dalam kelas yang sama dengan mereka—tetapi tetap menjadi orang-orang idot, yang sungguh-sungguh bodoh.

Biarkan saya menyampaikan sebuah cerita kepada anda. Seorang hakim yang pergi ke kantor pengadilan. Dan dia baru saja naik di atas kereta kudanya menuju kantor pengadilan itu.

Dan ketika dia mengendarai kudanya yang menarik keretanya, tiba-tiba sesekor kelinci melompat menyeberang jalan. Dan kuda itu mundur karena terkejut. Ketika dia melakukan hal itu, dia mematahkan tangkai di tengah-tengah kereta itu.

Dan sang hakim dalam kekhawatirannya, tidak mengetahui apa yang harus dilakukan—anda tidak dapat mengendarai kereta kuda tanpa ada tangkai itu. Itu adalah tangkai yang berada diantara dua tangkai tempat kuda menarik kereta. Dan tangkai itu telah patah menjadi dua. Dan dia berada di sana tanpa ketidaktahuan untuk melakukan apa pun.

Kemudian datanglah seorang yang tidak terpelajar, seorang petani negro yang tidak berpengetahuan, menelusuri jalan itu. Ketika dia sampai di tempat hakim itu, dia berbicara kepadanya dan bertanya apa yang menjadi masalahnya. 

Dan sang hakim berkata, “Apa yang harus saya lakukan? Saya harus tiba di pengadilan dalam beberapa menit lagi. Dan saya inilah kondisi saya. Apa yang harus saya lakukan?”

Dan negro itu mengeluarkan sebuah pisau dari kantongnya, dan dia berkata, “Baiklah, saya akan memperbaikinya.” Dan negro yang tidak terpelajar dan yang tidak berpendidikan itu pergi ke seberang jalan dan memotong dahan pohon hikcori yang keras. Dan dia mengulitinya. Dan dia membagi batang pohon itu menjadi dua. Dan dia meletakkannya di kedua sisi tangkai itu. Dan dia menyambungkan dua patahan itu secara bersama-sama dengan batang pohon hickory itu. Dan tangkai itu terlihat lebih kuat dari sebelumnya.

Dan sang hakim melihat ke arah dia. Dan berkata, “Bagaimana mungkin hal itu terjadi di dunia ini, saya seorang lulusan dari sekolah hukum dan seorang hakim negeri, dan anda tidak pernah sekolah dalam hidup anda—dan anda secara tepat mengetahui bagaimana memperbaiki ini?”

Dan negro tua itu menggaruk kepalanya dan menjawab, “Saya pikir karena beberapa orang dari kita memiliki perasaaan dan beberapa dari kita tidak.”

Oh, saudara yang terkasih, betapa mudahnya menjadi seorang yang berpendidikan tetapi bodoh!

Mereka melihat ke arah Tuhan kita dan mendengarkan Tuhan kita—seseorang yang jelas-jelas sangat sederhana, dan bukan orang yang sekolah—dan mereka takjub akan Dia dan berseru, “Bagaimana Dia memiliki pengetahuan yang hebat, seseorang yang tidak pernah belajar?”

Dia telah datang dari sorga. Dan, saudara yang terkasih, biarkan saya memberitahu sesuatu yang membuat hati saya sangat nyaman. Dia berada di sana di dalam kemuliaan, di sebelah kanan Allah dan menjadi pengantara bagi kita.

Tetapi saya tidak berpikir bahwa Dia akan melupakan bahwa di dalam dunia ini, Dia pernah mengenakan kehidupan yang sederhana dan Dia telah bekerja sebagai seorang tukang kayu pada permulaan hidupNya. Jika kita memiliki seorang iman besar yang penuh simpati, maka Ia adalah Tuhan Yesus. Itulah sebabnya penulis Ibrani berkata,

Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

 

Itulah Tuhan kita. Itulah Juruselamat kita. Itulah Allah yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia.

Jadi Dia mengajar di Bait Allah. Dimulai dari ayat 17, mereka takjub terhadap Dia, memiliki pengetahuan yang luar biasa tanpa pernah belajar. Dan Tuhan berkata, “didacheKu, doktrinKu, pengajaranKu tidak berasal dari diriKu sendiri, tetapi berasal dari sorga.” Kemudian, ayat 17: “Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, dia akan mengetahui bahwa didache”—diterjemahkan di sini dengan ‘ajaran’Ku—“berasal dari Allah.”

Jika setiap orang melakukan kehendakNya, dia akan tahu. Itu adalah sebuah paradoks yang luar biasa dari mulut Tuhan kita. Untuk segala sesuatu, saya harus belajar, di dalam, hidup bahwa  yang anda harus tahu, anda harus belajar, kemudian anda melakukannya.

Hal itu sangat logika, bukankah begitu? Anda belajar, anda akan menemukan kebenaran. Lalu anda akan melakukan hal itu. Tetapi Tuhan melakukannya dengan sebaliknya. Dia berkata, “Kamu harus melakukan baru kamu akan tahu.” Dan ketika saya memikirkan hal itu, sama seperti hal lain yang disampaikan oleh Tuhan, hal itu memiliki perbedaan yang sangat nyata—ketika saya memikirkan hal itu di dalam terang dari hikmat sorgawiNya, saya dapat mengerti apa yang Dia maksudkan. Anda melakukannya agar mengetahuinya.

Ketika saya berada di seminari, di bagian lain dari kota itu ada Presbyterian Seminary di Louisville, Kentucky.  Dan di sana ada sedikit pertolongan bagi kami orang-orang teologia yang berkunjung bersama ke tempat seorang professor di seminari Presbiterian itu.

Dan dia berkata—dan tentu saja di dalam pecakapan yang kami lakukan, dia berkata, “Saya memiliki seorang anak remaja laki-laki. Dan pada suatu hari, anak remaja saya itu pergi ke daerah pinggiran kota Louisville.  Dia pergi ke sana bersama dengan seorang pekerja misionaris Kristen.”

            “Dan setelah seharian dia bersama dengan pendeta itu, pelayan Kristen itu, di pinggiran kota,” dia berkata, “Anak saya pulang pada malam hari dan dia datang kepada saya dan berkata, ‘ayah, hari ini saya melihat iman Kristen yang sesungguhnya. Saya melihat maknanya. Saya melihat dan mempelajari semua itu. Saya telah melihatnya pada hari ini.”’

Kemudian dia berpaling kepada ayahnya. Dan sang ayah itu berkata, “Anak saya kemudian berkata kepada saya, ‘Ayah, mengapa engkau tidak pernah memberitahukan kepada saya tentang iman Kristen—apakah makna dari iman Kristen itu? Mengapa engkau tidak pernah memberitahukan saya? Saya baru mempelajarinya hari ini di daerah pinggiran kota.”’

            “Jadi,” kata professor itu kepada kami, “Tentu saja saya telah mengajar anak itu dari saat ketika dia dapat memahami. Saya telah mengajarkannya iman Kristen dan maknanya. Tetapi apa yang telah saya ajarkan merupakan kata-kata, mereka adalah suku kata, mereka hanyalah kalimat bagi anak itu hingga dia melihatnya di dalam perbuatan iman dan kehidupan orang-orang yang kepada mereka Allah telah mengirim pesanNya tentang penebusan dan keselamatan.”

Adalah dengan melakukannya maka hal itu akan memberikan hidup dan makna dan pemahaman tentang Allah itu dan apa yang Dia maksudkan. Saya seringkali melihat di dalam kehidupan orang-orang muda yang pergi ke universitas. Dan di sana mereka telah diajarkan segala sesuatu tentang hal lain yang selain iman Kristen dan pikiran orang-orang kafir yang dapat menyimpangkan pikiran mereka. Dan orang muda yang berada di universitas menyerahkan iman mereka. Mereka mengubah keyakinan mereka. Dia sekarang telah menjadi seorang atheis atau seorang kafir atau seorang agnostik. 

Tetapi anda dapat menunggu dan melihat. Masanya akan datang ketika dia akan menikah. Masanya akan datang ketika dia memiliki anak-anak. Masanya akan datang dimana urgensi dan keberuntungan hidup, masalah dan kedukaan mengetuk pintunya. Dan anda akan melihat dia. Di akan kembali ke gereja. Dia akan kembali bersama dengan keluarganya. Dia akan mengajarkan anak-anaknya tentang iman kepada Tuhan yang telah dia tinggalkan pada saat dia berada di universitas. 

Itu adalah sebuah hal yang aneh—kehidupan manusia. Anda lakukan, maka anda akan mengeathui secara tepat sama seperti yang disampaikan oleh Tuhan di dalam ayat tujuh belas: “Barangsiapa yang melakukan kehendakNya akan mengetahui didache, kebenaran dari hal itu.”

Anda tahu, seberapa jauh saya benar di dalam penilaian yang sulit bagi saya untuk menyampaikannya. Tetapi, kadang-kadang saya berpikir, di dalam pendidikan teologi kita, kita memulai dalam akhir yang salah. Kita membawa orang-orang muda ini, yang telah dipanggil oleh Allah untuk menjadi pemberita injil. Dan kita mengirim mereka ke sekolah-sekolah ini. Dan mereka diperkenalkan dengan ‘hipotesis dokumentary,’ yang menyangkal inspirasi Firman Allah. Dan mereka diperkenalkan dengan segala hal yang mereka sebut dengan ‘higher criticism(kritik tinggi terhadap Alkitab’ yang mengingkari kepenulisan dan data-data Alkitab, dan akhirnya sebuah penyangkalan terhadap keseluruhan pesan dan kandungan mujizat dalam Firman Tuhan. Dan anak muda itu akan menjadi netral dalam hidup mereka, beberapa orang dari mereka bahkan meninggalkan  iman dan pelayanan mereka.

Anda tahu apa yang sering saya pikirkan? Jika anda berpaling ke dalam hal itu, seperti yang disampaikan oleh Yesus—jika mereka melakukan dan belajar mengetahui, jika mereka pertama kali diperkenalkan kepada kebutuhan manusia dan kehancuran dari kehidupan manusia dan memulai hidup mereka di dalam pelayanan—di dalam kebutuhan, maka kemudian Alkitab akan jelas seperti kemuliaan dari sebuah masa yang menjanjikan.

Saya tidak akan pernah berhenti bersyukur kepada Allah di dalam dunia ini bahwa ketika saya berumur 17 tahun saya telah menjadi seorang gembala. Dan selama bertahun-tahun masa belajar saya, saya berada di dalam pelayanan di dalam nama Tuhan.

Dan saya tidak menentang pendidikan. Saya akan menjadi orang terakhir di dunia ini untuk melakukannya. Saya telah memberikan 10 tahun hidup saya untuk hal itu—empat tahun di universitas dan enam tahun di seminari—berusaha untuk belajar. Saya tidak pernah menentang orang yang memiliki latar belakang pendidikan. Tidak akan pernah.

Tetapi saya menyampaikan hal ini kepada anda dalam kebenaran: Saya telah belajar dengan lebih di dalam pelayan saya terhadap jemaat di dalam gereja-gereja saya yang kecil, dari pada saya melakukannya di dalam buku-buku yang saya pelajari di dalam sekolah.

Yesus berkata, “Lakukan maka kamu akan belajar. Lakukan maka kamu akan belajar.”

Lagi pula, ketika kita melihat ke arah hal yang pragmatis dan pengalaman hidup, itulah caranya: Anda melakukan dan anda belajar. Apakah anda pernah berusaha mengajar seseorang berenang dengan membaca sebuah buku? Satu-satunya cara bagi anda untuk mengajar orang berenang adalah untuk masuk ke dalam air dan mulai mendayung dan menggerakkannya serta memberikan semangat di dalam air itu.

Saya berpikir tentang seseorang yang sedang berada di sana, di dalam Y. Dia membawa anak laki-lakinya dan dia meletakkan tanganya di bawah perutnya. Dan dia membawanya ke dalam air. Dan tetap memegangi anak itu dengan tangannya. Dan bocah laki-laki itu hanya memukul air dan mendayung dan menendang. Dan tidak dalam waktu yang lama dia dapat berenang sama seperti berudu. Itulah cara anda untuk belajar. Dengan melakukan dan masuk ke dalamnya.

Saya sedang berjalan di bawah auditorium ini, di samping gerombolan kecil anak-anak remaja. Dan salah satu anak laki-laki sedang berusaha menyuruh anak laki-laki yang lain untuk bertanya kepada seorang gadis yang berada di atas sana untuk berkencan. Dan salah satu anak laki-laki itu sangat ketakutan. Dan dia berkata kepada temannya yang berusaha mendorong dia, dia berkata kepada temannya itu, “Saya tidak tahu bagaimana harus bertanya kepadanya. Saya takut untuk bertanya kepadanya.” 

Dan bocah laki-laki yang lain itu berkata, “Dengar, tanyalah dia. Tidak ada salahnya untuk bertanya kepadanya.”

Saudara, hal itu benar. Anda lakukan dan kemudian anda belajar, sama seperti yang disampaikan oleh Tuhan.

Beberapa hari yang lalu saya telah membaca tentang seorang musisi Italia yang sangat hebat dan sangat ahli. Ketika dia meninggal, mereka mengambil biolanya dan meletakkannya dalam sebuah museum di Italia.

Dan akhirnya ada seseorang datang dan berkata, “Biola yang ditempatkan dalam suasana yang mati di museum Milan itu akan hancur. Bawalah keluar dan tempatkanlah dalam tangan seorang yang hebat dan ahli musik dan biarkan dia memainkannya. Biarkan dia melakukannya. Dan biola itu akan menjadi hidup dan tetap hidup sampai selamanya.”

Tepat seperti itu. Lakukan—lakukan dan anda akan belajar. Semua pengalaman dari hidup mengakui hal itu. Pengobatan harus dikeluarkan dari hal magis. Astronomi harus dikeluarkan dari astrologi. Itu adalah cara untuk kita belajar kebenaran yaitu dengan melakukannya. 

Dan betapa lebih lagi hal itu harus dilakukan dalam kehidupan rohani? Maukah anda mengenal Allah? Maukah anda belajar tentang kebenaran Tuhan? Maukah anda dipenuhi oleh cahaya hikmat sorgawi? Maka, lakukanlah. Maka lakukanlah. Keyakinan adalah sebuah produk dari hidup.

Itulah sebabnya mengapa Paulus berkata kepada orang-orang Korintus itu. Keyakinan mereka adalah ‘makan, minum dan menikah,” karena kehidupan mereka berhubungan dengan kenikmatan.

Ketika anda melihat seseorang yang bukan Kristen dan dia menyangkal iman, masalahnya bukan berada di dalam kepalanya. Bukan berada di dalam intelektualnya. Masalahnya terdapat di dalam hatinya. Di dalam hidupnya. Jiwanya dipenuhi dengan kegelapan karena dia tidak melakukannya. Dia tidak mendengarkan firman Tuhan. Dia tidak mematuhi firman Tuhan. Dia tidak memberikan respon kepada firman Allah.

Dan dia mati di dalam hatinya dan di dalam jiwanya. Biarkan dia memberikan respon. Biarkan dia berkomitmen. Biarkan dia melakukan. Maka dia akan mengetahui kebenaran Tuhan.

Di dalam Filipi pasal dua, Paulus tidak berkata, “Pikirkanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar.” Adalah dengan melakukan. Adalah dengan memberikan respon dengan jiwa anda dan hidup anda yang membuat pengetahuan anda tentang Allah menjadi penuh dan bercahaya serta bergema di dalam jiwa anda. 

Ketika saya berpaling ke dalam Kitab Ayub, di sana ada empat puluh satu pasal tentang konfrontasi, tentang opini, tentang diskusi, dan semua pendetakan filsafat yang dihasilkan terhadap pendekatan hidup. Ada empat puluh satu pasal yang terdapat di dalamnya.

Kemudian anda sampai ke dalam pasal empat puluh dua—pasal yang terakhir. Dan di sana, Ayub telah memiliki sebuah pengalaman dengan Allah. Dia telah bertemu dengan Tuhan Allah. Dan apakah anda mengingat perkataannya? “Hanya dari kata orang saja aku telah mendengar Engkau.”

Opini, diskusi:

Hanya dari kata orang saja aku telah mendengar Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Untuk mengetahui, melakukan, memberikan respon, berkomitmen.

Bolehkah saya lebih cepat ke dalam kesimpulan?

“Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, dia akan mengetahui didache, kebenaran dari hal itu,” ini adalah sebuah undangan universal yang mencakup setiap orang.

Seminggu yang lalu, saya sedang membaca B.H. Carroll.  Dan di dalam pembacaan saya, dia sedang menggambarkan  sebuah ibadah pembaptisan di Sungai Brazos—Washington di Brazos. R. C. Burleson, seorang pendidik besar dan presiden di Baylor University di akhir abad sembilan belas—R.C. Burleson sedang melakukan kebaktian kebangun rohani.

Dan yang menelusuri lorong di dalam kebaktian rohani itu datanglah Sam Houston, memberi pengakuan atas imannya di dalam Yesus Kristus dan meminta untuk dibaptis. Dan disampingnya, kata B.H. Caroll, datanglah seorang bocah laki-laki negro yang tidak terpelajar, yang tidak terlatih dan tidak berpendidikan.

Dan B.H. Caroll berkata bahwa di dalam kebaktian itu, di Sungai Brazos, R.C. Burleson membaptiskan Jendral Sam Houston, bapa Negara bagian Texas, dan kemudian dia membaptiskan seorang bocah negro yang tidak terpelajar dan tidak perpendidikan.

Itulah injil. Tanpa membeda-bedakan. Bersifat universal. Setiap orang datanglah, siapa saja.

Sekarang, satu hal lainnya dan saya akan selesai. Kata ‘mau’ di sini: “Barangsiapa mau melakukan kehendakNya, dia akan mengetahui bahwa didache.” Kata ‘mau’ bukanlah bentuk future (pola kalimat yang mendatang) seperti ‘akan.’

Itu adalah sebuah terjemahan dari thelo, yang berarti ‘memilih,’ ‘berkomitmen,’ ‘mau.’ Barangsiapa thelo, jika dia mau, jika dia akan memberikan respon, dia akan mengetahui. Segala hal yang memberikan pencerahan, dari maksud dan takdir kehidupan akan disampaikan kepadanya, sama seperti sinar mentari pada pagi hari.”

Hosea 6:3 berkata, “Jika kita  thelo untuk melakukan kehendakNya maka kita akan mengetahui kehendakNya. Jika saya  thelo untuk melakukannya, saya harus memberikan respon untuk tahu; jika saya tidak tahu, hal iu disebabkan oleh karena saya tidak memberikan respon.

Seluruh pesan Kristus berlangsung seperti itu: “Datanglah dan lihatlah; rasakanlah dan yakinlah; lakukanlah dan bertobatlah.” Itulah caranya, dimulai dari pasal pertama dari Injil Yohanes ini yang telah saya khotbahkan, ketika Andreas dan  Yohanes berkata kepada Simon Petrus dan Yakobus, “Datanglah dan lihatlah.” 

Itulah yang disampaikan Tuhan kepada Petrus ketika dia telah menyangkalNya: “Ketika kamu berpaling—ketika kamu bertobat, kuatkanlah saudara-saudaramu.”

Itulah yang disampaikan Tuhan kepada Saulus dari Tarsus: “Bangunlah. Berdirilah di atas kakimu dan pergilah. Aku akan mengirimmu kepada bangsa-bangsa non Yahudi.”

Hal itu ada di dalam kedatangan kita kepada Tuhan, hal itu ada di dalam komitmen kita, hal itu ada di dalam perbuatan kita bahwa di dalamnya kita belajar tentang kebenaran Allah. Dan itu adalah seruan Tuhan bagi hati anda—untuk datang, untuk merespon, untuk berkomitmen, untuk melakukan, dan untuk membiarkan Allah mengajar kita tentang semua hal-hal sorgawi yang luar biasa yang telah dia sediakan bagi yang melihatnya di dalam iman dan anugerah serta kasih dan doa kepadaNya. 

Sekarang, bolehkah kita berdoa?

 

 

 

 Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M