Daftar isi

KEBENARAN IMAN

(THE TRUTH OF THE FAITH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

05-21-78

 

Yohanes 6:66-69

 

Kami mengucapkan terima kasih kepada anda anggota paduan suara, sangat indah sekali mendengar anda bernyanyi tanpa sebuah lembaran musik di depan anda. Dan dengan tingkat kesulitan yang sama, yang  terdapat dalam karya Handel, untuk bisa masuk ke dalamnya adalah sebuah prestasi yang luar biasa. Dan anda melakukannya dengan luar biasa. Terima kasih dan Tuhan sangat diagungkan melalui anda.

Dengan penuh sukacita, kami menyambut anda semua, anda semua yang telah melintasi sebuah jangkauan yang luas di Barat Daya, yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui televisi kabel dan ribuan orang lainnya yang sedang mendengarkannya pada Chanel di Metropolex yang besar, dan ribuan orang lainnya yang sedang bergabung dengan kami melalui dua stasiun radio yang sedang menyiarkan ibadah ini. Ini adalah Pendeta dari Gereja First Baptist Dallas yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Kebenaran Dari Iman.

Ini adalah sebuah khotbah yang memiliki latar belakang khususnya dan terutama bagi orang-orang muda kita. Dan kita harus berpaling ke dalamnya, dan saya berdoa agar Tuhan akan memberikan berkat yang tidak biasa.

Sebagai sebuah latar belakang perikop—bukan sebagai sebuah paragaraf yang akan diekspos, tetapi sebagai sebuah pengantar bagi khotbah yang akan disampaikan oleh pendeta pada hari ini—saya membaca dari Injil Yohanes pasal 6, dimulai dari ayat 66 hingga ayat 69:

Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"

Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal;

Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

Di dalam latar belakang teks, Simon Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi—jika kami berpaling dari Engkau, menolak Engkau. PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal dan tidak ada yang lain.” Anda lihat, kita jatuh ke dalam keyakinan bahwa hal itu adalah sebuah materi dari iman yang besar di dalam diri kita untuk percaya kepada Tuhan dan untuk percaya kepada Allah, untuk percaya di dalam kehadiranNya yang kudus, yang memiliki daya cipta di dunia dan beregenerasi di dalam hati kita. Kita diyakinkan bahwa itu adalah sebuah materi yang luar biasa dari iman. Tetapi, hal yang bersamaan dan mengikutinya, adalah kita berpikir bahwa dengan menjadi seorang yang kafir, menjadi atheis, seseorang tidak memerlukan iman sama sekali. 

Apakah itu benar? Apakah diperlukan iman yang lebih besar untuk percaya kepada Allah dan Kristus dari pada untuk percaya sebagai seorang yang kafir, dan sebagai seorang atheis? Apakah itu benar?

Baiklah, kita akan melihat hal itu dalam sebuah kesempatan pada pagi hari ini. Dan pengakuannya adalah dibutuhkan iman yang lebih, penjelasan yang lebih, ketidakterbatasan yang lebih, untuk menjadi orang kafir atau seorang agnostik atau seorang atheis atau seorang yang menolak Allah atau seorang yang tidak percaya. Dibutuhkan iman yang lebih untuk percaya kepada hal-hal yang mereka yakini dibandingkan dengan iman untuk percaya di dalam kebenaran Tuhan Allah yang disingkapkan bagi kita di dalam Kristus Yesus. Itu akan menjadi tesis atau penjelasan di dalam khotbah pada hari ini dan mari kita mulai.  

Iman dari orang kafir dan iman dari orang yang tidak percaya dan iman dari seorang agnosti hampir tidak memiliki batasan. Iman mereka memiliki rentangan pengakuan-pengakuan terhadap sebuah ketidakpercayaan yang luas.

Yang pertama, mereka percaya bahwa seluruh dunia yang anda lihat di sekeliling anda—cakrawala yang diatas kita, kehidupan planet yang kita tinggal ini—semuanya terjadi dengan sendirinya—tidak ada yang merancangnya, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang menciptakannya—semuanya terjadi begitu saja. Keruwetan dari sistem yang kita miliki di atas kita dan di sekeliling kita, hukum-hukum yang mengatur mereka, kecermatan yang tepat yang mereka patuhi—semuanya itu terjadi tanpa sebuah rancangan, tanpa sebuah kecerdasan, semuanya terjadi begitu saja. Itu adalah sebuah kejadian tanpa seorang Pencipta.

Ada seorang pria yang mengajar di sebuah kelas kecil dari anak-anak junior. Dan dia memiliki sebuah jam kantong, dan meletakkan jam kantong itu di atas meja kecil yang berada di depannya.

Dan dia berkata, “Anak-anak, kalian melihat jam itu?” Dia berkata, “Tidak ada seorangpun yang membuat jam itu. Terjadi begitu saja. Pada suatu hari beberapa rantai menggelinding jatuh. Kemudian ada sebuah baja yang menggelinding dan jatuh kedalamnya. Dan beberapa jarum menggelinding di sekitarnya dan jatuh kedalamnya. Dan sebuah kristal menggelinding dan jatuh kedalamnya. Tidak ada seorang pun yang membuatnya. Dan tiba-tiba, semua bersatu bersama-sama, dan kemudian menjadi sebuah jam yang saya miliki ini.”

Dan salah satu dari anak kelas junior itu, di dalam keheranannya, melihat ke arah gurunya dan berkata, “Pak, katakanlah kepada saya, tidakkah anda gila?”

Dibutuhkan sebuah keyakinan di balik sesuatu yang dapat dibayangkan oleh seseorang untuk percaya bahwa semua hal-hal yang tidak terbatas itu dari seluk beluk dari dunia sekitar kita, yang kita tinggal ini, terjadi begitu saja—bahwa tidak ada suatu pribadi yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dibalik semua itu. Apa yang mereka percayai adalah sesuatu yang hampir tidak dapat dipercayai.

Sekarang, ketika saya melihat ke arah semua hal yang tidak terbatas itu, yang berada di atas saya dan di sekitar saya, dan ketika saya melihat ke dalam dunia kehidupan yang di dalamnya jiwa saya berdiam, betapa merupakan sebuah perpustakan yang sangat melimpah dengan fakta-fakta dan hukum-hukum serta aturan-aturan yang saya lihat, dari setiap area dari obsevasi hidup dan ciptaan. Dan kemudian, saya mendengarkan orang itu ketika mereka menjelaskannya. Dan mereka berkata bahwa inilah yang mereka percayai: bahwa semua hal itu dimulai dari sebuah ledakan besar (big bang). Bahwa yang keluar dari ledakan yang besar itu adalah semua seluk beluk alam semesta ini yang berkembang sesudahnya. Semua sistem tata surya dan hukum kosmik ini dan semua seluk beluk yang kita lihat di dalam biologi dan di dalam dunia tumbuh-tumbuhan dan di dalam dunia binatang dan di dalam antropologi, bahwa semua ini berasal dari sebuah ledakan yang besar. Itu adalah penjelasan mereka tentang seluruh alam semesta dan ciptaan yang kita lihat ini. 

Saya berkata bahwa hal itu membutuhkan sebuah kepercayaan dan sebuah iman untuk mempercayainya, melampaui segala sesuatu yang dapat saya pikirkan. Hal itu sama seperti kita percaya bahwa yang keluar dari sebuah ledakan, ledakan yang aksidental menghasilkan semua seluk beluk yang ada di kehidupan, sama dengan percaya bahwa dalam sebuah ledakan termasuk dalam mesin cetak, akan menghasilkan sebuah ensiklopedia internasional yang berhubungan dengan masalah agama-agama yang terdapat di dalam ruang belajar saya.

Dan anda tahu, memikirkan tentang pemikiran ini, saya hanya berjalan di sekitar ruang belajar saya, yang sangat luas, dan memiliki sejumlah besar buku di dalamnya, dan ketika saya melihat ensiklopedia internasional itu, saya berpikir bahwa hal itu dihasilkan oleh sebuah ledakan besar. Dan kemudian saya melihat ke arah  Encyclopedia Britannica, dan itu terjadi karena sebuah ledakan besar, dan saya berkata bahwa semua yang ada di ruangan belajar saya ada karena sebuah ledakan. Dan semuanya terjadi begitu saja.

Itulah yang mereka percayai. Itulah yang mereka ajarkan. Saya berkata bahwa hal itu membutuhkan sebuah iman dan keyakinan yang melampaui dari apa yang dapat dibayangan oleh pikiran, untuk percaya kepada apa yang diyakini oleh orang kafir dan orang atheis. Itu adalah sebuah keyakinan melampaui segala sesuatu yang dapat saya jelaskan, yaitu apa yang baru saja kita mulai. 

Untuk menjadi seorang atheis, untuk menjadi orang kafir, anda harus percaya bahwa hidup tidak memiliki makna, tidak memiliki tujuan, tidak memiliki wujud dan tidak memiliki goal. Hidup sama sekali tidak memiliki arti dan tujuan.

Dapatkah anda mempercayai hal itu? Ada seorang ayah dan ibu, dan mereka meletakkan seorang bayi di lengan mereka yang merupakan keajaiban dari ciptaan itu sendiri. Dan mereka mengasihi dan merawat anak itu. Dan kemudian mereka mendidiknya. Dan kemudian mereka berdoa untuk sang anak dan membimbingnya dengan kebijaksaanan yang terbaik yang mereka miliki? 

Untuk tujuan akhir yang bagaimana? Untuk menjadi makanan cacing? Untuk melihatnya jatuh ke dalam kuburan? Hal itu, bagi mereka adalah akhir yang kudus dan tujuan dari hidup.

Dapatkah anda mempercayai hal itu? Semua emosi yang kita miliki di dalam jiwa kita. Semua mimpi-mimpi yang memenuhi pikiran kita, semua keinginan yang ada di dalam hati kita—bahwa tidak ada sebuah arti dan tujuan di dalam semuanya itu—hanya menjadi makanan cacing dan menjadi sebuah perwujudan yang ditemukan di dalam kuburan yang gelap.

Hal lain lagi, mereka percaya dan ini merupakan iman mereka, bahwa tidak ada standar yang pokok terhadap kebaikan. Segala sesuatu bersifat relatif. Hal itu tergantung bagaimana anda memilihnya untuk diri anda sendiri, tetapi tidak ada kebaikan yang pokok.

Tidak ada Allah. Tidak ada kebenaran yang mutlak. Tidak ada ukuran standar yang bersifat final. Semua bersifat relatif dan bagaimana anda memilihnya bagi diri anda.    Itulah sebabnya mengapa seorang bankir memiliki sebuah syarat dan ketika bankir mendapati bahwa dia seorang atheis, bankir itu akan berkata, “Saya tidak memberikan anda untuk meminjam uang saya. Saya tidak ingin meminjamkan uang yang dipercayakan oleh orang-orang ini yang menyimpan uang mereka di bank ini kepada anda.”

Dan sang atheis berkata, “Tetapi tuan, saya seorang yang jujur dan saya akan berlaku jujur terhadap bank ini.”

Dan bankir itu berkata, “Ya, sekarang anda jujur, tetapi bagaimana saya tahu selanjutnya? Anda akan berubah pikiran, sebab anda tidak memiliki tanggungjawab untuk jujur kepada siapa pun dan moralitas anda bergantung pada diri anda sendiri. Dan saya khawatir terhadap anda. Saya tidak menginginkan tanggung-jawab seorang atheis terhadap bank saya.”

Itu adalah kebenaran Allah. Seseorang yang melihat standar kebenaran hanya bagi dirinya sendiri dan bertanggung-jawab hanya untuk dirinya sendiri adalah seseorang yang tidak dapat melakukan apa pun, di setiap waktu, di mana pun dan dalam hal apa pun. 

Tetapi, jika orang itu adalah seseorang yang percaya Allah, dia akan hidup dalam moral yang berbeda dari dunia ini. Ada sebuah standar pokok dari kebaikan dan moralitas dan kebenaran yang terletak di dalam Allah. Dan jika anda tidak percaya terhadap hal itu, diperlukan sebuah iman untuk kebaikan seorang manusia melampaui apa yang dapat disaksikan dalam sejarah manusia dan di dalam kehidupan manusia.

Hal selanjutnya, iman seorang atheis dan orang kafir—diperlukan iman yang tidak terbatas untuk percaya bahwa anda akan menemukan sebuah bentuk tingkah laku yang sempurna di dalam skeptisme. Bagaimana anda akan mensistemasikannya di dalam dunia? Bagaimana anda dapat menggambarkannya di dalam dunia?

Orang-orang skeptis, orang-orang kafir, orang-orang atheis di dunia ini, adalah sebuah kekuatan yang hiruk pikuk. Tidak ada seorang pun dari mereka yang saling setuju. Mereka saling bertentangan. Dan mereka semua memiliki program yang berbeda dan penjelasan yang berbeda.

Dan untuk menggerakkannya dan untuk membuatnya menjadi sesuatu yang besar, program yang luas bagi tingkah laku adalah mustahil. Hal itu tidak dapat dilakukan. Dan untuk memiliki iman bahwa hal itu dapat dilakukan adalah melampaui apa yang seseorang pernah bayangkan.

Lihat lagi, di dalam iman seorang yang kafir dan iman seorang atheis. Keseluruhan Alkitab, bagi mereka hanya sebuah potongan literatur yang antik dan tidak memiliki kaitan bagi kita lebih dari pada karya Homer atau Shakespear atau dari suatu volume yang lain, yang ditulis sebagai bahan bacaan manusia.

Bukankah itu sebagai sebuah hal yang menakjubkan dan mengherankan untuk dipercayai? Hanya ada sebuah Kitab di dunia ini yang di dalamnya terdapat nubuatan—nubuatan, pokok-pokok yang disampaikan yang berhubungan dengan masa depan. Dan itu adalah Kitab yang saya pegang di dalam tangan saya.

Dan saya telah membaca nubuatan yang ada di dalamnya yang ditulis selama ribuan tahun yang lampau. Dan mereka telah menjadi nyata pada hari ini. Dan saya telah membaca di dalam Kitab ini apa yang telah ditulis ribuan tahun yang lalu dan tergenapi di dalam kehidupan Tuhan kita.

Bagaimana seorang yang buta terhadap kebenaran dan penyingkapan Allah dan Alkitab memiliki ssebuah iman melampaui sesesuatu yang dapat pernah saya bayangkan. Keseluruhan tangga nada dari firman Allah yang penuh berkat bagi mereka hanyalah seseuatu yang tidak memiliki arti. Kesaksian yang ada di dalamnya hanyalah kesia-siaan dan mandul. Bagaimana seseorang dapat percaya akan hal itu? Apakah dia pernah datang untuk melihat hal itu?

Dan lagi, di dalam lembaran-lembaran dari Kitab Suci itu digambarkan tentang ketikdakberdosaan dan karakter yang mulia dari Yesus Nasareth, Anak Allah. Bagaimana anda dapat menciptakan sebuah karakter seperti Yesus?

Bagi seseorang yang menciptakan sebuah karakter seperti Yesus, untuk menuliskannya dalam sebuah buku, maka orang iu sendiri harus menjadi seorang Kristus, seorang Yesus. Dia harus menanamkannya di dalam dirinya. Dia harus menanamkan firmanNya. Dia harus menanamkan seluruh Roh yang membuat Yesus. Dia harus menjadi Yesus. Dia harus menjadi Kristus untuk menciptakan Kristus.

Tidak seorang pun yang dapat melakukan hal itu. Manusia tidak dapat memikarkan hal itu. Manusia tidak dapat menyampaikan hal itu. Dan untuk percaya bahwa dia dapat melakukannya dibutuhkan iman yang melampaui segala sesuatu  bahwa keyakinan itu dapat diterima.

Bolehkan saya menyampaikan hal lain di luar dari banyak hal lain yang dapat saya sampaikan? Iman yang dimiliki untuk menjadi seorang kafir dan iman yang dimiliki untuk menjadi seorang atheis—bahwa hidup dapat menjadi indah dan bernilai serta saleh tanpa Allah dan tanpa iman Kristen dan segala hal yang dicurahkan dari surga ke dalam jiwa yang membuat kita lebih baik dari keadaan kita—bagaimana hal itu dapat terjadi, bahwa sebuah hidup dapat menjadi indah dan berharga serta saleh dan kudus, dengan energi yang mendorongnya adalah iman yang dimiliki oleh seorang atheis atau iman seorang yang kafir? Bagaimana hal itu dapat terjadi?

Apakah anda telah mendengarkan saya? Apakah anda ingat, beberapa bulan yang lalu, saya telah berbicara tentang seorang pengkhotbah yang saya kenal—seorang pria, dia pernah datang ke gereja ini pada suatu kali, seorang ekspositor yang terkenal di dunia? Dia sedang berkhotbah di jalanan San Franscisco bersama dengan sebuah band Bala Keselamatan. Dan salah seorang dari orang kafir yang ada di sana, tipikal dari bagian dunia itu, berjalan menghampiri dia, dan di depan semua orang banyak yang sedang berkumpul di atas jalanan itu, dia berkata kepada pengkhotbah itu, “Saya menantang anda untuk sebuah debat.”

Dan sang pengkhotbah berkata, “Baik, saya menerima tantangan anda. Anda sebutkan tempatnya. Anda sebutkan waktunya. Saya akan berada di sana. Dan saya hanya memiliki satu permintaan:

 Ketika kita melakukan debat kita, anda bawalah seratus orang yang telah anda angkat dari selokan, diregenerasikan dan diselamatkan oleh injil dari atheisme dan kekafiran. Dan saya akan membawa seratus orang yang telah diangkat dari selokan oleh kebaikan yang mulia dari pemberitaan injil Anak Allah. Anda membawa seratus orang yang telah diselamatkan oleh kekafiran dan saya akan membawa seratus orang yang telah diselamatkan oleh injil Anak Allah.”

Tidak ada sebuah debat. Dimana anda akan menemukan seseorang di seluruh dunia yang diangkat dari selokan yang penuh kejahatan dan kejatuhan, yang diselamatkan oleh injil dari kekafiran dan atheisme?

Biarkan saya memberitahukan sesuatu kepada anda khususnya orang-orang muda. Dalam beberapa hari ini, sekitar tiga bulan, beberapa orang dari anda akan pergi ke Rusia, dan anda pergi ke Moskow. Dan ketika anda pergi ke Moskow, anda akan melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh beberapa orang dari kami. Anda akan ingin pergi ke tempat dimana banyak orang pergi, melihat jenazah, dari seorang yang bermuka dingin yaitu Lenin, yang berada di mausoleum di tengah-tengah Red Square di depan tembok Kremlin.

Itu adalah atheisme dan kekafiran. Itu adalah injil dari seseorang yang tidak percaya kepada Allah dan menolak Kristus.

Ayah dari itu adalah Karl Marx. Salah satu orang yang paling hina yang pernah hidup, dia membiarkan anak-anaknya kelaparan hingga mati, orang itu adalah Karl Marx.

Dan anda akan melihat ke atas wajah yang dingin yang telah mati yaitu Lenin—meninggal pada usia 54 tahun pada tahun 1924, dan dia mati karena sifilis. Ketika anda melihat ke arah wajahnya ingatlah hal itu.

Dan ketika anda melihat, bandingkanlah hal itu dengan orang kudus yang pernah hidup, yaitu Yesus. Dapatkah anda membayangkan kematianNya karena penyakit yang berbahaya? Dapatkah anda?

Atau ketika anda membayangkan tubuh yang mati itu, pikirkanlah tentang kehidupan rasul Yohanes atau Fransiskus dari Asisi, atau John Wesley, atau ibu anda, seorang Kristen yang saleh. Pikirkanlah hal itu.

Perbedaan antara kekafiran dan kekristenan adalah perbedaan antara penghukuman dan sorga itu sendiri. Dan saya sedang membuat pengakuan terhadap hal itu, bagi seseorang yang percaya bahwa injil dari kekafiran dan atheisme dapat menghasilkan sebuah kehidupan yang indah serta berharga dan kehidupan yang saleh adalah sama dengan percaya kepada sesuatu yang saya pikir adalah sebuah keyakinan yang melampaui hal-hal yang dapat dibayangkan. Diperlukan sebuah iman yang tidak dapat dijelaskan, untuk menjadi seorang yang kafir atau seorang atheis.

Sekarang, berputarlah: Apakah iman dari kekristenan? “Tuhan perkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal; dan jika kami berpaling dariMu, kepada siapakah kami akan pergi?”

Sekarang saya ingin menjelaskan iman dari orang Kristen. Kita percaya kepada Allah, Pencipta langit dan bumi. Dan kita percaya bahwa Dia telah mengingkapkan diriNya kepada kita, membuat kita mengenalNya di dalam Yesus Tuhan kita: “Barangsiapa yang telah melihat Aku,” kata Yesus, “Dia telah melihat Bapa.”

Paulus berkata, “Dia adalah gambar dari Allah yang tidak kelihatan.”

Paulus berkata bahwa Dia telah mengendalikan segala sesuatu di dalam tanganNya. Dia adalah “jalan dan kebenaran dan hidup.” Dengan melihat Yesus adalah sama dengan melihat Allah. Dan dengan mengasihi Yesus sama dengan mengasihi Allah. Dan dengan mengikuti Yesus sama dengan mengikuti Allah. Dan dengan memberikan hidup anda kepada Yesus, sama dengan memberikan hidup anda kepada Allah. Dan untuk mengetahui kehendak Yesus bagi hidup anda adalah sama dengan mengetahui kehendak Allah bagi hidup anda dan menerima berkat yang luar biasa dari tanganNya—ucapan syukur, hal-hal sorgawi—dan untuk menerimanya dari tangan Allah.  

Itu adalah iman orang Kristen: bahwa kita mengenal Allah, Pencipta yang agung, di dalam Yesus Tuhan kita—bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Dia. TanganNya yang berkuasa telah menjadikan semuanya. Dia adalah logos dari seluruh kekekalan, firman Allah, tindakan Allah dan Allah yang menciptakan, Allah yang kita kenal dan yang kita kasihi, yang disingkapkan bagi kita di dalam Kristus Yesus. Hal ini, seperti yang saya lihat—ini adalah iman Kristen.

Kemudian Allah memberikan diriNya sendiri bagi saya, Seseorang yang diperuntukkan bagi saya dan bukan menentang saya. Dia adalah bagi saya. Dia mengampuni saya. Dia mengasihi saya. Dia memberikan kebaikan yang tertinggi bagi saya dan kesejahteraan saya. Dia adalah Allah yang baik, yang telah disingkapkan kepada saya di dalam Yesus Kristus.

Sekarang, lihatlah betapa indahnya hal ini. Dan Dia mengetahui segala sesuatu tentang saya. Ibrani 4 ayat 13 berkata, “Sebab segala sesuatu dan terbuka di depan mata Dia.” Dia mengetahui segala sesuatu tentang saya, setiap pemikiran yang saya pikirkan, setiap hasrat yang pernah saya inginkan, setiap kesalahan dan hal-hal yang rendah dan hal-hal yang jorok dan hal-hal yang yang tidak susila yang pernah melintas di dalam pikiran saya, setiap ketidakbenaran yang pernah saya lakukan. Dia mengetahui segala sesuatu tentang saya dan Dia tetap mengasihi saya.

Itu adalah kasih yang terbaik dan yang tertinggi, seperti kasih anda kepada anak kecil yang tidak melakukan kesalahan. Membenci anak-anak karena dia melakukan kesalahan dalam suatu hal. Hal yang jauh lebih bersifat sorgawi adalah mengasihi anak-anak, bahkan ketika dia melakukan hal yang salah dan membantu mereka untuk melakukan hal yang benar.

Itulah Allah. Dia melihat saya dan Dia mengetahui kecendrungan saya untuk tersesat sama seperti domba. Dia melihat saya dan Dia tahu bahwa hidup saya penuh foya-foya, sama seperti anak yang suka melawan itu. Tetapi, sikapNya terhadap saya selalu penuh kasih dan memberikan rasa nyaman dan penuh pengampunan dan penuh undangan. Itu adalah iman dari kekristenan. 

Kemudian, hal itu bergerak lebih jauh. Dia melihat dan mengetahui bahwa dosa memecah belah. Dosa bersifat memisahkan. Dan selalu melakukan hal itu. Dosa akan memisahkan antara seorang pria dan istrinya. Dosa akan memisahkan seorang bos dan para pekerjanya. Dosa akan memisahkan dua orang sahabat. Dosa akan memisahkan setiap hal yang kelihatan.  

Dan dosa memisahkan kita dari Allah. Dia melihat dan mengetahui hal itu.

Jadi, Tuhan Yesus Kristu, dengan satu tangan, memegang tangan Allah. Dan dengan tangan yang lain, Dia memegang kita, yaitu orang-orang yang berdosa. Dia memperdamaikan kita bersama-sama dengan Dia. Dia menempatkan kita bersama-sama dengan Dia: Allah sorgawi yang kudus dan orang-orang berdosa dan yang suka memberontak serta manusia yang tercela.

Tetapi seseorang harus membayar harga. “Jiwa yang berdosa harus mati.’ dan “upah dosa adalah maut.” Dan kita tidak dapat membayarnya. Dan saya tidak dapat membayarnya. Saya tidak akan pernah cukup saleh untuk membayarnya. Saya tidak akan pernah cukup kaya untuk membayarnya.

Dia membayarnya untuk saya. Dia telah mati dalam posisi saya. Dia telah menggantikan saya. Dan ketika Dia mati di atas kayu salib, Dia menanggung dosa saya di atas tubuhNya sendiri di kayu salib.

Dan Allah mengimputasikan kepada saya kekudusanNya dan kebenaranNya dan kebaikanNya dan kesempurnaanNya. Dan kepada saya telah diberikan hidup dari kematian, pengampunan dari penghukuman. Itu adalah iman Kristen.

Dan ketika Dia mati bagi dosa-dosa saya, Dia tidak tinggal tetap di dalam kuburan. Kuburan itu kosong. Dia telah dibangkitkan bagi pembenaran saya, untuk menjadi sahabat saya, pengacara saya dan pembela saya dan pengantara saya dan yang mengajukan permohonan bagi saya serta imam besar saya. Dia berada di sana di sebelah kanan Allah untuk memelihara saya.

Dan saya dapat berbicara kepadaNya. Tidak ada masalah yang tidak saya hadapi dalam kehidupan ini, tetapi saya dapat membawa semuanya itu kepadaNya dan bertanya tentang semua itu kepadaNya dan di dalam kelemahan, saya menemukan kekuatan, di dalam kekecewaan saya menemukan dorongan, ketika saya tersesat saya dapat melihat cahaya berkat yang memancar dari wajahNya; kata-kata yang bijaksana jatuh bagaikan embun dari mulutNya.

Paulus berkata dalam Roma 5 ayat 10, “Sebab jikalau kita, ketika  masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian anakNya—Dia telah membayar harga—lebih-lebih kita yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”—hidupNya di dalam kemuliaan. Dia berkata, “Marilah dengan penuh keberanian datang kepada takhta anugerah dan temukan kekuatan pada saat yang dibutuhkan.” 

Dia adalah Tuhan yang hidup, Juruselamat yang hidup, yang dapat ditemui pada saat yang diperlukan di dalam hidup. Hal itu termasuk pada masa muda, masa dewasa, dalam semua umur. Hal itu termasuk pada saat kematian menghampiri. Dan hal itu termasuk di dalam kekekalan yang akan datang, Dia adalah sahabat saya.

Itu adalah iman Kristen. Allah bagi saya. Dia adalah seorang rekan dan seorang sahabat yang berjalan di samping saya. Dan Dia menjanjikan kepada saya hidup yang berlimpah, hidup yang kekal, kehidupan yang selanjutnya, kehadiran dan berkatNya pada masa ini, kehadiran dan berkatNya pada masa yang akan datang.  Itu adalah iman Kristen.

Dan bagaimana hal itu diberikan kepada saya? Dengan kebenaran saya? Tidak. Dengan kebaikan saya? Tidak. Dengan kelayakan atau kasih saya? Tidak. Hal itu diberikan kepada saya dengan sebuah cara yang mudah, yang mana kita semuanya dapat meresponnya, dan yang mana kita semuanya dapat berbagi di dalamnya.  

Milikilah jalan itu yaitu untuk memberikan respon terhadap anugerah dan kebaikan Allah  bagi setiap orang dari anda dari ribuan orang yang tidak dapat saya sebutkan, yang belum membuat hal itu. Jika anda cukup pintar untuk diselamatkan, lakukanlah, sebab ada beberapa orang dari kita yang belum membuatnya.

Saya berkhotbah pada pukul delapan lewat lima belas menit pada pagi hari kepada sebuah kelompok yang besar yang kami sebut mereka sebagai “Pengajaran Khusus” yang terdiri dari anak-anak dan orang muda. Pikiran mereka telah dirusakkan dalam berbagai cara, dan mereka telah menjadi lambat. 

Tetapi cara untuk diselamatkan begitu sederhana sehingga mereka yang memiliki pikiran yang lambat itu telah saya baptiskan sepanjang jalan. Hal itu bukan karena kita pintar sehingga kita masuk ke dalam kerajaan Allah, karena mungkin ada beberapa diantara kita yang kurang pintar.

Dan dalam ribuan cara yang lain yang dapat saya sampaikan, kita dapat, beberapa dari antara kita, lakukanlah pada malam hari ini—bagaimana jika kita harus membelinya? Bagaimana kalau untuk hal itu ada sebuah harga yang harus dibayar? Kemudian, beberapa orang dari kita terlalu miskin sehingga tidak akan pernah dapat membayarnya. Untuk menjadi benar dan baik, tidak ada seorang pun dari kita yang akan dapat mencapai hal itu.

Allah memberikannya kepada kita dalam sebuah keputusan, dalam sebuah komitmen. Sehingga, orang-orang yang sederhana dan orang-orang yang miskin dan yang tidak terpelajar dapat melakukannya.

Saya telah memberitakan injil kepada orang-orang Indian yang sudah tua, dan telah melihat mereka diselamatkan. Saya telah memberitakan injil kepada orang-orang yang berada di pedalaman Afrika yang gelap dan saya telah melihat mereka diselamatkan. 

Tidak ada status, tidak ada budaya, tidak ada peradaban, struktur sosial yang terdapat di dalam diri manusia yang membuat dia tidak dapat diselamatkan. Allah telah membuat jalan itu sehingga kita semua dapat menemukan pintu untuk masuk kedalamnya.

Yesus mengilustrasikan hal itu seperti ini: Jika seseorang digigit oleh ular berbisa, jika dia mau melihat ular tembaga yang didirikan di tengah-tengah padang gurun maka dia akan selamat. Apakah anda berpikir tentang hal itu? Hanya dengan melihat.

Mengapa seperti itu? Saya akan memberitahukan anda mengapa. Ada beberapa orang dari mereka yang sedang sekarat, yang telah digit oleh ular tedung, ular yang sangat berbisa. Ada beberapa orang yang sudah sekarat karena racun yang sangat berbisa itu, yang tidak bisa melakukan apa-pa kecuali mengangkat mata mereka dan melihat. Hanya itu. Mereka tidak dapat melakukan apa pun lagi. Mereka sudah sekarat dan hal yang dapat mereka lakukan hanyalah melihat.

Demikian juga dengan penjahat yang disalibkan bersama Yesus.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.