Daftar isi

 

PEMBELOTAN BESAR

(THE GREAT DESERTION)

Dr. W. A. Criswell

Yohanes 6:66-67

07/19/97

 

Anda sekarang menjadi bagian dari ibadah Gereja First Baptist Dallas. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah. Ini adalah sebuah eksposisi dari bagian yang terakhir dari pasal 6 Kitab Yohanes.

Judul dari khotbah adalah Pembelotan Yang Besar, Orang-Orang banyak Yang Berpaling.

Yang pertama, sebuah latar belakang dari pemandangan dan situasi. Di sini dikatakan di dalam ayat 66, “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”

Mengapa ada sebuah pembelotan, orang-orang yang meninggalkan Dia? Yesus sedang memberitakan injil di Kapernaum di bagian barat laut di sisi laut Galilea. Kemudian Dia berjalan bersama dengan murid-muridNya ke bagian timur dekat Betsaida. Dan ketika Dia berjalan, ada sekumpulan orang banyak yang mengikuti Dia yang berjumlah ribuan.

Di daerah semi padang gurun yang berada di bagian timur Dia memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Setelah mujizat itu Dia kembali ke Kapernaum. Di atas perahu, anda ingat, Dia berjalan di atas air   ke arah murid-muridNya yang sedang diombang-ambingkan oleh angin sakal. Dia kembali ke Kapernaum. Dan orang-orang banyak mengerumuni Dia di kota Kapernaum.

Dan orang-orang mencari Dia, dimana hal itu dijelaskan oleh Tuhan di dalam ayat 26, “Sesungguhnya kamu mencari Aku”—bukan karena kamu melihat pesan injil yang luar biasa yang dijelaskan oleh utusan yang luar biasa dari sorga, Tuhan kita, tetapi kamu mencari Aku karena apa yang dapat kamu peroleh dari Aku—“kamu mencari Aku karena kamu telah makan roti dan ikan.”

Begitu banyak kepercayaan orang Kristen yang seperti itu. Kita adalah orang-orang yang beragama atau kita merespon atau kita bermurah hati atau kita memberi dengan sebuah pemikiran bahwa kita dapat memperoleh sesuatu dari hal itu.

Ada begitu banyak pelayanan melalui televisi yang dibuat berdasarkan pemikiran yang seperti itu. “Anda mengirimkan saya lima dolar dan anda akan mendapat berkat yang lebih besar dari itu. Anda mengirimkan saya sepuluh dolar dan anda akan mendapat berkat yang lebih besar. Anda mengirimkan saya sepuluh dolar dan anda akan mendapatkan berkat yang lebih besar dari hal itu.”

Hal itu telah menjadi sebuah pemikiran, bahwa kita dapat membeli anugerah dan kasih serta kemurahan dari Tuhan kita. Agama adalah untuk apa yang dapat kita peroleh darinya. Hal itulah yang disampaikan oleh Tuhan kepada orang banyak ini: “Kamu mencari Aku, bukan karena kebenaran Allah atau berkat atas jiwamu, tetapi karena kamu telah makan roti dan ikan dengan cuma-cuma.” 

Kemudian, ketika Tuhan menyampaikan hal itu, Dia lalu mengajarkan kepada mereka khotbah ini, yang tercatat di dalam Injil Yohanes pasal 6. Dan khotbah yang disampaikan berhubungan dengan diriNya sendiri dan Dia menggambarkan tentang diriNya di dalam khotbah itu sebagai Roti yang berasal dari sorga dan membuat pengakuan bahwa, “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal.”

Bayangan dari hal itu merupakan sesuatu yang asing bagi kita sama seperti ketika hal itu juga disampaikan kepada mereka: untuk memakan dagingNya dan meminum darahNya. Dan mereka menolak dengan keras, Alkitab berkata di sini, “Mereka salaing bertengkar antara sesama mereka dan berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Ayat 60, “Sebuah perkataan yang keras, itu adalah sebuah hal yang sulit yang Kamu inginkan supaya kami percayai. Dan siapa yang sanggup mendengarkannya? Siapakah yang dapat melihat atau percaya akan hal yang seperti ini?”

Tuhan kita seringkali melakukan hal yang seperti itu dalam mengajar orang-orang. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes kita dapat kembali ke pasal 3, dimana Tuhan kita berkata kepada Nikodemus, “Sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah.”

“Bagaimana mungkin hal itu terjadi,” kata Nikodemus, “Apakah yang Kamu maksudkan, seorang yang sudah tua, harus dilahirkan kembali?” (sebuah perkataan yang keras) “Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?”

Tuhan melakukan hal itu setiap kali. Mari kita lihat di dalam pasal selanjutnya, di dalam pasal empat. Dia sedang berbicara dengan wanita Samaria dari Sikhar dan Dia berkata kepada wanita itu, “Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.”  

Dan wanita itu, melihat Dia dengan keheranan dan berkata, “Sumur ini amat dalam dan Engkau tidak memiliki timba; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?”

Bergabunglah dengan saya, di dalam sepanjang Injil Yohanes yang telah kita khotbahkan. Anda ingat seorang ayah, seorang pegawai istana di Kapernaum pergi menemui Tuhan ke Kana dan berkata, “Anakku hampir mati. Datanglah, sembuhkanlah dia.” 

Dan Tuhan berkata kepadanya, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Atau dengan kata lain, “Apakah kamu hanya ingin melihat mujizat di dalam pekerjaanKu?”  (Sebuah perkataan yang keras).

Dan ayah yang berada di dalam keputusasaan itu menjawab, “Oh, Tuhan, bukan itu, tetapi anakku hampair mati. Di dalam belas kasihan dan kebaikan serta anugerahMu, sembuhkanlah dia, selamatkanlah dia.”

Tuhan seringkali berbicara tentang hal itu sepanjang waktu, sebuah perkataan yang keras, tetapi memiliki makna rohani yang dalam.

Dan sama dengan hal ini, Tuhan berkata kepada orang banyak itu, “Jika kamu tidak makan dagingKu dan minum darahKu, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.

“Tetapi barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.”

Bolehkah saya menjelaskan di sini, secara sepintas lalu, bahwa di sana ada sebuah misteri yang terdapat di dalam pribadi Kristus yang sulit bagi kita untuk masuk ke dalamnya. Kita sangat terbatas dan Dia sangat tidak terbatas, oleh sebab itu ketika Tuhan berbicara kepada kita tentang perkataan dari kehidupan rohani, sulit bagi kita untuk memahaminya.

Dan ini adalah contoh yang luar biasa dari hal itu. Ketika Tuhan membawa kepada kita kebenaran Allah, Dia, DiriNya sendiri tidak dapat dilepaskan dari kebenaran yang dibawaNya itu. Anda tidak dapat memisahkan Tuhan kita Yesus dari apa yang Dia ajarkan. Mereka adalah satu. Mereka terikat satu sama lain.

Jika anda belajar tentang Plato, apa yang diajarkan oleh Plato tidak ada hubungannya dengan diri Plato. Anda dapat belajar tentang Yunani klasik dari Plato dan Aristoteles dan Zeno serta orang-orang yang terkemuka dari mereka, tetapi anda tidak akan pernah memikirkan hal itu dalam bentuk diri mereka, dari bentuk manusia itu sendiri. 

Apa yang disampaikan oleh Plato tidak berhubungan dengan segala sesuatu yang  menyangkut dirinya. Ketika anda mempelajari Aristoteles, hal itu terlepas dari pribadi Aristoteles, anda hanya dapat mempelajari pemikiran dari Aristoteles. Jika anda mempelajari Markus Aurelius, anda akan mengabaikan tentang keberadaannya, dan anda dapat mempelajari apa yang dia ajarkan.

Tetapi anda tidak dapat melakukan hal itu dengan Tuhan kita. Dia berhubungan erat dengan pengajaran yang Dia sampaikan kepada dunia. Anda tidak dapat memisahkan antara diriNya dan pengajaranNya.

Jika anda mencari sumber dari natur yang baru, anda akan menemukannya di dalam Kristus itu sendiri. Jika anda memotongnya dan memasukkannya ke dalam hati yang baru, di sana anda akan menemukan Tuhan itu sendiri. Jika anda menganalisis tentang kelahiran baru, anda akan menemukan Yesus itu sendiri. Jika anda mengamati tentang kekayaan dan kepenuhan dari kekudusan hidup, anda akan menemukannya di sana, yaitu Yesus Tuhan kita.

Jika anda menemukan sebuah jemaat yang dinamis yang dipenuhi oleh semangat kesatuan dan Roh Allah yang berada di dalamnya, di sana anda akan menemukan Tuhan Yesus. Dan jika anda melihat ke dalam kehidupan para martir yang kudus, seseorang yang dianiaya, dipenjarakan dan dibunuh. Di dalam kehidupan para martir itu anda akan menemukan Tuhan.

 

Aku melihat martir di atas tiang pembakaran

Nyala api tidak dapat menggentarkannya

Bahkan kematian bukanlah sesuatu yang mengerikan bagi jiwanya

Aku bertanya kepadanya, dari manakah kekuatan yang didapatkannya

Dia melihat kejayaan yang dari sorga

Dan jawabannya adalah Kristus

Aku bermimpi agar saat yang akhir itu telah menghilang

Dan bumi serta lautan menyerahkan orang-orang yang mati di dalamnya

Sebuah api melenyapkan bulatan ini

Aku melihat kumpulan jemaat yang telah ditebus

Aku mendengar inti dari nyanyian mereka

Bahwa Kristus adalah semua di dalam semua.

 

Anda tidak dapat memisahkan Kristus dari pengajaran yang Dia bawa ke dalam dunia ini, daging dan darah ini yang harus dimakan dan diminum. Adalah Tuhan yang membuat injil begitu mulia dan berkuasa serta mempertobatkan dan menyelamatkan hidup.

“Tetapi mereka berkata, ‘Ini adalah perkataan yang sulit dan keras, siapakah yang dapat mendengarjkannya?”

“Tuhan bertanya kepada dua belas orang muridNya, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?”’ (Yohanes 6:60-61)

Kemudian yang menjadi teks saya, “Mulai dari waktu itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”

“Kemudian Yesus berkata kepada murid-muridNya, ‘Apakah kamu tidak pergi juga?’  Kata itu dalam kalimat Tuhan adalah, ‘Humeis, kamu, kamu, kamu, apakah kamu tidak pergi juga?”’

Orang-orang banyak itu memalingkan punggung mereka dari Dia. “Kami telah mendengarkan Engkau untuk yang terakhir kalinya, cukup sudah, kami tidak lagi mau berjalan bersama dengan Engkau,” dan mereka meninggalkan Dia.

Paulus, sang rasul, mengalami hal itu di dalam lagu angsanya dalam 2 Timotius. Dia berkata, “Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia kecil berpaling dari padaku. Dan di dalam penderitaanku, tidak ada orang yang berdiri bersama dengan aku.”

Meninggalkan Allah, meninggalkan Tuhan kita. Mengapa manusia melakukan hal itu? Ada beberapa alasan yang terlihat sangat jelas. Mereka tidak lagi memiliki hasrat terhadap Dia. Mereka tidak lagi diikat oleh Dia atau ditarik kepadaNya. Mereka kecewa. Mereka telah kehilangan minat mereka untuk mengikuti Dia.

Inilah hal yang saya bicarakan di dalam pasal ini, bahwa orang-orang ini, yaitu di dalam ayat 15, mereka mau menjadikan Dia sebagai raja. “Dia dapat memimpin kita melawan kaisar, Dia dapat membawa kemerdekaan kepada kita.”

“Kita tidak dapat menolong tetapi kita dapat berjaya dengan seseorang, seorang yang dengan lima roti dan dua ikan dapat memberi makan 5.000 orang dan dapat membangkitkan orang mati. Jika prajurit kita terbunuh, Dia dapat menghidupkan mereka kembali. Dia dapat memberi makan pasukan tentara dengan berkecukupan.” Mereka berniat untuk menjadikan Dia sebagai raja.

Kemudian, apa yang menjadi masalah sekarang, mengapa mereka meninggalkan Dia? Jawabannya sangat jelas. Ketika mereka belajar bahwa kerajaanNya bersifat rohani dan bahwa Dia hanya menekankan keberadaan itu,  maka bagi mereka, hal itu tidak memiliki  keuntungan politik bagi mereka dan mereka tidak memiliki keuntungan dari hal itu, akhirnya mereka meninggalkan Dia.

Mereka berada di situ dengan harapan bahwa mereka dapat memperoleh sesuatu. Ketika mereka tidak mendapatkan apa-apa dari hal itu mereka kemudian meninggalkanNya. Itu adalah salah satu sebab mengapa orang-orang meninggalkan Dia pada hari ini: tidak ada keuntungan pribadi di dalam melayani Tuhan, tidak ada hasil secara politik, tidak ada keuntungan materi. Dan karena kerajaan itu berada di dalam hati dan jiwa serta roh, mereka meninggalkan Dia.

Atau lihat lagi, mengapa orang-orang meninggalkan Tuhan kita? Karena harga dari pemuridan. Mereka menginginkan keselamatan yang murah, sesuatu yang tidak memiliki harga.

Ketika Tuhan kita berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku,” atau ketika Tuhan berkata, “Biarlah seseorang menyangkal dirinya dan hidup untuk Allah dan hidup bagi kerajaan Allah,” mereka berkata, “Tidak ada hal-hal yang lebih berharga di dalam hati kita yang lebih kita kasihi dari pada segala sesuatu yang telah dijanjikan Allah kepada kita.”

Hal itu sama dengan kisah dari orang muda yang kaya. Allah, Tuhan kita tidak pernah bermaksud untuk berkata kepada orang muda yang kaya itu bahwa kekayaan  menghalangi seseorang masuk ke dalam kerajaan sorga. Zakheus adalah orang kaya; dan Tuhan tidak pernah berkata sesuatu tentang hal itu kepadanya. Nikodemus adalah orang yang kaya. Yusuf dari Arimatea adalah seorang yang kaya.

Lalu mengapa Dia berkata kepada orang muda yang kaya itu, “Pergilah, juallah segala milikmu, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku dan milikilah harta di sorga”?

Alasannya adalah berhubungan dengan hatinya. Hatinya bertumpu kepada dunia. Hatinya terpaut kepada hartanya. Hatinya bertumpu kepada kekayaannya. Kasihnya kepada hal itu lebih dari pada kasihnya kepada Allah. Dia berpaling dan pergi. Begitu banyak orang yang memiliki sikap seperti itu pada hari ini. Terlalu banyak harga yang harus diberikan ketika mereka ingin melayani Tuhan.

Mengapa orang meninggalkan Tuhan pada hari ini? Karena mereka mengasihi dunia. Rasul Paulus berkata tentang Demas, “Demas telah meninggalkan aku, karena dia mencintai dunia ini.”

Dia telah jatuh cinta dengan dunia yang salah dan dia telah meninggalkan Paulus dan kerajaan Allah demi dunia yang sekarang ini. Menikmati kesenangan hidup yang hanya untuk sesaat.

Mengapa orang-orang meninggalkan Kristus? Saya dapat berbicara tentang hal-hal yang berhubungan dengan orang banyak. Mengikuti arus orang banyak. Mereka mengikuti Tuhan karena semua orang banyak ini mengikuti Tuhan. Dan ketika orang banyak itu meninggalkan Tuhan, mereka juga ikut meninggalkan Tuhan—apa yang sedang popular dan mereka ada di dalamnya.

Hal itu khusunya terjadi pada orang-orang muda. Mereka mengikuti arus orang banyak. Mereka mengikuti sekumpulan orang. Mereka mengikuti kelompok.

Mengapa orang-orang meninggalkan Tuhan Yesus? Karena mereka tidak pernah sungguh-sungguh bertobat. Di dalam 1 Yohanes pasal 2, sang rasul berkata, “Mereka memang berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.” Mereka sesungguhnya tidak sungguh-sungguh telah bertobat.

Jika seseorang pernah mengenal Yesus sebagai juruselamat pribadinya, tidak peduli apapun yang terjadi di dalam hidup, ada sebuah tarikan di dalam hatinya ke arah Tuhan sehingga dia tidak akan pernah bisa berpaling, sehingga dia tidak akan pernah bisa menyangkal, sehingga dia tidak akan pernah dapat melarikan diri.

Hal itu sama seperti glasier yang ditarik dari pegunungan menuju laut. Pada suatu hari, saya datang dari Alaska, menelusuri bagian pedalaman, di dalam sebuah  pesawat yang terbang di atas perbukitan. Hal itu terjadi ketika saya sedang duduk dengan seorang pria yang sudah lebih dari 20 tahun berada dalam perjalanan dari Alaska ke Amerika.

Hari itu merupakan sebuah hari yang cerah, dengan sesuatu yang sangat tidak biasa. Dan ketika kami terbang di atas pedalaman itu, dia menunjuk keluar dan berkata, “Apakah anda melihat glasier yang ada di sana? Glasier yang berada di sana jauh lebih besar dari pada yang terdapat di Negara bagian Rhode Island.”

Dan sungai es yang sangat luas itu mengalir menuju lautan dan di sana mereka mencair dan masuk ke dalam lapisan es.  Hal itu sama dengan perjalanan seorang Kristen, anak-anak Allah. Ada sebuah tarikan. Ada sebuah gravitasi yang menarik dia kepada Tuhan. 

Dia tidak dapat melarikan diri dari hal itu. Hal itu sama seperti air pasang yang menuju pantai. Tidak pernah berhenti, menghempas dengan kuat dan selalu bergerak.

Saya telah berada di Panama di ceruk Negara itu. Dan saat saya sedang berdiri di sana, saya melihat air pasang yang tingginya lebih dari 25 kaki, yang menghempas daratan seluas 19 mil: tarikan dari samudera yang luas itu. Itu adalah sebuah gambaran dalam kehidupan orang Kristen.

Ada sebuah pasang di dalam jiwanya. Ada sebuah tarikan ke arah Kristus yang membuat anda tidak dapat lari dariNya.  Saya tidak peduli apa yang anda lakukan. Selalu ada di sana. Itu adalah sebuah bagian dari anda.

Hal itu sama seperti planet ini yang berada di di atas orbitnya. Mengapa planet ini tidak terlepas ke dalam ruang angkasa yang luas yang berada di atasnya. Hal itu terjadi karena gravitasi matahari yang membuat dia tetap berada di dalam orbitnya. Itu adalah gambaran dari diri kita bersama dengan Allah. Mengapa kita tidak terlepas? Kita tidak bisa. Anda tidak bisa.

Jika anda sudah diselamatkan, jika anda telah mengenal Tuhan sebagai Juruselamat anda, dan jika anda berusaha untuk duduk dan merencanakan sebuah program pemisahan antara anda dan Tuhan anda, anda tidak akan dapat melakukannya.

Ada sebuah tarikan dari Tuhan. Ada suatu daya tarik yang besar dari Tuhan. Ada sebuah gravitasi di dalam Dia. Dan tidak peduli bagaimanapun besarnya pergumulan yang anda alami di dalam hidup anda, anda akan ditarik ke arah Juruselamat itu, anda tidak dapat menyangkalNya.

Jadi Simon Petrus menjawab ketika Tuhan berkata, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

Simon Petrus berkata, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal.  

“Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Kristus, Anak Allah, Juruselamat dunia.”

Anda tahu, di dalam kehidupan Simon Petrus, ada dua contoh, pemeliharaan yang baik dari kesedihan yang dalam: yang pertama ada dalam kedukaan yang dapat dilihat dan yang kedua ada dalam pertanyaan yang mendukakan. Dan di dalam keduanya, Simon Petrus datang kepada Tuhan, berdiri bersama Tuhan.

Yang pertama, kedukaan yang terlihat jelas, yaitu ketika  Simon Petrus sedang berada di depan halaman pengadilan dan berdiang di depan api, berbicara dengan orang-orang yang berada di luar sementara Yesus sedang didakwa atas hidupNya dan untuk disalibkan dalam beberapa jam ke depan.  

Dan seorang gadis kecil, seorang hamba perempuan berdiri di halaman pengadilan itu dan berpaling kepada dia dan menunjuk dia serta berkata, “Engkau aladah salah seorang muridNya, engkau berbicara sama seperti Dia, kamu adalah orang Galilea.” 

Dan Simon Petrus berkata, “Kamu pikir kalau aku berbicara sama seperti Dia, maka akau adalah muridNya?  Kamu dengarkanlah hal ini,’ dan dia bersumpah, mengutuk dan menyangkal bahwa dia tidak mengenal Dia.

Dan ketika dia mengutuk dan menyangkal, Tuhan berpaling dan memandang Petrus. Dan Alkitab berkata, “Lalu ia pergi keluar dan menangis dengan sedihnya.”

Sekarang hal yang kedua: Tuhan bertanya kepada dia sebuah pertanyaan yang paling menyedihkan yang pernah ditanyakan di dalam kehidupan Juruselamat kita, “Apakah kamu, kamu”—penekanan dari kata itu adalah “kamu’—“apakah kamu, mau, memilih, apakah kamu ingin, apakah kamu mau pergi juga? Kamu, apakah kamu akan melakukannya juga?

“Semua orang banyak itu telah pergi, mereka semua. Ribuan orang itu telah pergi. Apakah kamu memilih untuk pergi juga?”

Dan Simon Petrus di dalam seluruh kebaikannya dan kemampuannya berkata, “Jika aku meninggalkan Engkau, kemanakah aku harus pergi, kepada siapa aku harus berpaling?”

Kita yang telah menemukan perlindungan di dalam Kristus dapat bersimpati dengan pengakuan dari rasul Allah itu. “Tuhan, Tuhan, jika kami berpaling dariMu, kami berpaling ke dalam keputusaasaan yang gelap, kepada kesia-siaan, dan ketidakberdayaan hidup. pengharan kami dan hidup kami ada di dalam Engkau.”

Jika anda memiliki Yesus, anda memiliki semuanya, baik di dunia ini mau pun di dunia yang akan datang.

Ada seorang nelayan yang sedang mengemudikan perahunya yang kecil di dalam sebuah sungai kecil di South Carolina. Dan ketika dia mengemudikan perahunya di sepanjang sungai itu, dia sampai ke sebuah tempat di mana ada sebuah pondok tua, yang sudah rusak, yang yang terbuat dari batangan kayu di atas hulu sungai.  

Dan yang sedang berdiri di depan pintu pondok tua itu adalah seorang wanita negro yang sudah tua. Rambutnya yang keriting sudah memutih semua. Wanita tua itu memiliki wajah yang sudah berkerut dan bergaris-garis. Dan nampak sekali bahwa dia sudah sangat tua.

Dan nelayan itu menghentikan perahunya dan melihat ke atas dan berkata, “Bibi, bibi, selamat pagi. Apakan anda tinggal di sini sendirian?”

Dan dia menjawab, “Ya tuan. Hanya Yesus dan saya. Hanya Yesus dan saya.”

Dan nelayan itu berkata, dia berkata, “Anda tahu, ketika saya melihat ke arah orang itu yang berada di pondok itu, saya berpikir bahwa saya telah melihat seseorang berdiri di sampingnya. Dan rupa dari orang itu sama seperti Anak Allah.”

Hanya Yesus dan saya. Hal itu sudah cukup bagi hidup ini, cukup pada saat kematian kita telah tiba, cukup pada saat kita berdiri di hadapan pengadilan Allah yang Mahatinggi, dan cukup pada saat kita masuk ke dalam sorga. Hanya Yesus dan saya.

 

Aku tidak dapat melaluinya sendirian

Ombaknya sangat besar dan tinggi

Kabut yang disekeliling sangat pekat

Dan cahaya telah beranjak dari langit

Tetapi aku tahu bahwa kami berdua

Akan menang hingga akhir—

Yesus dan Aku

Aku tak dapat berlayar sendirian

Perahuku di berada dalam lautan yang mengamuk

Tetapi disampingku, duduk seseorang yang lain

Yang mendorong atau yang mengendalikannya bersamaku

Dan aku tahu bahwa kami berdua

Yang akan tiba dengan selamat hingga pelabuhan

AnakNya dan Dia

Rasa takut dan ketidak patuhan serta kelemahan

Aku ubah bersama dengan langit yang berubah

Hari ini begitu berhasrat dan berani

Esok tidak akan mau untuk berusaha

 Tetapi Dia tidak pernah mengalah

Dan aku tahu bahwa kami akan menang—

Yesus dan aku.

 

Ini adalah sebuah hal yang mulia, hal yang sangat indah untuk memiliki persahabatan di dalam Tuhan Yesus. Dan itulah sebabnya mengapa kita berkhotbah dan berdoa dan membuat seruan ke dalam hati anda: Mengasihi Dia, dan datang kepada kepadaNya, serta berdoa untukNya, dan  melayani Tuhan kita Yesus yang luar biasa.

 

 

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.